• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan juga kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa hal yang perlu disarankan antara lain:

1. Adanya modifikasi dari peralatan yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

2. Perlu pengujian produk hasil pertanian dan perkebunan yang lain untuk mendapatkan nilai difusivitasnya menggunakan alat pengering ini

3. Perlu pengkajian penggunaan refrigeran yang ramah lingkungan (MC-

22) untuk melihat performansi dari alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.

Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu panas yang diberikan pada bahan dan air harus dikeluarkan dari bahan. Dua fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar. Yang dimaksud dengan pindah panas adalah peristiwa perpindahan energi dari udara ke dalam bahan yang dapat menyebabkan berpindahnya sejumlah massa (kandungan air) karena gaya dorong untuk keluar dari bahan (pindah massa).

Dalam pengeringan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimum, oleh karena itu diusahakan untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa. Perpindahan panas dalam proses pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung yaitu sumber panas berhubungan dengan bahan yang dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu panas dari sumber panas dilewatkan melalui permukaan benda padat (conventer) dan conventer

tersebut yang berhubungan dengan bahan. Setelah panas sampai ke bahan maka air dari sel-sel bahan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar [1halaman 6].

2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pengeringan.

Proses pengeringan suatu bahan tergantung pada 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Penghilangan air sebagai uap dari permukaan material tergantung pada kondisi eksternal, yaitu temperatur (Temperature) yang tinggi, laju udara (Air Flow) yang tinggi, kelembaban udara (air Humidity) yang rendah, luas permukaan terbuka dan tekanan (Pressure). Pergerakan kelembaban internal pada material (Kondisi Internal) yang dikeringkan adalah fungsi dari sifat fisik zat padat (luas permukaan), suhu dan kadar air. Pada proses pengeringan salah satu dari kondisi ini memungkinkan menjadi faktor pembatas yang mengatur laju pengeringan, meskipun keduanya dapat berproses secara berkesinambungan.

Laju pengeringan biasanya meningkat di awal pengeringan kemudian konstan dan selanjutnya semakin menurun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya kandungan air pada bahan yang dikeringkan. Laju Pengeringan merupakan jumlah kandungan air bahan yang diuapkan tiap satuan berat kering bahan dan tiap satuan waktu [6].

2.3 Jenis – Jenis Pengeringan

Jenis-jenis pengeringan berdasarkan karakteristik umum dari beberapa pengering konvensional dibagi atas 8 bagian, yaitu : (Arun S. Mujumdar, Chung Lim Law. 2009).

1. Baki atau wadah

Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.

2. Rotari

Pada jenis ini ruang pengering berbentuk silinder berputar sementara material yang dikeringkan jatuh di dalam ruang pengering. Medium pengering, umumnya udara panas, dimasukkan ke ruang pengering dan bersentuhan dengan material yang dikeringkan dengan arah menyilang. Alat penukar kalor yang dipasang di dalam ruang pengering untuk memungkinkan terjadinya konduksi.

3. Flash

Pengering dengan flash (flash dryer) digunakan untuk mengeringkan kandungan air yang ada di permukaan produk yang akan dikeringkan. Materi yang dikeringkan dimasukkan dan mengalir bersama medium pengering dan proses pengeringan terjadi saat aliran medium pengering ikut membawa produk yang dikeringkan. Setelah proses pengeringan selesai, produk yang dikeringkan akan dipisahkan dengan menggunakan

hydrocyclone.

4. Spray

Teknik pengeringan spray umumnya digunakan untuk mengeringkan produk yang berbentuk cair atau larutan suspensi menjadi produk padat. Contohnya, proses pengeringan susu cair menjadi susu bubuk dan pengeringan produk-produk farmasi. Cara kerjanya adalah cairan yang akan dikeringkan dibuat dalam bentuk tetesan oleh atomizer dan dijatuhkan dari bagian atas. Medium pengering (umumnya udara panas) dialirkan dengan arah berlawanan atau searah dengan jatuhnya tetesan. Produk yang dikeringkan akan berbentuk padatan dan terbawa bersama medium pengering dan selanjutnya dipisahkan dengan hydrocyclone. 5. Fluidized bed

Pengeringan dengan menggunakan kecepatan aliran udara yang relatif tinggi menjamin medium yang dikeringkan terjangkau oleh udara. Jika

dibandingkan dengan jenis wadah, jenis ini mempunyai luas kontak yang lebih besar.

6. Vacum

Pengeringan dengan memanfaatkan ruangan bertekanan udara rendah. Dimana pada ruangan tersebut tidak terjadi perpindahan panas, tetapi yang terjadi adalah perpindahan massa pada suhu rendah.

