• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna Tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna Tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Dalam proses penelitian ini penulis menerapkan metode wawancara kepada pustakawan dan kepada pengguna tunanetra untuk memperoleh data yang akurat. Berikut ini adalah pedoman wawancara yang akan dilakukan dalam proses penelitian :

1. Pertanyaan yang ditujukan kepada pustakawan mencakup bagaimana proses pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang terdiri dari :

a. Pengelolaan koleksi bagi pengguna tunanetra. b. Fasilitas bagi pengguna tunanetra.

c. Kendala yang menghambat proses pengelolaan layanan pengguna tunanetra.

2. Pertanyaan yang ditujukan kepada pengguna tunanetra mencakup pemanfaatan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang terdiri dari :

a. Kepuasan pengguna tunanetra terhadap layanan yang diterima. b. Kebutuhan informasi pengguna tunanetra.

(2)

LAMPIRAN II

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Koleksi pada rak sisi kiri

(3)

Koleksi pada rak di belakang meja baca

(4)

Tatanan koleksi buku Braille

(5)

LAMPIRAN III DAFTAR PERTANYAAN Pertanyaan bagi Pustakawan :

1. Layanan (fasilitas) apa saja yang disediakan oleh perpustakaan bagi pengguna tunanetra?

2. Adakah koleksi khusus (bentuk digital/ audio/ komputer) yang disediakan bagi pengguna tunanetra selain koleksi buku braille?

3. Mengapa layanan komputer tidak disediakan lagi?

4. Hal-hal apa saja yang dilakukan pustakawan dalam mengelola koleksi braille yang dimiliki?

5. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan perpustakaan sebagai upaya peningkatan layanan bagi pengguna tunanetra?

6. Berapa rata-rata jumlah pengunjung yang datang menggunakan layanan tunanetra?

7. Kegiatan apa saja yang pernah dilakukan sebagai upaya untuk mempromosikan layanan pengguna tunanetra?

8. Informasi apa saja yang biasanya dicari pengguna tunanetra di perpustakaan?

9. Adakah pola atau strategi khusus yang dilakukan pustakawan dalam mengelola layanan tunanetra?

10.Kendala (hambatan) apa saja yang dihadapi pustakawan dalam melaksanakan tugas (dalam pengelolaan koleksi dan pelayanan bagi pengguna tunanetra)?

11.Bagaimana perspektif pustakawan mengenai pengguna disabilitas tunanetra? Bagaimana perasaan dan motivasi yang diberikan bagi pengguna tunanetra.

12.Bagaimana kondisi umum (perilaku) pengguna tunanetra ketika melakukan proses pencarian informasi?

(6)

14.Pernahkah ada keluhan dari pengguna mengenai layanan pengguna tunanetra? Apa saja keluhannya?

15.Pernahkah pengguna tunanetra memberikan saran dan masukan bagi pustakawan mengenai layanan di perpustakaan mengenai peningkatan layanan?

Pertanyaan bagi Pengguna Layanan Tunanetra :

1. Apa pendapat kamu mengenai koleksi buku Braille yang tersedia di perpustakaan ini? Apakah koleksi yang kamu butuhkan tersedia di perpustakaan ini?

2. Koleksi apa saja yang biasanya kamu cari (butuhkan) di perpustakaan ini? 3. Beberapa tahun lalu di perpustakaan ini disediakan layanan komputer bagi

tunanetra, namun sekarang tidak tersedia lagi. Bagaimana pendapat kamu mengenai hal ini?

4. Selain komputer, apa lagi layanan yang kamu inginkan agar disediakan di perpustakaan ini?

5. Bagaimana pendapat kamu mengenai layanan (sikap) pustakawan di perpustakaan ini?

6. Pernahkah ada pengalaman khusus, yakni pelayanan yang kurang baik yang kamu terima dari pustakawan?

7. Selain pelayanan yang diberikan pustakawan, bagaimana pendapat kamu mengenai fasilitas yang disediakan? Apakah fasilitasnya (sarana dan prasarana) memuaskan?

8. Apakah kamu senang berkunjung ke perpustakaan? Hal apa yang membuat kamu tertarik dan ingin datang ke perpustakaan?

9. Apakah kamu pernah menemukan masalah atau hambatan ketika menggunakan layanan pengguna tunanetra di perpustakaan ini?

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Georgopolous dan Tannenbaum. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga Harahap, Lindawati. (2011). Hubungan Kompetensi Pustakawan Dengan Kualitas Layanan Digital di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Medan : USU.

Hasugian, Jonner. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan:

USU Press.

Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: PEMBARUAN

Lasa HS. 1994. Jenis-jenis Pelayanan Informasi Perpustakaan. Yogyakarta : UGM Press.

Miles, Mathew B. Michael Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. London: Sage Publication, Inc.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Patton, M. Q. (1980). Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills, CA.: Sage Publications.

Safaruddin, 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra.

Steers, M. Richard. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. _____________. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sutopo,H.B. 2002 Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS, Surakarta.

(8)

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Dalam proses penelitian ini penulis menerapkan metode wawancara kepada pustakawan dan kepada pengguna tunanetra untuk memperoleh data yang akurat. Berikut ini adalah pedoman wawancara yang akan dilakukan dalam proses penelitian :

1. Pertanyaan yang ditujukan kepada pustakawan mencakup bagaimana proses pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang terdiri dari :

a. Pengelolaan koleksi bagi pengguna tunanetra. b. Fasilitas bagi pengguna tunanetra.

c. Kendala yang menghambat proses pengelolaan layanan pengguna tunanetra.

2. Pertanyaan yang ditujukan kepada pengguna tunanetra mencakup pemanfaatan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang terdiri dari :

a. Kepuasan pengguna tunanetra terhadap layanan yang diterima. b. Kebutuhan informasi pengguna tunanetra.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini penulis memakai metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk menemukan apa yang sedang terjadi dan kemudian membuktikan apa yang telah ditemukan. Apa yang ditemukan harus dibuktikan dengan kembali ke belakang pada dunia empiris di bawah studi dan menguji sedemikian rupa analisis yang sesuai dengan fenomena dan berfungsi untuk menjelaskan apa yang telah diobservasi (Patton, 1980:47).

