Lampiran 1. Tabel Refrigeran R22 DuPont
Table 1 DuPont™ Freon®
Table 1 continued)
DuPont™ Freon®
Table 1 continued)
DuPont™ Freon®
Table 1 continued)
DuPont™ Freon®
Table 2 DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Table 2 continued)
DuPont™ Freon®
22 Superheated Vapor — Constant Pressure Tables
Lampiran 2. Grafik Refrigeran R22
Lampiran 3. Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengering
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Lampiran 4. Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengering
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Lampiran 5. Tabel Standart Mutu Cabai Kering (SNI 01-3389-1994)
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Bau dan Rasa Khas Khas
2 Berjamur dan Berserangga % Tidak Ada Maks 3
3 Exctera mg/kg Maks 2 Maks 3
4 Kadar Air % Maks 11 Maks 11
5 Benda Asing % Maks 11 Maks 3
6 Buah Cacat % Maks 5 Maks 5
Lampiran 6. Hasil Kadar Air Cabai Merah Keriting Basis Basah
Lampiran 7. Hasil Kadar Air Cabai Merah Keriting Setelah Pengeringan dengan Alat Pengering Pompa Kalor
Lampiran 8. Hasil Kadar Vitamin C Cabai Merah Keriting Basis Basah
Lampiran 9. Hasil Kadar Vitamin C Cabai Merah Keriting Setelah Pengeringan dengan Alat Pengering Pompa Kalor
Lampiran 10. Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengering Pada Pengujian Cabai Merah Keriting Utuh dan Belah 3 s/d 5 September 2015
Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengring Pada Tanggal 3 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengring Pada Tanggal 4 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengring Pada Tanggal 5 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Relative Humidity
(WIB) (◦C) (%)
Lampiran 11. Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengering Pada Pengujian Cabai Merah Keriting Utuh dan Belah 3 s/d 5 September 2015
Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengring Pada Tanggal 3 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengring Pada Tanggal 4 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengring Pada Tanggal 5 September 2015
Waktu Temperatur
Relative
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Waktu Temperatur
Relative Humidity
(WIB) (◦C) (%)
Lampiran 12. Foto Hasil Pengeringan Cabai Merah Utuh
Cabai Merah Keriting Utuh Setelah Dikeringkan
Lampiran 13. Foto Hasil Pengeringan Cabai Merah Belah
Cabai Merah Keriting Belah Setelah Dikeringkan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Indra Hermawan. Kajian Pengering Pakaian Sistem Pompa Kalor. Tesis
Program Magister Teknik Mesin USU. 2014.
[2] S. Meyers, V. H. Franco, A. B. Lekov, L. Thompson and A. Sturges, "Do
Heat Pump Clothes Dryers Make Sense for the U.S Market?," 2010 ACEE
Summer Study on Energy Efficiency in Buildings, Berkeley, 2010.
[3] Ricardo. Nainggolan. Rancang Bangun Kondesor Untuk Mesin Pengering
Pakaian Sistem Pompa Kalor Dengan Daya 1PK. Jurnal tugas akhir, Teknik
Mesin USU. 2014.
[4] Purba. Indra Gunawan. Analisa Alat Pengerinng Hasil Pertanian yang
Menggunakan Energi Radiasi Surya Sebagai Sumber Panas dengan Luas
Kolektor 1m2. Skripsi, Teknik Mesin USU. 2013.
[5] Muhardityah. Pengujian Performansi Mesin Pengering Tenaga Surya
dengan Menggunakan Kolektor Bersirip dan Produk yang Dikeringkan
Cabai Merah. Skripsi, Teknik Mesin USU. 2014.
[6] D. Denkenberberg, C. Calwell, N. Beck, B. Trimboli and D. Driscll,
"Analysis of Potential Energy Saving from Heat pump clothes Dryes in
North America," Ecova Christophe World (CLASP), 2013.
[7] P. Suntivarakorn, S. Satmarong, C. Benjapiyaporn and S. Theerakulpisut,
"Experimental study on Clothes Drying Using Waste Heat fron Split Type
Air Conditioner," International Journal of Aerospace and Mechanical
Engineering, pp. 220-225, 2010.
[8] A. Ameen and S. Bari, "Investigation into the effectiveness of heat pump
assisted clothes dryer for humid tropics," Energy Conversion and
Management, pp. 137-1405, 2004.
[9] A. S. Mujumdar, Handbook of Industrial Drying, CRC Press, 2006
[10] W. W. Carr, H. S. Lee and H. Ok, "Drying of Textile Products," in
[11] Ambarita, Himsar. 2013. Buku Kuliah Thermodinamika Teknik II (Aplikasi
Siklus Thermodinamika). Medan : Untuk Kalangan Sendiri.
[12] Ambarita, Himsar. 2012. Buku Kuliah Teknik Pendingin & Pengkondisian
udara. Medan : Untuk Kalangan Sendiri.
[13] Abadi, Cakra Messa. Karakteristik Laju Pengeringan Pada Mesin
Pengering Pakaian Sistem Pompa Kalor Dengan Daya 1 PK. Jurnal tugas
akhir. Teknik Mesin USU. 2014.
[14] Cengel, Yunus A. 2002. Thermodynamics And Engeenering Approach. Mc.
Graw Hill. Boston.
[15] H. Ambarita, "Perancangan dan Simulasi Mesin Refrigerasi Siklus
Kompresi Uap Hibrida dengan Refrigeran HCR-12 sebagai Mesin
Refrigerasi pada Lemari Pendingin (Cold Storege) dan Pompa Kalor pada
Lemari Pengering (Drying Room)," ITB, Bandung, 2001
[16] Suntivarakorn, P. S. Satmarong, et al., 2010. An Experimental Study on
Clothes Drying Using Waste Heat from Spilt Type Air Conditioner.
International Journal of Aerospace and Mechanical Engineering 4:4 2010.
[17] Tim Komisi TA. Pedoman Penulisan Skripsi.2008. Medan: Program Studi
Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik. Universitas
Sumatera Utara.
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Pompa_kalor [19] Anonima. 2011. Pasca Panen Cabai.
http://www.lablink.or.id/Env/Agro/CabeKriting/cabe-panen.htm. (Maret 2011).
[20] Anonimb. 2011. Pengeringan, Pendinginan dan Pengendalian Mutu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan
September 2015. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan
pembuatan alat, pengujian sampai dengan pengambilan dan pengolahan data.
