DAFTAR PUSTAKA
Anastasia Diana & Lilis Setiawati. 2011Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Asep Hermawan 2003, Pedoman Praktis Metodologi Penilitian Bisnis, Cetakan Pertama, Penerbit Fakultas Ekonomi (LPFE) Universitas Trisakti: Universitas Trisakti.
Husein Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Cetakan kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
Indra Bastian,Suharjono, 2006, Jakarta Salemba Empat.
L.M.Samryn. 2012. Akuntansi Manajemen, Cetakan Pertama, Penerbit Kencana Prenada Media Grup: Jakarta.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria.
Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka.
Stephen P. Robbins, Marry Coulter, Manajemen, 2010, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Wiratna Sujarweni, Sistem Akuntansi, 2015, Yogyakarta, Pustaka Baru Pers.
BAB III
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN PEGAWAI PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVSU
A. Pengertian Sistem.
Suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat
berhubungan dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi, 2001:2).
Sistem merupakan serangkaian bagian yang saling tergantung dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (Anastasia, Lilis, 2011:3). Sistem
adalah suatu rangkaian yang berfungsi menerima input (masukan), mengolah
input, dan menghasilkan output/keluaran (Wiratna, 2015:1).
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2008:5).
Dari pengertian tentang sistem, sebagaimana diuraikan diatas, maka
suatu sistem adalah sesuatu yang diciptakan. Setiap sistem dibuat untuk
menangani sesuatu yang berulangkali atau yang secara rutin terjadi (Mulyadi,
2008:3).
Sebagaimana sesuatu yang diciptakan, tentu saja suatu sistem tidak
terlepas dari kemungkinan untuk dirubah. Stephen&Mary (2010:5),
menyatakan perubahan adalah realitas yang dihadapi organisasi. Organisasi
menghadapi tantangan karena faktor-faktor eksternal dan internal membuat
Dampak dari perubahan tersebut antara lain adalah diperlukannya
sistem informasi yang baru atau modifikasi terhadap sistem informasi yang
sudah ada (Anastasia, Lilis, 2011:38).
Sekali sebuah sistem sudah ditetapkan, umpan balik atau masukan dari
para pengguna informasi dapat digunakan untuk menganalisis dan
memperbaiki sistem tersebut (Waren, Reeve, Fess, 2008:207).
B. Pengertian Sistem Akuntansi.
Sistem akuntansi (accounting system) adalah metode dan prosedur
untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan
informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan (Waren, Reeve, Fess,
2008:206). Selanjutnya dikemukakan bahwa Sistim Akuntansi berkembang
melalui tiga langkah, yaitu (1) analisis terhadap kebutuhan informasi, (2)
perancangan sistem, dan (3) implementasi dari rancangan sistem.
Sistem Akuntansi adalah kumpulan elemen yaitu formulir, jurnal, buku
besar, buku pembantu, dan laporan keuangan yang akan digunakan oleh
manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan (Wiratna, 2015:3).
Akuntansi adalah suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan dibidang
keuangan (Bastian, Suharjono, 2006:5).
Jadi secara teknis hasil akhir dari sistem akuntansi adalah seperangkat
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas,
merupakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sistem Akuntansi pada dasarnya mempunyai keterkaitan yang kuat
dengan sistem informasi manajemen. Mulyadi(2008:30) menyatakan:
Manajemen Perusahaan menjalankan bisnis perusahaan dengan menggunakan
sistem informasi yang disebut sistem informasi manajemen. Sistem akuntansi
merupakan sub sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan
menjadi informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai internal
maupun pemakai eksternal.
SelanjutnyaMulyadi(2008:15) menyatakan,kegiatanpokok perusahaan
manufaktur terdiri dari desain dan pengembangan produk, pengolahan bahan
menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi kepada pembeli. Untuk
menangani kegiatan pokok perusahaan, umumnya dirancang sistim akuntansi
yang terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi Pokok,
2. SistemAkuntansi Piutang.
3. Sistem Akuntansi Utang.
4. Sistem Akuntansi penggajian dan pengupahan.
5. Sistem Akuntansi Biaya.
6. Sistem Akuntansi Kas.
7. Sistem Akuntansi Persediaan.
Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan dirancang untuk
menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan dan
pembayarannya. Sistim ini terdiri dari jaringan prosedur pencatatan waktu
hadir dan waktu kerja, prosedur pembuatan daftar gajidanupah,prosedur
pembayaran gaji dan upah serta prosedur distribusi biaya gaji dan upah.
Sistem penggajian dan pengupahan adalah sistem yang digunakan
oleh perusahaan untuk memberi upah dan gaji kepada para karyawannya atas
jasa-jasa yang mereka berikan (Wiratna, 2015:127).
Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan dalam perusahaan
manufaktur melibatkan fungsi kepegawaian, fungsi keuangan, dan fungsi
akuntansi. Fungsi kepegawaianbertanggungjawab dalam pengangkatan
karyawan, penetapan jabatan, penetapan tarif gaji dan upah, promosi dan
penurunan pangkat, mutasi karyawan,penghentiankaryawandaripekerjaannya,
dan penetapan berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan serta penghitungan
gaji dan upah karyawan. Fungsi keuangan bertanggung jawab atas
pelaksanaan pembayaran gaji dan upah serta berbagaitunjangan kesejahteraan
karyawan. Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas pencatatan biaya tenaga
kerja dan distribusi biaya tenaga kerja untuk kepentinganperhitungan harga
pokok produk dan penyediaan informasi guna pengawasan biaya tenaga kerja
(Mulyadi, 2008:373).
Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dari kegiatan penggajian
1. Jumlah biaya gaji dan upah yang menjadi beban perusahaan selama
periode Akuntansi tertentu.
2. Jumlah biaya gaji dan dan upah yang menjadi beban setiap pusat
pertanggungjawaban selama periode akuntansi tertentu.
3. Jumlah gaji dan upah yang diterima setiap karyawan selama periode
akuntansi tertentu.
4. Rincian unsur biaya gaji dan upah yang menjadi beban perusahaan dan
setiap pusat pertanggungjawaban selama periode akuntansi tertentu.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi
penggajian dan pengupahan (Mulyadi, 2008:374) adalah sebagai berikut:
1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah.
Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian
berupa surat- surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti misalnya suratkeputusan pengangkatan karyawan baru,
kenaikanpangkat,perubahantarif upah,penurunan
pangkat,pemberhentian sementara dari pekerjaan (skorsing),
pemindahan, dan lain sebagainya. Tembusan dokumen-dokumen ini
dikirimkan ke fungsi pembuat daftargaji dan upah untuk kepentingan
pembuatan daftar gaji dan upah.
2. Kartu jam hadir.
Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat jam
dapat berupa daftar biasa,dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi
dengan mesin pencatat waktu.
3. Kartu jam kerja.
Dokumen ini digunakan untuk mencatat waktu yang dikonsumsi oleh
tenaga kerja langsung pabrik guna mengerjakan pesanan tertentu.
Dokumen ini diisi oleh mandor pabrik dan diserahkan ke fungsi pembuat
daftar gaji dan upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam
hadir, sebelum digunakan untuk distribusi biaya upah langsung kepada
setiap jenis produk atau pesanan.