Meneliti dengan menggunakan metode kualitatif diharapkan mampu memberikan gambaran tentang bagaimana efektivitas pustakawan dalam pengelolaan layanan perpustakaan digital bagi pengguna tunanetra. Maka dari itu berdasarkan hasil wawancara maupun data hasil observasi, diharapkan dapat memberikan pemaparan yang signifikan, lebih baik dan terarah sesuai dengan harapan.

3.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Jl. Brigjend Katamso No. 45-K Medan. Waktu yang dipergunakan selama penelitian ini mulai dari observasi awal hingga selesai diperkirakan dalam jangka waktu lima bulan.

(10)

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu data yang diberikan langsung oleh sumber data (narasumber) kepada pengumpul data (peneliti). Sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2013).

Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang yakni tiga orang pengguna layanan tunanetra dan empat orang pustakawan yang bekerja di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Dan untuk data sekunder, peneliti akan melakukan pengamatan terhadap fenomena yang ada di lokasi penelitian.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Data primer dan data sekunder yang di perlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara (interview), wawancara dilakukan terhadap pustakawan dan pengguna tunanetra sebagai narasumber untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas dan akurat tentang berbagai hal yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dalam wawancara ini digunakan pedoman wawancara sebagai panduan wawancara agar dapat lebih terfokus dan konsisten dalam hasil pendataannya.

(11)

3. Studi Dokumentasi, dokumentasi dapat dijadikan sumber tambahan dalam penelitian dan bukti suatu pengujian (Moleong, 2006 : 235). Dokumen yang akan dipergunakan dalam penelitian ini berupa gambar foto lokasi penelitian, foto koleksi dan fasilitas layanan pengguna tunanetra.

3.5Analisis Data

Data yang tekumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif sebagaimana diungkapkan Miles dan Huberman (1984: 23). Adapun langkah-langkah analisis data dilakukan dengan empat tahap, yaitu : a) Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dicatat dalam dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami, catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti terhadap fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

b) Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang relevan dan bermakna. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya.

(12)

Penyajian data berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, dan tabel yang akan langsung disajikan menjadi sekumpulan informasi tersusun, yang menghasilkan kesimpulan dan selanjutnya pengambilan tindakan. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi.

d) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir.

3.6Keabsahan Data

Teknik validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik trianggulasi. Patton (dalam Sutopo, 2002 : 78) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu :

a. Trianggulasi data (data triangulation),

b. Trianggulasi peneliti (investigatos triangulation)

c. Trianggulasi metodologis (methodological triangulation) d. Trianggulasi teoritis (theoreticall triangulation).

(13)

Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pengguna layanan tunanetra dan pustakawan yang ada di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Dari hasil wawancara ditemukan informan sebanyak 7 orang, yakni 4 orang pustakawan dan 3 orang pengguna layanan tunanetra. Pada setiap proses wawancara, ditemukan permasalahan yang hampir sama.

Meski dilakukan pada jam buka layanan perpustakaan, pelaksanaan wawancara tidak mengganggu kegiatan dan pekerjaan informan karena wawancara dilakukan dengan memanfaatkan waktu yang kosong. Wawancara berlangsung secara informal dengan percakapan santai, namun dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara. Setiap percakapan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan.

[image:14.595.156.469.603.750.2]

Wawancara dilakukan berulang ketika penulis merasa masih ada informasi yang kurang jelas dan yang perlu ditambahi dari wawancara dengan informan sebelumnya.

Tabel 4.1 Daftar Informan

Informan Keterangan

I1 Pengguna Tunanetra

I2 Pustakawan

I3 Pustakawan

I4 Pustakawan

(15)

I6 Pustakawan

I7 Pengguna bukan Tunanetra

4.2 Kategori

Berdasarkan kajian terhadap informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, penulis menyusun suatu kerangka awal untuk menganalisis masalah yang terjadi sebagai pedoman dalam melakukan coding. Dengan adanya pedoman ini, penulis dapat kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan dan menunjukkan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sehingga menghasilkan beberapa kategori. Adapun kategori tersebut adalah sebagai berikut :

4.2.1 Layanan Pengguna

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dari informan adalah mengenai layanan pengguna. Layanan pengguna merupakan tolak ukur yang sangat penting dalam kepuasan pengguna. Semakin baik kualitas layanan tersebut, maka akan semakin tinggi kepuasan pengguna, sehingga semakin banyak pula pengguna yang datang berkunjung ke perpustakaan. Cakupan layanan pengguna yang menjadi kajian penulis yakni :

a. Koleksi

(16)

I1 : “maunya koleksinya diperbanyak supaya lebih variatif” I2 : “koleksinya terbatas dan masih sedikit, apalagi koleksi baru.” I5 : “koleksi kurang banyak, gak lengkap, jadi susah milih buku yang

sesuai dengan keperluan”

Pernyataan diatas merupakan indikasi bahwa koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan tidak memenuhi kebutuhan pengguna, sehingga ketersediaan koleksi harus terus dikembangkan karena kebutuhan informasi pengguna juga akan selalu berkembang. Seperti yang disampaikan oleh I1 dan I5 :

I1 : “biasanya baca buku cerita, tapi kalau ada tugas sekolah perlu juga lihat di perpustakaan ini”

I5 : “ pengen baca buku tentang teknologi kak”

Koleksi merupakan objek umum yang paling dicari oleh pengguna. Hal ini merupakan tanggung jawab pokok seorang pustakawan, yakni memperhatikan koleksi yang menjadi kebutuhan para pengguna perpustakaan. Karena kebutuhan informasi setiap orang berbeda, koleksi yang disediakan harus beragam pula.

b. Sarana dan Prasarana

(17)