Lokasi pembuatan alat bertempat di Bengkel Las Rudi Karya Jalan Pasar
Baru No. 34 Padang Bulan Medan, Sumatera Utara dan Lokasi pengujian alat
bertempat di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan yaitu di Jalan
Sisingamangaraja No. 24 Medan, Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam rancang bangun alat
pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK ini terbagi
menjadi 3 bagian yaitu:
1. Alat utama
Alat utama yang digunakan pada alat pengering bahan pertanian
sistem pompa kalor dengan APK adalah sebagai berikut:
a. Air conditioner (AC)
Air conditioner (AC) digunakan sebagai pompa kalor yang
dirancang untuk mengeringkan bahan pertanian. Dimana AC yang
digunakan bermerek Polytron tipe PA-1105 dengan spesifikasi
Gambar 3.1 Air conditioner (AC)
Spesifikasi:
Kapasitas pendinginan : 9000 Btu/h Rata-rata tegangan dan frekuensi : 220 V dan 50 Hz Kuat arus rata-rata : 4.3 A
Konsumsi daya rata-rata : 950 W Refrigeran : R22
b. Alat Penukar Kalor Tipe Flat Plate
Alat penukar kalor tipe flat plate ini digunakan untuk
menaikkan temperatur udara yang berasal dari evaporator menuju
kondensor dengan cara memanfaatkan udara panas buangan yang
berasal dari ruang pengering. Di dalam alat penukar kalor ini
terjadi perpindahan panas secara konveksi-konduksi melalui
plat-plat yang tersusun di dalam alat penukar kalor. Yang mana
nantinya udara yang berasal dari evaporator akan diteruskan ke
kondensor sedangkan udara yang berasal dari ruang pengering
Gambar 3.2 Alat Penukar Kalor Tipe Flat Plate
c. Exhaust fan
Exhaust fan berfungsi untuk menghasilkan udara
bertekanan dan mensirkulasikan udara panas dan memberikan
kecepatan pada udara di ruang pengering. Model exhaust fan
yang digunakan BPT12-13B3 ceiling exhaust fan dengan
merek Visalux. Dimensinya adalah 265x185x265mm, dengan
daya 30 watt, tegangan 220V~50Hz serta memiliki berat
1,4kg.
d. Kontrol Panel
Kontrol panel terdiri dari sekumpulan alat kontrol yang
bertujuan untuk mengatur atau mensetting kerja pada alat
pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
Gambar 3.4 Kontrol Panel
Keterangan:
1. Display termostat
2. Lampu indikator
3. Saklar
4. Voltmeter
5. Amperemeter
6. Switch exhaust fan
2. Alat Bantu
Berikut adalah alat bantu pembuatan alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
a. Mesin Las Listrik 900 Watt
Mesin las listrik 900 watt digunakan untuk menyambung
besi hollow dalam pembuatan rangka alat pengering dan juga
menyambung besi siku dalam pembuatan dudukan alat pengering
bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
4
5 1
2
3
Gambar 3.5 Mesin Las Listrik 900 Watt
b. Gerinda Potong
Gerinda potong digunakan untuk memotong besi hollow
ataupun besi siku yang akan digunakan sebagai penyusun rangka
alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
Gambar 3.6 Gerinda Potong
c. Gerinda Tangan
Gerinda tangan digunakan untuk merapikan bekas
sambungan las dan juga digunakan utuk memotong pelat
aluminium dalam pembuatan alat pengering bahan pertanian ini.
d. Bor Tangan
Bor tangan digunakan untuk melubangi pelat aluminium
yang digunakan sebagai dinding alat pengering. Bagian yang
telah dilubangi segera di rivet dengan alat tembak rivet.
Gambar 3.8 Bor Tangan
e. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur bahan yang akan
dipotong.
Gambar 3.9 Meteran
f.Penggaris Siku
Penggaris siku digunakan untuk membuat tanda persegi
ataupun sudut 45 derajat dan 90 derajt pada pelat, besi siku
ataupun besi hollow dalam proses pembuatan alat pengering
sistem pompa kalor dengan APK.
g. Spidol
Spidol digunakan untuk melukis ataupun menggambar pada
pelat, besi siku dan juga besi hollow yang akan dipotong sesuai
gambar yang telah dibuat.
Gambar 3.11 Spidol
h. Gunting Seng
Gunting seng digunakan untuk memtong pelat aluminium
yang telah digambar sebelumnya dan juga digunakan untuk
memotong rockwool sesuai dengan keinginan.
Gambar 3.12 Gunting Seng
i. Alat Tembak Paku Rivet
Alat tembak paku rivet digunakan untuk menembakkan
paku rivet pada pelat aluminium yang akan digunakan sebagai
dinding alat pengering. Dimana fungsi dari paku rivet itu sendiri
adalah sebagai alat penyambung pada aluminium, sebab pelat
aluminium sangat sulit untuk disolder dan dilas.
j.Alat Tembak Lem Silikon
Alat tembak lem silikon digunakan untuk menembakkan
lem silikon pada sudut-sudut pelat yang terdapat celah. Dimana
fungsi dari lem silikon adalah mencegah terjadinya kebocoran.
Gambar 3.14 Alat Tembak Lem Silikon
3. Alat pendukung dan alat ukur
Adapun alat pendukung dan alat ukur yang digunakan
dalam pengujian alat pengering bahan pertanian system pompa kalor
dengan APK adalah:
a. Laptop
Laptop digunakan untuk menyimpan dan mengolah data
yang telah diperoleh dari Agilent dan Rh (Relative Humidity)
meter.
b. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk megukur berat produk
yang dikeringkan secara berkala yaitu setiap satu jam sekali. Alat
ini digunakan selama pengeringan berlangsung tujuannya untuk
menngetahui pengurangan berat produk selama proses
pengeringan. Jenis timbangan digital yang digunakan adalah
timbangan duduk digital.
Gambar 3.16 Timbangan Duduk Digital
c. Agilent 34972 A
Alat ini dihubungkan dengan termokopel yang dipasang
pada titik-titik yang akan diukur temperaturnya. Pencatatan data
pengukuran disimpan pada flashdisk yang dihubungkan pada
bagian belakang alat ini.
Spesifikasi Alat:
Daya 35 Watt
Jumlah saluran termokopel 20 buah Tegangan 250 Volt
Mempunyai 3 saluran utama Ketelitian termokopel 0,03o C
Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik Mempunyai 8 tombol panel dan sistem kontrol
Fungsional antara lain pembacaan suhu termokopel, Resistance
Temperature Detector (RTD), dan termistor, serta arus listrik
AC
d. RH (Relative Humidity) Meter
RH meter digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara
yang mengalir di dalam saluran udara pada pompa kalor. Jenis
RH meter yang digunakan adalah EL-USB-2 (High Accuracy
Humidity, Temperature and Dew Point Data Logger).
Gambar 3.18 RH Meter
Spesifikasi:
Temperature range : -400F to 1580F (-400C to 700C)
Humidity range : 0 to 100% RH
Long battery life : 1 year 3.6V Lithium battery
Comes with Windows 98, 2000, XP and Vista Compatible
Analisys Software
Complete with Protective USB Cap, Mounting Bracket and
e. Hot Wire Anemometer
Digunakan untuk mengukur kecepatan aliran udara yang
mengalir di dalam suatu aliran. Jenis Anemometer yang
digunakan adalah Hot wire anemometer Krisbow KW0600653.
