• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai hak ekonomi yang bersifat eksklusif disarankan agar merubah kembali sifat delik dari delik aduan ke delik biasa, sebab kejahatan terhadap harta

kekayaan adalah termasuk pada delik umum yang bernuansa publik (berbeda pada delik kejahatan terhadap kehormatan seperti menghina atau memfitnah yang cenderung pribadi, begitu juga delik pencurian dalam keluarga yang bernuansa privat) yang dampaknya terhadap pengrusakan moral publik begitu besar dengan

2. Perlu ketegasan dalam penerapan sanksi pidana (tentunya juga perdata) terhadap

para pembajak melalui jaringan internet dan intranet seperti yang diterapkan di Jepang dan sebagian besar negara-negara di Eropa agar kreativitas pencipta musik dan lagu di kalangan musisi Indonesia dapat tumbuh dan para musisi dapat hidup layak.

3. Berbagai lembaga terkait perlindungan hak cipta seperti Lembaga Manajemen Kolektif, lembaga penyiaran, Ditjen HKI, WIPO, merumuskan pola penangkalan yang jitu dan tepat untuk mengantisipasi pengunduhan tanpa izin oleh masyarakat luas terhadap karya cipta musik dan lagu melalui jaringan intranet dan internet

misalnya meminta kepada lembaga resmi pemerintah seperti Kementerian Informasi dan Komunikasi untuk memblokir situs yang memuat atau mengupload

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Harsya W., Sistem Budaya Indonesia, Budaya dan Manusia di Indonesia,

Hanidita, Yogyakarta, 1985.

Badrulzaman, Mariam Darus Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, BPHN - Alumni, Bandung, 2010.

Black, Donald, Sociological Justice, Oxford University Press, New York, 1989. Cornish & Llewelyn, Intellectual Property : Patents, Copyright, Trade Marks and

Allied Rights, Thomson, Sweet & Maxwell, 2003.

Goldstein, Paul, Copy Rights Highway, From Gutenberg to the Celestial Jukebox (1994) diterjemahkan oleh Masri Maris, dengan judul Hak Cipta Dahulu, Kini dan Esok, Yayasan Obor, Jakarta, 1997.

Ihromi, T.O., Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993.

Kleden, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta, 1987, hal. 17. Lihat juga Kathleen Newland dan Kemala Candrakirana Soedjatmoko,

Menjelajah Cakrawala, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.

Koetyaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 1986, hal. 180-181. Lihat juga Koetyaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1987.

Mahadi, Hak Milik Immateril, BPHN, Jakarta, 1985.

---, Hak Milik Dalam Sistem Hukum Perdata Nasional., Jakarta, BPHN, 1981. Masjchoen Sofwan, Sri Soedewi, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty,

Yogyakarta, 1981.

Rahardjo, Satjipto, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya, Genta Publishing, Jakarta, 2009.

Rasjidi, Lili dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Saidin, OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015.

---, Transplantasi Hukum Asing ke Dalam Undang-undang Hak Cipta Nasional dan Penerapannya Terhadap Perlindungan Karya Sinematografi (Studi Kritis Terhadap Dinamika Politik Hukum Dari Auteurswet 1912 ke TRIPs Agreement 1994), Disertasi, Program Doktor S3, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2013.

Shauqi, Saddam, Perlindungan Karya Sinematografi Dalam Bentuk DVD Menurut UU No. 19 Tahun 2002 (Sduti di Kota Medan), Skripsi, FH-USU, Medan, 2013.

Seidman, Ann dan Robert B. Seidman, State and Law in The Development Process Problem-Solving and Institutional Change in the Third World, St. Martin’s Press, 1994.

Seidman, Robert B., The State, Law and Development, St. Martin's Press, New York, 1978.

Simorangkir, J.C.T., Beberapa Catatan Mengenai Perubahan UU Mengenai Hak Cipta, Jakarta, Kompas, 25 Februari 1987.

Soedewi, Sri Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981.

Soekanto, Soerjono, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Rajawali, 1988.

Tanya, Bernard L. (et.all), Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010.

Tashakkori, Abbas, Charles Teddlie, Hand Book Of Mixed Methods In Social & Behavioral Research, (Terjemahan Daryatno), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Wahyudi, J.B., Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.