I2 : “layanan komputer tidak beroperasi lagi disini sejak renovasi tahun 2010

I4 : “dulu ada layanan komputer untuk tunanetra, tapi sekarang gak ada lagi”

Sarana dan prasarana yang tersedia di dalam perpustakaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pustakawan. Sarana dan prasarana dalam perpustakaan mencakup fasilitas dan alat-alat yang disediakan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna di perpustakaan. Lebih lanjut, penulis menanyakan alasan mengapa layanan teknologi komputer tidak lagi tersedia kepada informan I2, I3 dan I4

I2 : “software yang dipergunakan tidak diperbanyak, tidak ada maintenance”

I3 : “komputernya rusak, jadi gak dipakai lagi”

I4 : “komputernya gak dipergunakan sama pengguna tunanetra, jadi terabaikan gitu aja. Jadi makin lama makin gak dipakai lagi” Melalui pernyataan informan I1, I3, dan I4, penulis menyimpulkan bahwa telah terjadi penurunan dalam layanan ini. Penulis juga menemukan adanya keinginan dari pengguna untuk bisa menikmati layanan komputer berdasarkan pernyataan dari I5 dan I7

I5 : “maunya komputer disediakan untuk pengguna disabilitas seperti kami, karena kami juga pengen tahu gimana rasanya mengetik, browsing, pokoknya internetan gitu”

I7 : “sayang sekali layanan itu sudah tidak ada, padahal justru harus diterapkan supaya yang tunanetra pun bisa main komputer”

(18)

dilakukan maintenance dan programnya (software) tidak dikelola dengan baik oleh pustakawan. Memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengguna adalah salah satu tugas pokok seorang pustakawan.

4.2.2 Efektivitas Pustakawan

Kategori kedua yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dari informan adalah mengenai Efektivitas Pustakawan. Efektivitas pustakawan merupakan suatu usaha atau tindakan tepat guna yang dilakukan pustakawan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan berdasarkan keadaan lingkungan perpustakaan yang selalu berubah.

Penulis mengkaji efektivitas pustakawan berdasarkan :

a. Perilaku Pustakawan

Informan I1, dan I5 yang merupakan pengguna layanan tunanetra menyatakan bagaimana perilaku pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara dalam membantu mereka mencari informasi

I1 : “pustakawannya baik dan ramah”

I5 : “mereka baik, suka membantu mengambil buku yang aku mau”

(19)

I7 : “beberapa pustakawan bersikap ramah, tapi justru pustakawan yang bekerja di layanan pengguna tunanetranya yang tidak ramah. Saya dicueki dan bahkan pernah disuruh mengembalikan buku ke raknya langsung”

Penulis menyimpulkan bahwa perilaku pustakawan dinilai baik hanya karena mereka membantu pengguna tunanetra untuk mengambil koleksi dari rak. Mereka melayani pengguna karena pengguna tersebut tidak mampu, bukan karena mereka dengan ikhlas sedang melakukan tugasnya sebagai pelayan dalam perpustakaan tanpa membeda-bedakan penggunanya.

b. Kebijakan Pustakawan

Setiap perpustakaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Berbeda pustakawan, berbeda pula prinsip dan kebijakannya. Kebijakan pustakawan dijadikan sebagai salah satu kategori dalam kajian efektivitas pustakawan karena berkaitan dengan sistem yang diterapkan di perpustakaan.

I2 mengungkapkan salah satu prinsip sebagai pustakawan yang merupakan kebijakan pribadi bagi dirinya sendiri

I2 : “melaksanakan sistem sesuai kebutuhan dan semua berkesinambungan”

(20)

Berdasarkan pernyataan dari I2, I3, dan I6 ada beberapa kebijakan yang terdapat di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara :

I2 : “perpustakaan menyelenggarakan lomba sebagai promosi untuk menarik minat anak tunanetra mengunjungi perpustakaan ini. Selain melalui lomba, perpustakaan juga dipromosikan melalui radio, brosur, dan sosial media”

I3 : “kebijakan masih seputar layanan untuk pengguna” I6 : “peningkatan kualitas layanan dan minat baca”

Kebijakan dalam suatu perpustakaan dapat dijadikan alat ukur efektivitas pustakawan, karena apabila kebijakan yang diterapkan telah berlangsung efektif maka pustakawan juga telah mampu bekerja secara efektif.

4.2.3 Hambatan

Dalam setiap pekerjaan tentu saja terdapat hambatan - hambatan dalam proses pencapaian tujuan yang ingin diraih. Demikian juga sebagai pustakawan layanan pengguna tunanetra, mereka juga menghadapi beberapa hambatan ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seperti :

I2 : “tidak bisa menemukan informasi yang diminta pengguna karena komunikasi yang kurang jelas, karena anak tunanetra kadang terlalu pasif dan pemalu”

I3 : “teman kerja tidak bisa diajak kerja sama”

I4 : “keterbatasan dana dan sumberdaya manusia (pustakawan) tidak mampu bekerja optimal

I6 : “kurang komunikasi dengan pengguna”

(21)

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian

[image:21.595.121.505.334.721.2]

Setelah melakukan wawancara dengan 7 (tujuh) orang informan maka hasil analisis data yang diperoleh, digolongkan ke dalam beberapa kategori. Kategori tersebut merupakan suatu alat ukur penilaian efektivitas pustakawan dalam mengelola layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara, yakni sebagai berikut :

Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Penelitian

No Kategori Indikator

1. Layanan Pengguna Layanan Pengguna Tunanetra

a. Koleksi Koleksi Tulisan Braille

b. Sarana dan Prasarana Fasilitas Perpustakaan

2. Efektivitas Pustakawan Kinerja Pustakawan

a. Perilaku Pustakawan Sikap Pustakawan

b. Kebijakan Strategi dan Pengembangan Koleksi

3. Hambatan Kendala yang dihadapi

(22)

