• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang didapatkan, maka beberapa saran yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak seharusnya tidak melakukan seks pranikah karena dapat membuat malu keluarga dan merugikan diri sendiri terutama bagi kaum perempuan.

2. Orang tua seharusnya juga memperhatikan aktifitas anak meskipun disibukkan dengan karier kerjanya sehingga anak merasa di perhatikan dan tidak mengikuti hal-hal yang negatif, hal ini diharapkan bisa meminimalisir jumlah terjadinya hubungan seks pranikah pada anak.

3. Orang tua harus harus bisa membangun hubungan yang harmonis dengan anak, yaitu dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan efektif kepada anak remajanya. Dalam berkomunikasi dengan anak yang harus diperhatikan adalah, pertama mendengar supaya anak mau berbicara, kedua menerima terlebih dahulu perasaan anak, dan ketiga berbicara supaya didengar.

4. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai pola komunikasi dengan permasalahan yang berbeda seperti halnya mengenai remaja yang terkena narkoba atau tawuran remaja.

4.1.Gambar an Umum Objek Penelitian

Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kota Surabaya.Menurut Sensus Penduduk Tahun 2010, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.765.908 jiwa. Dengan wilayah seluas 333,063 km², maka kepadatan penduduk Kota

Surabaya adalah sebesar 8.304 jiwa per km

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya).

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Daerah Surabaya di sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan laut dengan selat Madura yang merupakan daerah pantai atau pesisir serta di sebelah selatan dan barat

berbatasan dengan Sidoarjo dan Gresik. Surabaya dibagi dalam 5 wilayah yaitu, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, dan Surabaya Pusat.

Penelitian ini dilakukan di Surabaya hal tersebut karena Data terbaru yang diterima Pemerintah Kota Surabaya, sebanyak 89 persen penularan HIV-AIDS di kota Pahlawan ini pada tahun 2012 terjadi akibat hubungan seks. yang lebih memprihatinkan, dari keseluruhan temuan kasus HIV-AIDS di Surabaya, 62,7 persen diantaranya tergolong usia produktif, yakni 20 sampai 39 tahun (http://www.beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya_Hidup/2012-07 19/141649/ Suka_ Seks_Bebas,Ratusan_Warga_Surabaya_Terinfeksi_AIDS)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1. Identitas Responden

1. Keluar ga 1

Ibu Yanti, 43 tahun.Warga Manukan, Surabaya. Ibu Yanti ini adalah Ibu dari Sinta. Ibu Sinta ini sehari-harinya adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu Yanti ini memiliki 2 orang anak yang satunya adalah Sinta. Tidak bekerja membuat Ibu Yanti dapat berkonsentrasi untuk mengurus rumah dan anak-anak

Sinta, 20 tahun. Sinta ini putri dari Ibu Sinta. Sinta merupakan anak Sulung dari 2 bersaudara, aktifitasnya hanya kuliah di salah satu Universitas Swasta yang berada di Surabaya. Sinta ini merupakan anak yang aktif dalam organisasi, Sinta jarang berada di rumah karena kegiatan kampus yang begitu padat.

2. Keluar ga 2

Ibu Hesti, 41 tahun. Warga Simorukun, Surabaya. Ibu Hesti adalah ibu dari Lina. Saat ini ibu Hesti bekerja di salah satu perusahaan Swasta. Sehari-hari Ibu Hesti berangkat pagi dan pulang malam. Ibu Hesti adalah seorang single parent yang telah berpisah dengan suaminya 4 tahun yang lalu, saat ini Ibu Hesti belum berpikiran untuk berencana menikah kembali.

Lina, 21 tahun. Lina ini adalah putri dari Ibu Hesti. Lina merupakan anak satu-satunya yang dimiliki Ibu Hesti. Aktifitasnya hanya kuliah di salah satu Universitas Negeri yang berada di Surabaya. Lina ini merupakan anak yang terbilang aktif dan tidak bisa diam, banyak aktifitas yang dilakukannya bersama temannya seperti halnya jalan-jalan.

