BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.2. Saran Kepada pelayan kesehatan diharapkan mampu mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang perdarahan saluran cerna bahagian atas beserta kaitaanya dengan penyakit sirosis hati lalu mengedukasi masyarakat mengenai gejala awal perdarahan saluran cerna bahagian atas sehingga dapat dengan segera dilakukan pemeriksaan dini. Kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan dan bila ditemukan gejala awal perdarahan saluran cerna bahagian atas segera lakukan pemeriksaan dini. Kepada pihak rumah sakit diharapkan kedepannya memperbaiki sistem pendataan pasien sehingga data-data yang dibutuhkan oleh peneliti lebih lengkap dan akurat karena hasil penelitian juga bergantung pada kelengkapan data yang tersedia. Kepada peneliti lainnya diharapakan agar mampu membuat dan mengembangkan mutu penelitian ini kedepannya dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perdarahan Saluran Cerna Atas 2.1.1. Definisi Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) (yang disebabkan oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008) 2.1.2. Gambaran Umum Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam bentuk melena. Hematokezia (darah segar keluar per anum) biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal). (Djojoningrat, D., 2006) Upper gastrointestinal tract bleeding (“UGI bleeding”) atau lebih dikenal perdarahan saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga 80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah menurun, tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir. Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar berhubungan dengan bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna serta dengan meningkatnya kondisi comorbid. Peptic ulcers adalah penyebab terbanyak pada pasien perdarahan saluran cerna, terhitung sekitar 40 % dari seluruh kasus. Penyebab lainnya seperti erosi gastric (15 % - 25 % dari kasus), perdarahan varises (5 % - 25 % dari kasus), dan Mallory-Weiss Tear (5 % - 15 % dari kasus). Penggunaan aspirin ataupun NSAIDs memiliki prevalensi sekitar 45 % hingga 60 % dari keseluruhan kasus perdarahan akut. (Alexander, J.A., 2008) 2.1.3. Etiologi Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas pada buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008): 1. Duodenal ulcer (20 – 30 %) 2. Gastric atau duodenal erosions (20 – 30 %) 3. Varices (15 – 20 %) 4. Gastric ulcer (10 – 20 %) 5. Mallory – Weiss tear (5 – 10 %) 6. Erosive esophagitis (5 – 10 %) 7. Angioma (5 – 10 %) 8. Arteriovenous malformation (< 5 %) 9. Gastrointestinal stromal tumors Dalam buku Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology ada beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas beserta tabel hasil penelitian dari Center for Ulcer Research and Education (CURE) (Jutabha, R., et al. 2003): Tabel 2.1. Etiologi UGIB dari Data Center for Ulcer Research and Education (CURE) Diagnosis Number of Patients (%)(n=948) Peptic ulcers 524 (55) Gastroesophageal varices 131 (14) Angiomas 54 (6) Mallory-Weiss tear 45 (5) Tumors 42 (4) Erosions 41 (4) Dieulafoy’s lesion 6 (1) Other 105 (11) 2.1.3.1. Penyakit-Penyakit Ulcerativa atau Erosive 2.1.3.1.1. Penyakit Peptic Ulcer Di Amerika Serikat, PUD (Peptic Ulcer Disease) dijumpai pada sekitar 4,5 juta orang pada tahun 2011. Kira-kira 10 % dari populasi di Amerika Serikat memiliki PUD. Dari sebahagian besar yang terinfeksi H pylori, prevalensinya pada orang usia tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki infeksi H pylori; proporsi orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan dengan bertambahnya usia. (Anand, B.S., 2011) Secara keseluruhan, insidensi dari duodenal ulcers telah menurun pada 3-4 dekade terkahir. Walaupun jumlah daripada simple gastric ulcer mengalami penurunan, insidensi daripada complicated gastric ulcer dan opname tetap stabil, sebagian dikarenakan penggunaan aspirin pada populasi usia tua. Jumlah pasien opname karena PUD berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. (Anand, B.S., 2011) Prevalensi kemunculan PUD berpindah dari yang predominant pada pria ke frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14 % pada pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulcer mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk duodenalulcer, dan