7. Membekukan

Pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah. Biasanya digunakan pada produk-produk yang bernilai sangat tinggi, seperti produk farmasi dan zat-zat kimia lainnya.

8. Batch dryer

Pengeringan jenis ini hanya baik digunakan pada jumlah material yang sangat sedikit, seperti penggunaan pompa panas termasuk pompa panas kimia.

Pada bagian tugas sarjana ini akan dilakukan simulasi pada pengeringan tipe Baki (wadah) dengan menggunakan udara panas yang berasal dari kondensor air conditioner (AC) sebagai sumber energi pemanas yang akan di alirkan ke dalam ruang pengering.

2.4 Pompa Kalor (Heat Pump)

Pompa kalor (heat pump) adalah suatu perangkat yang mendistribusikan panas dari media suhu rendah ke suhu tinggi. Pompa kalor merupakan perangkat yang sama dengan mesin pendingin (refrigerator), perbedaannya hanya pada tujuan akhir. Mesin pendingin bertujuan menjaga ruangan pada suhu rendah (dingin) dengan membuang panas dari ruangan. Sedangkan pompa kalor bertujuan menjaga ruangan berada pada suhu yang tinggi (panas). Hal ini diilustrasikan seperti pada gambar 2.1.

R Wnet,in (required input) QH QL (desired output) COLD Refrigerated space WARM environment COLD environment HP Wnet,in (required input) QH (desired output) QL WARM house

a. Refrigerator b. Heat pump

Gambar 2.1 Refrigerator dan Pompa Kalor (Heat Pump) [7]

Pompa kalor memanfaatkan sifat fisik dari penguapan dan pengembunan dari suatu fluida yang disebut dengan refrigerant. Pada aplikasi sistem pemanas, ventilasi dan pendingin ruangan, pompa kalor merujuk pada alat pendinginan kompresi-uap yang mencakup saluran pembalik dan penukar panas sehingga arah aliran panas dapat dibalik. Secara umum, pompa kalor mengambil panas dari udara atau dari permukaan. Beberapa jenis pompa kalor mengambil panas udara tidak bekerja dengan baik setelah temperatur jatuh di bawah -50C (230F) [1].

2.4.1 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

Siklus refrigerasi kompresi uap merupakan silkus yang paling umum digunakan untuk mesin pendingin dan pompa kalor. Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah :

1. Kompresor, berfungsi untuk memindahkan uap refrigeran dari evaporator dan menaikkan tekanan dan temperatur uap refrigeran ke suatu titik di mana uap tersebut dapat berkondensasi dengan normal sesuai dengan media pendinginnya.

2. Kondensor, berfungsi melakukan perpindahan kalor melalui permukaannya dari uap refrigeran ke media pendingin kondensor. 3. Katup Ekspansi, berfungsi untuk mengatur jumlah refrigeran yang

mengalir ke evaporator dan menurunkan tekanan dan temperatur refrigeran cair yang masuk ke evaporator, sehingga refrigeran cair akan menguap dalam evaporator pada tekanan rendah.

4. Evaporator, berfungsi melakukan perpindahan kalor dari ruangan yang didinginkan ke refrigerant yang mengalir di dalamnya melalui permukaan dindingnya.

Siklus refrigerasi kompresi uap ini dapat digambarkan seperti gambar berikut: Condenser Evaporator Compressor Expansion valve Win WARM environment 1 2 3 4 QH COLD Refrigerated space QL

a. Diagram T-s b. Diagram P-h Gambar 2.3. Diagram T-s dan diagram P-h dari Siklus Refrigrasi

Kompresi Uap [7]

Dari gambar di atas, siklus ini terdiri dari 4 proses, yaitu: 1-2 : Proses Kompresi

Proses berlangsung dalam kompresor dan berlangsung secara isentropik adiabatik. Refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap jenuh dengan temperatur dan tekanan rendah, kemudian masuk dalam kompresor, selanjutnya oleh kompresor uap dinaikkan tekanannya menjadi uap bertekanan dan temperaturnya meningkat.

2-3 : Proses Kondensasi (Pelepasan Panas)

Proses berlangsung dalam kondensor. Refrigeran yang berasal dari kompresor dengan tekanan tinggi dan temperatur tinggi masuk kedalam kondensor untuk mengubah wujudnya menjadi cair. Terjadi pertukaran kalor antara refrigeran dengan lingkungan (udara) sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair.