Seperti telah disebutkan di atas, catatan waktu kerja ini hanya
diperlukan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan.
Dalam perusahaan ini diperlukan informasi biaya tenaga kerja langsung
pabrik untuk setiap pesanan yang diproduksi.
Dalam perusahaan yang berproduksi masa, pegawai mengerjakan
pekerjaan yang sama dari hari ke hari, sehingga tidak diperlukan data
untuk melakukan distribusi biaya tenaga kerja langsung perkantoran.
Semua biaya tenaga kerja langsung dalam perusahaan ini dibebankan
langsung kepada produk yang sama.
4. Daftar gaji dan daftar upah.
Dokumen ini berisi jumlah gaji bruto setiap pegawai, dikurangi
potongan-potongan berupa PPh Pasal 21, utang pegawai, iuran untuk
5. Rekap daftar gaji.
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah per-departemen, yang
dibuat berdasarkan daftar gaji. Dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan rekap daftar gaji dibuat untuk membebankan upah
langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang
bersangkutan. Distribusi biaya tenaga kerja ini dilakukan oleh fungsi
akuntansi biaya dengan dasar rekap daftar gaji.
6. Surat pernyataan gaji dan upah.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi pembuat daftar gaji bersamaan dengan
pembuatan daftar gaji atau dalam kegiatan yang terpisah dari pembuatan
daftar gaji. Dokumen ini dibuat sebagai catatan bagi setiap
pegawaimengenai rincian gaji yang diterima setiapkaryawanbeserta
berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan.
7. Amplop gaji dan upah.
Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada setiap karyawan dalam
amplop gaji. Di halaman muka amplop gaji setiap pegawai berisi
informasi mengenai nama pegawai, nomor identifikasi pegawai dan
jumlah gaji bersih yang diterima pegawaidalam bulan tertentu.
8. Bukti kas keluar.
Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat oleh
fungsi akuntansi kepada fungsi keuangan, berdasarkan informasi dalam
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi penggajian
(Mulyadi, 2001:382) sebagai berikut:
1. Jurnal umum.
Dalam pencatatan gaji ini jurnal umum digunakan untuk mencatat
distribusi biaya tenaga kerja ke dalam setiap departemen dalam
perusahaan.
2. Kartu harga pokok produk.
Catatan ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang
dikeluarkan untuk pesanan tertentu.
3. Kartu biaya
Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung
dan biaya tenaga kerja nonproduksi setiap departemen dalam perusahaan.
Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti
memorial.Kartubiayadapatmenggunakanformulir rekening dengandebit
lebar (wide debit ledger).
4. Kartu penghasilan pegawai
Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai
potongannya yang diterima oleh setiap pegawai. Informasi dalam kartu
penghasilan ini dipakai sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang
menjadi beban setiap pegawai. Disamping itu,kartu penghasilan pegawai
inidigunakan sebagai tanda terima gaji pegawaidengan
ditandatanganinya kartu tersebut oleh pegawai yang bersangkutan. Dengan
mengetahui gajinya sendiri, sehingga penghasilan karyawan tertentu
tidakdiketahui oleh pegawai yang lain.
Fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian adalah
sebagi berikut:
1. Fungsi kepegawaian.
Fungsi ini bertanggungjawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi
calon karyawan baru, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat
surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan
golongan gaji, mutasi karyawan, dan pemberhentian karyawan.
2. Fungsi pencatat waktu.
Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir
bagi semua pegawai kantoran. Sistem pengendalian intern yang baik
mensyaratkan fungsipencatatan waktu hadir pegawai tidak boleh
dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji.
3. Fungsi pembuat daftar gaji.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji yang berisi
penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi
beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji. Daftar gaji
diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji kepada fungsi akuntansi guna
pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar untuk pembayaran
gaji dan upah kepada karyawan.
Fungsi akuntansi bertanggungjawab untuk mencatat kewajiban yang
timbul dalam hubunganya dengan pembayaran gaji karyawan(misalnya
utang gaji karyawan, utang pajak, utang dana pensiun). Fungsi akuntansi
yang menangani sistem akuntansi penggajian dan pengupahan berada di
tangan :
a. Bagian utang.
Bagian ini memegang fungsi pencatat utang yang dalam sistem
akuntansi penggajianbertanggungjawab untuk memproses pembayaran
gaji seperti yang tercantum dalam daftar gaji. Bagian ini menerbitkan
bukti kas keluar yang memberi otoritas kepada fungsi pembayaran gaji
untuk membayarkan gaji kepada karyawan seperti yang tercantum
dalam daftar gaji tersebut.
b. Bagian Kartu Biaya.
Bagian ini memegang fungsi alat biaya, yang bertanggungjawab untuk
mencatat distribusi biaya ke dalam kartu harga pokok produk dan kartu
biaya berdasarkan rekap daftar gaji dan kartu jam kerja.
c. Bagian Jurnal.
Bagian ini memegang fungsi pencatat jurnal, yang bertanggungjawab
untuk mencatat biaya gaji dalam jurnal umum.
5. Fungsi keuangan.
Bagian ini bertanggungjawab untuk mengisi cek tersebut ke bank, guna
uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji setiap
pegawai untuk selanjutnya dibagikan kepada yang berhak.
Sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini:
1. Prosedur pencatatan waktu hadir.
2. Prosedur pembuatan daftar gaji.
3.Prosedur distribusi biaya gaji.
4. Prosedur pembuatan bukti kas keluar.
5. Prosedur pembayaran gaji.
Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu
dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau
pabrik.Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, yang
karyawan harus menandatanganinya setiap hadir dan pulang dari perusahaan
atau dapat menggunakan kartu hadir (berupa clock card) yang diisi secara
otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder machine).
Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan untuk menentukan gaji dan
upah karyawan. Bagi karyawan yang digaji bulanan, daftar hadir digunakan
untukmenentukan apakah karyawan dapat memperoleh gaji penuh, atau harus
dipotong akibat ketidakhadiran mereka. Daftar hadir ini juga digunakan untuk
menentukan apakah karyawan bekerja di perusahaan dalam jam biasa atau jam
lembur (overtime), sehingga dapat digunakan untuk menentukan apakah
karyawan akan menerima gaji saja atau menerima tunjangan lembur (yang
Dalam perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan
pesanan,pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang bekerja di
fungsiproduksi untuk keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk
atau pesanan yang menikmati jasa karyawan tersebut. Jika misalnya seorang
karyawan pabrik hadir di perusahaan selama 7 jam dalam suatu hari kerja,
jumlah jam hadir tersebut dirinci menjadi waktu kerja dalam tiap-tiap pesanan
yang dikerjakan. Dengan demikian waktu kerja ini dipakai sebagai dasar
pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada produk yang diproduksi.
Dalam pembuatan daftar gaji dan upah, data yang dipakai sebagai
dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai
pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan,
penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya, dan daftar hadir. Jika gaji
karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai
potongan PPh pasal 21 dihitung oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upahatas
dasar data yang tercantum dalam kartu penghasilan karyawan. Potongan PPh
Pasal 21 ini dicantumkan dalam daftar gaji dan upah.