Gambar 3.19 Hot Wire Anemometer
General Spesifications
Display 46.7 mm x 60 mm LCD display
Dual function meter’s display
Measurement m/s (meters per second)
Km/h (kilometers per hour0
Ft/min (feet per minute)
MPH (miles per hour)
Knot (nautical miles per hour)
Temp. oC, oF Data hold
Memory Maximum and minimum with recall
Operating Humidity Less than 80% RH
Power Supply 9V battery
Power Current Approx. DC 60-90 mA
Weight 280g
Dimension 210mmx75mmx50mm
Accessories Hot wire sensor 9V battery
Electrical Specifications
Air Velocity
Measurement: Range: Resolution: Accuracy:
m/s 0.1 – 25.0 m/s 0.01 m/s ±(5%+1d) reading or
±(1%+1d)
full scale Km/h 0.3 – 90.0 km/h 0.1 km/h
Ft/min 20 – 4925/min 1ft/min
MPH 0.2 – 55.8
MPH
0.1MPH
Knot 0.2 – 55.8knots 0.1knots
Temperature
Measuring
Range
0oC to 50oC (32oF to 122oF)
Accuracy ±1oC/1.8oF
f.Pressure Gauge
Digunakan untuk mengukur tekanan refrigran yang masuk
Gambar 3.20 Pressure Gauge
Spesifikasi :
Dimensi : diameter 66mm
Kisaran tekanan : -1 …14 Bar / -30”Hg… + 200 psi Sambungan : 1/4" SAE (Bottom Connection)
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2
yaitu:
1. Bahan uji
Yang menjadi bahan uji dalam proses pengeringan ini adalah
cabai merah keriting yang memiliki kadar air sekitar ±78,50% (kadar
air cabai sudah diteliti sebelumnya di Balai Riset dan Standarisasi
Industri Medan pada tanggal 3 September 2015). Sebelum
dikeringkan cabai merah keriting dibuang tankainya dan dicuci
bersih, lalu cabai di rendam ke waterbath dengan temperatur 600C selama 10 menit. Hal ini dilakukan guna mempertahankan warna
Gambar 3.21 Cabai Merah Keriting
2. Bahan penyusun alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor
dengan APK
Berikut adalah bahan penyusun alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
a. Besi hollow galvanis
Bahan ini digunakan sebagai rangka alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK dimana dimensi besi
hollow yang digunakan adalah 40x40x5800mm dengan tebal
1.5mm.
b. Besi hollow stainless steel
Bahan ini digunakan sebagai rangka baki atau wadah
daripada cabai yang akan dikeringkan. Dimana besi hollow
stainless steel yang digunakan adalah 20x20x5800mm dengan
tebal 1.5mm.
Gambar 3.23 Besi HollowStainless Steel
c. Besi siku galvanis
Bahan ini digunakan sebagai dudukan alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK dan juga sebagai
dudukan baki atau wadah dari pada cabai yang akan dikeringkan.
Dimana dimensi besi siku yang digunakan untuk dudukan alat
pengering ini adalah 40x40x5800mm sedangkan besi siku yang
digunakan untuk dudukan baki atau wadah cabai adalah
20x20x5800mm.
d. Pelat Aluminium
Bahan ini digunakan sebagai dinding ataupun penutup
daripada alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor
dengan APK. Dimensi daripada pelat aluminium yang digunakan
adalah 2000x900x0.8mm.
Gambar 3.25 Pelat Aluminium
e. Rockwool Insulation
Bahan ini digunakan untuk menahan panas keluar dari
ruang kondensor, pipa-pipa dan ruang pengering pada alat
pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK.
Ukuran rockwool yang digunakan adalah 6000x1000x50mm
dengan density 60Kg.
f. Aluminium foil
Bahan ini digunakan untuk membungkus atau membalut
rockwool yang dipasang pada alat pengering. Sifat daripada
aluminium foil itu sendiri mampu meredam panas sehingga panas
yang ada di dalam ruangan tidak mudah untuk keluar atau
terbuang.
Gambar 3.27 Aluminium foil
g. Kaca
Bahan ini dipasang dibagian pintu depan dan pintu
belakang alat pengering pompa kalor dengan APK. Hal ini dibuat
guna mempermudah kita untuk melihat dari luar bahan pertanian
yang dikeringkan dan juga untuk melihat komponen-komponen
penyusun alat pengering pompa kalor dengan APK pada bagian
pintu belakang alat. Kaca yang digunakan adalah kaca dengan
ketebalan 5mm.
h. Kassa stainless steel
Bahan ini digunakan sebagai wadah bahan pertanian yang
akan dikeringkan. Hal ini dipilih dikarenakan bahan kassa
stainless steel tidak akan merubah kandungan gizi maupun
vitamin bahan pertanian yang akan dikeringkan walau pada
temperatur yang tinggi.
Gambar 3.29 Kassa Stainless Steel
i. Roda trolley
Roda trolley digunakan untuk memudahkan dalam
memindahkan alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor
dengan APK ke tempat yang diinginkan. Roda trolley yang
digunakan berdiameter 4 inchi dengan tipe hidup, mati dan rem.
j. Pipa PVC
Bahan ini digunakan sebagai penguhubung antara ruangan
evaporator dengan APK, APK dengan ruang kondensor, ruang
kondensor dengan ruang pengering dan ruang penering dengan
APK. Pipa PVC yang digunakan berdiameter 3 inchi dan 4 inchi.
Gambar 3.31 Pipa PVC
k. Sambungan elbow pipa PVC
Bahan ini digunakan sebagai sambungan pipa PVC. Dalam
alat pengering ini sambungan pipa PVC yang digunakan berupa
sambungan elbow dengan sudut 900 yang berdiameter 3 inchi dan 4 inchi.
l. Kabel NYM
Kabel NYM digunakan sebagai media penghantar untuk
menyalurkan arus listrik ke alat pengering. Kabel NYM dipilih
karena memiliki keunggulan yang lebih baik, dengan isolasi
ganda yang mampu mencegah kerusakan.
Gambar 3.33 Kabel NYM
m.Gagang Pintu
Gagang pintu digunakan untuk memudahkan kita dalam
membuka dan menutup pintu alat pengering bahan pertanian
sistem pompa kalor dengan APK.
n. Engsel Pintu
Engsel pintu digunakan sebagai alat bantu yang dipasang
pada pintu agar mudah dibuka dan ditutup.