Valdes, Mario J., (ed), Reflection and Imagination : A Ricour Reader, Harvester Wheatsheaf, New York, 1991.

Wignjosoebroto, Soetandyo, Penelitian Hukum Normatif : Analisis Penelitian Filosofikal dan Dogmatikal, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009.

Yudo, F. Nugroho Tanda Tanya Menyertai UU Hak Cipta, Jakarta, Kompas, 15 September 1987.

TERTIB ACARA

“PENYULUHAN HUKUM TENTANG PENINGKATAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP PERLINDUNGAN KARYA CIPTA MUSIK DAN LAGU”

Tanggal 15 Desember 2015

Waktu Acara Oleh

10.00-10.10 Wib Pembukaan oleh Protokol Muhammad Syukri

10.10-10.15 Wib Sambutan Ketua Pelaksana Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

10.15-10.20 Wib Do’a Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum 10.20-11.00 Wib Pemaparan Makalah : “Penegakan

Hukum Karya Cipta Musik dan Lagu Melalui Jaringan Intranet dan Internet”

Oleh : Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum Moderator : Dr. Edy Ikhsan, SH, MA Notulis : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH, M.Hum

11.00-13.00 Wib Tanya Jawab Dipandu oleh : Dr. Edy Iksan, SH, MA 13.00-13.10 Wib Penutupan Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum

PENEGAKAN HUKUM KARYA CIPTA MUSIK DAN LAGU

MELALUI JARINGAN INTRANET DAN INTERNET

A. Pendahuluan

Persoalan budaya hukum menjadi tema yang menarik dalam penegakan hukum perlindungan atas karya musik dan lagu di Indonesia. Undang-undang Hak Cipta yang terakhir telah pula merubah delik pelanggaran hak cipta yang semula adalah merupakan delik biasa, sekarang berubah menjadi delik aduan. Hal ini akan semakin membuka peluang bagi pelanggaran hak cipta karya musik dan lagu.

55

Budaya hukum dalam tesis ini akan digunakan sebagai pendekatan untuk melihat salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses penegakan hukum di Indonesia khususnya dalam bidang hak cipta musik dan lagu.

Dalam beberapa literatur, pemaknaan terhadap budaya hukum selalu dicari melalui akar katanya yakni budaya dan hukum. Budaya selalu pula dikonsepkan secara sempit. Dalam studi-studi antropologi budaya sering juga dirumuskan sebatas sistem lambang, sistem material dan sistem sosial selalu dilepaskan dari konsep budaya meskipun sesungguhnya antara sistem material dan sistem sosial selalu ada hubungan yang saling berkaitan, berjalin, berkelindan dalam satu sistem lambang. 56 Akan tetapi dalam pandangan yang terintegral atau holistik budaya selalu dikonsepkan sebagai sistem makna dan sistem nilai yang diletakkan dalam lapis dan basis mental. Lapis dan basis mental adalah bahagian yang terdalam dari sebuah budaya karena dimensi terdalam budaya terdapat pada nilai yang melekat di dalamnya. 57 Sebagai suatu sistem nilai (system of value) budaya akan melahirkan ide-ide normatif sedangkan sebagai suatu sistem makna (system of meaning) budaya akan melahirkan ide-ide kognitif. Keduanya melekat dan saling tidak terpisahkan (inheren) pada budaya sebagai sistem lambang dan secara serempak membangun dunia secara berulang-ulang (the symbolic system make and remake the world).58

Koentjaraningrat 59 memberikan batasan bahwa hampir seluruh aktivitas manusia adalah kebudayaan kecuali perilaku refleks yang didasarkan pada naluri yang tidak dikategorikannya sebagai kebudayaan. Ia membagi 3 wujud kebudayaan :

Pertama, wujud kebudayaan berupa kompleksitas ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan yang merupakan wujud ideal dan sifatnya abstrak.

Kedua, wujud yang berupa kompleksitas aktivitas perilaku yang terpola dari manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, wujud yang berupa benda-benda hasil karya manusia yang bersifat konkrit atau nyata.