3. Keluar ga 3

Bapak Rusli, 38 tahun Warga Alas Malang, Surabaya. Pak Rusli ini adalah Bapak dari Arif yang merupakan salah satu sekian anak yang pernah melakukan hubungan seks pranikah. Pak Rusli yang akrab disapa dengan Pak Rus ini sehari- harinya bekerja sebagai tukang bangunan. Gaji yang tak menentu membuat Pak Rusli tak selalu berada dirumah., sehingga waktu yang di gunakan untuk berkumpul di rumah hanya sedikit, serta tidak bisa selalu mengkontrol aktifitas anak-anaknya di rumah. Pak Rusli merupakan orang yang di disiplin dan tegas dalam menerapkan aturan di keluarganya.

Arif, 20 tahun, Arif ini putra dari Bapak Rusli. Rusli merupakan salah satu karyawan di salah satu mall di Surabaya. Sehari-hari aktivitas Arif hanya kerja dan bila libur jalan-jalan dengan teman-temannya bahkan ketika liburan Arif jarang pulang karena keluar kota untuk rekreasi bersama teman-teman

4.2.2. Analisis Data

1. Hasil Wawancara Dengan Keluar ga I

Berikut ini adalah hasil wawancara dan kroscek dari informan Ibu Yanti dengan anak remajanya Sinta. Wawancara dengan Ibu Yanti dilakukan di ruang tamu, Ibu Yanti menyambut peneliti dengan ramah, peneliti bertemu dengan Ibu Yanti setelah disambungkan oleh Sinta anaknya yang telah diwawancarai sebelumnya. Ibu Yanti saat wawancara menggunakan daster dengan posisi rambut di ikat, karena kebetulan suasana sedang santai, wawancara secara umum berjalan lancar namun ada sedikit hambatan kecil yakni disaat Ibu Yanti beberapa kali kedatangan tamu yakni dari tetangga dan orang mengantarkan paket.

Wawancara dengan Sinta dilakukan di sebuah taman dekat rumah pada sore hari dengan terlebih dahulu membuat janji untuk bertemu, saat itu Sinta baru saja pulang kuliah dan langsung bertemu dengan peneliti. Sinta menggunakan kemeja berwarna biru dan celana jeans serta membawa tas ransel yang berisikan buku kuliah. Hambatan selama wawancara dengan Sinta menyesuiakan waktu untuk bertemu dengan Sinta karena padatnya jadwal kuliah Sinta.

Peneliti saat memulai wawancara dengan kedua informan memancing pembicaraan dengan basa-basi sambil santai dan memperkenalkan diri dahulu lalu memulai pembiacaraan ringan dan dilanjutkan wawancara sesuai kebutuhan peneliti sedangkan wawancara dengan Sinta dilakukan di sebuah taman agar lebih santai.

Dibawah ini adalah jawaban Ibu Yanti ketika pertama kali ditanya mengenai apakah selalu memenuhi kebutuhan dari Sinta :

Ibu Yanti

Ya gak semua kebutuhan dia dituruti, mana yang perlu didahulukan diidahulukan dulu mana yang gak penting ya gak usah dulu lagian Sinta tak terlalu banyak menuntut anaknya.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Ibu Yanti tidak selalu mementingkan kebutuhan Sinta, hanya kebutuhan yang penting yang didahulukan.

Ibu Yanti juga memberikan pendapat mengenai kepribadian Sinta dirumah. Berikut adalah petikan wawancara dengan ibu Yanti :

Ibu Yanti

Sebetulnya sih anaknya juga pendiam, penurut tapi namanya anak masih usia remajalah ya mas ya pasti ada bangkangnya mas kalau dikasih tau

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Ibu Yanti menganggap bahwa Sinta adalah orang yang pendiam dan penurut, namun Ibu yanti

juga merasa wajar bila Sinta terkadang membangkang kalau dikasih tau karena memang masih remaja.