Gambar 3.35 Engsel Pintu
3.3 Metode Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan kegiatan yang meliputi
beberapa tahapan yang digambarkan dalam bentuk diagram yang tergambar
Usulan Penelitian Studi Literatur
Gambar 3.36 Diagram Alir Proses Pelaksanaan Penelitian
Buku Referensi, Jurnal-jurnal Pendukung, dan Internet
Start
Tahap Persiapan:
1. Membuat Alat Pengering Pompa Kalor 2. Pengujian Alat Pengering
ya
Finish
Kesimpulan/ Pembuatan Laporan
Pengolahan dan Analisis Data Tidak
Validasi
Merancang dan mendesain alat pengering pompa kalor
Tidak
3.4 Experimental Set Up
Udara yang mengalir dalam sistem berlangsung secara terbuka, seperti
terlihat pada gambar 3.37. Dimana udara sekitar dihisap oleh blower
evaporator dan dialirkan melewati alat penukar kalor tipe flat plate menuju
kondensor, udara yang dialirkan melewati kondensor merupakan udara
bersuhu rendah dan kering. Setelah melewati kondensor suhu udara menjadi
naik (kondensor melepaskan panas) dan kelembaban udara turun. Kemudian
udara dihisap oleh Exhaust fan dan diteruskan ke ruang pengering untuk
mengeringkan bahan pertanian. Setelah melewati ruang pengering suhu
udara mulai turun dan kelembaban udara naik, hal ini disebabkan udara
menyerap uap air yang ada pada bahan pertanian yang dikeringkan
(terjadinya perpindahan massa). Sebelum dibuang ke lingkungan sekitar
udara yang melewati ruang pengering selanjutnya dialirkan melewati alat
penukar kalor tipe flat plate tujuannya untuk menaikkan suhu udara yang
keluar dari evaporator menuju kondensor, selanjutnya udara yang berasal
dari ruang pengering dibuang ke lingkungan sekitar. Demikian selanjutnya
proses ini berlangsung secara berulang.
Pada gambar 3.37 juga diperlihatkan titik-titik penempatan alat-alat
ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang menjadi objek
penelitian dan selanjutnya menjadi bahan untuk proses analisis lebih lanjut.
Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan pada titik 1 dan 2,
yaitu pada saat udara akan masuk ke ruang pengering dan keluar ruang
pengering dengan menempatkan Rh meter pada masing-masing titik tersebut.
Sedangkan pengukuran kecepatan udara yang mengalir dalam saluran
dilakukan pada tutuk dimana udara akan masuk ke dalam ruang pengering
dengan menempatkan hot wire anemometer.
Untuk mengukur berat bahan pertanian yang dikeringkan dengan
menggunakan timbangan duduk digital, Selanjutnya alat-alat pengukuran
tersebut akan dihubungkan ke Laptop untuk memindahkan data yang
terekam pada alat-alat pengukuran tersebut. Data yang diperoleh ini
selanjutnya akan diolah dan dilakukan analisis untuk mendapatkan hasil dari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rancang Bangun Alat
Alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK ini
dirancang dengan dimensi keseluruhan yaitu 1800mm x 1300mm x 1600mm.
Gambar 4.1 Alat Pengering Bahan Pertanian Sistem Pompa Kalor
dengan Alat Penukar Kalor
Berikut adalah komponen utama dari alat pengering bahan pertanian
sistem pompa kalor dengan APK:
1. Rangka Utama
2. Ruang Pengering
3. Baki/wadah
1 2
3
4
5
6
7
4. Evaporator
5. Alat Penukar Kalor tipe Flat Plate
6. Ruang Kondensor
7. Pressure Gauge
8. Kontrol Panel
9. Dudukan Alat Pengering
10. Roda
4.1.1 Rangka Utama
Rangka utama dari alat pengering ini memiliki fungsi sebagai
tempat/dudukan daripada evaporator, APK tipe Flat Plate, ruang
kondensor dan juga ruang pengering. Rangka utama ini harus kuat dan
juga kokoh, maka bahan yang dipilih yaitu besi hollow galvanis 40mm
x 40mm x 5800mm dengan ketebalan 1,8mm. pada rancang bangun ini,
rangka utama memiliki dimensi PxLxT yaitu 1798mm x 1298mm x
1498mm.
4.1.2 Ruang Pengering
Ruang pengering dirancang sebagai tempat bahan pertanian yang
akan dikeringkan, ruang pengering diharapkan mampu menjaga panas
yang diperoleh dari kondensor. Agar panas diruang pengering tidak
mudah terbuang keluar maka dinding ruang pengering dirancang
disusun dengan 3 bagian yaitu bagian dalam dilapisi oleh pelat
aluminium foil dengan ketebalan 0,5mm, bagian tengah dilapisi isolator
berupa rockwool dengan density 60 Kg dan ketebalan 50mm dan bagian
luar dilapisi oleh pelat aluminium dengan ketebalan 0,8mm. Ruang
pengering dirancang mampu menampung bahan uji (cabai merah
keriting) sebanyak 3 Kg maka dibuatlah dimensi dari pada ruang
pengering yaitu PxLxT (500mm x 500mm x 500mm) yang terbagi
dalam 3 buah baki/wadah.
Gambar 4.3 Ruang Pengering
4.1.3 Baki/wadah
Baki/wadah dirancang dengan besi hollow stainless steel 20mm x 20mm dengan tebal 1,5mm dan juga kassa stainless steel. Hal ini dipilih dikarenakan bahan stainless steel tidak akan merubah kandungan gizi
maupun vitamin bahan pertanian yang dikeringkan walau pada temperatur yang tinggi. Baki/wadah dibuat sebanyak 3 buah dengan dimensi 497mm x 495mm.
Gambar 4.4 Baki/ wadah
4.1.4 Evaporator
Evaporator merupakan bagian dari AC split yang digunakan pada
alat pengering ini, dimana AC split yang digunakan bermerek Polytron
tipe PA-1105 dengan spesifikasi sebagai berikut:
Kapasitas pendinginan : 9000 Btu/h Rata-rata tegangan dan frekuensi : 220 V dan 50 Hz Kuat arus rata-rata : 4.3 A
Konsumsi daya rata-rata : 950 W Refrigeran : R22
4.1.5 Alat Penukar Kalor Tipe Flat Plate
Alat penukar kalor tipe Flat Plate dirancang untuk menaikan
temperatur udara yang berasal dari evaporator menuju kondensor
dengan cara memanfaatkan udara panas buangan yang berasal dari
ruang pengering. APK ini dibuat dengan dimensi PxLxT yaitu 310mm
x 180mm x 325mm dengan bahan pelat seng dengan ketebalan 0,1mm.
Gambar 4.6 Alat Penukar Kalor tipe Flat Plate
4.1.6 Ruang Kondensor
Ruang kondensor dirancang sebagai tempat dari pada kondensor
AC split dan juga kompresor AC serta kipas. Ketiga alat ini merupakan
komponen dari AC split merek Polytron tipe PA-1105.
Gambar 5.7 Ruang Kondensor
Kipas
Kondensor
4.1.7 Pressure Gauge
Pressure Gauge dirancang untuk mengukur tekanan refrigeran
yang masuk ke kompresor, keluar kompresor dan juga keluar
kondensor. Pressure Gauge yang digunakan bermerek Dove dengan
dimensi 66mm dan kisaran tekanan ( -1 s/d 14 Bar /-30”Hg… +200Psi) dan (-1 s/d 35 Bar / -30”Hg …+500Psi) dimana tipe sambungan yaitu
¼” SAE (Buttom Connection).