Dalam prosedur distribusi biaya gaji dan upah, biaya tenaga kerja
didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat
tenaga kerja. Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian
biaya dan perhitungan harga pokok produk.
Prosedur pembayaran gaji dan upah melibatkan fungsi akuntansi dan
fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada
keuangan kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang
ke amplop gaji dan upah. Jika jumlah karyawan perusahaan banyak, pembagian
amplop gaji dan upah biasanya dilakukan oleh juru bayar (pay master).
Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan membagikan cek gaji dan
upah kepada karyawan.
C. Tujuan Sistem Akuntansi.
Akuntansi Keuangan merupakan bidang akuntansi yang berfungsi
menyediakan informasi keuangan yang berasal dari transaksi ekonomi
perusahaan, terutama untuk memenuhi kebutuhan pihak eksternal, seperti para
pemegang saham, kreditor, otoritas pemerintah, masyarakat luas dan
sebagainya (Samryn, 2012 :4). Jadi dapat dikatakan tujuan utama dari sistem
akuntansi adalah untuk memberi informasi yang relevan kepada pihak-pihak
di luar perusahaan, seperti pemegang saham, atau pemilik perusahaan,
pemerintah, masyarakat, pemasok/mitra usaha, investasi dan lain sebagainya.
Pemberian informasi itu ditujukan atau di maksudkan antara lain untuk:
1. Menjadi bahan dalam pengambilan keputusan oleh Pimpinan dan juga
menjadi bahan bagi investor maupun calon investor serta kreditor dalam
berinvestasi.
2. Menyajikan informasi tentang sumber daya perusahaan, meliputi asal
sumber daya tersebut, hak atas sumber daya tersebut dan lain-lain.
3. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dalam suatu
Sesuai dengan pekembangan dan pengaruh internal dan eksternal serta
dalam rangka peningkatan sistem-sistem dalam sistem akuntansi pada setiap
lembaga, pada hakikatnya perlu dievaluasi. Sistem tersebut setelah dijalankan
perlu dievaluasi dan perlu dilakukan pengembangan agar diperoleh hasil yang
maksimal dari penerapan sistem tersebut (Wiratna, 2015:19).
Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi itu adalah sebagai
berikut (Mulyadi, 2008:19):
1. Untuk menyediakan informasi bagipengelolaan kegiatan usaha baru.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada,
baik mengenai mutu, ketetapan penyajian, maupun struktur informasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan
untukmenyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
D. Unsur-Unsur Sistem Akuntansi
Sebagaimana telah diuraikan diatas, sistim akuntansi adalah kumpulan elemen,yang terdiri dari formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu dan
1. Formulir
Formulir adalah dokumen yang digunakan untuk mencatat
terjadinya transaksi ekonomi di perusahaan. Dokumen dapat ditulis dalam
secarik kertas untuk mendokumentasikan suatutransaksi ekonomi.
Formulir merupakan dokumen yang penting dalam perusahaan sehingga
harus disimpan sebaik-baiknya. Formulir dapat bersifat hardcopy maupun
softcopy. Apabila formulir berupa hardcopy, penyimpanannya biasanya di
rak ataupun almari. Jika formulir berupa softcopy, penyimpanannya berada
di komputer.
Berdasarkan kepentingan perusahaan, berbagai jenis formulir yang
digunakan, yaitu:
a. Formulir dalam sistem penjualan
b. Formulir dalam sistem retur penjualan.
c. Formulir dalam sistem piutang.
d. Formulir dalam sistem penerimaan kas.
e. Formulir dalam sistem pembelian.
f. Formulir dalam sistem retur pembelian.
g. Formulir dalam sistem utang.
h. Formulir dalam sistem pengeluaran kas.
i. Formulir dalam sistem persediaan.
j. Formulir dalam sistem konversi/produksi.
k. Formulir dalam sistem pengupahan dan penggajian.
Dalam perusahaan, formulir sangat penting artinya karena semua
kegiatan Perusahaan memerlukan formulir untuk merekam peristiwa atau
kegiatan atau transaksi. Dengan demikian formulirbermanfaat untuk
merekam data transaksi bisnis perusahaan. Semua data direkam dalam
formulir. Misalnya: perusahaan merekam faktur penjualan tunai:
a. Tanggal penjualan.
b. Nama wiraniaga (dan kodenya) yang melayani penjualan.
c. Nama barang yang dijual harga jual per satuan.
d. Total harga jual setiap jenis barang yang dijual.
e. Total harga jual semua barang yang dijual.
f. Tanda tangan wiraniaga yang melaksanakan penjualan.
g. Tanda penerimaan kas dari bagian kasa.
h. Tanda penyerahan barang kepada pembeli.
i. Tanda pencatatan transaksi penjualan dalam catatan akuntansi.
Semua data tersebut perlu direkam dalam formulir, sebagai bukti telah
dilaksanakannya transaksi penjualan tunai.
Terkait dengan kepentingan penulisan Tugas Akhir ini, formulir dalam
sistem pengupahan dan penggajian terdiri dari :
a. Kartu jam kerja.
b. Daftar hadir karyawan.
c. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah.
d. Daftar gaji dan upah.
f. Surat pernyataan gaji dan upah.
g. Bukti kas keluar.
2.Jurnal
Pengertian jurnal adalah buku harian untuk mencatat semua transaksi
secara kronologis. Dalam jurnal terdapat akun atau rekening, sebagai
berikut:
a. Aktiva adalah kekayaan perusahaan yang meliputi aktiva lancar (kas
dan setara kas,piutang, persediaan, dll), aktiva tetap (mesin, gedung,
tanah), dan aktiva tak berwujud (hak paten, francise).
b. Utang adalah kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan, utang
meliputi utang lancar/jangka pendek (utang yang pelunasannya kurang
dari satu tahun) dan utang tidak lancar (utang yang pelunasannya lebih
dari satu tahun).
c. Modal adalah sejumlah uang maupun barang yang disetorkan oleh
pemilik perusahaanyang akan digunakan perusahaan untuk
menjalankan usahanya.
d. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari kegiatan perusahaan.
Misalnya penjualan, penghasilan jasa (fee) bunga, defiden, royalti,
dan pendapatan sewa.
e. Biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu
Jurnal terdiri dari jurnal umum & jurnal khusus, dalam uraian
sebagai berikut:
a. Jurnal Umum.
Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua
transaksi perusahaan berdasarkan urutan waktu kejadian. Jurnal umum
bersumber dari bukti transaksiyang diterima/diterbitkan perusahaan.
b. Jurnal Khusus.
Jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk membantu
pencatatan jurnal umum,dimana transaksi yang akan diproses tersebut
dituntun untuk menyajikan informasi lebih komplit dan transaksi tersebut
sering terjadi atau berulang-ulang, sehingga perlu menggunakan jurnal
khusus. Jurnal khusus biasanya digunakan oleh perusahaan dagang dan
manufaktur. Jenis-jenis jurnal khusus ada 4 yaitu:
1) Jurnal Penerimaan Kas.
