• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Untuk mempertahankan dan menjaga keberlanjutan effektivitas Sistim Akuntansi Penggajian serta beratnya beban tugas Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada Bagian Tata Usaha Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, di perlukan pelatihan – pelatihan keterampilan kepada para Pegawai di Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

2. Agar semakin efektif penerapan Sistem Akuntansi termasuk Sistem Akuntansi Penggajian di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara maupun dijajaran satuan kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara lainnya, perlu penetapan Sistem Akuntansi yang Standard, bagi segenap jajaran Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

BAB II

BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU

A. Sejarah Singkat.

Pada pasal 2 ayat 1 peraturan Menteri Dalam Negeri. Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan

Terpadu di Daerah, dinyatakan: “Dalam rangka meningkatkan pelayanan

masyarakat dibidang Perizinan, dibentuk unit pelayanan perizinan terpadu dengan sebutan Badan atau Kantor “ dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2

dijelaskan bahwa pembentukan Badan atau Kantor dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka dalam Peraturan Daerah no 6 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Provinsi Sumatera Utara, ditetapkan 6 ( enam ) Lembaga lain Provinsi Sumatera Utara. Pada pasal 9 Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah merupakan unsur Perangkat Daerah yang mempunyai kewenangan dibidang perizinan atas nama Kepala Daerah berdasarkan pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah.

Selanjutnya, sesuai dengan pasal 10 ayat 3 Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara No. 6 Tahun 2009 tersebut diatas, yang menyatakan bahwa “

Rincian tugas, fungsi dan uraian tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, akan diatur dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur.

Sesuai ketentuan pasal 10 ayat 3, Peraturan Daerah tersebut diatas, ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2011 tentang uraian tugas, fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara.

Pada pasal 2 dari Peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2011 tersebut dinyatakan bahwa Badan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian meliputi ketatausahaan/administrasi, pelayanan perizinan, non perizinan, standarisasi, dan sosialisasi serta pengawasan dan pengendalian

Dengan pembentukanBadan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, maka penyelenggaraan perizinan, mulai dari tahap permohonan sampai ketahap penerbitan dokumen izin, dilakukan secara terpadu dalam suatukantor/tempat. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan perizinan menjadi lebih lancar, lebih cepat, lebih transparan dan lebih sesuai dengan kepentingan peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pelayanan kepada investor, pengembangan sektor riil serta pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Untuk memberdayakan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara telah menerbitkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, yang kemudian dicabut dan diganti dengan

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizininan dan Non Perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara.

Mengacu kepada ketentuan yang ada, pada Bab I Ketentuan Umum, pasal

1 ayat 12 dinyatakan: “ Pelayanan perizinan terpadu adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga Negara dan penduduk atas pelayanan administrasi perizinan dan non perizinan yang proses penggolongannya dimulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen izin, dilakukan secara terpadu dalam satu pintu dan dalam satu tempat”. Selanjutnya, pada ayat 15

dinyatakan: Perizinan adalah pemberian utilitas kepada seseorang atau badan hukum dalam bentuk izin”.

B. Struktur Organisasi dan Personalia.

Bagan organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ( BPPT ) Sumatera Utara,sesuai dengan pasal 10 ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 6 Tahun 2009 tentang organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Provinsi Sumatera Utara, padalampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Gambar 2.1

Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ProvSu Selanjutnya tentang Sumber Daya Manusia, menurut data Laporan Profil PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) se Sumatera Utara tahun 2012, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara ( BPPTPSU ) memiliki 66 ( enam puluh enam ) orang pegawai, yang sebagian besar telah memiliki sertifikat Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Perizinan Terpadu, baik tingkat dasar maupun tingkat lanjutan.