Peningkatan Efektivitas Pustakawan

Layanan Pengguna Tunanetra

Koleksi Koleksi

Braille

Sarana dan Prasarana

Fasilitas Layanan

Efektivitas Pustakawan

Perilaku Pustakawan

Sikap Pustakawan

Kebijakan

Strategi dan Pengembangan

Koleksi

Hambatan Kendala yang

dihadapi

[image:22.595.83.536.214.664.2]

Berdasarkan kategori diatas, hasil penelitian terhadap efektivitas pustakawan dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra dapat digambarkan sebagai berikut :

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kepuasan pengguna terhadap layanan perpustakaan merupakan tujuan pokok seorang pustakawan, dengan memberikan layanan terbaik bagi setiap pengguna perpustakaan tanpa memandang latar belakang, profesi, ras, suku, agama, dan kehidupannya. Tidak terkecuali dengan pengguna tunanetra yang memang memerlukan perhatian dan pelayanan khusus. Pengguna tunanetra tidak mampu beraktifitas sebagaimana manusia normal lainnya, mereka membutuhkan bantuan khusus pustakawan dalam mencari dan menemukan informasi yang ia butuhkan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa kategori yang menjadi alat ukur efektivitas pustakawan :

1. Layanan Pengguna

Layanan pengguna tunanetra merupakan objek penanda keberhasilan seorang pustakawan dalam melaksanakan tugasnya. Layanan pengguna meliputi dua hal penting yakni :

a. Koleksi

(24)

mengikuti kemajuan teknologi. Pustakawan sebaiknya menambah koleksi bukan hanya dalam bentuk tercetak saja.

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang baik dan memadai akan sangat mendukung kenyamanan dan kemudahan pengguna dalam melakukan proses pencarian informasi. Sarana dan prasarana yang perlu diperbaiki ialah media dan alat yang dapat dipergunakan oleh pengguna, misalnya komputer yang dahulu pernah disediakan bagi pengguna tunanetra agar disediakan kembali.

2. Efektivitas Pustakawan a. Perilaku Pustakawan

Perilaku pustakawan adalah hal yang pertama sekali diterima oleh pengguna. Bagaimana sikap perilaku pustakawan dalam melayani pengguna akan sangat mempengaruhi kepuasan pengguna. Sebaiknya pustakawan melayani dengan suara yang ramah dan bersahabat, sehingga pengguna tunanetra tidak merasa takut dan sungkan untuk menyampaikan tujuannya datang ke perpustakaan.

b. Kebijakan

(25)

perpustakaan saja, namun pustakawan juga harus melakukan perbandingan dengan perpustakaan lain guna meningkatkan kualitas layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara.

3. Hambatan

Hambatan merupakan fenomena yang akan selalu ada di setiap perpustakaan. seorang pustakawan akan selalu menemukan hambatan dalam melaksanakan tugasnya dalam melayani pengguna tunanetra. Salah satu contoh ialah kurangnya komunikasi yang baik dengan pengguna karena ketidakpercaya dirian pengguna saat berbicara dengan pustakawan.

5.2 Saran

(26)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan salah satu sarana untuk mendidik masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tanpa membedakan suku, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, dan latar belakang lainnya.

Dalam perpustakaan umum harus tersedia semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai displin ilmu, dan penggunaanya untuk seluruh lapisan masyarakat serta memberikan kebebasan akses informasi dan layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya.

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial. Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

(27)

masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagian dari dana masyarakat.

Sementara itu, Sulistyo-Basuki (1999 : 152) menyatakan bahwa Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak retribusi yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Hermawan (2006 : 31) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai lima tujuan utama yaitu :

a. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.

b. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan infornasi.

d. Bertindak selaku agen kultur, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

Sulistyo-Basuki (1993 : 48) merumuskan tujuan perpustakaan umum sebagai berikut :

a. Pendidikan, perpustakaan umum bertugas memelihara dan menyediakan sarana untuk pengembangan perorangan atau kelompok pada semua tingkat kemampuan pendidikan.

b. Informasi, perpustakaan menyediakan kemudahan bagi pemakai berupa akses yang cepat terhadap informasi yang tepat mengenai seluruh julatan pengetahuan manusia.

(28)

d. Rekreasi, perpustakaan memainkan peran penting dalam mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan waktu senggang dengan penyediaan bahan pustaka.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, secara rinci Sulistyo-Basuki dalam Hasugian (Hasugian, 2009 : 77) juga menyatakan tujuan perpustakaan umum dalam manisfesto UNESCO:

1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.

4. Bertindak selaku agent cultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Perpustakaan umum merupakan satu-satunya jenis perpustakaan yang masih dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Beberapa kategori perpustakaan umum adalah sebagai berikut :

1. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk perpustakaan keliling.

2. Perpustakaan desa/ kelurahan.

3. Perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga keagamaan.

4. Taman Bacaan, rumah baca, pondok baca, dan sebagainya, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun perorangan.

(29)

2.1.3 Fungsi dan Layanan Perpustakaan Umum

Peranan sebuah perpustakaan adalah bagian dari tugas pokok yang harus dijalankan di dalam perpustakaan. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan perpustakaan. Setiap perpustakaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Menurut Sutarno ( 2006 ) , ada beberapa peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan, antara lain:

1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.

2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya. 3. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan

mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.

4. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

5. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

6. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditentukan pada masa yang lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan.koleksi tersebut dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan oleh generasi sekarang, kemudian dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. 7. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi

(30)

8. Petugas perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (users education), dan pembinaan serta menanamkan pemahaman tentang pentingnya perpustakaan bagi orang banyak.

9. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.

10. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. Sebab masyarakat yang sudah maju dapat ditandai dengan adanya perpustakaan yang sudah maju pula, sebaliknya masyarakat yang sudah berkembang biasanya belum memiliki perpustakaan yang memadai dan representatif.

11. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obatan terlarang, dan tindak indisipliner.

