BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi zat aktif dari fraksi n-heksan daun ruku-ruku yang berkhasiat sebagai antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Online (1979).
Anonim. (2000). Acuan sediaan Herbal. Edisi Pertama. PT. Indofarma, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 29-31
Anonim. (2004). Nata decoco Boom and the Philippines.
Anonim. Online (2005).
Anonim. (2007). Nata de coco. Pengembangan Produk dan Teknologi Proses.
Anonim. Online (2008). Bakteri Nata de Coco.
http://www.Indonesian Nata de Coco.htm
Anonim. (2009). Antihistamin
Afrizal. (2007). Selulosa Bakteri Nata decoco Sebagai Adsorban pada Proses Adsorpsi Logam Cr(III). Jurnal Gradien, 1(4).
Aiache, J.M.dan J. Devissaquet. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 335-337.
Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 607
Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan XI. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal. vii
DepKes. (1995). Materia Medika Indonesia. Edisi VI. Hal. 182, 321-325
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33, 902
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RJ. Hal. 3-5
Djauhariya, E. dan Hermani. (2004). Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 2
Foye, W. (1996). Kimia Medisinal. Jilid II. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 1113-1138. Pensylvania: Mack Publishing Company. Hal. 1125.
Ganasoundari, et al. (1997). Modification of Bone Marrow Radiosensitivity Medicinal Plant Extracts. Brit J. Radiol. 70 : 599-602
Gupta, M. Online. (2006). Antiinflammatory Evaluation of Leaves of Plumeria Acuminate BMC Complementary and Alternative Medicine.
Guyton. (1995). Buku Ajar Gupta, M. Online (2006). Antiinflammatory evaluation of leaves of Plumeria acuminate. BMC Complementary and Alternative
Medicine
Juheini. (1990). Efek Antiinflamasi Jahe (Zingiber officinale Rose) Terhadap Udem Buatan Pada Tikus Putih. Majalah Farmakologi dan Terapi Indonesia.Hal. 7,9-14
Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 454
Kee, J. L. dan Evelyn, R. H. (1996) Farmakologi : Pendekatan proses Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal. 305
Kesuma. (2004). Modifikasi Struktur Benzoiltiourea dan Uji Aktivitas Penekan Sistem Saraf Pusat pada Mencit (Mus musculus). Surabaya : Universitas Airlangga
Mansjoer, S. (1999). Mekanisme Kerja Obat Antiradang. Media Farmasi : An Indonesian Pharmaceutical Journal, 7(1). 34 – 40
Mutschler, E. (1999). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Edisi kelima. Cetakan ketiga. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 194-208 Piluharto, B. Online (2003). Kajian Sifat Fisik Film Tipis Nata de Coco Sebagai
Membran Ultrafiltrasi.
Puspita, D. Online (2007). Tanaman Obat Indonesia.
Samudralwar, DL, Garg AN. (1996). Minor and Trace Elemental Determination in the Indian Herbal and other Medicinal Preparations. Biol Trace Elem Res. 54(2) : 113-121
Sethi, et al. (2004). Evaluation of Hypoglicemic and Antioxidant Effect of Ocimum sanctum. Indian J. Clin Biochem. 19(2) : 152-155
Sharma, O.P. (1993). Plant Taxonomy. New Delhi. McGraw-Hill Publishing Company Limited. Page 22-44.
Simon, K. and Kerry B. (2000). Principles and Pracice of Phytotheraphy. Modern Herbal Medicine. New York: Churchill Livingstone. Hal. 32, 69, 291 Sinaga, K. dan Nainggolan, M. (2007). Penentuan Efek Antiradang dari Ekstrak
Etanol Daun Ruku-ruku (Ocimum sanctum L.) yang Diperangkapkan pada Matriks Nata de Coco Menggunakan Indometasin Sebagai Pembanding. Penelitian
Siswandono dan Soekardjo. (2000). Kimia Medisinal. Edisi Kedua. Surabaya : Universitas Airlangga.
Singh, S., D.K.Majumdar., (1999) valuation of the gastric antiulcer activity of
fixed oil of Ocimum sanctum (Holybasil)., Journal of Ethnopharmacology., 65, 13-19.
Tjitrosoepomo, G. (2002). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan VII. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal. 352, 374-377.