Tabel 1.2

SUMBER DAYA MANUSIA

BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT) PROVINSI SUMATERA UTARA (PER OKTOBER 2012)

NO URAIAN Jumlah

1. Jumlah Pegawai 66 orang

2. Kualifikasi Menurut Pendidikan:

S3 - S2 9 orang S1 37 orang D3 16 orang D2 - D1 - SMA 4 orang SMP - SD -

3. Kualifikasi Menurut Golongan:

IV 9 orang

III 38 orang

II 18 orang

I

4. Kualifikasi Menurut Eselon Jabatan:

II 1 orang

III 5 orang

IV 7 orang

5. Kualifikasi Menurut Pangkat:

IV/d - IV/c 1 orang IV/b 3 orang IV/a 5 orang III/d 4 orang III/c 7 orang III/b 9 orang III/a 19 orang II/d 4 orang II/c 12 orang II/b 1 orang II/a 1 orang

Sumber: Laporan Profil Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( PTSP ) se Sumatera Utara Tahun 2012 hal 4-5.

Sementara menurut Data Daftar Hadir per tanggal 4 Februari 2015. Jumlah pegawai adalah 76 (tujuh puluh enam) orang.

C. Job Description.

Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, menetapkan uraian tugas, fungsi dan Tata Kerja dari jabatan yang terdapat dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, yaitu:

1. Kepala Badan.

2. Kepala Bagian Tata Usaha.

3. Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan. 4. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan.

5. Kepala Bidang Standarnisasi dan Sosialisasi. 6. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.

Untuk kepentingan efesiensi, maka dalam hal ini akan dikutip ketentuan tentang Tugas masing-masing Jabatan tersebut diatas sementara tentang Fungsi dan uraian tugas tidak diuraikan dalam tulisan ini. Oleh karena itu, maka secara berurutan akan diuraikan tugas dari masing-masing sebagai berikut:

1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas untuk melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan

administrasi dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

2. Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas untuk menggerakkan organisasi. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam melaksanakan tugas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, dengan kewewenangan (pasal 3 PerGub No. 29 Tahun 2014):

a. Menerapkan prinsip pelayanan public yang mudah, sederhana, cepat, transparan, dan bermutu.

b. Menerapkan mekanisme perizinan dan non perizinan, mulai dari permohonan sampai dengan penyerahan perizinan dan non perizinan kepada Pemohon yang diatur dalam Standar Operasional Prosedur (SOP).

c. Menyampaikan tembusan perizinan dan non perizinan kepada SKPD terkait.

d. Menyampaikan Laporan pelayanan perizinan dan non perizinan setiap bulan kepada Gubernur dan Instansi terkait lainnya.

3. Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam melaksanakan urusan pemerintahan dibidang pengelolaan urusan umum dan kepegawaian, keuangan dan program, pelaporan serta dokumen.

a. Kepala sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan,, dengan tugas antara lain:

- Melaksanakan persiapan penyusunan dan penyempurnaan standar, norma, criteria, mekanisme dan prosedur penyelenggaraan urusan keuangan.

- Melaksanaan pencatatan, penatausahaan, dan pembukuan keuangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Melaksanakan pembayaran gaji dan tunjangan penghasilan pegawai pada lingkup Badan, sesuai standar yang ditetapkan. c. Kepala Sub Bagian Program, Pelaporan dan Dokumen.

4. Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan urusan administrasi/ketatausahaan di bidang pelayanan Non Perizinan.

5. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan urusan dibidang ketatausahaan/keadministrasian urusan pelayanan perizinan.

6. Kepala Bidang Standarnisasi dan Sosialisasi mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam penyelenggaraan urusan ketatausahaan/administrasi dibidang Standarisasi dan Sosialisasi serta Kemitraan.

7. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan urusan dibidang pengawasan, pemantauan dan monitoring.

D. Jaringan Kegiatan

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi, dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, mengurangi kesenjangan daya saing di bidang investasi serta mengkondusifkan iklim investasi di Indonesia melalui penyederhanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Melalui PTSP diharapkan kondisi perizinan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan minat investor dan meningkatkan pengembangan sektor riil serta pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah dengan daya saing yang kompetetif. Meskipun, pada dasarnya pengembangan PTSP baru menyentuh restorasi di bidang birokrasi perizinan dengan sasaran pada penyederhanaan prosedur perizinan.