55 Seringkali pencipta atau pemegang hak cipta yang tinggal di Jakarta tidak mengetahui kalau karya mereka dibajak di daerah-daerah dan pelosok-pelosok di luar Jakarta. Jika delik yang mengatur tentang pelanggaran hak cipta ini sebagai delik aduan, sudah pasti para pencipta atau pemegang hak cipta yang karyanya dibajak itu tidak dapat melakukan pengaduan ke aparat penegak hukum di kantor polisi setempat. Apalagi pembajakan itu dilakukan di berbagai tempat di Indonesia yang pelakunya berbeda-beda. Tentu saja hal ini menjadi semakin kompleks dalam proses untuk penegakan undang-undang hak cipta No. 28 Tahun 2014 tersebut.

56 Lebih lanjut lihat Harsya W. Bachtiar, Sistem Budaya Indonesia, Budaya dan Manusia di Indonesia, Hanidita, Yogyakarta, 1985, hal. 67.

57 Lebih lanjut lihat Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta, 1987, hal. 17. Lihat juga Kathleen Newland dan Kemala Candrakirana Soedjatmoko, Menjelajah Cakrawala, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hal. 95.

58 Lebih lanjut lihat Paul Ricour, dalam Mario J. Valdes (ed), Reflection and Imagination : A Ricour Reader, Harvester Wheatsheaf, New York, 1991, hal. 117.

59 Koetyaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 1986, hal. 180-181. Lihat juga Koetyaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1987, hal. 12.

Bertolak dari konsep kebudayaan yang diuraikan di atas, jika dihubungkan dengan hukum maka sebenarnya, hukum adalah merupakan sub sistem dari budaya karena hukum tidak hanya berisikan gagasan, ide-ide dan nilai-nilai akan tetapi juga secara nyata (empirik) hukum juga merupakan kompleksitas dari perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.60 Hukum merupakan konkritisasi dari nilai-nilai budaya yang dihasilkan dari berbagai interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Wujudnya dapat dalam bentuk gagasan-gagasan tentang keadilan, tentang persamaan dapat juga dalam bentuk kitab undang-undang, putusan hakim, dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan serta dalam bentuk doktrin hukum. Oleh karena itu dimanapun ada masyarakat di dunia ini didalamnya pasti ada hukum (ubi sosietes ibi ius) sebagai hasil dari kebudayaan. Jika mau dikelompokkan hukum termasuk dalam budaya immateril. Konsekuensi terhadap hukum yang merupakan produk kebudayaan akan memunculkan apa yang disebut dengan relativitas budaya. Berdasarkan konsep ini, hukumpun akan mengikuti kenyataan jika masyarakat yang akan melahirkan kebudayaan itu bersifat plural maka nilai-nilai normatif yang dianut juga akan bersifat plural. Karena itu hukum sering tidak mempunyai kekuatan berlaku secara universal. Pilihan-pilihan hukum selalu ditentukan tempat di mana hukum itu diberlakukan. Yang oleh Donal Black disebutnya bahwa keberlakuan hukum sangat ditentukan oleh keadaan disekitar atau yang mengelilingi norma hukum itu diberlakukan. 61

Oleh karena itu tiap-tiap perilaku stakeholders dalam praktek penegakan hukum adalah merupakan budaya hukum mulai dari perilaku legislatif ketika hukum itu dibuat, prilaku birokrasi atau budya eksekutif yang mengintervensi lembaga legislatif dan judikatif, sampai pada perilaku yudikatif sebagai lembaga penegak hukum dan perilaku masyarakat sebagai pemegang peran terhadap aktivitas penegakan hukum.

B. Fenomena Pembajakan Hak Cipta Musik dan Lagu

Dalam berbagai pemberitaan dan diikuti dengan berbagai seminar serta hasil-hasil penelitian hampir semuanya menyimpulkan bahwa praktek pembajakan karya cipta musik dan lagu sudah sampai di ambang titik nadir. Ini semua sudah tentu akan menimbulkan persoalan tersendiri di kalangan para musisi dan perusahaan rekaman suara. 62

Para musisi, sebut saja misalnya antara lain Anang Hermansyah dan para penampil (pemegang hak neighbouring rights) seperti Delon, telah mengajukan berbagai keberatan atas pembajakan karya musik dan lagu yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, para musisi menghabiskan waktunya untuk dapat mencipakan notasi dan lirik lagu untuk menjadi karya cipta musik dan lagu. Waktu, tenaga dan biaya yang mereka habiskan tidak sebanding dengan hasil yang mereka peroleh karena ternyata kemudian hak cipta mereka dibajak.