3-4 : Proses Ekspansi

Refrigeran (dalam wujud cair jenuh) mengalir melalui katup ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi konstan dan berlangsung secara irreversibel. Terjadi penurunan tekanan dan temperatur.

4-1 : Proses Evaporasi (Penyerapan Panas)

Proses terjadi di dalam evaporator dan berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan dan temperatur konstan). Refrigeran (fasa campuran uap-cair) mengalir melalui evaporator. Panas dari lingkungan diserap refrigeran melalui evaporator.

2.4.2 Pengering Pompa Kalor

Prinsip kerja pengering bahan pertanian sistem pompa kalor diilustrasikan seperti gambar 2.4 pompa kalor memberikan panas dengan mengekstraksi energi dari udara sekitar. Panas kering udara diproses memasuki ruang pengering dan berinteraksi dengan bahan pertanian.

Udara lembab yang hangat dari ruang pengering digunakan kembali untuk menaikkan temperatur udara yang keluar dari evaporator di dalam alat penukar kalor yang nantinya akan dialirkan ke kondensor dan kembali ke ruang pengering.

Keterangan gambar:

1. Alat pengering pompa kalor 2. Udara panas dari kondensor

3. Udara panas memenuhi ruang pengering 4. Udara lingkungan diserap evaporator

5. Udara dari ruang pengering dan evaporator di kondisikan dalam alat penukar kalor

Melalui skema siklus refrigerasi kompresi uap, panas yang dikeluarkan oleh kondensor dimanfaatkan untuk mengeringkan bahan pertanian. Udara panas dari kondensor dialirkan ke ruang pengering, selanjutnya udara hasil pengeringan menjadi lembab (basah). Udara dari ruang pengeringan kemudian dialirkan ke alat penukar kalor untuk menaikkan udara dingin yang keluar dari evaporator, udara tersebut selanjutnya akan menuju kondensor. Demikian seterusnya siklus udara pengering tersebut bersirkulasi. Skema dari pengering bahan pertanian ini terlihat pada gambar 2.5.

Kinerja alat pengering salah satunya dapat ditentukan dari efisiensi pengeringan. Efisiensi pengeringan merupakan perbandingan antara energi yang digunakan untuk menguapkan kandungan air bahan dengan energi untuk memanaskan udara pengering. Efisiensi pengeringan biasanya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi nilai efisiensi pengeringan maka alat pengering tersebut semakin baik.

2.5 Perhitungan Performansi Teknis

Perhitungan efisiensi pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan:

………. (2.1) Dimana:

Qp adalah energi yang digunakan untuk pengeringan (kJ)

Q adalah energi untuk memanaskan udara pengering (kJ)

Nilai laju ekstraksi air spesifik atau specific moisture extraction rate

(SMER) merupakan perbandingan jumlah air yang dapat diuapkan dari bahan dengan energi listrik yang digunakan tiap jam atau energi yang dibutuhkan untuk menghilangkan 1 kg air [8]. Dinyatakan dalam kg/kWh.

Perhitungan SMER menggunakan persamaan:

………. (2.2) Dimana :

adalah jumlah air yang diuapkan (kg/h)

adalah energi yang digunakan untuk proses pengeringan (kW)

Energi yang dikonsumsi spesifik atau specific energy consumption

yang hilang, dinyatakan dalam kWh/kg dan dihitung dengan menggunakan persamaan:

………. (2.3) Dimana:

adalah specific energy consumption (kWh/kg)

Laju pengeringan (drying rate; kg/jam), dihitung dengan menggunakan persamaan [9]:

……… (2.4) Dimana :

adalah berat bahan pertanian sebelum pengeringan (kg) adalah bahan pertanian setelah pengeringan (kg) adalah waktu pengeringan (jam)

Kinerja dari pompa kalor dinyatakan dalam coefficient of performance (COP), yang didefenisikan sebagai perbandingan antara kalor yang dilepaskan oleh kondensor dengan kerja (energi) yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor [10] :

……… (2.5) Dimana :

adalah kalor yang dilepaskan oleh kondensor (kW)

adalah kerja (energi) yang masuk dalam kompresor (kW)

Kalor yang dilepaskan oleh kondensor dihitung dengan persamaan: ………. (2.6)

Dimana:

adalah laju aliran massa udara (kg/s) adalah panas spesifik udara ( )

adalah suhu rata-rata udara keluar kondensor (K) adalah suhu rata-rata udara masuk kondensor (K)

Kerja yang masuk ke dalam sistem (kerja kompresor) di hitung dengan persamaan:

……….. (2.7) Dimana:

adalah laju aliran massa refrigeran (kg/s)

h1 diperoleh dari tekanan pada saluran keluar evaporator

h2 diperoleh dari tekanan pada saluran keluar kompresor

Sebuah Sistem kompresi uap dengan memanfaatkan evaporator dan kondensor sekaligus disebut dengan sistem kompresi uap hibrid. Kinerja dari sebuah sistem kompresi uap hibrid dinyatakan dengan Total Performance (TP) yang menyatakan jumlah beban maksimum pada ruang pendinginan dan ruang pengeringan dibandingkan dengan daya kompresi, yang dirumuskan dengan:

………... (2.8) Dimana:

adalah kalor yang diserap oleh evaporator (kW) adalah kalor yang dilepaskan oleh kondensor (kW) adalah kerja Kompresor (kW)

Kalor yang diserap oleh evaporator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengeringan hasil pertanian maupun perkebunan secara alami ataupun dengan menjemur secara langsung di luar ruangan dengan menggunakan panas sinar matahari dan tambahan bantuan angin sudah terjadi selama beratus-ratus tahun. Apalagi jika melihat dari letak geografis Indonesia maka pengeringan secara konvensional sangatlah cocok. Tetapi seiring dengan kemajuan zaman, pengeringan hasil pertanian maupun perkebunan tidak lagi hanya dilakukan dengan cara konvensional tersebut melainkan dengan membuat alat yang mampu menghasilkan panas sebagai pengganti panas dari sinar matahari. Pemakaian alat ini mempunyai keuntungan, yaitu tidak bergantung kepada cuaca (dapat dilakukan pada malam hari dan pada saat terjadi hujan) [1,3].

Salah satu teknologi yang dapat digunakan sebagai pengering adalah alat pengering sistem pompa kalor. Dimana alat pengering sistem pompa kalor merupakan alat yang memindahkan panas dari satu lokasi (sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi pompa kalor memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur lebih tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari es, freezer, pendingin ruangan, dan sebagainya. Pompa kalor bisa disamakan dengan alat kalor yang beroperasi dengan cara terbalik [3].

Alat pengering sistem pompa kalor sangat dibutuhkan untuk pengeringan bahan pertanian ataupun perkebunan, terutama memberikan waktu yang cepat, yang tidak tergantung kepada cuaca dan juga hemat energi.

Pompa kalor merupakan salah satu sistem yang dapat dimanfaatkan sebagai pengering yang berpotensi menghemat energi [2].

Pada penelitian sebelumnya telah digunakan pompa kalor sistem tertutup tetapi udara panas dari ruang pengering terbuang percuma. Sehingga efisiensi pompa kalor rendah.

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka digunakan metode dengan penambahan alat penukar kalor barupa flat plate heat exchanger. Dimana alat penukar kalor (APK) berfungsi memanfaatkan udara panas buangan dari ruang pengering untuk menaikkan temperatur udara yang berasal dari evaporator yang selanjutnya dialirkan ke kondensor.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa pemanfaatan alat pengering sistem pompa kalor dengan APK perlu terus dikembangkan, hal ini disebabkan bahwa alat pengering sistem pompa kalor dengan APK ini dapat digunakan setiap saat dan cepat.

Beberapa permasalahan yang akan diselesaikan dalam rancang bangun ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model fisik unit alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK;

2. Bagaimana prinsip kerja alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK;

3. Bagaimana perhitungan nilai parameter-parameter yang mempengaruhi performansi alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK;

4. Bagaimana proses pembuatan dan prosedur pengoperasian alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK;

5. Bagaimana hasil pengeringan cabai merah keriting dengan menggunakan alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap alat pengering bahan pertanian dengan sistem pompa kalor dengan APK.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukan rancang bangun ini adalah:

1. Mengetahui model fisik unit pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK

2. Mengetahui prinsip kerja alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK

3. Mengetahui perhitungan parameter-parameter yang mempengaruhi performansi alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK

4. Mengetahui proses pembuatan dan prosedur pengoperasian alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK

5. Mengetahui hasil pengeringan cabai merah keriting dengan menggunakan alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan prototipe alat pengering sistem pompa kalor dengan APK 2. Menghasilkan rekomendasi alat pengering bahan pertanian

3. Sebagai wacana dalam sistem pompa kalor dengan APK untuk penelitian lebih lanjut.

1.5Sistematika Penulisan

Agar penulisan tugas sarjana ini tersusun secara sistematis dan mudah untuk dipahami, maka tugas sarjana ini disusun kedalam beberapa bagian , yaitu [4 halaman 4,5]:

BAB I Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang dari judul tugas sarjana, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Membahas mengenai dasar teori-teori yang berhubungan dengan penulisan tugas sarjana dan digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah. Dasar teori diperoleh sebagai sumber dan literatur, diantaranya: buku-buku literatur, jurnal, e-book dan website.