Komunikasi yang terjadi antara ibu dan anak remaja putrinya penting dilakukan, begitu pula yang terjadi pada keluarga ibu Yanti. Berikut adalah petikan wawancara dengan ibu Yanti :

Ibu Yanti

Ya kalau curhat ya ada (pernah) tapi kan anak seusia gitu curhatnya kan lebih banyak di temennya. Di saya juga curhat tapi kan gak semua yang dia lakukan itu di utarakan kepada saya ya mungkin kalau sama temannya lebih enak ngomongnya.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa bahwa Sinta jarang curhat kepada ibunya dan hanya cerita biasa mengenai teman-temannya jika curhat kepada ibunya.

Kontrol terhadap remaja putri perlu dilakukan khususnya dengan siapa saja remaja bergaul begitu juga kontrol yang dilakukan Ibu Yanti terhadap remaja putrinya Sinta. Berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu Yanti

Ibu Yanti

Ohh iya pastinya, kalau gak gitu kan saya gak tau dia berteman dengan siapa, bergaul yang bagaimana. Cuman ya sebisa mungkin saya harus tau jadi harus dikontrol.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa memang ada kontrol Ibu Yanti terhadap Sinta khususnya mengenai kontrol terhadap pergaulan.

Mengenai kontrol yang ada pada keluarga terhadap dirinya Sinta juga mengemukakan pendapat. Berikut adalah pendapatnya :

Sinta

Masalah kontrol itu sudah pasti biarpun bapak kerja, bapak sepulang kerja sering menayakan sama ibu bagaimana keadaan saya dan ibu sendiri pengawasannya juga agak ketat, keluar rumah juga sulit,ya... akhirnya kalau mau keluar rumah harus secara sembunyi-sembunyi.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui memang adanya kontrol ketat yang dilakukan oleh orang tuanya khususnya ibunya yang berada dirumah, dan Sinta harus sembunyi-sembunyi jika ingin keluar rumah dalam arti berbohong dan berasalan akan mengerjakan tugas. Seperti yang diungkapan Sinta berikut ini :

Sinta

Ya kalau keluar rumah kan mereka gak mengijinkan mas, ya terpaksa harus bohong ya alasan ngerjain tugas kuliah dengan teman padahal tujuannya yang lainnya. Jenuh mas kalau dirumah setiap hari.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Sinta merasa tidak ada kebebasan didalam rumah dan dia merasa jenuh dengan keadaan rumah. Berikut adalah petikan wawancara dengan Sinta :

Sinta

Ya gitu mas, kuliah aja kalau gak pulang tepat waktu ibu sms atau nelpon, nanya posisi lagi dimana. Padahalkan saya kan juga ingin ngobrol sebentar dengan teman dan gak langsung pulang .

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Setiap keluarga pasti mempunyai aturan untuk anak yang harus dipatuhi oleh anak begitu pula dengan keluarga Ibu Yanti, berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu Yanti mengenai aturan yang ditetapkan dalam keluarga :

Ibu Yanti

Ada sih mas, aturannya harus dipakai jam 9 malam Sinta uda ada dirumah ya kan untuk kebaikannya sendiri apalagi Sinta ini anak perempuan jadi apa kata tetangga kalau keluar kelayapan malam – malam kan gak pantes.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui memang benar ada aturan dirumah untuk anak seperti halnya keluar malam maksimal jam 9 malam.

Mengenai aturan yang ada di rumah Sinta juga berpendapat atas hal tersebut, berikut adalah petikan wawancaranya :

Sinta

Iya mas aturan dirumah ya kayak gitu slalu ditegakkan, kalau keluar rumah aja maksimal jam 9 uda harus dirumah itupun tujuan dan dengan siapa keluarnya sudah harus jelas.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Aturan yang dibuat memang untuk dipatuhi, dalam keluarga Ibu Yanti yang paling ketat adalah sang Ayah, berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu Yanti :

Ibu Yanti

Kalau bapaknya sih keras mas jadi ketat. Pokoknya kalau sama aturan bapak ini Keras, tapi kalau saya masih bisa ngimbangi anak tapi ya saya harus tetap bertanggung jawab mas.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Bapaknya Sinta merupakan orang yang keras dan semua aturan harus dipatuhi.