Perpustakaan dapat berperan aktif dalam mencari/menelusur, membina dan mengembangkan serta menyalurkan kegemaran, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh perpustakaan. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: menghimpun, memelihara, dan memberdayakan semua koleksi bahan pustaka

2.2 Pustakawan

(31)

(information workers), manajer informasi (information managers),pialang

informasi (information broker), ahli informasi (information specialist), manajer pengetahuan (knowledge managers), dan lain sebagainya.

Pekerjaan pustakawan yang umumnya dikenal masyarakat awam adalah merawat buku dan koleksi lain agar siap dipergunakan oleh pengguna perpustakaan.

2.2.1 Pengertian Pustakawan

Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang

disebut pustakawan adalah “Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan

dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi

yang dimiliki melalui pendidikan”. Sedangkan menurut Lasa, HS. yang dikutip

oleh Harahap (2011) Librarian-pustakawan, penyaji informasi adalah “Tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi”. ( Harahap , 2011 )

(32)

Menurut Poerwadarminta yang dikutip oleh Harahap (2011) bahwa,

“Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti

pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan,

dokumentasi, dan informasi”. Selanjutnya menurut Aziz yang dikutip oleh

Harahap (2011) menambahkan bahwa, “Pustakawan merupakan tenaga profesi

dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi

berbagai jenis perpustakaan”.

Pustakawan melaksanakan tugas kepustakawanannya berdasarkan pengetahuan ilmu perpustakaan dan informasi yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Hermawan dan Zen (2006) bahwa:

Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan merupakan seseorang yang menempuh pendidikan berlatarbelakang ilmu perpustakaan dan bekerja sebagai tenaga profesional dibidang perpustakaan untuk mengelola informasi baik dalam bentuk tercetak dan juga elektronik. Jadi, tidak semua orang yang bekerja di perpustakaan dapat disebut sebagai pustakawan, karena untuk menjadi seorang pustakawan harus memenuhi syarat sebagai pustakawan.

(33)

Pustakawan merupakan penggerak sistem dalam perpustakaan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pustakawan memiliki peran yang sangat penting dalam perpustakaan. Menurut Hermawan dan Zen (2006 : 56-57) peran pustakawan adalah sebagai berikut :

1. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan.

2. Manajer

Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar dasar pengelolaan informasi.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Supervisor

Sebagai supervisor pustakawan harus :

a. Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; b. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik

rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tega, adil, objektif dalam melaksanakan tugasnya;

d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatakan kinerja unit organisasinya.

Selanjutnya menurut Abbas yang dikutip oleh Kusumah (2001 : 1) juga mengemukakan peran pustakawan :

(34)

2. Pustakawan sebagai pengajar.

3. Pustakawan sebagai manajer knowledge

4. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi

5. Pustakawan sebagai penyokong untuk mengembangkan kebijakan informasi. 6. Pustakawan sebagai komunitas partner.

7. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi.

8. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi. 9. Pustakawan sebagai teknisi.

10. Pustakawan sebagai konsultan informasi.

2.2.3 Tugas dan Profesi Pustakawan

Profesi pustakawan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, yakni :

1. Pustakawan ahli, adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana, atau telah berpengalaman lama dalam mengelola perpustakaan secara profesional. Mereka adalah pembuat kebijakan dan berperan sebagai manajer. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mendefinisikan pustakawan profesional

sebagai orang yang, “berpendidikan formal ilmu perpustakaan. Selain itu

dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, tanggap, berwawasan luas, mempunyai kemampuan manajerial di bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian serta penyuluhan.

2. Pustakawan terampil, adalah yang menguasai teori-teori ilmu perpustakaan dan terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan, seperti pengadaan, pengolahan, dan pelayanan. Keberhasilan pelayanan perpustakaan sangat tergantung pada tenaga para-profesional ini, karena merekalah yang secara langsung akan berhadapan dengan pengguna. Lazimnya yang termasuk kelompok ini adalah pustakawan yang berpendidikan minimal diploma.

(35)

2.3 Efektivitas

Kata efektif berasal dari data efek, yang artinya dampak, hasil, atau pengaruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada efeknya; dan dapat membuahkan hasil. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

2.3.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Georgopolous (Georgopolous dan Tannembaum 1985, 50) efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.”

Selanjutnya, Steers (1985:87) mengemukakan bahwa efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Sedangkan Kurniawan (2005) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

(36)

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang ditentukan dalam suatu kegiatan atau organisasi. Efektivitas dapat dikatakan sebagai alat ukur dalam proses pencapaian tujuan. Konsep efektivitas ialah salah satu faktor yang menentukan perlu atau tidaknya dilakukan suatu perubahan signifikan terhadap bentuk manajemen suatu kegiatan atau organisasi. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

2.4 Pelayanan Pengguna

Pelaksanaan kegiatan layanan pengguna merupakan salah satu tugas utama dalam perpustakaan. Kegiatan ini mencakup proses penelusuran informasi, layanan sirkulasi, pendidikan pemakai, dan pelayanan referensi. Kegiatan layanan pengguna ini cukup mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna perpustakaan, oleh sebab itu kegiatan layanan ini harus mendapat perhatian khusus dari pustakawan.

2.4.1 Pengertian Pelayanan Pengguna

Menurut Lasa (1994:122) pelayanan pengguna adalah “mencakup semua kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan, penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk

kepentingan pengguna perpustakaan”.

Sementara menurut Wahyudi (1994:123), pengertian pelayanan pengguna

(37)

Melayani pengguna adalah tugas utama pustakawan, yakni dengan memberikan bantuan berupa jasa layanan kepada pengguna perpustakaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelayanan pengguna merupakan kegiatan memberikan bantuan berupa jasa yang memudahkan pengguna perpustakaan dalam mencari dan menemukan informasi yang ia butuhkan.

2.4.2 Tujuan Pelayanan Pengguna

Menurut pendapat Lasa, H.S ( 1994: 2 ), tujuan pelayanan pengguna adalah:

a. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin. b. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta

kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain, akan segera dapat diketahui alamat peminjam dan dinantikan pada waktu pengembalian.

c. Terjamin pengembalian peminjam dalam waktu yang jelas. Dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjamin.

d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.

e. Apabila terjadi pelanggaran akan diketahui.