Jurnal penerimaan kas adalah jurnal yang dibuat atau digunakan
untuk mencatat transaksi penerimaan uang tunai atau kas. Apabila
ingin membuat jurnal penerimaan kas, tentu kita harus melakukan
inventarisasi transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal
penerimaan kas.
2) Jurnal Pengeluaran Kas.
Jurnal pengeluaran kas adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat
jurnal pengeluaran kas, kita harus melakukan inventarisasi
transaksi-transaksi yang dapat dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
3) Jurnal Pembelian (transaksi pembelian yang bersifat kredit).
Untuk transaksi retur pembelian tidak di- input di jurnal khusus.
Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat transaksi pembelian
barang secara kredit. Perludijelaskan lebih lanjut apabila perusahaan
dalam melakukan pembelian berupa barang-barang lain (selain barang
dagang) dan jarang dilakukan, maka pembuatan jurnal pembelian ini
hanya khusus digunakan untuk mencatat transaksi pembelian barang
barang dagang secara kredit saja.
Namun apabila selain pembelian barang dagang, perusahaan juga
sering membeli barang lain secara kredit, maka pembuatan jurnal
pembelian ini sebaiknya juga untuk mencatat seluruh pembelian
barang dagang dan barang lainnya secara kredit.
4)Jurnal Penjualan (transaksi penjualan yang bersifat kredit).
Untuk Transaksi retur pembelian tidak di- input di jurnal khusus.
Jurnal penjualan adalah jurnal yang dibuat untuk mencatat
transaksi-transaksi penjalan barang dagang secara kredit. Dengan demikian bila
perusahaan menjual barang dagang secara kredit maka pencatatan
transaksinya dilakukan pada jurnal penjualan.
3. Buku Besar
Buku besar (general ledger) adalah akun-akun atau
rekening-rekening yang dikelompokkan dan berdasarkan akun yang sudah
dikelompokkan tadi dilakukan penjumlahan nilai uangnya.
Proses sortasi dan pemindahan data ke dalam buku besar dan buku
pembantu disebut dengan pembukuan (posting) (Mulyadi, 2001:122).
Dalam sistem manual,kegiatan posting ini memerlukan 4 tahap berikut ini:
a. Pembuatan rekapitulasi jurnal.
b. Penyortasian rekening yang akan diisi dengan data rekapitulasi.
c. Pencatatan data rekapitulasi dalam rekening yang bersangkutan.
d. Pengambilan rekening ke dalam arsip pada urutannya semula.
Beberapa bentuk buku besar yang biasa digunakan adalah:
a. Bentuk T (T Account). Bentuk buku besar ini adalah yang paling
sederhana dan hanya berbentuk seperti huruf T besar. Sebelah kiri
menunjukkan sisi debet dan sebelah kanan menunjukkan sisi kredit.
Nama akun diletakkan di kiri atas dan kode akun diletakkan di kanan
atas.
b. Bentuk Skontro. Buku besar bentuk skontro biasanya disebut bentuk
dua kolom atau bentuk sebelah menyebelah.
c. Bentuk Staffle (berkolom saldo tunggal).
Bentuk ini dilengkapi dengan kolom saldo.
d. Bentuk Staffle (berkolom saldo rangkap).
4. Buku Pembantu.
Buku Pembantu (subsidiary ledger) adalah berfungsi untuk membantu
merinci akun yang ada di buku besar. Buku pembantu ini terdiri dari akun
pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening
tertentu dalam buku besar. Dalam praktik akuntansi di lapangan, jika
perusahaan hanya menggunakan buku besar saja, maka belum dapat
memebrikan catatan terperinci mengenai akun-akun tertentu. Agar dapat
memberi catatan akun tertentu yang rinci perlu buku pembantu. Umumnya
perusahaan manufaktur menyelenggarakan berbagai buku
pembantuberikut ini:
a. Buku Pembantu Persediaan.
Untuk mengadakan pengawasan pada persediaan barang, sebaiknya
dibuat buku besarpembantu persediaan atau kartu stok. Buku besar
pembantu persediaan merupakan kumpulan dari kartu stok.
b. Buku Pembantu Piutang.
Berfungsi sebagai tempat mencatat piutang (tagihan) debitor secara per
individu/per perusahaan.
c. Buku Pembantu Utang.
Berfungsi sebagai tempat mencatat perubahan utang pada kreditor
secara individu/per perusahaan.Buku pembantu utang ini merupakan
rincian dari akun utang dagang dalam buku besar umum.Posting ke
Dalam Rekening Buku Besar dan Buku Pembantu. Ada 4 metode
a. Posting jurnal ke dalam rekening buku besar dengantulisan tangan
dan Posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu
dengan cara yang sama.
b. Posting dokumen sumber ke dalam rekening buku pembantu yang
menghasilkan jurnal sebagai tembusan posting ke dalam rekening
tersebut.
c. Posting ke dalam buku pembantu sebagai akibat dari pengisian
dokumen sumber, yang sekaligus menghasilkan jurnal sebagai
tembusan pengisian bukti tersebut.
d. Pembukuan tanpa buku pembantu.
Saat ini untuk menghasilkan laporan keuangan perusahaan banyak tersedia
software-software akuntansi yang bisa membantu pekerjaan akuntan untuk
membuat laporan keuangan secara efektif dan efisien. Software yang
sudah beredar di pasaran antara lain:
a. Zahir Accounting.
b. Accurate Accounting.
c. Myob Accounting.
b. Peachtree Accounting.
c. Dac Easy.
5. Laporan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi, laporan
untuk melakukan pengambilan keputusan guna mencapai tujuan
perusahaan. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan
pada layar monitor komputer.
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan,
laporah harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga
pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar,
daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.Laporan dapatberbentuk
hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.
E. Pengertian Pendapatan
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, adalah Unit Kerja Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara, yang ditetapkan pembentukannya dengan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara No.6 Tahun 2009, yang mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi
dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.
Pada era globalisasi ini, masing-masing Negara bersaing ketat dalam
mengundang investasi, sehingga untuk itu, setiap Negara berupaya untuk
menciptakan iklim yang semakin menarik bagi investasi, antara lain dibidang
perizinan. Pelayanan Perizinan yang ramah, nyaman, mudah, sederhana, cepat,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, yang pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan Daerah.
Dengan demikian, BPPT mempunyai peran yang strategis untuk
meningkatkan investasi yang merupakan kunci pembangunan ekonomi
Nasional dan Daerah, serta dalam rangka meningkatkan pendapatan Daerah.
Hal itu sesuai dengan amanah undang-undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang dalam penjelasannya antara lain
menyatakan bahwa pemberian otonomi luas kepada Daerah, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
Dengan demikian jelas bahwa penyelenggaraan otonomi daerah harus
selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
Agar Otonomi daerah itu dapat dilakukan oleh Daerah, maka
Pemerintah memberikan dukungan, fasilitas, dan bantuan kepada Daerah.