Voight. (1994). Buku Pelejaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta : Penerbit UGM
Warisno. (2004). Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Cetakan I. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 23-30
Wilmana, P.F. (1995). Analgesik-Antipiretik, Anti Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai. Dalam Ganiswarna, S.G (1995), Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FK – UI. Hal. 209,214,219
World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medical Plants Material. WHO/PHARM/92.559. Switzerland : Geneva. Pages 25-28
Lampiran 1.b Tumbuhan ruku-ruku (Ocimum sanctum L.)
Gambar 1. Tumbuhan Ruku-ruku
Lampiran 2. Nata dengan sumber nitrogen dari urea (NDC) dan sumber nitrogen dari tiourea (NT) ukuran 1 cm x 1 cm
Gambar 1. NDC ukuran 1 cm x 1 cm
Lampiran 3. Alat Pletismometer Ugo Basile Cat No. 7140
Keterangan :
1. Statif 6. Saluran air masuk 2. Reservoir 7. Saluran air keluar
3. Katoda 8. Layar 4. Sel 9. Recorder 5. Kepala katup 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lampiran 4. Telapak Kaki Tikus Sebelum dan Sesudah Penyuntikan Larutan Karagenan 1%
Gambar 1. Telapak Kaki Tikus Sebelum Penyuntikan Larutan Karagenan 1%
Lampiran 5. Flowsheet pembuatan fraksi n-heksan daun ruku-ruku (Ocimum sanctum L.)
Dimaserasi dengan etanol 80% selama 3 sampai 5 hari
Dimaserasi dengan etanol 80% Diulang sampai jernih
Digabungkan maserat
Dipekatkan dengan Rotary Evaporator
Diuapkan sampai diperoleh ekstrak kering
Diambil ekstrak etanol kering Dimasukkan ke dalam corong pisah Ditambahkan akuades
Difraksinasi dengan n-heksan
Dipekatkan dengan Rotary evaporator
Dikeringkan dengan Freeze Dryer
Diuji efek antiinflamasi Ampas
serbuk kering daun ruku-ruku
Ampas
Maserat
Maserat
Kumpulan maserat
Ekstrak kental etanol
Filtrat n-heksan Ekstrak etanol
Ekstrak kental n-heksan
Ekstrak kering n-heksan Ekstrak etanol kering
Lampiran 6.a Perhitungan karakterisasi simplisia daun ruku-ruku (Ocimum sanctum L.)
1. Penetapan kadar air
Kadar air = x 100 %
Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Berat simplisia (g) Kadar air (%)
1.5 1.9 5.000 8.000
1.9 2.3 5.002 7.996
2.3 2.6 5.001 5.998
Rata – rata = = 7.331 %
2. Penetapan kadar abu total
Kadar abu total = × 100 %
Berat simplisia (g) Berat abu (g) Kadar abu total (%)
2.000 0.2120 10.600
2.000 0.2121 10.605
2.000 0.2124 10.620
Rata – rata = = 10.608 %
Menurut persyaratan MMI Edisi VI (1995) : Tidak lebih dari 13 % 3. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Kadar abu tidak larut asam =
×
100 %Berat abu (g) Berat abu tidak larut asam (g) Kadar abu tidak larut asam (%)
0.2124 0.001 0.470
0.2121 0.001 0.471
0.2120 0.001 0.472
Rata – rata = = 0.471 %
Kadar sari larut air =
×
×
100% B.cawan kosong (g) B.cawan + sari (g) B.simplisia (g) Kadar sari larut air (%)62.001 62.061 5.000 6.000
65.847 65.914 5.000 6.700
27.787 27.848 5.000 6.100
Rata – rata = = 6.267 %
Menurut persyaratan MMI Edisi VI (1995) : Tidak kurang dari 5 % 5. Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Kadar sari larut etanol =
×
×
100%B.cawan kosong (g) B.cawan + sari (g) B.simplisia (g) Kadar sari larut etanol (%)
62.001 62.053 5.000 5.200
65.847 65.889 5.000 4.200
27.787 27.836 5.000 4.953
Rata – rata = = 4.784 %
(Ocimum sanctum L.)