Pada konsepnya, penyelenggaraan PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dari mulai tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat. Terkait reformasi di bidang birokrasi perizinan, PTSP telah memenuhi sasaran penyederhanaan percepatan waktu, sistem dan prosedur, persyaratan serta biaya. Sistem pelayanan perizinan yang baik, transparan, demokratis, efisien dan efektif serta sederhana diatur di dalam Permendagri No.24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Provinsi Sumatera Utara beserta daerah Sumatera lainnya telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang serta lumbung energi. Hal ini dilakukan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 sebesar 6,7 persen hingga 7,7 persen di tahun 2014. Untuk mendukung pemerintahan pusat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara telah melimpahkan 56 jenis perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Sumatera Utara demi meningkatkan investasi yang merupakan kunci pembangunan ekonomi nasional dan daerah.

Selanjutnya diharapkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta seluruh instansi terkait dapat mendukung kinerja BPPT Provsu sebagai PTSP sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu, selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengolahannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya dokumen, dilakukan dalam satu tempat.

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Sumatera Utara tertuang di dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara. BPPT memiliki tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian meliputi ketatausahaan/administrasi, pelayanan perizinan, non perizinan, standarnisasi dan sosialisasi serta pengawasan dan pengendalian.

BPPT Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi: (1) Penyelenggaraan penyusunan program Badan; (2) Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan; (3)Penyelenggaraan koordinasi proses pelayanan perizinan;(4)Penyelenggaraan administrasi pelayanan perizinan; (5) Penyelenggaran pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan; (6) Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Badan dibantu oleh Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Program, Pelaporan dan Dokumentasi, Kepala Sub Bagian Keuangan. Kemudian dibantu pula oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan, Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan, Kepala Bidang Standarnisasi dan Sosialisasi (membawahi Kepala Sub Bidang Standarnisasi dan Kepala Sub Bidang Sosialisasi) serta Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian (membawahi Kepala Sub Bidang Pengawasan dan Evaluasi serta Kepala Sub Bidang Pengendalian).

E. Kinerja Kegiatan Terkini

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013 Tanggal 19 Desember 2013 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 dan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2013, maka sesuai pula dengan Surat Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 061/157 Tanggal 8 Januari 2014 Tentang Penyampaian LAKIP Satuan Kerja Perangkat Dana Tahun 2013, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara telah menyampaikan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Tahun 2013.

Dari LAKIP Badan Pelayanan Perizinan Provinsi Ssumatera Utara Tahun 2013, dapat diketahui Kinerja Instansi tersebut sebagai berikut:

1. Visi: Pelayanan Perizinan yang Ramah, Nyaman, Mudah, Sederhana, Cepat, Berkualitas dan Transparan.

a. Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia Pelayanan Perizinan Terpadu.

b. Mengembangkan Prosedur dan Standarnisasi Pelayanan Perijinan Terpadu.

c. Mengembangkan sistem informasi pelayanan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

d. Meningkatkan Pelayanan Administrasi dan Pembinaan Perijinan. e. Meningkatkan koordinasi proses pelayanan Perijinan.

f. Mengembangkan Administrasi Pelayanan Perizinan dan Penanganan Pengaduan.

g. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan Perijinan.

Sesuai dengan visi dan misi tersebut, ditetapkan berbagai program/kegiatan Badan Pelayayan Perizinan Terpaadu Provinsi Sumatera Utara dengan prioritas kepada program peningkatan pelayanan perizinan dan pengawasan pelayanan perizinan terpadu.

Capaian kinerja untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2013, rata-rata mencapai 100%, namun untuk beberapa kegiatan tidak dapat

dilaksanakan karena terkena “ rationalisasi” seperti kegiatan Penyusunan

Rancangan Revisi Peraturan Gubernur Sumatera Utara No 5 Tahun 2011, Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur tentang hubungan kerja Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Tentang Monitoring dan Evaluasi.

Dari sisi Akuntabilitas Anggaran, capaian kinerjanya adalah rata-rata di atas 90%. Hal ini disebabkan beberapa kegiatan tidak memenuhi pencapaian target kinerja, adanya rationalisasi anggaran dan disebabkan belum seluruh kegiatan dapat digambarkan secara kuantitatif dan terukur.