Gambar 4.8 Pressure Gauge
4.1.8 Kontrol Panel
Kontrol panel dirancang sebagai alat kontrol yang bertujuan untuk
mengatur atau mensetting kerja pada alat pengering bahan pertanian
sistem pompa kalor dengan APK. Kontrol panel ini dibuat dengan
dimensi 300mm x 400mm dengan tebal 100mm. Dimana kontrol panel
itu sendiri terdiri dari 1 buah thermostat, 2 buah lampu indicator, 1 buah
saklar, 1 buah voltmeter, 1 buah amperemeter dan 1 buah switch
Gambar 4.9 Kontrol Panel
4.1.9 Dudukan Alat Pengering
Sesuai dengan bahan yang dipakai pada alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK maka dudukan alat
pengering ini haruslah kuat dan kokoh untuk menopang alat tersebut.
Dimana dudukan alat pengering ini didesain dengan menggunakan
bahan besi siku galvanis 40mm x 40mm dan tebal 1,8mm dengan diberi
roda trolley ukuran 4 inchi pada setiap sudut dudukan. Dudukan alat
pengering memiliki dimensi panjang 1804mm, lebar 1304mm dan
tinggi dari lantai 150mm.
Gambar 4.10 Dudukan Alat Pengering
Voltmeter
Amperemeter Termostat
Lampu Indikator
Saklar
4.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan
APK adalah dimana pompa kalor memberikan panas dengan mengekstaksi
energi dari udara sekitar. Panas kering udara diproses memasuki ruang
pengering dan berinteraksi dengan bahan pertanian yang akan dikeringkan.
Udara lembab dan hangat dari ruang pengering diteruskan ke APK
untuk menaikkan temperatur udara yang keluar dari evaporator yang akan
dialirkan ke kondensor dan kembali ke ruang pengering. Demikian seterusnya
siklus udara pengering tersebut bersirkulasi.
4.3 Analisa Performansi Teknis
4.3.1 Data Hasil Pengukuran
Proses pengumpulan data dilakukan pada Senin, 2 Agustus 2015,
Pukul 9.30 WIB s/d selesai. Awal mula mesin pompa kalor dihidupkan
selama ± 90 menit atau temperatur ruang pengering mencapai 37,6 0C selama ± 5 jam. Adapun data yang diperoleh dari hasil pengukuran
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan Udara
Udara yang mengalir dalam sistem pengeringan bervariasi
kecepatannya. Pengukuran kecepatan dilakukan pada titik dimana
udara akan masuk ke kondensor dengan menggunakan hot wire
anemometer. Adapun data hasil pengukuran kecepatan udara ini
diperlihatkan pada tabel 4.1. Dimana data yang diperoleh adalah
Tabel 4.1 Kecepatan dan Temperatur Udara Menuju Kondensor
No. Jam ke Kecepatan Udara
(m/s)
Temperatur (0C)
1 I 0,39 35,6
2 II 0,15 39,8
3 III 0,30 41,0
4 IV 0,31 40,8
5 V 0,25 40,1
6 VI 0,22 41,8
Rata-rata 0,27 40,31
2. Temperatur dan Kelembaban Udara
Pengukuran temperatur dan kelembaban udara dilakukan dengan
menggunakan alat ukur Rh meter, dimana Rh meter diletakkan pada
2 titik pengukuran, yaitu pada saat udara keluar kondensor menuju
ruang pengering dan udara pada saat keluar ruang pengering menuju
APK. Adapun data temperatur dan kelembaban terlihat pada tabel
4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Data Temperatur dan Kelembaban
No. Titik
Pengukuran
Temperatur
(0C)
Kelembaban
(%)
Rata-rata Maks Min Rata-rata Maks Min
1 Titik 1 54,17 57,2 31,4 23,36 65,9 17,5
2 Titik 2 45,43 48,6 31,1 35,24 69,1 26,6
Keterangan:
Titik 1 : Udara Masuk Ruang Pengering
Titik 2 : Udara Keluar Ruang Pengering
3. Tekanan Refrigeran
Pengukuran tekanan refrigeran dilakukan dengan menggunakan
refrigeran masuk ke kompresor (titik A), keluar kompresor (titik B)
dan keluar kondensor (titik C). Hasil pengukuran untuk
masing-masing titik tersebut adalah:
Titik A; P1gage = 40 Psi = 377,115 kPa, tekanan absolutnya adalah
P1abs = 477,115 kPa = 0,477 MPa
Titik B; P2gage = 250 Psi = 1825,01 kPa, tekanan absolutnya
adalah P2abs = 1925,01 kPa = 1,925 MPa
Titik C; P3gage = 200 Psi = 1480,27 kPa, tekanan absolutnya
adalah P3abs = 1580,27 kPa = 1,580 MPa
4.3.2 Menghitung Coefficient of performance (COP)Pompa Kalor
Coefficient of performance (COP) pompa kalor adalah
perbandingan antara kalor yang dilepas oleh kondensor dengan kerja
(energi) yang di konsumsi dalam siklus. Dimana energi yang
dikonsumsi pada siklus ini adalah :
1. Energi menggerakkan kompressor;
2. Energi menggerakkan kipas;
Coefficient of performance (COP) pompa kalor dihitung dari persamaan
(2.5), yaitu:
Atau:
Dimana:
Kalor yang dilepaskan oleh kondensor dihitung dengan persamaan
Laju aliran massa udara:
Dimana:
adalah density(berat jenis) udara, ρ = 1,22 kg/m3.
A adalah luas penampang saluran udara, dimana:
Panjang, = 0,6m dan Lebar, = 0,5m
adalah kecepatan udara mengalir dalam saluran kondensor.
Untuk kecepatan udara 0,27 m/s diperoleh laju aliran massa udara
adalah:
Panas jenis spesifik udara:
Suhu rata-rata udara keluar kondensor: = 327,17 K
Suhu rata-rata udara masuk kondensor: = 313,31 K
Kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah:
Sedangkan laju aliran refrigeran dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Dari hasil pengukuran tekanan refrigeran, dengan menggunakan
tabel dan diagram refrigeran R22 DuPont (Lampiran 1), diperoleh data
termodinamik refrigeran R22 seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Data Termodinamik Refrigeran R22 DuPont
Titik T, (oC)
p,
(kPa)
h,
(kJ/kg)
1 -1,32 477 404,57
2 79,8 1925 446,966
3 41,23 1580 251,3
4 -1,32 477 251,3
Data pada tabel 4.3 diperoleh berdasarkan perhitungan dengan cara
interpolasi pada tabel R22 yang dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Interpolasi Nilai Entalpi
p, (kPa)
h, (kJ/kg) 466,4 404,3
477 X
482,0 404,7
Dengan cara yang sama diperoleh nilai h2 superheated pada
tekanan 1925 kPa adalah 446,966 kJ/kg, dan h3 liquid pada tekanan
1580 kPa adalah 251,3 kJ/kg. berdasarkan siklus kompresi uap ideal
nilai h4 sama dengan h3 yaitu 251,3 kJ/kg dimana tekanan h4 sama
dengan h1 yaitu 477 kPa.