Menurut Darmono (2006 : 135) tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudkan agar memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang ibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan informasi sesuai yang dikehendaki pembaca.

(38)

Sesuai dengan fungsinya, perpustakaan merupakan tempat mengumpulkan, melestarikan, mengolah, menyediakan, dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat yang disebut sebagai pengguna perpustakaan. Maka fungsi dari pelayanan pengguna adalah untuk membantu para pengguna perpustakaan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.

Menurut Trimo (1986 : 56) fungsi dari pelayanan pengguna adalah sebagai berikut:

a. Memberikan stimulasi dan guidance untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak dan untuk memperluas wawasan membaca mereka.

b. Membantu para mahasiswa/mahasiswi yang sedang mengerjakan laporan dan proyek lainnya serta kegiatan mereka

c. Mengajar para mahasiswa/mahasiswi bagaimana menggunakan buku dan fasilitas lainnya, dan membantu mengembangkan kecakapan mereka tentang perpustakaan

d. Memberikan bantuan kepada para pengajar dan perencanaan kurikulum dan ikut menyelesaikan problem khusus dalam bidang kurikulum pengajar. e. Membantu program-program inservice training dan perkembangan profesi

para dosen/guru dan para mahasiswa/mahasiswi dalam menggunakan perpustakaan

f. Memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk keperluan pengaruh perpustakaan dan memajukan suatu pembaca.

2.5 Pelayanan Pengguna Tunanetra

(39)

perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh pihak yang terkait dengan strategi khusus antara lain :

1. Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus braille maupun tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.

2. Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada penyandang tunanetra agar tidak mengganggu mobilitas mereka. Ruangan hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.

3. Layanan berbasis teknologi diperlukan bagi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi. Layanan perpustakaan bagi tunanetra yang mempunyai kelainan sedemikian rupa tentu saja memerlukan berbagai alat yang dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.

2.5.1 Jenis Layanan bagi Pengguna Tunanetra

(40)

alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih, seperti Komputer dengan program Job Acces With Speech (JAWS), Printer Braille (Impact Printer), Open Book scanner, DAISY Player (Digital Ascesible System Player), Buku bicara (Digital Talking Book), Termoform, dan telesensory.

Selain layanan keanggotaan dan layanan bantuan pustakawan, jenis layanan yang merupakan bagian penting dalam layanan pengguna tunanetra antara lain :

1. Koleksi Braille.

Koleksi Braille adalah koleksi yang khusus diperuntukkan bagi penyandang tunanetra. Koleksi Braille di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini berupa buku. Akan tetapi tulisan di dalam buku tersebut adalah tulisan dengan huruf Braille. Huruf-huruf Braille pertama kali diintegrasikan dan dikembangkan oleh Louis Braille pada tahun 1829. Tulisan Braille ini terdiri dari titik-titik. Setiap huruf alphabet diwakili dengan sejumlah titik. Titik-titik tersebut seperti kode yang menonjol pada kertas di dalam buku. Dengan demikian, para penyandang tunanetra dapat membaca gugusan titik di atas kertas melalui sentuhan ujung jari mereka. Hal ini sangat mungkin karena para penyandang tunanetra menggunakan ujung jari mereka untuk meraba tulisan Braille. Hingga saat ini, sistem Braille tidak saja dalam bentuk buku, namun sudah dikembangkan secara online.

2. Digital Talking Book/ Audio Book

Digital Talking Book atau buku bicara merupakan salah satu media yang

(41)

yang berhubungan dengan pendidikan, social, budaya, alam, dan berbagai hal lainnya. Digital talking book merupakan salah satu jenis koleksi yang penting disediakan bagi pengguna tunanetra untuk mengakses informasi. Dibandingkan dengan koleksi tercetak ( buku Braille) biaya produksi digital talking book ini jauh lebih terjangkau.

Dalam memenuhi kebutuhan pengguna tunanetra, perpustakaan dapat mengalih mediakan koleksi tercetak seperti buku, jurnal, artikel dan koleksi tercetak lainnya kedalam bentuk audio casette berupa rekaman suara. Selain karena biaya produksi yang relatif murah, digital talking book juga lebih mudah diakses. Pengguna dapat mendengarkannya dalam berbagai keadaan, santai, duduk, ataupun berdiri, selama mereka mempunyai alat pemutarnya.

3. Teknologi Komputer

Pengguna tunanetra juga dapat menggunakan teknologi komputer. Mereka dapat menggunakan screen reader (pembaca layar) untuk mengakses koleksi digital. Beberapa program pembaca layar yang tersedia bagi pengguna tunanetra yang dapat diakses secara gratis, diantaranya:

a. JAWS (Job Access With Speech)

(42)

orang-orang yang menderita kelemahan dalam penglihatan (low vision) sehingga mereka dapat dengan mudah menggunakan microsoft windows secara personal. Dengan alat ini tentunya penderita tunanetra dan low vision mudah mengakses komputer dan bahkan bisa melepaskan ketergantungan pada orang lain dalam menggunakannya. JAWS dirancang sebaik mungkin dengan mempertimbangkan banyak aspek untuk memudahkan mereka. JAWS dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk melafalkan teks (text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga dengan menerapkan teknologi

braille display. Selain itu keyboard yang digunakan juga lebih komprehensif dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor. JAWS juga dapat dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting Language, yang dapat digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi

yang bisa dipresentasikan dengan banyak aplikasi. JAWS diproduksi oleh the Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida, Amerika Serikat.

b. NVDA (Non-Visual Desktop Access)

(43)

meningkatkan dukungan untuk Mintty, klien desktop untuk Skype, dan grafik di Microsoft Excel. NVDA juga dapat mengkonversi tulisan berbentuk teks ke dalam bentuk braille. NVDA tersedia dalam empat puluh delapan bahasa dan kini telah digunakan oleh orang-orang di lebih dari seratus dua puluh Negara di dunia.