Salah satu wujud nyata dari bantuan dan fasilitas itu adalah sebagaimana
tercantum dalam ketentuan pada pasal 5 dari UU No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang
menyatakan:
1. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi (otonom) terdiri
atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.
2. Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
b. Dana Perimbangan.
c. Lain-Lain Pendapatan.
Selanjutnya dalam penjelasan UU No. 33 Tahun 2004 itu dijelaskan:
Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari
hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah,
yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada Daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaiperwujudan
azas Desentralisasi.
Oleh karena itu kondisi Internal BPPT, yang semakin kondusif bagi
PNS dalam bekerja, kinerja yang semakin meningkat karena pelaksanaan
kegiatannya semakin efisien dan efektif, antara lain dalam penggajian, akan
merupakan kondisi yang akan mendukung terwujudnya peran strategi BPPT
dalam menciptakan iklim investasi yang semakin baik.
F. Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu
Karena yang bekerja di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu
adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka penggajiannya didasarkan pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 tentang
Perubahan ketujuh belas atas Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Disamping gaji, para pegawai di BPPT
tunjangan yang diberikan kepada Pegawai diperhitungkan berdasarkan
jabatan dan masa kerja Pegawai yang bersangkutan. Adapun tunjangan
yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Tunjangan tetap yang terdiri dari: tunjangan jabatan, tunjangan istri,
tunjangan anak.
2. Tunjangan variabel terdiri dari: tunjangan transpot, tunjangan makan,
tunjangan hadir (premi hadir), bonus marketing, sewa motor.
Dalam sistem akuntansi penggajian pada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provsu, ada beberapa unsur yang mendukung terjadinya penggajian.
Unsur-unsur dalam sistem akuntansi penggajian adalah :
1. Fungsi Kepegawaian.
Fungsi kepegawaian ditangani oleh Bapak Sachril Deny, SE, M.Si
yang bertanggungjawab untuk mencari pegawai baru menyeleksi beberapa
pegawai yang dibutuhkan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu
serta menempatkannya menurut keterampilan dan tingkat pendidikannya,
membuat surat kenaikan jabatan atau kenaikan golongan pegawai,
membuat surat mutasi pegawai dan pemberhentian pegawai.
2. Fungsi Pembuat Daftar Gaji.
Fungsi pembuat daftar gaji oleh Kepala Sub Bagian (Kasubbag)
Keuangan, Bapak Pardamean Hutabarat, SE, Ak dan bertanggungjawab
untuk membuat daftar gaji yang berisi gaji pokok serta
tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada pegawaidanpotongan-potongan yang
bagian pembuat daftar gaji guna pembuatan daftar gaji yang akandiajukan
ke kasir, untuk pembayaran gaji pegawai.
3. Fungsi Pencatat Waktu.
Fungsi pencatat waktu oleh Ibu Hotmawaty L, SE, M.Si, Kepala
Sub Bagian yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pencatatan
waktu hadir bagi semua Pegawai. Sistem pengendalian intern yang baik
mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh
dilaksanakan oleh pembuat daftar gaji dan upah.
4. Fungsi Akuntansi.
Fungsi ini menangani sistem akuntansi penggajian.Dokumen yang
ada pada fungsi akuntansi antara lain rekap daftar gaji, slip gaji, surat
pernyataan gaji, bukti kas keluar dan kartu penghasilan karyawan. Fungsi
ini ditangani oleh Kepala Sub Bagian Keuangan, Bapak Pardamean
Hutabarat SE.Ak.
5. Fungsi Keuangan.
Fungsi Keuangan ditangani oleh Kepala Sub Bagian Keuangan,
yang dalam hal ini di laksanakan oleh stafnya, yaitu Ibu Dewi Chris, yang
bertugas sebagai Bendaharawan Pengeluaran,bertanggungjawab untuk
mengisi cek guna pembayaran gaji dan mengirimkan cek tersebut ke Bank.
Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan kedalam amplop gaji setiap
pegawai untuk selanjutnya dibagikan kepada pegawai, setiap bulannya.
Dokumen yang digunakan dalam sistem penggajian pada Badan
1. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji.
Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi
kepegawaian berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan
pegawai, seperti misalnya surat keputusan pengangkatan karyawan baru,
kenaikanpangkat, perubahan tarif upah,penurunanpangkat,pemberhentian
sementara dari pekerjaan (skorsing), pemindahan dan lain sebagainya.
Tembusan dokumen-dokumen ini dikirimkan ke fungsi pembuat daftar
gaji untuk kepentingan pembuatan daftar gaji.
2. Kartu jam hadir.
Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat
jam hadir setiap karyawan di kantor. Catatan jam hadir karyawan ini dapat
berupa daftar hadir biasa,dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi
dengan mesin pencatat waktu atau dengan finger singer.
Karena Pegawai di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka besaran gajinya sudah tertentu,
sehingga tidak didasarkan kepada jumlah jam hadir Pegawai ataupun
Kartu Hadir atau absensi. Jumlah jam hadir atau absensidigunakan adalah
untuk penegakan disiplin,dalam arti akanadanyapemberiansanksiapabila
jam hadirnya tidak sesuai dengan ketentuan disiplinpegawai.
3. Daftar Gaji.
Dokumen ini berisi jumlah gaji dan pendapatan bruto setiap
pegawai, dikurangi potongan-potongan berupa PPh Pasal 21, utang
4. Rekap Daftar Gaji.
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji per Unit Kerja, yang
dibuat berdasarkan daftar gaji.
5. Surat Pernyataan Gaji.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi pembuat daftar gaji bersamaan
denganpembuatan daftar gaji atau dalam kegiatan yang terpisah dari
pembuatan daftar gaji.Dokumen ini dibuat sebagai catatan bagi setiap
pegawai mengenai rincian gajiyang diterima setiap pegawai beserta
berbagai potongan yang menjadi beban setiap pegawai.
6. Amplop Gaji dan Upah.
Uang gaji dan upah pegawai diserahkan kepada setiap pegawai
dalam amplop gaji dan upah. Di halaman muka amplop gaji dan upah
setiap pegawai ini berisi informasi mengenai nama pegawai, nomor
identifikasi pegawai dan jumlah gaji bersih yang diterima pegawai dalam
bulan tertentu.
7. Bukti Kas Keluar.
Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat
oleh fungsiakuntansi kepada fungsi keuangan, berdasarkan informasi
dalam daftar gajiyang diterima dari fungsi pembuat daftar gaji.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penggajian pada
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu adalah, sebagai berikut:
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat transaksi
keuangan yang berhubungan dengan pembayaran gaji pegawai pada Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu.
2. Kartu Penghasilan Pegawai.
Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai
potongan yang diterima oleh pegawai. Informasi dalam kartu penghasilan
ini dipakai sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang menjadi beban
setiap pegawai. Dalam hal ini, Kartu Biaya sesuai dengan ketentuan
catatan akuntansi, tidak digunakan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provsu.
Di samping itu, kartu penghasilan pegawai ini digunakan sebagai
tanda terima gaji dan upah pegawai dengan ditandatanganinya kartu
tersebut oleh pegawai yang bersangkutan. Dengan tanda tangan pada
kartu penghasilan pegawai ini, setiap pegawai hanya mengetahui gaji atau
upahnya sendiri, sehingga rahasia penghasilan pegawai tertentu tidak
diketahui oleh pegawai yang lain.