F. Rencana Kegiatan

Rencana/Program Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, setiap tahunnya tetap ditetapkan, yang dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kerja.

Selanjutnya, setiap Rencana Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, senantiasa disusun dan ditetapkan dengan mengacu kepada Dokumen Rencana Penganjuran Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Utara.

Sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendapatan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Rencana Strategi SKPD dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD), disusun berdasarkan pendekatan kinerja.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 29 Tahun 2014, tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, menetapkan jenis-jenis perizinan, yang menjadi Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Sumatera Utara, meliputi:

1. Bidang Perhubungan, terdapat 7 jenis Perizinan.

2. Bidang Kelautan dan Perikanan terdapat 1 jenis Perizinan. 3. Bidang Kehutanan, terdapat 4 jenis Perizinan.

4. Bidang Lingkungan Hidup, terdapat 1 jenis Perizinan.

5. Bidang Perindustrian dan Perdagangan, terdapat 5 jenis Perizinan. 6. Bidang Kesehatan, terdapat 4 jenis Perizinan.

7. Bidang Bina Niaga, terdapat 4 jenis Perizinan. 8. Bidang Perhubungan:

a. Darat, terdapat 7 jenis Perizinan. b. Udara, terdapat 1 jenis Perizinan. c. Laut, terdapat 7 jenis Perizinan.

9. Bidang Komunikasi dan Informatika, terdapat 9 jenis Perizinan. 10.Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat 5 jenis Perizinan. 11.Bidang Pertambangan dan Energi, terdapat 9 jenis Perizinan.

12.Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air, terdapat 8 jenis Perizinan. 13.Bidang Penelitian dan Pertambangan, terdapat 1 jenis Perizinan.

Sesuai dengan Kewenangan tersebut, maka sejak Tahun 2013’ Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu melaksanakan 7 Program dan 78 Kegiatan, sebagai berikut:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan 10 kegiatan.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan 10 kegiatan. 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur dengan 1 kegiatan.

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, dengan 1 kegiatan.

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, dengan 8 kegiatan.

6. Program Peningkatan Pelayanan Perizinan, dengan 35 kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Suatu Perusahaan atau Kantor Pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan tertentu. Perusahaan didirikan untuk memperoleh laba demi menjamin kelangsungan perusahaan. SementaraKantor Pemerintah didirikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada era globalisasi saat ini persaingan antara perusahaan satu dengan yang lain sangatlah ketat dan tuntutan kualitas pelayanan masyarakat juga sangat meningkat, oleh karena itu Perusahaan/Kantor Pemerintah harus dikelola dengan efektif dan efisien supaya tetap eksis dalam bidangnya.

Dalam menjalankan aktivitasnya tentu Perusahaan atau Kantor Pemerintah menggunakan sumber daya. Sumber daya terbagi atas dua yaitu Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Sumber Daya merupakan faktor untuk menghasilkan barang dan jasa. Maka sumber daya ini perlu dikontrol untuk melancarkan aktivitas perusahaan. Kontrol itu sendiri merupakan suatu usaha sistematis manajemen perusahaan guna pencapaian tujuan dengan cara membandingkan kinerja terhadap rencana serta perbedaan diantara keduanya.

Sistem Penggajian yang baik adalah yang memiliki sistem pengendalian yang efektif dan efisien serta terdiri dari beberapa prosedur yang saling berkaitan dan memiliki dokumen pendukung. Pengendalian dibuat untuk meminimalisasi penyelewengan pada sistem penggajian serta melakukan

tindakan koreksi apabila ditemui adanya kelemahan-kelemahan pada sistem tersebut karena gaji merupakan salah satu biaya operasional perusahaan/kantor yang paling penting dan dapat mempengaruhi keuangan dan kemajuan perusahaan.