jumlah meningkat pada wanita usia tua. (Anand, B.S., 2011) 2.1.3.1.2.Stress Ulcer Dari buku “Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology” dikatakan bahwa hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya stress ulcer, tetapi banyak dikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada beberapa pasien, mucosal ischemia, dan alterasi pada mucus gastric. (Jutabha, R., et al. 2003) 2.1.3.1.3.Medication-Induced Ulcer Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan daripada penyakit peptic ulcer dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut. Paling sering, aspirin dan NSAIDs dapat menyebabkan erosi gastroduodenal atau ulcers, khususnya pada pasien lanjut usia. (Jutabha, R., et al. 2003) 2.1.3.2. Mallory-Weiss Tear Mallory- Weiss Tear muncul pada bagian distal esophagus di bagian gastroesophageal junction. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah melibatkan esophageal venous atau arterial plexus. Pasien dengan hipertensi portal dapat meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh Mallory-Weiss Tear dibandingkan dengan pasien hipertensi non-portal. Sekitar 1000 pasien di University of California Los Angeles datang ke ICU dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat, Mallory-Weiss Tear adalah diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus.(Jutabha, R., et al. 2003) 2.1.3.3. Gastroesophageal Varices Esophageal varices dan gastric varices adalah vena collateral yang berkembang sebagai hasil dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental portal. Beberapa penyebab dari hipertensi portal termasuk prehepatic thrombosis, penyakit hati, dan penyakit postsinusoidal. Hepatitis B dan C serta penyakit alkoholic liver adalah penyakit yang paling sering menimbulkan penyakit hipertensi portalintrahepatic di Amerika Serikat. (Jutabha, R., et al. 2003) 2.1.3.4. Pengaruh Obat NSAIDs Penggunaan NSAIDs merupakan penyebab umum terjadi tukak gaster. Penggunaan obat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses penghancuran mukosa, dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan NSAIDs mempunyai GI yang kurang baik. Faktor yang menyebabkan peningkatan penyakit tukak gaster dari penggunaan NSAIDs adalah usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari NSAIDs, penggunaan NSAIDs dalam jangka waktu yang lama, penggunaan disertai antikoagulan, dan severe comorbid illness. (Anand, B.S., 2011B.S. Anand, 2011) Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan pasien dengan arthritis dengan usia diatas 65 tahun, yang secara teratur menggunakan aspirin pada dosis rendah beresiko menderita dyspepsia apabila berhenti menggunakan NSAIDs. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs harus dikurangi. (Anand, B.S., 2011) Walaupun prevalensi penggunaan NSAIDs pada anak tidak diketahui, tetapi sudah tampak adanya peningkatan, terutama pada anak dengan arthritis kronik yang dirawat dengan NSAIDs. Laporan menunjukkan terjadinya ulserasi pada penggunaan ibuprofen dosis rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis. (Anand, B.S., 2011) Penggunaan kortikosteroid saja tidak meningkatkan terjadinya tukak gaster, tetapi penggunaan bersama NSAIDs mempunyai potensi untuk menimbulkan tukak gaster. (Anand, B.S., 2011) Resiko perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat terjadi dengan penggunaan spironolactone diuretic atau serotonin reuptake inhibitor. (Anand, B.S., 2011) The American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE) mengelompokkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas berdasarkan usia dan kaitan antara kelompok usia dengan resiko kematian. ASGE menemukan angka mortalitas untuk 3.3% pada pasien usia 21-31 tahun, untuk 10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan untuk 14.4% untuk pasien berusia 71-80 tahun . (Caestecker, J.d., 2011) Menurut organisasi tersebut, ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan endoskopi hemostasis ataupun operasi, yaitu: usia lebih dari 60 tahun, comorbidity berat, perdarahan aktif (contoh, hematemesis, darah merah per nasogastric tube, darah segar per rectum), hipotensi, dan coagulopathy berat Pasien dengan hemorrhagic shock memiliki angka kematian yang mencapai 30 %. (Caestecker, J.d., 2011) 2.1.5. Gejala Klinis Gejala klinis perdarahan saluran cerna: Ada 3 gejala