Selanjutnya nilai laju aliran massa refrigeran diperoleh:
Maka energi (daya) kompresor adalah:
Kalor yang diserap oleh evaporator sebesar:
Daya menggerakkan kipas (fan) diperoleh sebesar 0,105kW
Maka coefficient of performance (COP) dari pompa kalor dengan
Total Performance (TP) diperoleh:
4.3.3 Pengukuran Temperatur dan Relative Humidity (RH)
Pengambilan data temperatur dan relative humidity dilakukan
pada tanggal 2 Agustus 2015 dengan menggunakan alat RHT meter.
Dimana pemasangan RHT meter di tempatkan pada 2 titik yaitu pada
saat udara masuk ruang pengering dan udara keluar ruang pengering.
Tabel 4.5 Temperatur dan RH Udara Masuk Ruang Pengering
No.
Waktu
(WIB)
Temperatur
(◦C)
Relative Humidity
(%)
1 11:07:13 31.4 65.9
2 11:37:13 49.6 29.1
3 12:07:13 52.8 24.8
4 12:37:13 53.6 23.6
5 13:07:13 55.6 21.6
6 13:37:13 56.3 21.1
7 14:07:13 56.4 20.8
8 14:37:13 57 20.6
9 15:07:13 56.9 20
10 15:37:13 56.6 19.2
11 16:07:13 57 17.8
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.11.
60
12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Temperatur, Rh dan Waktu Pada
Saat Udara Masuk Ruang Pengering
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari pompa kalor ini sebesar 23,36% dan temperatur rata-rata 54,170C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 65,9% pada temperatur 31,40C dan kelembaban udara minimum sebesar 17,5% pada temperatur 56,60C.
Tabel 4.6 Temperatur dan RH Udara Keluar Ruang Pengering
No.
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.12.
48
12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Pada
Saat Udara Keluar Ruang Pengering
Setelah udara melewati ruang pengeringan kelembaban udara
naik menjadi rata-rata 35,24% dan temperatur rata-rata 45,430C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 69,1% pada temperatur
31,10C dan kelembaban udara minimum sebesar 26,6% pada temperatur 48,10C.
4.4 Proses Pembuatan (Manufacturing Process)
Dalam proses pembuatan alat pengering bahan pertanian sistem pompa
kalor dengan APK ini perlu diperhatikan beberapa hal antara lain ketelitian
ukuran, pemotongan bahan, penyambungan dan proses pemasangan serta
Finishing. Hal ini perlu diperhatikan guna hasil yang diperoleh sesuai dengan
4.4.1 Proses Pemotongan
Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan beberapa alat
pemotong diantaranya gergaji besi, gerinda potong, gerinda tangan, bor
tangan, gunting seng dan cutter.
1. Pemotongan bahan untuk rangka utama
Bahan yang digunakan untuk pembuatan rangka utama adalah
besi hollow dengan ukuran 40mm x 40mm dengan tebal 1,8mm.
Dimana alat yang digunakan untuk memotong bahan untuk rangka
utama ini adalah mesin gerinda potong.
2. Pemotongan bahan untuk rangka pintu
Bahan yang digunakan untuk membuat rangka pintu adalah besi
hollow dengan ukuran 30mm x 30mm dengan tebal 1,6mm. Alat
yang digunakan untuk memotong bahan tersebut adalah mesin
gerinda potong.
3. Pemotongan bahan untuk dinding penutup dan dinding pintu
Bahan yang digunakan untuk dinding penutup dan dinding pintu
alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK ini
adalah pelat lembaran jenis aluminium dengan ukuran 1800mm x
1000mm dengan ketebalan 0,8mm. Dimana alat yang digunakan
untuk memotong pelat aluminium ini adalah gerinda tangan.
4. Pemotongan bahan untuk pembuatan baki/wadah
Bahan yang digunakan untuk pembuatan baki/wadah adalah besi
hollow stainless steel dengan ukuran 20mm x 20mm dengan tebal
1,5mm dan juga kasa stainless steel sebagai wadah produk yang
akan dikeringkan. Sedangkan alat yang digunakan untuk memotong
besi hollow stainless steel tersebut adalah mesin gerinda potong dan
gunting seng digunakan untuk memotong kasa stainless steel.
5. Pemotongan bahan untuk saluran udara
Bahan yang digunakan untuk saluran udara pada alat pengering
PVC dengan diameter 3 inchi dan 4 inchi. Alat yang digunakan
untuk memotong pipa PVC ini adalah gergaji besi.
4.4.2 Proses Penyambungan
Proses penyambungan dalam pembuatan alat pengering bahan
pertanian sistem pompa kalor dengan APK ini adalah dengan
menggunakan las listrik, engsel, lem silikon, baut-mur dan sambungan
keling,
1. Penyambungan rangka utama
Proses penyambungan rangka utama dengan las listrik.
2. Penyambungan dinding penutup dan dinding pintu
Proses penyambungan dinding penutup alat pengering dan juga
dinding pintu menggunakan sambungan keling.
3. Penyambungan rangka baki/wadah
Proses penyambungan baki/wadah pada alat pengering
menggunakan las listrik.
4. Penyambungan pintu dengan rangka utama
Proses penyambungan pintu pada rangka utama menggunakan
sambungan engsel kupu-kupu pada bagian depan dan engsel
jantan-betina pada bagian pintu belakang.
5. Penyambungan kaca pada bagian pintu
Proses penyambungan kaca pada pintu menggunakan lem
silikon.
6. Penyambungan komponen-komponen alat di dalam lemari pengering
Proses penyambungan komponen alat seperti APK, kondensor,
kipas dan juga evaporator dengan mengngunakan sambungan
baut-mur.
7. Penyambungan roda dengan tempat dudukan lemari pengering
Proses penyambungan roda dengan tempat dudukan lemari
4.4.3 Proses Pemasangan/perakitan
Dalam proses pemasangan/perakitan komponen-komponen pada
alat pengering bahan pertanian sistem pompa kalor dengan APK adalah
dengan menggunakan paku keling dan baut-mur.
1. Pemasangan dinding
Dalam proses pemasangan keseluruhan dinding pada alat
pengering ini menggunakan paku keling dengan diameter 5mm.
2. Pemasangan komponen-komponen di dalam lemari pengering
Pemasangan komponen-komponen seperti kondensor, kipas,
APK dan juga evaporator dengan menggunakan baut-mur M10.
3. Pemasangan isolator rockwool
Pemasangan rockwool pada dinding ruang pengering dan juga
ruang kondensor menggunakan paku keling dimameter 5mm.