Pelanggaran aturan yang dibuat oleh keluarga juga pernah dilanggar oleh Sinta sehingga mengharuskan Sinta mendapatkan hukuman, berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu Yanti :

Ibu Yanti

Pernah mas, kalau gak salah dia (Sinta) pulangnya kemalaman terus ditanyain bapaknya abis dari mana kok malam pulangnya dan gak kasih kabar, tapi gak jawab ya langsung bapaknya bentak kasar gitu ke dia (Sinta).

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas diketahui bahwa Sinta pernah pulang malam dan tidak memberi kabar kepada keluarga sehingga harus dibentak dengan kasar oleh Bapaknya.

Mengenai hukuman yang ada diberikan Sinta juga berpendapat mengenai hukuman yang diterimanya dari Bapaknya, berikut adalah petikan wawancaranya :

Sinta

Iya pernah melanggar mas, ya kalau sanksinya sih mas kalau seumpama saya pulang telat tuh biasanya sama orang tua langsung di diemin atau tiba – tiba itu langsung dimarah – marahin dibentak – bentak kayak gitu mangkannya jadinya kalau mau pulang telat atau mau ngelanggar perintah atau aturan dari orang tua itu agak takut juga sih.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Mengenai kontrolling dan aturan yang ada di rumah sebenarnya Sinta merasa tidak nyaman, berikut adalah petikan wawancara dengan Sinta :

Sinta

Sangat tidak nyaman mas, karena yang mereka lakukan benar- benar sudah berlebihan. Kebebasan sedikitpun saya gak dapatkan, saya pun juga pingin diperlakukan seperti anak pada umunya paling gak diberi kebebasan sedikit bukan dikekang seperti ini dan hal ini yang membuat saya gak betah dirumah.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Sinta sudah merasa tidak nyaman dengan aturan yang ada dan menganggap kontrol yang dilakukan sudah berlebihan

Mengenai efektivitas komunikasi yang sudah dijalankan dalam keluarga Ibu Yanti juga mengungkapakan pendapatnya, berikut adalah pendapat dari Ibu Yanti :

Ibu Yanti

Kalau menurut saya sih efektif tapi gak tau menurut dia (sintanya) itu. Mungkin kalau dirumah itu cenderung takut akhirnya jadi nurut, tapi dibelakangnya diluar sana saya kan juga gak tau. Tapi selama ini menurut saya efektif

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas diketahui bahwa Ibu Yanti merasa komunikasi yang ada sudah efektif jika didalam rumah hal tersebut dapat dilihat dari Sinta yang sering menurut namun Ibu Yanti juga berpendapat jika tidak dapat mengontrol bila diluar rumah.

Sinta juga berpendapat mengenai keefektifan dalam berkomunikasi dengan orang tuanya, berikut adalah petikan wawancara dengan Sinta :

Sinta

Nggak juga sih mas, aku orangnya gak begitu terbuka mending diam aja enak. Gak pernah sih curhat sama ibu masalah pribadi, enakan curhat sama teman lebih bebas dan gak ada perasaan takut dimarahi.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Sinta juga menjelaskan mengenai awal mulanya melakukan seks pranikah, berikut adalah petikan wawancara dengan Sinta :

Sinta

Ya waktu itu lagi gelap mata aja mas, gak mikirkan akibat kedepannya. Mungkin merasa nyaman sama keadaan pacar yang ada buat saya meski hubungannya kami gak diketahui orang tua saya, kita lagi back street waktu itu ya... sampai-sampai saya bisa mengkorbankan nama baik keluarga.

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa awal mula melakukan seks pranikah karena sudah merasa nyaman dengan keadaan pacar dan orang tua pun tidak mengetahuinya.