Sistem penggajian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu
terdiri dari jaringan prosedur sebagai berikut:
1. Prosedur pembuat daftar gaji.
Bagian pembuat daftar gaji bertanggungjawab untuk membuat
daftar gaji setiap bulannya. Daftar gaji pegawai dibuat setiap bulan dengan
Provsu perubahan besaran gaji hanya dipengaruhi oleh jabatan dan
tunjangan.
2. Prosedur pembayaran gaji.
Prosedur pembayaran gaji di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provsu menjadi tugas Sub Bagian Keuangan yang bertanggungjawab
untuk menuntut kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan
pembayaran gaji pegawai. Sub Bagian Keuangan menyerahkan ke bagian
Kasir,kemudian dimasukkan ke amplop gaji dan diserahkan ke
masing-masing pegawai. Setelah gaji diberikan kepada Pegawai, data pendukung
yang ada dibuat jurnal yang dimasukan laporan biaya gaji. Jurnal yang
dibuat adalah:
Beban gaji xxx
Kas xxx
Pengendalian intern sistem penggajian digunakan untuk
mengawasi serta menjaga pelaksanaan penggajian agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan atau merugikan berbagai pihak. Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu menerapkan pengendalian intern
sebagai berikut:
1. Organisasi.
a. Fungsi pembuatan daftar gaji dan upah tidak terpisah dari fungsi
keuangan.
b. Fungsi pencacatan waktu hadir dilaksanakan oleh Sub Bagian
2. Sistem Otorisasi.
a. Setiap pegawai yang namanya tercantum dalam daftar gaji harus
memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu yang ditandatangani oleh
Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu.
b. Setiap perubahan gaji pegawai karena perubahan pangkat,
perubahan/kenaikan gaji berkala, sementara tambahan keluarga
harus didasarkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provsu.
c. Setiap potongan atas gaji pegawai selain dari pajak penghasilan
pegawai harus didasarkan atas surat potongan gaji yang diotorisasi
oleh fungsi kepegawaian.
d. Kartu jam hadir harus diotorisasi oleh fungsi pencatat waktu,
dalam hal ini Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
e. Perintah lembur harus diotorisasi oleh Kepala Bidang/Bagian
dariPegawai yangbersangkutan.
f. Daftar gaji dan upah harus diotorisasi olehPembuat DaftarGaji.
g. Bukti kas keluar untuk pembayaran gaji dan upah harus diotorisasi
oleh Bendahara Pengeluaran.
3. Praktik yang Sehat.
a. Pembuatan daftar gaji harus diverifikasi kebenaran dan ketelitian
perhitungannya oleh Sub Bagian keuangan sebelum diserahkan ke
b. Perhitungan pajak penghasilan pegawai direkonsiliasi dengan
catatanpenghasilan pegawai.
c. Catatan penghasilan pegawai disimpan oleh bagian pembuat daftar
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sistem Informasi Akuntansi penggajian yang diterapkan di Kantor Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, telah
menggunakan dokumen-dokumen sesuai ketentuan dalam Sistem
Akuntansi Penggajian, seperti:
a. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji.
b. Kartu Jam Hadir.
c. Daftar Gaji.
d. Rekap Daftar Gaji.
e. Surat Pernyataan Gaji.
f. Amplop Gaji dan Upah.
g. Bukti Kas Keluar.
2.Dalam proses pelaksanaan Sistem Penggajian di Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu terdapat Pejabat/Personil yang ditugaskan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi terkait dalam Sistem Akuntansi Penggajian,
yaitu:
a. Pejabat/Staf di Sub Bagian Keuangan, yang menangani fungsi-fungsi
pembuatan Daftar Gaji, Rekap Daftar Gaji, memasukkan gaji kedalam
b. Pejabat/Staf di Sub Bagian Kepegawaian yang menangani fungsi-fungsi
pembuatan Dokumen Perubahan Gaji, Pembuat Daftar Hadir, Surat
Pernyataan Gaji dan Upah.
2. Pengendalian prosespenggajian di Kantor Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Sumatera Utara, adalah sebagai berikut :
a. Secara organisasi Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Kepegawaian
yang menangani fungsi-fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi
Penggajian berada dalam satu atap yaitu Bagian Tata Usaha, kordinasi
kerja diantara keduanya terkendali oleh Kepala Bagian Tata Usaha.
b. Proses dalam penetapan pembayaran gaji dan perobahan gaji, hanya
berlaku apabila di tanda-tangani oleh Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Sumatera Utara.
c. Terdapat kejelasan tentang Pejabat/Personil yang berwenang dan
bertanggungjawab dalam penetapan potongan gaji, Kehadiran Pegawai,
Lembur dan Daftar Upah.
3. Sistem InformasiAkuntansi Penggajian di Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Sumatera Utara, nyata telah berperan dalam menunjang
efektivitas pengendalian internal atas penggajian, karena adanya
penetapan/pelaksanaan pengecekan atau ketelitian kebenaran perhitungan
besaran gaji, besarnya potongan baik potongan pajak atau potongan dana
kesehatan, pensiunan maupun karena adanya pinjaman.
4. Berdasarkan hal-hal sebagaimana diuraikan pada butir 1, 2 dan 3 di atas,
Pengendalian Internal, yang diterapkan dikantor Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara adalah telah efektif, serta telah
berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal atas
penggajian.
B. Saran
1. Untuk mempertahankan dan menjaga keberlanjutan effektivitas Sistim
Akuntansi Penggajian serta beratnya beban tugas Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian pada Bagian Tata Usaha Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, di perlukan pelatihan –
pelatihan keterampilan kepada para Pegawai di Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Agar semakin efektif penerapan Sistem Akuntansi termasuk Sistem
Akuntansi Penggajian di lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provinsi Sumatera Utara maupun dijajaran satuan kerja Perangkat Daerah
Provinsi Sumatera Utara lainnya, perlu penetapan Sistem Akuntansi yang
BAB II
BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU
A. Sejarah Singkat.
Pada pasal 2 ayat 1 peraturan Menteri Dalam Negeri. Nomor 20 Tahun
2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan
Terpadu di Daerah, dinyatakan: “Dalam rangka meningkatkan pelayanan
masyarakat dibidang Perizinan, dibentuk unit pelayanan perizinan terpadu
dengan sebutan Badan atau Kantor “ dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2
dijelaskan bahwa pembentukan Badan atau Kantor dimaksud ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka dalam Peraturan Daerah no 6
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Provinsi
Sumatera Utara, ditetapkan 6 ( enam ) Lembaga lain Provinsi Sumatera Utara.
Pada pasal 9 Peraturan Daerah tersebut disebutkan bahwa Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu adalah merupakan unsur Perangkat Daerah yang
mempunyai kewenangan dibidang perizinan atas nama Kepala Daerah
berdasarkan pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah.
