• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar terlebih dahulu melakukan sterilisasi alat dan bahan, serta kepada peneliti selanjutnya agar menguji aktivitas anti aging dari krim sari buah strawberry.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Buah Strawberry

Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Budiman, 2008).

Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga. Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama penyinaran matahari yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu udara optimum antara 17OC-20oC dan suhu udara minimum 4oC-5oC, dengan

ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry

Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping satu) Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.

Nama lokal,daerah dan asing : Indonesia : Stroberi, strawberry Inggris : Garden strawberry Melayu : Strawberry

Vietnam : Dau tay Thailand : Satroboery Pilipina : Freasa

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry

Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol. Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit, memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry. Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan melumpuhkan sel kanker (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry

segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niasin (mg) Vitamin C (mg) Vitamin E (mg) Air (g)

Bagian dapat dimakan (Bdd, %)

37,00 *) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 - - 60,00 40,00 89,90 96,00 37,00 **) 0,80 0,50 8,30 28,00 27,00 0,80 60,00 0,03 0,07 0,03 60,00 40,00 - - Keterangan :

*) Direktorat Gizi Depkes RI, (1981)

**) Encyclopedia of Fruits, Vegetables, Nuts, and Seed dalam Fendy RP

2.2 Kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: - Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan

sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. - Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

- Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

- Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono, 2007).

2. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

- Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh / Proteksi

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin (Wirakusumah, 2004).

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan .

b. Pengatur Suhu Tubuh ( Termoregulasi )

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan) (Wirakusumah, 2004).

c. Sistem Pancaindera

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut (Wirakusumah, 2004).

d. Menjaga Kelembaban Tubuh

Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang (Wirakusumah, 2004).

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:

1. Kulit Normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan

kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan

penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit

Menurut Wirakusumah (2004), masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar adalah sebagai berikut:

a. Ras (bawaan)

Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat

pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka.

d. Iklim

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung..

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 1993).

Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1993).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt (1994) , adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut

2.4. Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997).

2.4.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono

2.5 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream. b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman,dkk., 1994).

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap orang mempunyai kecenderungan ingin memiliki kulit yang sehat dan terawat, sehingga produk kosmetik merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya (Wasitaatmadja, 1997).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik, menyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Depkes, 2010).

Kulit sehat berarti kulit yang tidak sakit, baik yang mengenai kulit secara langsung maupun tidak langsung, atau penyakit dalam tubuh yang secara langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit yang sehat dapat dilihat dari warna, kelembaban, kelenturan, dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit, yaitu umur, ras, iklim, sinar matahari, kehamilan, dan lokasi kulit. Dari pengaruh faktor tersebut kulit menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan dari kulit Oleh

karena itu dalam kondisi tertentu dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Pelembab kulit adalah salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk menghaluskan dan melembabkan kulit. Pelembab kulit adalah produk yang sangat umum digunakan, karena kulit dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Santosa dan Didik, 2001).

Buah strawberry selain baik untuk kesehatan,juga dapat digunakan untuk perawatan kulit. Buah strawberry mengandung fosfor, kalsium, zat besi, asam salisilat, serta vitamin B, C, dan E. Kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah strawberry bermanfaat untuk membantu produksi kolagen,yang menyebabkan kulit tetap kencang dan elastis. Selain itu, vitamin C yang terkandung dalam buah strawberry berkhasiat untuk memberi gizi pada kulit dan untuk mengencangkan jaringan tubuh (Surtiningsih, 2005).

Vitamin C dapat memicu aktivitas sel kulit, dan membantu pembentukan jaringan kolagen (jaringan yang membuat kulit elastis). Kolagen yang berfungsi sebagai penyimpan air (water holder) mampu menjaga kelembapan kulit (Anonim, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk memformulasikan sari buah strawberry sebagai bahan pelembab dalam sediaan krim.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Apakah krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Krim yang mengandung sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

3. Krim dengan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) tidak menyebabkan iritasi pada saat digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasikan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa

Dokumen terkait