4.4.4 Proses Finishing
Proses finishing dilakukan pada saat selesai proses pengelasan
dengan las listrik dengan cara penggerindaan dengan gerinda tangan.
Selanjutnya proses finishing yang dilakukan adalah pengecatan rangka
utama maupun dudukan lemari pengering yang telah selesai dibuat.
4.5 Prosedur Pengoperasian Kerja Alat Pengering Bahan Pertanian Sistem Pompa Kalor dengan APK
Adapun cara pengoperasian kerja alat pengering bahan pertanian
adalah sebagai berikut:
1. Cabai merah keriting dicuci bersih dan dibuang tangkainya
2. Cabai direndam ke dalam waterbath degan temperatur 600C selama 10 menit guna mempertahankan warna pada cabai, selanjutnya ditiriskan
3. Letakkan cabai pada baki/wadah yang terdapat pada alat pengering,
kemudian tutup pintu ruang pengering
5. Naikkan stutt yang ada di dalam kontrol panel
6. Putar sakelar utama ke posisi ON
7. Putar sakelar fan ke posisi ON
8. Atur suhu maksimal thermostat sebesar 600C
9. Pengeringan dilakukan 8 jam setiap harinya atau sesuai kebutuhan
10.Seletah melakukan proses pengeringan putar sakelar fan ke posisi OFF dan
sakelar utama ke posisi OFF
11.Turunkan stutt yang ada ada di dalam kontrol panel
12.Cabutlah stop kontak dari sumber arus listrik.
4.6 Hasil Pengujian Cabai Merah Keriting
4.6.1 Cabai Merah Keriting Utuh
1. Hasil Pengujian Moisture Ratio (MR)
Sebelumnya cabai merah keriting diuji kadar airnya pada 3
September 2015 di labolatorium makanan minumam dan bahan
pertanian milik Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan dan
diperoleh kadar airnya ±78,50% (Lampiran 5). Sebelum dikeringkan
cabai merah keriting ini dibuang tangkainya dan dicuci bersih, lalu
cabai direndam ke waterbath dengan temperatur 600C selama 10 menit. Hal ini dilakukan guna mempertahankan warna pada cabai
merah keriting.
Berikut adalah data-data yang diambil pada saat pengujian
pengeringan cabai merah keriting utuh.
Berat awal : 200 gr
Kadar air : 157 gr (78,50%)
Berat akhir : 43 gr
Kadar air akhir masa : 10%
Perhitungan nilai Moisture Ratio (MR) hasil pengujian
pengeringan pada cabai merah keriting adalah sebagai berikut:
Nilai MR awal pengujian pada pukul 10.30 WIB adalah:
Nilai MR pengujian pada pukul 11.30 WIB adalah:
Dengan menggunakan cara yang sama nilai MR berikutnya pada
pengeringan cabai merah keriting utuh dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini:
Tabel 4.7 Moisture Ratio Pada Pengeringan Cabai Merah Utuh
Tanggal Pukul Masa Kadar air kadar air MR
(WIB) (gr) (%) (gr)
3-Sep-15
10,30 200 68.5 137 1
11,30 194 65.5 131 0.956204
12,30 186 61.5 123 0.897811
13,30 177 57 114 0.832116
14,30 170 53.5 107 0.781022
15,30 160 48.5 97 0.708029
16,30 154 45.5 91 0.664233
4-Sep-15
09,30 136 36.5 73 0.532846
10,30 132 34.5 69 0.503649
11,30 127 32 64 0.467153
12,30 121 29 58 0.423357
13,30 118 27.5 55 0.401459
14,30 109 23 46 0.335766
15,30 102 19.5 39 0.284671
16,30 95 16 32 0.233576
5-Sep-15
10,00 81 9 18 0.131386
11,00 77 7 14 0.102189
12,00 70 3.5 7 0.051095
Grafik perbandingan Moisture Ratio dengan waktu pengeringan
pada pengeringan cabai merah keriting utuh dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Mo
is
tu
re Rati
o
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Waktu (Jam)
Moisture Ratio
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Moisture Ratio dengan Waktu
Pengeringan Pada Pengeringan Cabai Merah
Keriting Utuh
2. Hasil Perhitungan SMER dan SEC
Dari data yang didapat, maka dapat dihitung laju pengeringan
untuk cabai merah kering utuh sebagai berikut:
Laju pengeringan:
Dimana :
Wo = 200 gr = 0,2 kg
Wf = 63 gr = 0,063 kg
Diperoleh SMER:
Sedangkan SEC diperoleh:
4.6.2 Cabai Merah Keriting Belah
1. Hasil Pengujian Moisture Ratio (MR)
Perhitungan nilai Moisture Ratio dari hasil pengeringan cabai
merah keriting belah adalah sebagai berikut:
Berat awal : 200 gr
Kadar air : 157 gr (78,50%)
Berat akhir : 43 gr
Kadar air akhir masa : 10%
Masa cabai kering : 63 gr
Dengan menggunakan cara yang sama dengan cabai merah
keriting utuh untuk mencari nilai MR berikutnya pada pengeringan
Tabel 4.8 Moisture Ratio Pada Pengeringan Cabai Merah Belah
Grafik Moisture Ratio pada pengeringan cabai merah keriting
utuh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
1.0
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Moisture Ratio dengan Waktu
Pengeringan Pada Pengeringan Cabai Merah
2. Hasil Perhitungan SMER dan SEC
Dari data yang didapat, maka dapat dihitung laju pengeringan
untuk cabai merah kering belah sebagai berikut:
Laju pengeringan:
Dimana :
Wo = 200 gr = 0,2 kg
Wf = 63 gr = 0,063 kg
t = 10 jam
Diperoleh SMER:
4.6.3 Hasil Pengukuran Relative Humidity (RH) Pada Pengeringan Cabai Merah Keriting Utuh dan Cabai Merah Keriting Belah
Pengukuran RH pada pengeringan cabai merah keriting utuh dan
belah tidak jauh berbeda dikarenakan pengujiannya dilakukan secara
bersamaan yang membedakan hanyalah lama waktu pengeringannya
saja.
Tabel 4.9 Temperatur dan RH Saat Udara Masuk Ruang Pengering
pada tanggal 3 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat
udara masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.15.
60
11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB)
Udara Masuk Ruang Pengering Pada 3 September 2015
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari
pompa kalor ini pada tanggal 3 september 2015 sebesar 25,35% dan
temperatur rata-rata sebesar 53,350C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 67,4% dan kelembaban udara minimum sebesar
18,5% serta temperatur udara maksimum 57,80C dan temperatur udara minimum sebesar 31,50C.
Tabel 4.10 Temperatur dan RH Saat Udara Masuk Ruang Pengering
pada tanggal 4 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.16.