Selanjutnya, sesuai dengan pasal 10 ayat 3 Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara No. 6 Tahun 2009 tersebut diatas, yang menyatakan bahwa “
Rincian tugas, fungsi dan uraian tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provinsi Sumatera Utara, akan diatur dan ditetapkan berdasarkan Peraturan
Sesuai ketentuan pasal 10 ayat 3, Peraturan Daerah tersebut diatas,
ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2011 tentang uraian tugas,
fungsi, dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera
Utara.
Pada pasal 2 dari Peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2011 tersebut
dinyatakan bahwa Badan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
menyelenggarakan pelayanan administrasi dibidang perizinan secara terpadu
dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan
kepastian meliputi ketatausahaan/administrasi, pelayanan perizinan, non
perizinan, standarisasi, dan sosialisasi serta pengawasan dan pengendalian
Dengan pembentukanBadan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi
Sumatera Utara, maka penyelenggaraan perizinan, mulai dari tahap
permohonan sampai ketahap penerbitan dokumen izin, dilakukan secara
terpadu dalam suatukantor/tempat. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan
perizinan menjadi lebih lancar, lebih cepat, lebih transparan dan lebih sesuai
dengan kepentingan peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pelayanan kepada investor, pengembangan sektor riil serta pemberdayaan
usaha mikro, kecil, dan menengah.
Untuk memberdayakan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi
Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara telah menerbitkan Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Pendelegasian
Kewenangan Pelayanan Perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 29 Tahun 2014 Tentang
Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizininan dan Non Perizinan kepada
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara.
Mengacu kepada ketentuan yang ada, pada Bab I Ketentuan Umum, pasal
1 ayat 12 dinyatakan: “ Pelayanan perizinan terpadu adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan
hak-hak sipil setiap warga Negara dan penduduk atas pelayanan administrasi
perizinan dan non perizinan yang proses penggolongannya dimulai dari tahap
permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen izin, dilakukan secara
terpadu dalam satu pintu dan dalam satu tempat”. Selanjutnya, pada ayat 15
dinyatakan: Perizinan adalah pemberian utilitas kepada seseorang atau badan
hukum dalam bentuk izin”.
B. Struktur Organisasi dan Personalia.
Bagan organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ( BPPT ) Sumatera
Utara,sesuai dengan pasal 10 ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara
No. 6 Tahun 2009 tentang organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Provinsi
Sumatera Utara, padalampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
Gambar 2.1
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ProvSu
Selanjutnya tentang Sumber Daya Manusia, menurut data Laporan
Profil PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) se Sumatera Utara tahun 2012,
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara ( BPPTPSU )
memiliki 66 ( enam puluh enam ) orang pegawai, yang sebagian besar telah
memiliki sertifikat Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Perizinan Terpadu,
Tabel 1.2
SUMBER DAYA MANUSIA
BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT) PROVINSI SUMATERA UTARA (PER OKTOBER 2012)
NO URAIAN Jumlah
1. Jumlah Pegawai 66 orang
2. Kualifikasi Menurut Pendidikan:
S3 -
S2 9 orang
S1 37 orang
D3 16 orang
D2 -
D1 -
SMA 4 orang
SMP -
SD -
3. Kualifikasi Menurut Golongan:
IV 9 orang
III 38 orang
II 18 orang
I
4. Kualifikasi Menurut Eselon Jabatan:
II 1 orang
III 5 orang
IV 7 orang
5. Kualifikasi Menurut Pangkat:
IV/d -
IV/c 1 orang
IV/b 3 orang
IV/a 5 orang
III/d 4 orang
III/c 7 orang
III/b 9 orang
III/a 19 orang
II/d 4 orang
II/c 12 orang
II/b 1 orang
Sumber: Laporan Profil Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( PTSP ) se Sumatera
Utara Tahun 2012 hal 4-5.
Sementara menurut Data Daftar Hadir per tanggal 4 Februari 2015.
Jumlah pegawai adalah 76 (tujuh puluh enam) orang.
C. Job Description.
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 2011 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi
Sumatera Utara, menetapkan uraian tugas, fungsi dan Tata Kerja dari jabatan
yang terdapat dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera
Utara, yaitu:
1. Kepala Badan.
2. Kepala Bagian Tata Usaha.
3. Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan.
4. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan.
5. Kepala Bidang Standarnisasi dan Sosialisasi.
6. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian.
Untuk kepentingan efesiensi, maka dalam hal ini akan dikutip
ketentuan tentang Tugas masing-masing Jabatan tersebut diatas sementara
tentang Fungsi dan uraian tugas tidak diuraikan dalam tulisan ini. Oleh
karena itu, maka secara berurutan akan diuraikan tugas dari
masing-masing sebagai berikut:
1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara mempunyai
administrasi dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian serta
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.
2. Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara
mempunyai tugas untuk menggerakkan organisasi. Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dalam melaksanakan tugas Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Provinsi Sumatera Utara, dengan kewewenangan (pasal 3 PerGub
No. 29 Tahun 2014):
a. Menerapkan prinsip pelayanan public yang mudah, sederhana, cepat,
transparan, dan bermutu.
b. Menerapkan mekanisme perizinan dan non perizinan, mulai dari
permohonan sampai dengan penyerahan perizinan dan non perizinan
kepada Pemohon yang diatur dalam Standar Operasional Prosedur
(SOP).
c. Menyampaikan tembusan perizinan dan non perizinan kepada SKPD
terkait.
d. Menyampaikan Laporan pelayanan perizinan dan non perizinan setiap
bulan kepada Gubernur dan Instansi terkait lainnya.
3. Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Badan
dalam melaksanakan urusan pemerintahan dibidang pengelolaan urusan
umum dan kepegawaian, keuangan dan program, pelaporan serta
dokumen.
a. Kepala sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b. Kepala Sub Bagian Keuangan,, dengan tugas antara lain:
- Melaksanakan persiapan penyusunan dan penyempurnaan standar,
norma, criteria, mekanisme dan prosedur penyelenggaraan urusan
keuangan.
- Melaksanaan pencatatan, penatausahaan, dan pembukuan keuangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Melaksanakan pembayaran gaji dan tunjangan penghasilan
pegawai pada lingkup Badan, sesuai standar yang ditetapkan.
c. Kepala Sub Bagian Program, Pelaporan dan Dokumen.
4. Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan mempunyai tugas membantu
Kepala Badan dalam menyelenggarakan urusan administrasi/ketatausahaan
di bidang pelayanan Non Perizinan.
5. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan mempunyai tugas membantu Kepala
Badan dalam menyelenggarakan urusan dibidang
ketatausahaan/keadministrasian urusan pelayanan perizinan.
6. Kepala Bidang Standarnisasi dan Sosialisasi mempunyai tugas membantu
Kepala Badan dalam penyelenggaraan urusan ketatausahaan/administrasi
dibidang Standarisasi dan Sosialisasi serta Kemitraan.
7. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai tugas
membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan urusan dibidang
D. Jaringan Kegiatan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Iklim
Investasi, dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran,
mengurangi kesenjangan daya saing di bidang investasi serta
mengkondusifkan iklim investasi di Indonesia melalui penyederhanaan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Melalui PTSP diharapkan kondisi perizinan menjadi lebih baik
sehingga dapat meningkatkan minat investor dan meningkatkan
pengembangan sektor riil serta pemberdayaan usaha mikro, kecil dan
menengah dengan daya saing yang kompetetif. Meskipun, pada dasarnya
pengembangan PTSP baru menyentuh restorasi di bidang birokrasi perizinan
dengan sasaran pada penyederhanaan prosedur perizinan.
Pada konsepnya, penyelenggaraan PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dari
mulai tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan dokumen, dilakukan
secara terpadu dalam satu tempat. Terkait reformasi di bidang birokrasi
perizinan, PTSP telah memenuhi sasaran penyederhanaan percepatan waktu,
sistem dan prosedur, persyaratan serta biaya. Sistem pelayanan perizinan yang
baik, transparan, demokratis, efisien dan efektif serta sederhana diatur di
dalam Permendagri No.24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Provinsi Sumatera Utara beserta daerah Sumatera lainnya telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil
tambang serta lumbung energi. Hal ini dilakukan untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 sebesar 6,7 persen hingga 7,7 persen di
tahun 2014. Untuk mendukung pemerintahan pusat, Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara melalui Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2011 tentang
Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera
Utara telah melimpahkan 56 jenis perizinan kepada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Sumatera Utara demi meningkatkan
investasi yang merupakan kunci pembangunan ekonomi nasional dan daerah.
Selanjutnya diharapkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta
seluruh instansi terkait dapat mendukung kinerja BPPT Provsu sebagai PTSP
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang
memiliki kewewenangan perizinan dan non perizinan yang proses
pengolahannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan terbitnya
dokumen, dilakukan dalam satu tempat.
Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPPT) Provinsi Sumatera Utara tertuang di dalam Peraturan Gubernur
Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara. BPPT
memiliki tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan
administrasi di bidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian meliputi
ketatausahaan/administrasi, pelayanan perizinan, non perizinan, standarnisasi
dan sosialisasi serta pengawasan dan pengendalian.
BPPT Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi: (1)
Penyelenggaraan penyusunan program Badan; (2) Penyelenggaraan pelayanan
administrasi perizinan; (3)Penyelenggaraan koordinasi proses pelayanan
perizinan;(4)Penyelenggaraan administrasi pelayanan perizinan; (5)
Penyelenggaran pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan
perizinan; (6) Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur
melalui Sekretaris Daerah, sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas, Kepala Badan dibantu oleh Kepala
Bagian Tata Usaha yang membawahi Kepala Sub Bagian Kepegawaian,
Kepala Sub Bagian Program, Pelaporan dan Dokumentasi, Kepala Sub Bagian
Keuangan. Kemudian dibantu pula oleh Kepala Bidang Pelayanan Perizinan,
Kepala Bidang Pelayanan Non Perizinan, Kepala Bidang Standarnisasi dan
Sosialisasi (membawahi Kepala Sub Bidang Standarnisasi dan Kepala Sub
Bidang Sosialisasi) serta Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian
(membawahi Kepala Sub Bidang Pengawasan dan Evaluasi serta Kepala Sub
E. Kinerja Kegiatan Terkini
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004
tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi serta Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran Menteri Negara
PAN dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2013
Tanggal 19 Desember 2013 tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 dan Dokumen Penetapan
Kinerja Tahun 2013, maka sesuai pula dengan Surat Sekretaris Daerah
Provinsi Sumatera Utara Nomor 061/157 Tanggal 8 Januari 2014 Tentang
Penyampaian LAKIP Satuan Kerja Perangkat Dana Tahun 2013, Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara telah menyampaikan
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Tahun 2013.
Dari LAKIP Badan Pelayanan Perizinan Provinsi Ssumatera Utara Tahun
2013, dapat diketahui Kinerja Instansi tersebut sebagai berikut:
1. Visi: Pelayanan Perizinan yang Ramah, Nyaman, Mudah, Sederhana,
Cepat, Berkualitas dan Transparan.
a. Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Sumber Daya
Manusia Pelayanan Perizinan Terpadu.
b. Mengembangkan Prosedur dan Standarnisasi Pelayanan Perijinan
Terpadu.
c. Mengembangkan sistem informasi pelayanan yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
d. Meningkatkan Pelayanan Administrasi dan Pembinaan Perijinan.
e. Meningkatkan koordinasi proses pelayanan Perijinan.
f. Mengembangkan Administrasi Pelayanan Perizinan dan Penanganan
Pengaduan.
g. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan
Perijinan.
Sesuai dengan visi dan misi tersebut, ditetapkan berbagai
program/kegiatan Badan Pelayayan Perizinan Terpaadu Provinsi Sumatera
Utara dengan prioritas kepada program peningkatan pelayanan perizinan dan
pengawasan pelayanan perizinan terpadu.
Capaian kinerja untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2013, rata-rata mencapai 100%, namun untuk beberapa kegiatan tidak dapat
dilaksanakan karena terkena “ rationalisasi” seperti kegiatan Penyusunan
Rancangan Revisi Peraturan Gubernur Sumatera Utara No 5 Tahun 2011,
Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur tentang hubungan kerja
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur
Dari sisi Akuntabilitas Anggaran, capaian kinerjanya adalah rata-rata di
atas 90%. Hal ini disebabkan beberapa kegiatan tidak memenuhi pencapaian
target kinerja, adanya rationalisasi anggaran dan disebabkan belum seluruh
kegiatan dapat digambarkan secara kuantitatif dan terukur.
F. Rencana Kegiatan
Rencana/Program Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi
Sumatera Utara, setiap tahunnya tetap ditetapkan, yang dimaksudkan untuk
dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program dan kegiatan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi
Sumatera Utara, sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kerja.
Selanjutnya, setiap Rencana Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provinsi Sumatera Utara, senantiasa disusun dan ditetapkan dengan mengacu
kepada Dokumen Rencana Penganjuran Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Utara.
Sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010,
yang menyatakan bahwa program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber
pendapatan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Rencana Strategi SKPD
dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD), disusun
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 29 Tahun 2014, tentang Pendelegasian
Kewenangan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan kepada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, menetapkan jenis-jenis perizinan,
yang menjadi Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Sumatera
Utara, meliputi:
1. Bidang Perhubungan, terdapat 7 jenis Perizinan.
2. Bidang Kelautan dan Perikanan terdapat 1 jenis Perizinan.
3. Bidang Kehutanan, terdapat 4 jenis Perizinan.
4. Bidang Lingkungan Hidup, terdapat 1 jenis Perizinan.
5. Bidang Perindustrian dan Perdagangan, terdapat 5 jenis Perizinan.
6. Bidang Kesehatan, terdapat 4 jenis Perizinan.
7. Bidang Bina Niaga, terdapat 4 jenis Perizinan.
8. Bidang Perhubungan:
a. Darat, terdapat 7 jenis Perizinan.
b. Udara, terdapat 1 jenis Perizinan.
c. Laut, terdapat 7 jenis Perizinan.
9. Bidang Komunikasi dan Informatika, terdapat 9 jenis Perizinan.
10.Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat 5 jenis Perizinan.