Sumber Daya Manusia adalah faktor yang tidak pernah lepas dalam kantor, karena Sumber Daya Manusia memberikan sumbangan kepada kantor sejak awal dimulainya kegiatan kantor. Sumbangan tersebut diberikan dalam bentuk tenaga, pikiran, ide-ide yang kreatif, pengalaman maupun keahlian. Sebagai imbalan atas apa yang mereka sumbangkan maka mereka berhak mendapatkan balas jasa berupa gaji atauupah. Oleh karena itu kantor harus dapat mengontrol dan memperhatikan kesejahteraan para Sumber Daya Manusianya.

Jika kebutuhan Sumber Daya Manusia dipenuhi perusahaan/kantor dengan semestinya, yaitu dengan sistem gaji dan upah yang layak/baik maka akan mendorong Sumber Daya Manusia itu bekerja dengan baik pula dan akan merangsang Sumber Daya Manusia itu untuk bekerja lebih baik, sehingga hasil pekerjaannya akan lebih maksimal dan berkualitas. Sejalan dengan itu maka tujuan kantor akan tercapai.

Gaji dan upah merupakan masalah yang sensitif bagi setiap perusahaan/kantor. Untuk mengatasi masalah tersebut kantor mengembangkan suatu kebijakan yaitu pengawasan. Dengan adanya pengawasan gaji dan upah, sistem penggajian tersebut bisa berjalan dengan baik tanpa ada kecurangan. Jadi kantor harus membuat pengawasan khusus terhadap gaji dan upah dengan

menunjuk beberapa orang yang cakap/terampil, jujur dan bertanggung jawab dalam pencatatan gaji dan upah agar tidak terjadi penyelewengan yang merugikan kantor dan karyawan, karena itu bisa menjadi penghambat bagi tercapainya tujuan kantor.

Sistem gaji dan upah yang baik adalah sistem yang dibantu dengan pengawasan yang baik oleh pihak manajemen kantor dan dapat merangsang motivasi kerja karyawan melalui pemberian gaji, tunjangan, bonus, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan tenaga kerja semakin produktif.

Sistem penggajian manual yang digunakan perusahaan/kantor saat ini kurang memberikan informasi secara tepat dan akurat bagi perusahaan/kantor dibandingkan dengan sistem informasi penggajian terkomputerisasi yang baru akan dirancang penggunaannya, seiring dengan perkembangan zaman. Sistem penggajian manual merupakan aktivitas proses data dan transaksi yang dilakukan perusahaan secara manual untuk memenuhi kebutuhan pengguna informasi yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan menjalankan bisnis. Sistem penggajian komputerisasi yang disusun serta diterapkan secara benar, akan dapat menyajikan data yang benar dan tepat pada waktunya.

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya memicu untuk melakukan inovasi-inovasi baru yang dapat membantu untuk memudahkan mendapatkan informasi. Dan ini mendorong perusahan/kantor melakukan inovasi dalam proses produksi, penjualan, pemasaran, dan distribusi dengan melibatkan peranan teknologi informasi.

Pada masa sekarang, suatu perusahaan di haruskan dapat bekerja dengan cepat tepat dan benar dengan tingkat ketelitian yang tinggi agar dapat terus berjalan dan bertahan dalam perubahan/perkembangan Informasi dan Tekhnologi yang semakin cepat.Pentingnya sistem informasi dalam penggajian bagi perusahaan adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan, penyimpangan atau pengeluaran kantor yang fiktif sehingga dapat menimbulkan kerugian pada kantor. Sistem informasi dalam penggajian menggambarkan ataumendeskripsikan sistem pencatatan yang terkomputerisasi ke pencatatan yang berupa bagan alur flowchart.

Sistem penggajian yang akuratsangat dibutuhkan oleh setiap kantor, terutama untuk kantor yang sudah memiliki cukup banyak karyawan. Kantor dengan banyak karyawan tentunya membutuhkan sistem penggajian yang dapat memudahkan mereka untuk membayarkan gaji secara tepat,cepat dan efisien. Dengan adanya sistem informasi penggajian dari awal sampai gaji itu dibayarkan sesuai dengan hak masing-masing karyawan dapat dilaksanakan dengan sistematis dan diharapkan tidak akan terdapat kesalahan dalam prosedur penggajian. Dengan berkembangnya Teknologi Informasi yang

Dokumen terkait