Untuk menyikapi ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pun turun tangan dan turut urun rembuk dengan para musisi dan memerintahkan kepada jajaran Kepolisian untuk menindak tegas para pelaku pembajak. Walaupun dalam pernyataannya presiden Jokowi menegaskan untuk menindak para pembajak yang berskala besar. Padahal dalam hukum sesungguhnya tidak boleh ada diskriminasi skala besar atau skala kecil karena skala kecil pun kalau dilakukan oleh banyak pihak akan menimbulkan kerugian yang besar juga.

60 Uraian-uraian tentang ini lebih lanjut lihat T.O. Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993. Bandingkan juga dengan Soerjono Soekanto, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Rajawali, 1988, hal. 164.

61 Lebih lanjut lihat Donald Black, Sociological Justice, Oxford University Press, New York, 1989.

62 Lebih lanjut lihat OK. Saidin, Transplantasi Hukum Asing ke Dalam Undang-undang Hak Cipta Nasional dan Penerapannya Terhadap Perlindungan Karya Sinematografi (Studi Kritis Terhadap Dinamika Politik Hukum dari Auteurswet 1912 ke TRIPs Agreement 1994), Disertasi, Program Doktor (S3) Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013. Dalam disertasi itu disimpulkan bahwa pembajakan karya musik dan lagu yang dituangkan dalam VCD dan DVD dalam bentuk karya sinematografi tidak berhenti ketika delik pidana yang semula berupa delik aduan berubah menjadi delik biasa dan ancaman hukumannya dinaikkan dari waktu ke waktu berdasarkan periodisasi perubahan undang-undang hak cipta nasional.

Berikut ini ditampilkan tabel tentang pandangan dan sikap para musisi dan pemerintah serta aparat penegak hukum terhadap fenomena pembajakan karya musik dan lagu

Tabel 1 :

Pandangan dan Sikap Musisi, Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum Terhadap Fenomena Pembajakan Karya Musik dan Lagu

Tanggal Pembicara Isi

21 Mei 2015 Jokowi Tindak pembajakan hak cipta skala

besar

3 Desember 2014 Delon & Tantowi Harapan musisi agar undang-undang

baru mengurangi pembajakan

20 April 2015 Anang & Kusplus Adukan pembajakan ke Polda Metro

Jaya

18 September 2015 Bambang Waskito (Direktur tindak

pidana ekonomi dan khusus badan reserse criminal kepolisian RI)

Bareskrim akan pidanakan pelaku pembajakan musik

18 Mei 2015 Ketua Umum Assiri Gumilang

Ramadhan

Kerugian Indonesia 2,8 milyar lagu illegal di Indonesia

17 Mei 2013 Gita Wirjani Mendag Priode SBY Kerugian Indonesia 4,5 triliun/tahun

20 Juni 2012 Keisi Ishizaka CEO, Waner Music

Japan

Di Jepang pengunduh illegal diancam pidana

Sumber : Saddam Shauqi, Tesis, 2015.

Dalam beberapa kasus pembajakan hak cipta telah membuktikan bahwa pelakunya tidak pernah mudah untuk “dijaring”. Pembuatan VCD dan DVD bajakan diawali dari pengunduhan melalui jaringan intranet dan internet. Fenomena ini tidak pernah ditemui pada masa-masa awal ditemukannya teknologi perekam suara ketika masih menggunakan bentuk kaset. Tetapi seiring dengan berjalannya peradaban umat manusia yang ditopang oleh kemajuan teknologi, informasi dan teknologi serat optik menyebabkan begitu mudah para pengunduh karya musik dan lagu melalui jaringan intranet dan internet untuk mendapatkan musik dan lagu tanpa harus membayar royalti.