60
10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB) Relative Humidity
Udara Masuk Ruang Pengering Pada 4 September 2015
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 4 september 2015 sebesar 28,85% dan temperatur
rata-rata sebesar 51,120C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 72,8% dan kelembaban udara minimum sebesar 20,7% serta
temperatur udara maksimum 57,50C dan temperatur udara minimum sebesar 29,80C.
Tabel 4.11 Temperatur dan RH Saat Udara Masuk Ruang Pengering
pada tanggal 5 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 10
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
masuk ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.17.
60
10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Kelembaban udara masuk ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 5 september 2015 sebesar 27,44% dan temperatur
rata-rata sebesar 53,040C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 74,8% dan kelembaban udara minimum sebesar 18% serta temperatur
udara maksimum 60,10C dan temperatur udara minimum sebesar 29,90C.
Tabel 4.12 Temperatur dan RH Saat Udara Keluar Ruang Pengering
pada tanggal 3 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.18.
48
11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Kelembaban udara keluar ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 3 september 2015 sebesar 38,94% dan temperatur
rata-rata sebesar 43,970C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 70% dan kelembaban udara minimum sebesar 29,6% serta temperatur
udara maksimum 47,90C dan temperatur udara minimum sebesar 310C.
Tabel 4.13 Temperatur dan RH Saat Udara Keluar Ruang Pengering
pada tanggal 4 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ke ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.19.
48
10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Kelembaban udara keluar ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 4 september 2015 sebesar 42,11% dan temperatur
rata-rata sebesar 42,490C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 75,8% dan kelembaban udara minimum sebesar 32,3% serta
temperatur udara maksimum 47,70C dan temperatur udara minimum sebesar 29,20C.
Tabel 4.14 Temperatur dan RH Saat Udara Keluar Ruang Pengering
pada tanggal 5 September 2015
No.
Catatan : Untuk data yang lebih lengkap lihat pada lampiran 11
Grafik perbandingan Temperatur, RH dan Waktu pada saat udara
keluar ruang pengering dapat dilihat pada gambar 4.20.
48
10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00
Waktu (WIB)
Gambar 4.20 Grafik Perbandingan Temperatur, RH dan Waktu Saat
Kelembaban udara keluar ruang pengeringan rata-rata dari pompa
kalor ini pada tanggal 5 september 2015 sebesar 42,67% dan temperatur
rata-rata sebesar 43,850C. Dimana kelembaban udara maksimum sebesar 77,4% dan kelembaban udara minimum sebesar 31,7% serta
temperatur udara maksimum 48,60C dan temperatur udara minimum sebesar 28,80C.
4.7 Pembahasan
4.7.1 Kinerja Pompa Kalor
Pompa kalor yang dimanfaatkan untuk proses pengeringan
mampu menghasilkan udara panas diruangan rata-rata sebesar 44,270C dan temperatur udara maksimum adalah 52,50C dan temperatur udara minimum sebesar 32,70C, dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi bahan pertanian yang dikeringkan tidak menjadi rusak baik kadar warna
maupun kadar vitamin yang terkandung di dalam bahan pertanian yang
dikeringkan tersebut.
Kelembaban udara menuju ruang pengeringan rata-rata dari
pompa kalor ini sebesar 23,36% dan temperatur rata-rata 54,170C. dimana kelembaban udara maksimum sebesar 65,9% pada temperatur
31,40C dan kelembaban udara minimum sebesar 17,5% pada temperatur 56,60C.
Setelah udara melewati ruang pengeringan kelembaban udara
naik menjadi rata-rata 35,24% dan temperatur rata-rata 45,430C. dimana kelembaban udara maksimum sebesar 69,1% pada temperatur 31,10C dan kelembaban udara minimum sebesar 26,6% pada temperatur
48,60C.
Kinerja dari pompa kalor yang dinyatakan coefficient of
pengeringan bahan pertanian ini bernilai sebesar 3,4 (COP dipengaruhi
oleh kecepatan aliran udara yang mengalir), ini berarti bahwa 1 kWh
listrik yang digunakan untuk menggerakkan pompa kalor mampu
menghasilkan panas sebesar 3,4 kWh yang berguna untuk
mengeringkan bahan pertanian. Sedangkan kinerja total atau total
performance (TP) dari sistem pompa kalor ini adalah 8,28 yang berarti
bahwa 1 kW untuk menggerakkan kompresor mampu menghasilkan
8,28 kW energi untuk proses pendinginan, yaitu menurunkan
temperatur dan kelembaban udara serta proses pemanasan, yaitu
menaikkan temperatur udara dan menurunkan lagi kelembaban udara
pada kondensor.
4.7.2 Karakiteristik Pengeringan
Dari hasil penelitian, nilai SEC dan SMER dari proses
pengeringan bahan pertanian dengan sistem pompa kalor dengan APK
ini berbeda-beda, jika bahan uji (cabai merah keriting utuh dan belah)
dilakukan bersamaan maka nilai SEC berkisar 31,54 kWh/kg – 56,81 kWh/kg. Hal ini berarti bahwa energi dikonsumsi untuk menghilangkan
1 kg uap air dari bahan yang dikeringkan antara 31,54 kWh – 56,81 kWh.
Nilai SMER untuk pengeringan bahan secara bersamaan adalah
0,0176 kg/kWh – 0,0317 kg/kWh, yang artinya adalah jumlah uap air yang mampu dihilangkan dari bahan yang dikeringkan setiap 1 kWh
adalah 0,0176 kg – 0,0317 kg.
Laju pengeringan dari proses pengeringan bahan pertanian
dengan sistem pompa kalor memperlihatkan bahwa laju pengeringan
meningkat diawal pengeringan kemudian konstan dan selanjutnya
semakin menurun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah dirancang bangun sebuah alat pengering bahan pertanian sistem
pompa kalor dengan APK dan produk yang dikeringkan adalah cabai
merah keriting dengan ukuran alat PxLxT (1800mm x 1300mm x
1600mm). Terdiri dari rangka utama, satu unit AC split 1PK, APK tipe flat
plate, exhaust fan, ruang pengering, baki/wadah, dudukkan alat pengering
dan kontrol panel
2. Temperatur udara rata-rata masuk ruang pengering adalah 54,170C dan kelembaban udara rata-rata adalah 23,36 %
3. Nilai Coefficient of performance (COP) dari sistem pompa kalor adalah
3,4 dan Total Performance (TP) sistem pompa kalor adalah 8,28
4. Energi yang dikonsumsi spesifik atau specific energy consumption (SEC)
untuk cabai merah keriting baik utuh maupun belah adalah 31,54 kWh/kg – 56,81 kWh/kg
5. Nilai laju ekstraksi air spesifik atau specific moisture extraction rate
(SMER) untuk cabai merah keriting baik utuh maupun belah adalah
0,0176 kg/kWh – 0,0317 kg/kWh
6. Keuntungan penggunaan alat pengering bahan pertanian ini adalah dapat
digunakan dalam kondisi cuaca yang mendung dan hujan. Cocok