1. Penetapan kadar air
Kadar air = x 100 %
Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Berat ekstrak (g) Kadar air (%)
1.7 2.5 5.005 15.984
2.5 3.2 5.003 13.991
3.2 3.9 5.001 13.997
Rata – rata = = 14.657 %
2. Penetapan kadar abu total
Kadar abu total = × 100 %
Berat ekstrak (g) Berat abu (g) Kadar abu total (%)
6.001 0.836 13.931
6.002 0.829 13.812
6.000 0.825 13.750
Rata – rata =
= 13.831 %
3. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Kadar abu tidak larut asam =
×
100 %Berat abu (g) Berat abu tidak larut asam (g) Kadar abu tidak larut asam (%)
0.417 0.123 29.496
0.420 0.127 30.238
0.419 0.126 30.072
Rata – rata = = 29.935 %
Kadar sari larut air =
×
×
100% B.cawan kosong (g) B.cawan + sari (g) B.simplisia (g) Kadar sari larut air (%)62.001 62.194 5.000 19.300
65.847 66.045 5.001 19.796
27.787 27.978 5.002 19.092
Rata – rata = = 19.396 %
5. Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Kadar sari larut etanol =
×
×
100%B.cawan kosong (g) B.cawan + sari (g) B.ekstrak (g) Kadar sari larut etanol (%)
62.001 62.139 5.000 13.800
65.847 66.001 5.003 15.390
27.787 27.935 5.001 14.797
Rata – rata = = 14.662 %
fraksi n-heksan daun ruku-ruku
Lampiran 8. Pengujian antiinflamasi dengan Pletismometer (fraksi n-heksan
Air Kelapa 1 L
dipanaskan sampai mendidih
ditambahkan urea 5 g untuk NDC, 6.337 g untuk tiourea ditambahkan gula pasir 100 g
ditambahkan asam asetat sampai pH 3-4 dimasukkan dalam wadah steril
didinginkan dalam ruang steril ditambahkan stater 100 ml
ditutup wadah agar tidak terkontaminasi diinkubasi selama 2 minggu
dinetralkan dengan NaOH 0.2 N dan akuades Nata
dipotong dadu (1 cm x 1 cm)
dikeringkan pada freeze dryer (-400C) Nata kering
direndam dalam larutan jenuh fraksi n-heksan daun ruku-ruku selama 24 jam
dikeringkan pada freeze dryer (-400C)
Nata mengandung fraksi n-heksan daun ruku-ruku
dalam bentuk suspensi dan yang diperangkapkan dalam matriks NDC dan NT)
Dipuasakan selama 18 jam
Disiapkan bahan uji (ekstrak n-heksan dosis 30, 45 dan 60 mg/Kg BB), pembanding (indometasin) dosis 10 mg/Kg BB yang telah diperangkapkan dalam matriks NDC dan NT
Ditimbang berat badan tikus
Ditandai sendi kaki kiri sebagai batas pengukuran volume kaki Diukur volume kaki kiri sebagai volume awal (Vo)
Diberikan bahan uji bentuk matriks Dibiarkan selama 1 jam
Disuntikkan secara intraplantar sebanyak 0,1 ml larutan karagenan
Diukur volume kaki tikus setiap ½ jam selama 6 jam
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Dosis Fraksi n-heksan yang Dikonversikan dengan Berat Matriks
Tikus
1. Perhitungan dosis fraksi n-heksan yang diberikan dalam bentuk suspensi Diketahui : Berat tikus = 180 g
Dosis pemberian = 30 mg/Kg BB
Konsentrasi suspensi ekstrak = 3 mg/ml
Maka : Dosis yang dibutuhkan = 30 mg/Kg x 0,180 Kg = 5,4 mg
Suspensi yang diberikan =
= 1,8 ml 2. Perhitungan konversi dosis dengan berat matriks
Diketahui : Berat tikus = 180 g
Dosis pemberian = 30 mg/Kg BB
Maka : Ekstrak yang diperlukan = 30 mg/Kg x 0,180 Kg = 5,4 mg
Dari hasil orientasi diperoleh bahwa 10 mg matriks mampu memerangkapkan 100 mg ekstrak, sehingga diperoleh berat matriks (x) :
100 10 4 , 5 = x 100 10 4 , 5 x x= 54 , 0 = x mg
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Persen Radang dan Persen Inhibisi
5,4 mg 3 mg/ml
Radang
1. Persen Radang
Dimana : Vt = Volume radang setelah waktu t Vo = Volume awal kaki tikus Misalnya diketahui : Vt = 0,050 Vo = 0,045 Persen radang 100% 045 , 0 045 , 0 050 , 0 x − = = 11,111%
2. Persen Inhibisi Radang
Dimana : a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol
b = Persen radang rata-rata kelompok bahan uji dan kontrol positif Misalnya diketahui : a = 31,50
b = 12,56
Persen inhibisi radang 100% 50 , 31 56 , 12 50 , 31 x − = = 60,13 % Persen radang x100% V V V o o t − =
Persen inhibisi radang x100%
a b
a−