Mengenai awal pertama mengetahahui anaknya melakukan seks pranikah Ibu Yanti juga memberikan pendapat, berikut adalah pendapat dari Ibu Yanti mengenai awal pertama mengetahui Sinta melakukan seks pranikah :

Ibu Yanti

Pertama mas ya kalau dalam suatu rumah itu kadang kita kurang ngerti tapi kalau dilihat dari kita merespon dari orang luar ya, jadi sama orang tua dirumah ya saya perhatikan kok ternyata ada kelainan tak seperti biasanya agak murunglah, pola makannya berbeda, mensturasinya itu dari segi itu saya perhatikan baru langsung saya bertanya. Baru tau kalau ada kejadian seperi itu. (Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdsarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa Ibu Yanti curiga dari perubahan fisik dan sikap Sinta seperti halnya berubah menjadi murung dan frekuensi menstruasi tidak teratur.

Sinta juga berpendapat mengenai awal orang tuanya tau mengenai perilaku seks pranikahnya, berikut adalah petikan wawancaranya :

Sinta

Ya waktu itu sih sebenarnya ibu yang lebih perhatian soalnya biasanya kan ibu yang sering beliin maaf kayak pembalut itu kok ini sudah satu dua bulanan gak beli, gak pakek uda gitu bentuk badan kan pasti berubah mas, itu akhirnya ibu yang bilang ke bapak baru bapak bilang ke saya dan tanya-tanya keadaan saya kenapa kok berubah.

Mengenai reaksi awal orang tuanya mengetahui bahwa Sinta melakukan seks pranikah, berikut adalah petikan wawancara dengan Sinta :

Sinta

Ya yang namanya orang tua pasti kaget mas, cuman kalau reaksinya sendiri kalau bapak langsung marah-marah tapi ya langsung diambil titik tengahnya aja. Bapak sih minta supaya orang tuanya yang laki (pacar) supaya datang kerumah, terus setelah itu dateng orang tua pacar sama orang tuanya aku sendiri diskusi buat masalah ini gimana jalan keluarnya, akhirnya ya... diputusin buat segera dipercepat pernikahannnya soalnya sebelum orang-orang banyak yang tau supaya keluarga aku sama keluarganya dia (pacar) gak terlalu malu juga nantinya.

(Interview : 10 Juni 2013 pukul 16.00)

Setelah kejadian tersebut Ibu Yanti dan keluarga mengambil tindakan dan berikut adalah petikan wawancara dengan Ibu Yanti mengenai tindakan yang diambil setelah mengetahui anaknya melakukan seks pranikah ;

Ibu Yanti

Dalam mengambil keputusannya ya mas yang pertama kita tanya dulu si Sintanya, kedua siapa yang sama kamu sampai kejadian seperti ini, yang selanjutnya kita (orang tua) berkesepakatan untuk penanggung jawaban si anak (Sinta), solusinya ya secepat mungkin saya nikahkan.

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 10.15)

Berdasarkan petikan wawancara diatas diketahui bahwa tindakan yang diambil setelah mengetahui Sinta terjerumus dalam perilaku seks pranikah adalah menanyakan siapa pasangannya dan solusinya aalah secepat mungkin dinikahkan pada waktu itu.

Walaupun melakukan kesalahan tentunya Ibu Yanti sebagai ibu terus memberikan dorongan dan semangat kepada Sinta, berikut adalah petikan wawancaranya :

Ibu Yanti

Ya pastinya harus mas, karena dia sendiri (Sinta) kan juga terpuruk, meskipun saya sendiri juga done,shock. Tapi itu kan sudah terjadi, ya jalan satu-satunya ya kita (orang tua) harus mawas diri juga mewanti-wanti anak kita jangan sampailah terulang lagi..

(Interview : 14 Juni 2013 pukul 16.00)

Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa meskipun sudah melakukan kesalahan Ibu Yanti masih memberikan dukungan dan semangat kepada Sinta agar tidak semakin terpuruk.

Disini dapat diketahui bahwa pola komunikasi yang diterapkan oleh keluarga Ibu Yanti adalah pola komunikasi authoritarian (otoriter), dari sinilah muncul bagaimana aturan, kontrol dan pergaulan Sinta diterapkan oleh orang tuanya dalam kesehariannya sebaga berikut :

v Aturan :

Untuk aturan Ibu Yanti mengungkapkan bahwa suaminya merupakan sesosok pemimpin kepala rumah tangga yang menetapkan aturan yang begitu ketat kepada Sinta, sehingga mengharuskan Sinta untuk mematuhinya dan apabila melanggar maka akan mendapatkan hukuman. Seperti pada kutipan berikut ini mengenai aturan yang diberlakukan untuk Sinta :

(“Ada sih mas, aturannya harus dipakai jam 9 malam Sinta uda ada dirumah ya kan untuk kebaikannya sendiri apalagi Sinta ini anak perempuan jadi apa kata tetangga kalau keluar kelayapan malam – malam kan gak pantes”).

(“Pernah mas, kalau gak salah Sinta pulangnya kemalaman terus ditanyain bapaknya abis dari mana kok malam pulangnya dan gak kasih kabar, tapi gak di jawab ya langsung bapaknya bentak kasar gitu ke dia”).

Kutipan analisis di atas membuktikan kebenaran bagaimana aturan pada keluarga Ibu Yanti ini harus ditaati, dan ketika aturan ini dilanggar oleh Sinta, ia pun mendapatkan hukuman atau sanksi berupa omelan dan bentakkan dari orang tuanya khususnya Bapaknya yang terkenal keras dan kaku dengan prinsipnya.

Peran Bapak dikeluarga Ibu Yanti ini berkuasa atas segala aturan yang diterapkan, sehingga Sinta sebagai anak disini harus bisa mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan, sehingga segala kemauan dan tuntutan harus dipenuhi walaupun sikon yang sebenarnya adalah bersifat mengkekang, memaksa, memerintah dan menghukum.

v Kontrol :

Masalah kontrol Ibu Yanti selalu mengkontrol dengan siapa saja Sinta boleh bergaul, sehingga memungkinkan keadaaan kondisi anaknya selalu dalam pengawasannya dalam intensitas yang tinggi karena selalu dipantau. Seperti pada kutipan berikut ini mengenai kontrol yang diberlakukan untuk Sinta dari Ibunya :

(“Ohh iya pastinya, kalau gak gitu kan saya gak tau dia berteman dengan siapa, bergaul yang bagaimana. Cuman ya sebisa mungkin saya harus tau jadi harus dikontrol”).

Kutipan analisis di atas membuktikan kebenaran bagaimana kontrol dari Ibu Yanti juga diterapkan, dan ketika kontrol ini ditegakkan membuat Sinta sendiri makin tak leluasa untuk berteman dengan siapa saja karena sistem kontrol dikeluarganya selalu di pantau oleh Ibunya.

v Pergaulan :

Masalah pergaulan Ibu Yanti juga tidak membebasakan anaknya begitu saja. Jadi pergaulannya juga ada batas – batasnya sesuai dengan kutipan berikut ini mengenai pergaulan yang diterapkan Ibu Yanti :

(“Ya gak mas, soalnya anak perempuan jadi pergaulan mesti ada batas – batasnya. Harus sesuai dengan aturan agama yang di anut utamanya dilingkungan keluarga”). Kutipan analisis di atas membenarkan bahwa IbuYanti memberlakukan dan mengawasi Sinta dalam pergaulannya dikarenakan Sinta anak perempuan sehingga ada batas - batasnya untuk bergaul dan harus sesuai aturan agama yang di anut khususnya dilingkungan keluarga.

Penerapan Pola Komunikasi keluarga informan 1 ini menganut pola komunikasi authoritarian (otoriter) seperti yang dikemukakan oleh (Yusuf : 2001 : 51 - 52) bahwa mengandung acceptence atau penerimaannya rendah tidak mendengarkan atau tidak memperdulikan pendapat atau aspirasi dari anak. Kontrol

Dokumen terkait