c. System Access To Go

System Access To Go adalah screen reader gratis, keluaran dari versi komersialnya, System Access. System Access To Go menangani aplikasi bawaan Windows, dan beberapa aplikasi umum seperti Microsoft Office, WinAmp, dan Skype. System Access To Go tidak membutuhkan instalasi. Kelemahan dari System Access To Go terletak pada soal koneksi internet itu sendiri. Kalau koneksinya lambat atau putus, maka System Access To Go akan membisu seribu bahasa, dan hal itu tentu saja membuat tunanetra kehilangan akses dengan komputernya.

d. WebAnywhere

WebAnywhere adalah sebuah aplikasi berbasis web yang diperuntukkan bagi

tunanetra. Aplikasi ini merupakan sebuah aplikasi non-visual interface untuk web yang tidak memerlukan software untuk diunduh kemudian diinstal. WebAnywhere dapat diakses dari komputer manapun dan memungkinkan

(44)

Dengan demikian perpustakaan sebagai pusat pengelola informasi haruslah memberikan layanan terbaik kepada semua masyarakat dari berbagai kalangan yang menjadi pengguna bagi perpustakaan. tidak terkecuali penyandang tunanetra (visually impaired user). Pada beberapa kasus diketahui bahwa para pengguna tunanetra tidak memperoleh layanan yang sesuai dan memuaskan dari pustakawan. Seharusnya, pustakawan sebagai penolong bagi pengguna perpustakaan memberikan layanan yang terbaik tanpa membeda-bedakan. Terlebih lagi, pengguna tunanetra merupakan pengguna yang sangat memerlukan bantuan khusus yang melebihi orang normal. Mereka tidak dapat melakukan proses pencarian informasi selayaknya pengguna normal. Oleh sebab itu diperlukan layanan khusus bagi para pengguna tunanetra.

(45)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu sarat akan kebutuhan informasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan penyebaran informasi mendorong manusia selalu ingin tahu tentang berbagai hal yang dapat memperluas wawasannya. Informasi yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda, tergantung keadaan, lingkungan, dan pola pikir dari masing-masing orang tersebut. Kebutuhan informasi seseorang akan meningkat apabila orang tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tidak terkecuali dengan masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik ataupun mental. Pada hakekatnya manusia itu memiliki kedudukan yang sama dalam hal untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran, sebagaimana tercantum dalam UUD RI 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dan juga

dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 yang berbunyi, “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pada

(46)

selayaknya memberi perhatian penuh bagi pendidikan masyarakat berkebutuhan khusus, salah satunya tunanetra. Agar mereka tidak merasa terasingkan dan terdiskriminasi dalam hal pendidikan dan hak-hak lainnya.

Pengguna tunanetra tidak mampu beraktifitas sebagaimana manusia normal lainnya, mereka membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan berbagai kegiatan termasuk proses pencarian informasi. Mereka juga harus mendapatkan hak yang sama seperti pengguna perpustakaan lainnya tanpa adanya halangan seperti intimidasi dan diskriminasi akibat cacat yang mereka miliki. Dengan demikian, para pustakawan harus dapat memahami apa saja yang menjadi kebutuhan informasi dan layanan yang tepat bagi para pengguna tunanetra.

(47)

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia kata tuna berarti tidak memiliki, tidak punya, luka atau rusak. Sedangkan kata netra berarti penglihatan. Dengan demikian tunanetra berarti buta, tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. Dalam literatur bahasa Inggris, istilah tunanetra juga disebut dengan “visual impairment (kerusakan penglihatan)”atau “sight loss

(kehilangan penglihatan)”. Tunanetra merupakan salah satu jenis kelainan pada indra (sensory), yaitu kelainan pada indra penglihatan (mata). Secara umum istilah tunanetra digunakan untuk menggambarkan kelainan penglihatan dari tingkatan ringan sampai berat atau buta. Penyebab ketunanetraan secara umum meliputi faktor penyakit, keturunan (internal), dan faktor kecelakaan (eksternal).

Dalam konteks pendidikan seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk mencapai prestasi belajar yang optimal diperlukan berbagai adaptasi atau penyesuaian komponen pendidikan. Ketunanetraan ini berimplikasi langsung pada kemampuan tunanetra dalam mengakses informasi. Hal ini berarti bahwa kebutaan telah mengakibatkan keterbatasan dasar pada individu, seperti dalam jenjang variasi pengalaman, kemampuan memperoleh sesuatu atau melakukan perjalanan, dan mengontrol lingkungan dalam hubungannya dengan alam sekitar.

(48)

buku dengan tulisan huruf Braille. Jumlah koleksi yang tersedia hingga kini berkisar 350 judul buku dengan tulisan Braille. Pada tahun 2009, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang disingkat dengan istilah BPAD Sumut ini pernah menyediakan layanan dengan fasilitas komputer bagi pengguna tunanetra. Namun pada tahun 2010, layanan tersebut terhenti karena tidak dilakukan maintenance dan programnya (software) tidak dikelola dengan baik. Ini merupakan salah satu masalah penting yang harus diperhatikan oleh pustakawan.

Demikian pula mengenai sedikitnya jumlah pengguna tunanetra yang datang berkunjung, rata-rata hanya 3 orang pengguna yang datang setiap bulannya. Hal ini juga harus diperhatikan dengan seksama. Kemungkinan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan kepada pengguna tunanetra tidak memuaskan, bahkan terkesan acuh. Atau bahkan kurang tepatnya sosialisasi dan promosi kepada masyarakat mengenai layanan bagi pengguna tunanetra ini.

Hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap efektivitas pustakawan di BPAD Sumut dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra yang kemudian dapat dijadikan pertimbangan bagi pustakawan untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mengelola layanan pengguna tunanetra menjadi lebih baik. Oleh sebab itu penulis memilih judul “Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna

(49)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah cara pustakawan meningkatkan efektivitas dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra menjadi tepat guna dan memuaskan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan efektivitas pustakawan dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1) Bagi BPAD Sumut : yakni sebagai masukan dan bahan pertimbangan kepada pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara untuk terus meningkatkan efektivitasnya dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra.