BAB III Metode Penelitian

Membahas mengenai metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan penulisan tugas sarjana. Pada Bab ini dibahas mengenai langkah-langkah penelitian dan analisa data yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dari topik yang diangkat, dan beberapa aspek yang menunjang metode penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada Bab ini akan dianalisa dan dibahas mengenai data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Di dalam Bab ini berisi kesimpulan dari penulisan tugas sarjana dan saran-saran yang digunakan sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka

Di dalam daftar pustaka berisi semua sumber bacaan yangn digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan laporan tugas sarjana ini.

Lampiran

Di dalam lampiran berisikan semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan dalam penulisan hasil-hasil analisis data yang tidak dicantumkan dalam naskah laporan tugas sarjana ini. Setiap lampiran diberi nomor urut.

ABSTRAK

Kajian pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dilatar belakangi dengan dibutuhkannya alat pengering bahan pertanian yang dapat digunakan tidak hanya pada siang hari tetapi juga pada saat hari hujan, hal ini mengingat selama ini pengeringan bahan pertanian dilakukan dengan menjemur langsung bahan pertanian di bawah sinar matahari dan tambahan bantuan angin (bergantung pada cuaca). Cuaca yang tidak menentu akan sangat mempengaruhi kualitas dari hasil bahan yang dikeringkan. Kadar air yang terlalu tinggi akibat panas yang tidak cukup untuk mengurangi kadar air akan memicu berkembangnya mikroba atau jamur yang dapat mengakibatkan pembusukkan. Oleh karena itu, dirancang sebuah alat untuk membantu dalam hal memaksimalkan pengeringan hasil pertanian. Pompa kalor dapat dimanfaatkan sebagai alat pengering. Penelitian ini bertujuan melakukan kajian yang meliputi perhitungan Coefficient of performance

(COP) pompa kalor, perhitungan Total Performance (TP), perhitungan Specific Energy Consumtion (SEC), perhitungan Specific Moisture Extraction Rate

(SMER) dan mengetahui karakteristik pengeringan cabai merah keriting. Dari hasil penelitian diperoleh: temperatur udara rata-rata masuk ruang pengering adalah 54,170C dan kelembaban udara rata-rata adalah 23,36 %, COP dari pompa kalor adalah 3,4 dan Total Performance (TP) sistem pompa kalor adalah 8,28; SEC bahan yang dikeringkan secara bersamaan adalah 17,54 – 31,25 kWh/kg. SMER bahan yang dikeringkan secara bersamaan adalah 0,032 – 0,057 kg/kWh. Karakteristik dari proses pengeringan yang dilakukan memperlihatkan bahwa daya yang dibutuhkan untuk pengeringan bahan cabai merah keriting belah lebih rendah dibandingkan dengan cabai merah keriting utuh.

ABSTRACT

This agriculture product with heat pump dryer sudy was based in order to design dryer which can be used not only at sunny day but rainy day also, because drying process was done by sunshine and wind. Uncertain weather will be have impact on product quality. Highly moisture as a result less heat to decrease moisture will increase microbe population. So, we design a dryer to optimize this drying product. Heat pump can be used as a dryer. This research was made in order to study about Coefficient of performance (COP), Total Performance (TP), Specific Energy Consumtion (SEC) and Specific Moisture Extraction Rate (SMER) calculation and to know the characteristic of red chili. From this research, verrieved: average temperature in drying box 54,170C and relative humidity 23,36 %, COP of heat pump 3,4, Total Performance of heat pump 8,28; SEC of drying process 17,54 – 31,25 kWh/kg. SMER of drying process 0,032 – 0,057 kg/kWh. This characteristic from drying process show that power required to dry cutin half red chili lower than whole red chili.

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING BAHAN PERTANIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN ALAT PENUKAR KALOR

DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN ADALAH CABAI MERAH KERITING

TUGAS SARJANA

Tugas Sarjana yang Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

CHAIRIL ANWAR NIM. 120421003

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING BAHAN PERTANIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN ALAT PENUKAR KALOR

DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN ADALAH CABAI MERAH KERITING

CHAIRIL ANWAR NIM. 120421003

Telah Disetujui dari Hasil Seminar Tugas Sarjana Priode Ke- 241 Pada Tanggal 9 Oktober 2015

Disetujui Oleh:

Dokumen terkait