C. Beberapa Kasus Pembajakan Karya Musik dan Lagu yang Digelar di Pengadilan.

WASHINGTON - Pengadilan Minneapolis Amerika Serikat (AS) mulai memeriksa kembali kasus pembajakan lagu di internet oleh seorang perempuan asal Minnesotta Jamie Thomas. Sebelumnya, ibu satu anak tersebut pada Oktober 2007 dihukum atas tuduhan melakukan aksi pembajakan online musik dan dituntut membayar denda sebesar USD222.000. Thomas merupakan warga pertama yang dituntut atas aksi pembajakan di Internet hingga dibawa ke meja hijau.

Seperti dilansir AFP, Jumat (26/9/2008), Thomas telah membajak sekira 24 lagu ke jaringan Kazza yang memungkinkan pengguna internet mengunduh lagu-lagu tersebut. Aksi tersebut merugikan sejumlah perusahaan rekaman seperti Capital Records, Sony BMG Music, Arista Records, Interscope Records, Warner Bros. Records and UMG Recordings, dan menuntut ganti rugi USD9.250 per lagu. Namun, beberapa waktu lalu pengadilan AS mengatakan akan memeriksa kembali kasus pembajakan tersebut untuk melihat apakah Thomas benar-benar mendistribusikan lagu-lagu tersebut atau tidak.

"Putusan juri yang kurang tepat secara substansi dapat merugikan hak Thomas, berdasarkan putusan pengadilan kami akan memeriksa kembali kasus tersebut," kata kepala pengadilan Minneapolis, Michael Davis. Menurut Davis, pengadilan memang tidak memaafkan aksi Thomas, tetapi pengadilan harus memeriksa lebih teliti lagi tentang motivasi Thomas melakukan hal itu. Selain itu, davis melihat Thomas tidak mendapatkan satu keuntungan financial pun dari aksinya tersebut.

"Tindakan pembajakan yang dilakukan memang illegal, tapi itu biasa terjadi," kata Davis. Lebih lanjut Davis mengatakan, Kongres AS sebaiknya mengamandemen undang-undang hak cipta dan memperjelas aturan pembajakan di internet. Saat ini asosiasi industri rekaman AS menuntut pelaku pembajakan dengan kisaran ganti rugi 3000 hingga USD5.000 per lagu.

Sidang Pembajakan Lagu Digelar 13 Juli di PN Jakut Pemerintah punya andil besar dalam pemberantasan pembajakan.

Para pelaku industri musik Indonesia bisa sedikit lega kasus laporan pembajakan lagu yang melibatkan rumah karaoke tersohor mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Senin (13/7/2015) nanti.

Produser Nagaswara Rahayu Kertawiguna, salah satu orang yang tak kenal lelah berjuang melenyapkan pembajakan musik di Indonesia merasa prestasi ini tak lepas dari Presiden Jokowi yang ikut memantau pemberantasan pembajakan yang dilakukan pihak kepolisian. “Iya, Jokowi minta dikawal sampai ke pengadilan, sampai ke hakim nanti. Sering Pak Jokowi minta kami juga mengawasi dan mengawal,” kata Rahayu saat dihubungi.63

Lelaki yang berjasa mengorbitkan Kerispatih, Wali, dan Zaskia Gotik ini ingin sidang nanti ada keputusan pengadilan. Jika saja ada perdamaian, maka tidak akan ada efek jera. “Tapi kalau ada keputusan pengadilan itulah bisa buat efek jera,” ungkapnya. Sikap tegas pemerintah juga, menurut Rahayu, membuat pusat penjualan CD illegal 64 di Glodok, Jakarta Pusat, menjadi kocar kacir. “Glodok lebih baik, setelah adanya penggerebekan dan kami melaporkan pelaku utama berikut gudang-gudangnya. Walau ada yang jualan yg ngumpet-ngumpet tapi kalau dilihat kasat mata sudah tidak ada,” katanya. Rahayu menghitung-hitung, kerugian industri musik dengan adanya penjualan CD illegal untuk di Glodok saja bisa mencapai ratusan triliun setiap tahunnya.