2) Bagi peneliti lanjutan : sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai topik yang sama.

(50)

4) Bagi Pembaca : karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam membahas masalah penelitian yang sama dan menambah pengetahuan pembaca mengenai efektivitas pustakawan dalma pengelolaan layanan pengguna tunanetra.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(51)

ABSTRAK

Napitupulu, Lois Sevelin. 2016. Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna Tunanetra di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara. Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan memberikan acuan kepada pustakawan dalam meningkatkan efektivitasnya dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan unit analisis penelitian yaitu pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Metode dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu kualitatif. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pustakawan dapat ditingkatkan melalui pelayanan koleksi dan penyediaan sarana dan prasarana dalam perpustakaan.

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pustakawan dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perpustakaan dalam meningkatkan efektivitas pustakawan dan kualitas layanan pengguna tunanetra yang disediakan oleh perpustakaan.

(52)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUSTAKAWAN DALAM PENGELOLAAN LAYANAN PENGGUNA TUNANETRA DI BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi

Ilmu Perpustakaan dan Informasi

LOIS SEVELIN NAPITUPULU

080709025

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

(53)

ABSTRAK

Napitupulu, Lois Sevelin. 2016. Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna Tunanetra di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara. Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan memberikan acuan kepada pustakawan dalam meningkatkan efektivitasnya dalam pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan unit analisis penelitian yaitu pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara. Metode dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu kualitatif. Penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pustakawan dapat ditingkatkan melalui pelayanan koleksi dan penyediaan sarana dan prasarana dalam perpustakaan.

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pustakawan dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perpustakaan dalam meningkatkan efektivitas pustakawan dan kualitas layanan pengguna tunanetra yang disediakan oleh perpustakaan.

(54)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul, “Peningkatan Efektivitas Pustakawan dalam Pengelolaan Layanan Pengguna Tunanetra di

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara” ini

diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Alm. Parningotan Napitupulu dan Riyanti Manalu, terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta doa yang selalu mengiringi langkah penulis khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis bangga memiliki kalian berdua, sebagai bagian terindah dan teristimewa dalam hidup penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini :

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd selaku Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, juga sebagai dosen Penguji I.

3. Bapak Ishak, S.S., M.Hum sebagai dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

(55)

5. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.Hum sebagai dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga Besarku, abang, kakak, dan keponakanku. Bang An, Bang Bed, Bang Yos, dan Kak Nin. Terima kasih atas doa, semangat, dan kritikannya.

8. Sahabat terbaik yang kucintai, Dengcu, yang terus mendukung dan menemani di saat-saat tersulit penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga Besar Kharisma, yang juga selalu mendoakanku untuk kuliah dan masa depanku.

10.Seluruh staf Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis.

11.Teman-teman seperjuangan di semester paling akhir di tahun ini, terima kasih karena telah berbagi info, saling mendukung dan mengingatkan. Kiranya Tuhan melimpahkan kasih-Nya kepada setiap pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekuarangan dalam penyajian skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan. Terima kasih, Tuhan memberkati.

Medan, April 2016 Penulis

(56)

DAFTAR ISI JUDUL

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….… ii

DAFTAR ISI ……… iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………..………..……….…..….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………..………... 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….….... 5

1.4 Manfaat Penelitian ……….………... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……….………..… 6

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum ……….……. 7

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum ……….……...…... 7

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum ………....…….… 8

2.1.3 Fungsi dan Layanan Perpustakaan Umum ………..……..… 10

2.2 Pustakawan ………...……. 11

2.2.1 Pengertian Pustakawan ………...…….. 12

2.2.2 Peran Pustakawan………....…..… 13

2.2.3 Tugas dan Profesi Pustakawan………....…..… 15

2.3 Efektivitas ………..….…...… 16

2.3.1 Pengertian Efektivitas ………...….……. 16

2.4 Pelayanan Pengguna ………..…….…... 17

2.4.1 Pengertian Pelayanan Pengguna ………...……… 17

2.4.2 Tujuan Pelayanan Pengguna ………...………. 18

2.4.3 Fungsi Pelayanan Pengguna ………...……… 18

2.5 Pelayanan Pengguna Tunanetra………. 19

2.5.1 Jenis Layanan Pengguna Tunanetra ...………....…….. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………...…...……… 26

3.2 Lokasi Penelitian.………...…… 26

3.3 Data dan Sumber Data………...…… 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...………...……….. 27

3.5 Analisis Data ……….…...…..… 28

3.6 Keabsahan Data ………...….…..… 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan ………...…… 31

4.2 Kategori………...…… 32

4.2.1 Layanan Pengguna………...……… 32

4.2.2 Efektivitas Pustakawan………...……… 35

(57)

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian………....……… 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...……… 40

5.2 Saran………...…… 42

DAFTAR PUSTAKA ……….…...… 43

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Informan
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Gambar 4.3 Peta Indikator Kategori Peningkatan Efektivitas Pustakawan

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Kecerdasan buatan adalah kemampuan komputer untuk dapat berpikir seperti seorang manusia dalam memecahkan suatu masalah. Bidang kecerdasan buatan yang digunakan dalam penulisan

Hendro Gunawan, MA

[r]

Penulisan ilmiah ini menjelaskan pembuatan homepage dengan tema ensiklopedi menggunakan program Microsoft frontpage 2000. Ensiklopedi yang ditampilkan berisi artikel-artikel

Bagi Penyedia Jasa yang berpengalaman dan berminat dapat mendaftarkan diri kepada Panitia pengadaan Pekerjaan Konstruksi Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Pemali Comal

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah TA 2012 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi

Pokja Bidang Konstruksi 3 ULP Kabupaten Klaten akan melaksanakan [Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung] dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara