• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi pustakawan dalam mengelola layanan pengguna bagi tunanetra. Baik dalam pengelolaan koleksi, maupun dalam penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan proses pencarian informasi bagi pengguna tunanetra. Penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut yang akan mendukung penelitian mengenai pengelolaan layanan pengguna tunanetra. Penulis juga berharap agar pustakawan terus meningkatkan kualitas dan efektivitasnya seiring perkembangan zaman yang semakin maju. Agar pengguna tunanetra tidak tertinggal dari manusia normal lainnya khususnya dalam hal pengetahuan dan informasi

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan salah satu sarana untuk mendidik masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tanpa membedakan suku, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, dan latar belakang lainnya.

Dalam perpustakaan umum harus tersedia semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai displin ilmu, dan penggunaanya untuk seluruh lapisan masyarakat serta memberikan kebebasan akses informasi dan layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya.

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial. Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Menurut Hasugian (2009 : 77) Perpustakaan Umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga

masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagian dari dana masyarakat.

Sementara itu, Sulistyo-Basuki (1999 : 152) menyatakan bahwa Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak retribusi yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Hermawan (2006 : 31) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai lima tujuan utama yaitu :

a. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.

b. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan infornasi.

d. Bertindak selaku agen kultur, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

Sulistyo-Basuki (1993 : 48) merumuskan tujuan perpustakaan umum sebagai berikut :

a. Pendidikan, perpustakaan umum bertugas memelihara dan menyediakan sarana untuk pengembangan perorangan atau kelompok pada semua tingkat kemampuan pendidikan.

b. Informasi, perpustakaan menyediakan kemudahan bagi pemakai berupa akses yang cepat terhadap informasi yang tepat mengenai seluruh julatan pengetahuan manusia.

c. Kebudayaan, perpustakaan merupakan pusat kehidupan kebudayaan dan secara aktif mempromasikan partisipasi dan apresiasi semua bentuk seni

d. Rekreasi, perpustakaan memainkan peran penting dalam mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan waktu senggang dengan penyediaan bahan pustaka.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, secara rinci Sulistyo-Basuki dalam Hasugian (Hasugian, 2009 : 77) juga menyatakan tujuan perpustakaan umum dalam manisfesto UNESCO:

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.

4. Bertindak selaku agent cultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Perpustakaan umum merupakan satu-satunya jenis perpustakaan yang masih dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Beberapa kategori perpustakaan umum adalah sebagai berikut :

1. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk perpustakaan keliling.

2. Perpustakaan desa/ kelurahan.

3. Perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga keagamaan.

4. Taman Bacaan, rumah baca, pondok baca, dan sebagainya, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun perorangan.

Perpustakaan umum didirikan untuk kepentingan masyarakat, maka penyelenggara, pemprakarsa, dan pelopor dalam menyatakan ide pembangunan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

2.1.3 Fungsi dan Layanan Perpustakaan Umum

Peranan sebuah perpustakaan adalah bagian dari tugas pokok yang harus dijalankan di dalam perpustakaan. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan perpustakaan. Setiap perpustakaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Menurut Sutarno ( 2006 ) , ada beberapa peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan, antara lain:

1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.

2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya. 3. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan

mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.

4. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

5. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

6. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditentukan pada masa yang lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan.koleksi tersebut dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan oleh generasi sekarang, kemudian dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. 7. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi

anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.

8. Petugas perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (users education), dan pembinaan serta menanamkan pemahaman tentang pentingnya perpustakaan bagi orang banyak.

9. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.

10. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. Sebab masyarakat yang sudah maju dapat ditandai dengan adanya perpustakaan yang sudah maju pula, sebaliknya masyarakat yang sudah berkembang biasanya belum memiliki perpustakaan yang memadai dan representatif.

11. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obatan terlarang, dan tindak indisipliner.

Perpustakaan dapat berperan aktif dalam mencari/menelusur, membina dan mengembangkan serta menyalurkan kegemaran, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh perpustakaan. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: menghimpun, memelihara, dan memberdayakan semua koleksi bahan pustaka

2.2 Pustakawan

Suatu perpustakaan tidak akan mungkin beroperasi dengan baik tanpa adanya keterlibatan manusia yang menjalankan proses dan kegiatan yang ada di dalam perpustakaan. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan program pengelolaan dan pelayanan di perpustakaan. Beberapa sebutan lain bagi pustakawan antara lain : ahli dokumentasi (documentalist), pekerja informasi

(information workers), manajer informasi (information managers),pialang informasi (information broker), ahli informasi (information specialist), manajer pengetahuan (knowledge managers), dan lain sebagainya.

Pekerjaan pustakawan yang umumnya dikenal masyarakat awam adalah merawat buku dan koleksi lain agar siap dipergunakan oleh pengguna perpustakaan.