Kasus pembajakan karya cipta lagu ‘Cari Jodoh’ yang dipopulerkan Band Wali mulai disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Malang, Jawa Timur, Rabu (1/5/2013). Di sidang pertama itu, bos PT Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, dihadirkan. Rahayu adalah bos dari label yang selama ini mendistribusikan karya-karya Faang dan kawan-kawannya itu. Selain bos PT Nagaswara, Rahayu hadir di persidangan sebagai saksi atas dugaan pembajakan yang dilakukan Malikul Akbar Atjil. Kala dihubungi lewat telepon, Kamis (2/5/2013), Rahayu mengatakan, perbuatan yang dilakukan Atjil dengan membajak karya orang lain itu jelas merugikan. “Akan lebih merugikan lagi apabila tindakan pembajakan itu dibiarkan,” ujar Rahayu. Sebagai pemilik label yang mendistribusikan lagu-lagu musisi Indonesia, termasuk artis dan penyanyi Nagaswara, Rahayu mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut-serta menjaga karya para artisnya itu.

Kasus lagu ‘Cari Jodoh’ milik Band Wali, cerita Rahayu, pihaknya semula tidak tahu perbuatan yang dilakukan Atjil. “Jangankan memberi tahu, minta ijin memakai lagu ‘Cari Jodoh-nya’ Wali saja tidak dilakukan Atjil,” tutur Rahayu. Menurut Rahayu, akibat aksi pembajakan lagu ‘Cari Jodoh’ itu, sebagai pemegang hak cipta karya tersebut, pihaknya dirugikan Atjil sebesar Rp 1 Milyar. Dalam laporannya yang dibuat tahun 2010, Rahayu menyertakan jumlah kerugian itu. Selama Atjil belum diputus bersalah oleh majelis hakim PN Malang, jelas Rahayu, pihak distribusi Malaysia Incitech bisa terus menjual karya lagu ‘Cari Jodoh-nya’ Band Wali versi Atjil tanpa ada ijin yang jelas.

Perkara tersebut dimulai ketika lagu ‘Cari Jodoh’ karya cipta Band Wali dibajak di Malaysia tahun 2009. Setelah dilakukan penyidikan, Polda Jawa Timur menangkap Atjil di Surabaya pada awal tahun 2013. Atjil belakangan diketahui pernah menjadi aktivis Antipembajakan. Saat ditangkap, Atjil mengaku, Malaysia Incitech sudah membeli karya lagu ‘Cari Jodoh’ dari Wali Band. 65

Analisis serta saran yang diberikan

Salah satu kasus hak cipta yang bersangkutan pada band asal Indonesia (wali band) yang dibajak oleh negara tetangga yaitu Malaysia (Malikul Akbar Atjil). Dalam kasus ini dapat kita lihat bahwa kurang adanya kesadaran, baik dari pemegang hak cipta ataupun hukum yang ada dari negeri kita sendiri sehingga dari kurangnya kesadaran itulah yang menyebabkan adanya pelanggaran berupa pembajakan hasil kekayaan intelektual yang diciptakan oleh band wali. Pelanggaran tersebut termasuk dalam salah satu hak kekayaan intelektual yang berupa hak cipta, dimana dari pelanggaran ini pencipta merasa dirugikan karena hasil karya yang diciptakannya digunakan atau dibajak tanpa seizin dari pencipta atau pemegang hak. Selain itu peran pemerintah juga sangatlah penting bagi para pelaku

63Suara.com, Jumat (10/7/2015).

64 Kebanyakan dari kepingan CD illegal itu merupakan hasil pengunduhan dari jaringan intranet dan internet.

pembajakan karya cipta yang harus diproses lebih lanjut serta memberikan sanksi tegas karena telah melanggar UU tentang hak cipta No.19 Tahun 2002, dimana peraturan peundang-undangan ini menimbang bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keaneka ragaman etnik/suku bangsa dan budaya serta kekayaan dibidang seni dan sastra dengan pengembangannya yang memerlukan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut. Hal ini masuk dalam ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) yang berbunyi:

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

2. Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.

Selain itu dalam kasus ini, pihak dari PT Nagaswara juga merasa dirugikan oleh Atjil sebesar 1 Milyar rupiah dikarenakan dalam laporannya yang dibuat tahun 2010, Rahayu (pihak dari PT Nagaswara) menjelaskan jumlah kerugiannya itu. Selama Atjil belum diputus bersalah oleh majelis hakim PN Malang, pihak distribusi Malaysia Incitech bisa terus menjual karya lagu ‘Cari Jodoh-nya’

Dokumen terkait