khas, yaitu: 1. Hematemesis Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas, yang berwarna coklat merah atau “coffee ground”. (Porter, R.S., et al., 2008) 2. Hematochezia Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang sudah berat. (Porter, R.S., et al., 2008) 3. Melena Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008) Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine, L., 2008) Studi meta-analysis mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis UGIB akut sebagai berikut: Hematemesis - 40-50%, Melena - 70-80%, Hematochezia - 15-20%, Hematochezia disertai melena - 90-98%, Syncope - 14.4%, Presyncope - 43.2%, Dyspepsia - 18%, Nyeri epigastric - 41%, Heartburn - 21%, Diffuse nyeri abdominal - 10%, Dysphagia - 5%, Berat badan turun - 12%, dan Jaundice - 5.2% (Caestecker, J.d., 2011) 2.1.6. Diagnosis Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau pemasangan selang nasogastric (NGT, nasogastric tube) dan deteksi darah yang jelas terlihat; cairan bercampur darah, atau “ampas kopi”’ Namun, aspirat perdarahan telah berhenti, intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat spasme pilorik. (Dubey S., 2008) Pada semua pasien dengan perdarahan saluran gastrointestinal (GIT) perlu dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini terutama penting apabila perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah: 1. Menentukan tempat perdarahan. 2. Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti. (Soeprapto, P., et al., 2010) Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana perdarahan berat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan dengan menggunakan endoskopi atas maupun bawah. (Savides, T.J., et al., 2010) Conventional radiographic imaging biasanya tidak terlalu dibutuhkan pada pasien dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan beberapa informasi penting. Misalnya pada CT scan; CT Scan dapat mengidentifikasi adanya lesi massa, seperti tumor intra-abdominal ataupun abnormalitas pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan. (Savides, T.J., et al., 2010) Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume intravascular adalah tujuan tata laksana awal. Infus kristaloid awal, sampai 30 mL/ kg, dapat diikuti transfusi darah O-negatif atau yang crossmatched jika diperlukan. Pasien dengan perdarahan aktif memerlukan konsultasi emergensi untuk esofagogastroduodenoskopi (EGD). Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau, diobservasi, dan mungkin dijadwalkan untuk EGD. Intervensi selama EGD meliputi injeksi epinefrin submukosa, skleroterapi, dan ligase pita. Jika tindakan ini gagal menghentikan perdarahan, angiografi dengan embolisasi atau pembedahan mungkin diperlukan. Untuk pasien yang diduga mengalami perdarahan varises, tata laksana medis dapat diberikan sambil menunggu tindakan definitif. Oktreotid dapat digunakan untuk menurunkan tekanan vena porta, dan pipa Sengstaken-Blakmore dapat dipasang sebagai tindakan sementara untuk bertahan. (Dubey S., 2008) 2.2. Endoskopi 2.2.1. Definisi Endoskopi Endoskopi adalah suatu alat untuk melihat ke bagian dalam tubuh dengan menggunakan suatu selang fiberoptik yang disesuaikan dengan sistem kerja lapangan pandang manusia sehingga memungkinkan kita untuk melakukan pemeriksaan pada organ-organ bagian dalam tubuh manusia. (Wong, L.M., et al., 2008) 2.2.2. Prinsip Dasar Endoskopi Prinsip Kerja Endoskopi Fleksibel meliputi: 1. Control Head. 2. Flexible Shaft yang dilengkapi dengan manoeverable tip. 3. Head sendiri yang dihubungkan dengan sumber cahaya via umbilical cord dan melalui saluran yang lain akan mengalirkan udara/ air, suction dan sebagainya saluran suction juga bisa dipakai untuk memasukkan alat diagnostik seperti forsep biopsy dan alat- alat perlengkapan terapetik yang lain. (Putra, D.S., 2009) a. Indikasi Indikasi endoskopi, yaitu: perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), dyspepsia, disfagia, odinofagia, nyeri epigastrium kronis, kecurigaan obsruksi outlet, survey endoskopi, curiga keganasan, dan nyeri dada tidak khas (Putra, D.S., 2009) b. Kontra Indikasi Absolut Kontra indikasi endoskopi, yaitu: tidak kooperatif, psikopat, alergi obat premedikasi, syok, infark miokard akut, respiratori distress, dan perdarahan masif (Putra, D.S., 2009) c. Kontra Indikasi Relatif Kontra indikasi relatif, yaitu: kelainan kolumna vertebralis, gagal jantung, sesak nafas, gangguan kesadaran, infeksi akut, aneurisma aorta torakalis, tumor mediastinum, stenosis esofagus, gastritis korosif akut, dan gastritis flegmonosis (Putra, D.S., 2009) 2.2.3. Gambaran Endoskopi a. Peptic Ulcer Gambar 2.1. Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan NSAIDs dan test H.Pylori negatif (Vakil, N., 2010) Gambar 2.2. Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs (Vakil, N., 2010) b. Mallory-Weiss Tear Gambar 2.3. Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear (Savides, T.J., et al., 2010) c. Gastroesophageal varices Gambar 2.5. Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal ligation-related ulcers (Shah, V.H., et al., 2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah perdarahan yang terjadi di saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3 bagian dari duodenum. Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran cerna bahagian atas disebabkan oleh varises esophagus sekitar (33,5 %). Tingginya angka penderita varises esophagus dikarenakan adanya hubungan antara varises esophagus dengan munculnya penyakit hepatitis B dan C di Indonesia. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Nasrul Zubir dan Julius di kota Padang tahun 1992 tepatnya di RSU dr. M. Jamil, jenis kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan endoskopi yang terbanyak adalah varises esophagus = 196 penderita (23,17 %), gastritis refluks menempati urutan tertinggi diantara gastritis lainnya (41,21 %). Jumlah tukak lambung dan tukak duodenum pada penelitian ini hampir sebanding (1,04 : 1). (Jubril, N., et al., 1992) Berbeda dengan sebagian besar negara di Eropa dan Amerika dalam buku Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology yang sebahagian besar penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas dikarenakan peptic ulcer dan sesuai dengan data penelitian yang dilakukan oleh CURE ada sekitar 55 % pasien perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disebabkan oleh peptic ulcer. (Jutabha, R., et al. 2003) Angka kematian di berbagai belahan dunia juga masih menunjukkan jumlah yang cukup tinggi terutama di Indonesia yang wajib jadi perhatian khusus. Berdasarakan hasil penelitian di Jakarta didapati bahwa jumlah kematian akibat perdarahan saluran cerna atas berkisar 26 %. (Syam, A.F., et al., 2005) Di Perancis, sebuah laporan menyimpulkan bahwa jumlah kematian dari perdarahan saluran cerna bahagian atas telah turun dari sekitar 11 % menjadi 7 %; sebaliknya, dari sumber laporan yang sama dari Yunani mendapatkan tidak adanya penurunan jumlah kematian tersebut. Di Spanyol sendiri mendapatkan bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas 6 kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan perdarahan saluran cerna bahagian bawah. (Caestecker, J.d., 2011) Di Amerika Serikat, setiap tahun pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan sebab perdarahan saluran cerna atas. Sejak tahun 1945, angka kematian di Amerika Serikat oleh sebab perdarahan saluran cerna atas mencapai 5 – 10 % dan tidak berubah hingga saat ini. (John, R.S., 2009) Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas di Indonesia tidak jauh berbeda daripada di negara maju lainnya, yaitu penderita perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih banyak pada pria daripada wanita dan pada pasien dengan usia lebih dari 60 tahun seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ari F. Syam serta penelitan yang dilakukan oleh Nasrul Zubir. Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas dua kali lebih sering pada pria daripada pada wanita, dalam seluruh tingkatan usia; tetapi, jumlah angka kematian tetap sama pada kedua jenis kelamin.Angka kematian meningkat pada usia yang lebih tua (>60 tahun) pada pria dan wanita. (Caestecker, J.d., 2011) Untuk memeriksa perdarahan saluran cerna bahagian atas dilakukanlah pemeriksaan endoskopi untuk menegakkan diagnosa tentang penyebab yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas maka muncullah suatu rumusan masalah yang perlu dibahas, yaitu: “Bagaimana proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas dari hasil endoskopi pasien di RSUP H. Adam Malk Medan tahun 2010?” 