2.2.1 Pengertian Pustakawan

Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang

disebut pustakawan adalah “Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan

dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi

yang dimiliki melalui pendidikan”. Sedangkan menurut Lasa, HS. yang dikutip oleh Harahap (2011) Librarian-pustakawan, penyaji informasi adalah “Tenaga

profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi”. ( Harahap , 2011 )

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tangggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayananan perpustakaan

Menurut Poerwadarminta yang dikutip oleh Harahap (2011) bahwa,

“Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan,

dokumentasi, dan informasi”. Selanjutnya menurut Aziz yang dikutip oleh

Harahap (2011) menambahkan bahwa, “Pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi

berbagai jenis perpustakaan”.

Pustakawan melaksanakan tugas kepustakawanannya berdasarkan pengetahuan ilmu perpustakaan dan informasi yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Hermawan dan Zen (2006) bahwa:

Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan merupakan seseorang yang menempuh pendidikan berlatarbelakang ilmu perpustakaan dan bekerja sebagai tenaga profesional dibidang perpustakaan untuk mengelola informasi baik dalam bentuk tercetak dan juga elektronik. Jadi, tidak semua orang yang bekerja di perpustakaan dapat disebut sebagai pustakawan, karena untuk menjadi seorang pustakawan harus memenuhi syarat sebagai pustakawan.

Pustakawan merupakan penggerak sistem dalam perpustakaan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pustakawan memiliki peran yang sangat penting dalam perpustakaan. Menurut Hermawan dan Zen (2006 : 56-57) peran pustakawan adalah sebagai berikut :

1. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan.

2. Manajer

Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar dasar pengelolaan informasi.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus :

a. Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; b. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik

rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tega, adil, objektif dalam melaksanakan tugasnya;

d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatakan kinerja unit organisasinya.

Selanjutnya menurut Abbas yang dikutip oleh Kusumah (2001 : 1) juga mengemukakan peran pustakawan :

2. Pustakawan sebagai pengajar.

3. Pustakawan sebagai manajer knowledge

4. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi

5. Pustakawan sebagai penyokong untuk mengembangkan kebijakan informasi. 6. Pustakawan sebagai komunitas partner.

7. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi.

8. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi. 9. Pustakawan sebagai teknisi.

10. Pustakawan sebagai konsultan informasi.

2.2.3 Tugas dan Profesi Pustakawan

Profesi pustakawan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, yakni :

1. Pustakawan ahli, adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana, atau telah berpengalaman lama dalam mengelola perpustakaan secara profesional. Mereka adalah pembuat kebijakan dan berperan sebagai manajer. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mendefinisikan pustakawan profesional

sebagai orang yang, “berpendidikan formal ilmu perpustakaan. Selain itu

dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, tanggap, berwawasan luas, mempunyai kemampuan manajerial di bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian serta penyuluhan.

2. Pustakawan terampil, adalah yang menguasai teori-teori ilmu perpustakaan dan terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan, seperti pengadaan, pengolahan, dan pelayanan. Keberhasilan pelayanan perpustakaan sangat tergantung pada tenaga para-profesional ini, karena merekalah yang secara langsung akan berhadapan dengan pengguna. Lazimnya yang termasuk kelompok ini adalah pustakawan yang berpendidikan minimal diploma.

3. Pustakawan penunjang, adalah pustakawan yang banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan administratif atau pekerjaan yang sifatnya umum dan tidak terkait erat dengan ilmu perpustakaan dan informasi. Mereka bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan oleh atasannya. Dengan kata lain, pustakawan penunjang lebih banyak bekerja membantu pustakawan ahil dan terampil. Namun demikian, keberadaan mereka sangat diperlukan untuk kelancaran pelayanan kepada pengguna. Sebagian diantaranya dibekali dengan pelatihan singkat perpustakaan.

2.3 Efektivitas

Kata efektif berasal dari data efek, yang artinya dampak, hasil, atau pengaruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya; dan dapat membuahkan hasil. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

2.3.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Georgopolous (Georgopolous dan Tannembaum 1985, 50) efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.”

Selanjutnya, Steers (1985:87) mengemukakan bahwa efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Sedangkan Kurniawan (2005) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang ditentukan dalam suatu kegiatan atau organisasi. Efektivitas dapat dikatakan sebagai alat ukur dalam proses pencapaian tujuan. Konsep efektivitas ialah salah satu faktor yang menentukan perlu atau tidaknya dilakukan suatu perubahan signifikan terhadap bentuk manajemen suatu kegiatan atau organisasi. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

2.4 Pelayanan Pengguna

Pelaksanaan kegiatan layanan pengguna merupakan salah satu tugas utama dalam perpustakaan. Kegiatan ini mencakup proses penelusuran informasi, layanan sirkulasi, pendidikan pemakai, dan pelayanan referensi. Kegiatan layanan pengguna ini cukup mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna perpustakaan, oleh sebab itu kegiatan layanan ini harus mendapat perhatian khusus dari pustakawan.

2.4.1 Pengertian Pelayanan Pengguna

Menurut Lasa (1994:122) pelayanan pengguna adalah “mencakup semua

kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk

kepentingan pengguna perpustakaan”.

Sementara menurut Wahyudi (1994:123), pengertian pelayanan pengguna

Melayani pengguna adalah tugas utama pustakawan, yakni dengan memberikan bantuan berupa jasa layanan kepada pengguna perpustakaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelayanan pengguna merupakan kegiatan memberikan bantuan berupa jasa yang memudahkan pengguna perpustakaan dalam mencari dan menemukan informasi yang ia butuhkan.

2.4.2 Tujuan Pelayanan Pengguna

Menurut pendapat Lasa, H.S ( 1994: 2 ), tujuan pelayanan pengguna adalah:

a. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin. b. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta

kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain, akan segera dapat diketahui alamat peminjam dan dinantikan pada waktu pengembalian.

c. Terjamin pengembalian peminjam dalam waktu yang jelas. Dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjamin.

d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.

e. Apabila terjadi pelanggaran akan diketahui.

Menurut Darmono (2006 : 135) tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudkan agar memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang ibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan informasi sesuai yang dikehendaki pembaca.

Sesuai dengan fungsinya, perpustakaan merupakan tempat mengumpulkan, melestarikan, mengolah, menyediakan, dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat yang disebut sebagai pengguna perpustakaan. Maka fungsi dari pelayanan pengguna adalah untuk membantu para pengguna perpustakaan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.

Menurut Trimo (1986 : 56) fungsi dari pelayanan pengguna adalah sebagai berikut:

a. Memberikan stimulasi dan guidance untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak dan untuk memperluas wawasan membaca mereka.

b. Membantu para mahasiswa/mahasiswi yang sedang mengerjakan laporan dan proyek lainnya serta kegiatan mereka

c. Mengajar para mahasiswa/mahasiswi bagaimana menggunakan buku dan fasilitas lainnya, dan membantu mengembangkan kecakapan mereka tentang perpustakaan

d. Memberikan bantuan kepada para pengajar dan perencanaan kurikulum dan ikut menyelesaikan problem khusus dalam bidang kurikulum pengajar. e. Membantu program-program inservice training dan perkembangan profesi

para dosen/guru dan para mahasiswa/mahasiswi dalam menggunakan perpustakaan

f. Memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk keperluan pengaruh perpustakaan dan memajukan suatu pembaca.

2.5 Pelayanan Pengguna Tunanetra

Safaruddin (2010 : 8) menyatakan bahwa pada prinsipnya pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra sama dengan pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar orang-orang nonberkebutuhan khusus. Namun demikian ada hal-hal khusus yang tidak menjadi kebutuhan orang pada umumnya tetapi menjadi kebutuhan penyandang tunanetra. Oleh karena itu

perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh pihak yang terkait dengan strategi khusus antara lain :

1. Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus braille maupun tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.

2. Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada penyandang tunanetra agar tidak mengganggu mobilitas mereka. Ruangan hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.

3. Layanan berbasis teknologi diperlukan bagi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi. Layanan perpustakaan bagi tunanetra yang mempunyai kelainan sedemikian rupa tentu saja memerlukan berbagai alat yang dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.

2.5.1 Jenis Layanan bagi Pengguna Tunanetra

Safaruddin (2010 : 7) juga menyatakan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah layanan berbasis teknologi bagi tunanetra yang mempunyai kelainan diharapkan dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan

alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih, seperti Komputer dengan program Job Acces With Speech (JAWS), Printer Braille (Impact Printer), Open Book scanner, DAISY Player (Digital Ascesible System Player), Buku bicara (Digital Talking Book), Termoform, dan telesensory.

Selain layanan keanggotaan dan layanan bantuan pustakawan, jenis layanan yang merupakan bagian penting dalam layanan pengguna tunanetra antara lain :

1. Koleksi Braille.

Koleksi Braille adalah koleksi yang khusus diperuntukkan bagi penyandang tunanetra. Koleksi Braille di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini berupa buku. Akan tetapi tulisan di dalam buku tersebut adalah tulisan dengan huruf Braille. Huruf-huruf Braille pertama kali diintegrasikan dan dikembangkan oleh Louis Braille pada tahun 1829. Tulisan Braille ini terdiri dari titik-titik. Setiap huruf alphabet diwakili dengan sejumlah titik. Titik-titik tersebut seperti kode yang menonjol pada kertas di dalam buku. Dengan demikian, para penyandang tunanetra dapat membaca gugusan titik di atas kertas melalui sentuhan ujung jari mereka. Hal ini sangat mungkin karena para penyandang tunanetra menggunakan ujung jari mereka untuk meraba tulisan Braille. Hingga saat ini, sistem Braille tidak saja dalam bentuk buku, namun sudah dikembangkan secara online.

2. Digital Talking Book/ Audio Book

Digital Talking Book atau buku bicara merupakan salah satu media yang sangat penting bagi tunanetra dalam mengakses berbagai macam informasi, baik

yang berhubungan dengan pendidikan, social, budaya, alam, dan berbagai hal

Dokumen terkait