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui proporsi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui karakteristik daripada penderita perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.4. Manfaat Penelitian Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti tentang perdarahan saluran cerna bahagian atas, memberikan informasi tentang proporsi perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010, dan dapat dijadikan sumber pendukung untuk penelitian berikutnya yang membahas tentang perdarahan saluran cerna bahagian atas. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat diserahkan ke Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dijadikan sebagai laporan serta informasi yang bermanfaat. ABSTRAK Latar belakang: Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala melena dan hematemesis adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun 2010. Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010. Hasil: Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%) yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku Jawa sebanyak 74 orang (29,6%). Usia yang paling sering melakukan pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah usia 41-50 tahun sebanyak 71 orang (28,4%). Lalu kasus terbanyak yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah varices esofagus sebanyak 104 kasus (31%), disusul oleh ulkus gaster sebanyak 52 kasus (15%). Kesimpulan: Etiologi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik paling banyak adalah varices esofagus yang selalu disertai dengan sirosis hati sebagai penyakit penyerta. ABSTRACT Background: Gastrointestinal bleeding such as hematemesis or melena are common conditions in clinical practice and endoscopic service. The mortality rate that caused by upper gastrointestinal bleeding is quite high. In this research, we count the etiology proportion that cause upper gastrointestinal bleeding at the whole year of 2010. Methods: This research was done descriptive retrospectively. We took data from the patient medical record that did the upper gastrointestinal endoscope at Division of Gastroenterology and Hepatology, from Internal Medicine Department, at H. Adam Malik Hospital, from the 1st January until 31st December. Results: From 984 patients that did the endoscopy examination during the whole year of 2010, we found 250 patients (25,4%) that have suffered the upper gastrointestinal bleeding. Contain male 177 patients (71%) and 73 female patients (29%). Then the most race that did the endoscope examination for upper gastrointestinal bleeding was Bataknese race 134 patient(53,6%) and followed by Javanese race 74 patients (29,6%). The most ages did the endoscope examination for upper gastrointestinal bleeding was 41-50 years old 71 patients (28,4%). The most etiology that caused upper gastrointestinal bleeding was esophageal varices that found in 104 cases (31%), followed by gastric ulcer in 52 cases (15%). Conclusions: The most etiology that cause upper gastrointestinal at H. Adam Malik Hospital was esophageal varices that always appears with liver cirrhosis. PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : AGUS PRATAMA PONIJAN 080100396 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh : AGUS PRATAMA PONIJAN 080100396 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 LEMBAR PENGESAHAN Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Nama : Agus Pratama Ponijan NIM : 080100396 Pembimbing Penguji (dr.Ilhamd, Sp. PD) (dr. Yahwardiah, PhD) NIP:196623041996031011 NIP: 195508071983032001 (dr. Lita Feriyawati, MKes) NIP: 1970002082001122001 Medan, 12 Januari 2012 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara NIP: 195402201980111001 HALAMAN PERSETUJUAN Hasil Penelitian dengan Judul: Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Yang dipersiapkan oleh: NAMA: Agus Pratama Ponijan NIM: 080100396 Karya Tulis Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Sidang Karya Tulis Ilmiah. Medan, 15 Desember 2011 Disetujui, Dosen Pembimbing ABSTRAK Latar belakang: Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala melena dan hematemesis adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun 2010. Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010. Hasil: Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%) yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku Dalam dokumen Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 (Halaman 47-76)