• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

6 BAB II

TEORI PELUANG DAN PROSES STOKASTIK

Dalam bab ini akan dipaparkan landasan teori yang digunakan dalam

skripsi, yaitu teori peluang dan proses stokastik. A. Teori Peluang

Untuk menyelesaikan permasalahan dalam skripsi ini, perlu diingat kembali

mengenai konsep dasar teori peluang. Definisi 2.1.1

Sebuah percobaan dikatakan acak apabila hasil dari percobaan tidak dapat

ditentukan secara pasti sampai percobaan tersebut selesai dilakukan.

Hasil percobaan acak tidak dapat diprediksi sebelumnya, namun dapat

diten-tukan himpunan peluang hasil dari percobaan. Definisi 2.1.2

Himpunan semua hasil yang mungkin dari sebuah percobaan acak disebut

se-bagai ruang sampel dari percobaan tersebut dan dinotasikan dengan S. Contoh 2.1.2:

Jika hasil dari sebuah percobaan adalah klasifikasi jenis kelamin bayi yang

baru lahir maka ๐‘† = {๐‘™, ๐‘}, dengan hasil l mengidentifikasikan bahwa laki-laki dan p adalah perempuan.

Definisi 2.1.3

Anggota dari ruang sampel disebut sebagai titik sampel.

Contoh 2.1.3:

Definisi 2.1.4

Setiap subhimpunan dari ruang sampel disebut sebagai kejadian. Dengan kata

lain, kejadian adalah sebuah himpunan yang memuat peluang hasil dari

percobaan. Kejadian seringkali dinotasikan dengan E. Contoh 2.1.4

Jika ๐ธ = {๐‘} maka E adalah kejadian jenis kelamin bayi yang baru lahir ada-lah perempuan.

Definisi 2.1.5

Untuk setiap dua kejadian E dan F dari sebuah ruang sampel S, didefinisikan

๐ธ โˆช ๐น memuat semua hasil yang ada di E atau di F atau di E dan F.

Himpunan ๐ธ โˆช ๐น disebut gabungan dari kejadian E dan F. Contoh 2.1.5

Jika kejadian ๐ธ = {๐‘™} dan ๐น = {๐‘} maka ๐ธ โˆช ๐น = {๐‘™, ๐‘}. Definisi 2.1.6

Untuk setiap dua kejadian E dan F, didefinisikan ๐ธ โˆฉ ๐น adalah kejadian yang memuat semua hasil yang berada di E dan sekaligus di F. Himpunan ๐ธ โˆฉ ๐น disebut irisan dari kejadian E dan F.

Contoh 2.1.6

Dilakukan percobaan acak melempar sebuah koin setimbang sebanyak 2 kali.

Titik sampel dari percobaan adalah gambar yang dinotasikan dengan G dan angka yang dinotasikan dengan A. Jika E = {(G,G), (G,A), (A,G)} adalah kejadian dengan setidaknya 1 gambar muncul dan F = {(G,A), (A,G), (A,A)} adalah kejadian dengan setidaknya 1 angka muncul maka ๐ธ โˆฉ ๐น =

Definisi 2.1.7

Untuk setiap kejadian E, didefinisikan kejadian baru ๐ธ๐‘ yang memuat semua hasil dalam ruang sampel S yang tidak berada di E. Kejadian ๐ธ๐‘ akan muncul jika dan hanya jika E tidak muncul. Kejadian ๐ธ๐‘ disebut komplemen dari ke-jadian E.

Contoh 2.1.7

Dilakukan percobaan pelemparan dua buah dadu sebanyak satu kali. Jika ke-jadian ๐ธ = {(1, 6), (2, 5), (3, 4), (4, 3), (5, 2), (6, 1)}, maka ๐ธ๐‘ akan muncul saat jumlahan dadu tidak sama dengan 7.

Definisi 2.1.8

Kejadian E dan F dikatakan saling asing apabila memenuhi ๐ธ โˆฉ ๐น = โˆ….

Contoh 2.1.8

Kejadian A merupakan munculnya sisi gambar dan B munculnya sisi angka apabila sebuah koin dilempar sekali. Kejadian A dan B saling asing karena ๐ด โˆฉ ๐ต = โˆ….

Definisi 2.1.9

Peluang adalah sebuah fungsi dari ruang sampel S ke โ„ yang memenuhi tiga sifat di bawah ini:

1. โ„™(๐ด) โˆˆ [0,1] โˆ€๐ด โŠ† ๐‘†

2. โ„™(๐‘†) = 1, dan

3. untuk barisan berhingga atau tak hingga yang saling asing ๐ด๐‘– di dalam S berlaku

โ„™ (โ‹ƒ ๐ด๐‘–

๐‘–

) = โˆ‘ โ„™(๐ด๐‘–),

Karena |๐‘†| = ๐‘› dan telah diketahui โˆ€๐ด โŠ† ๐‘†, peluang suatu kejadian A dapat dihitung yaitu:

โ„™(๐ด) = |๐ด|

|๐‘†|. Contoh 2.1.9

Pada percobaan melempar sebuah dadu bermata 6 sebanyak satu kali, terdapat

6 titik sampel dalam ruang sampel {1, 2, 3, 4, 5, 6}, yaitu muncul sisi dadu bermata 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Kejadian-kejadian yang mungkin saja terjadi

misalnya: munculnya mata dadu ganjil, munculnya mata dadu genap,

mun-culnya mata dadu prima, dan sebagainya. Bila pada percobaan diinginkan

muncul mata dadu 2, 3 dan 5, atau sebanyak 3 titik sampel dari ruang sampel

6, maka peluang kejadian muncul mata dadu prima adalah 3 6. Definisi 2.1.10

Peluang bersyarat dari kejadian E dengan syarat kejadian F didefinisikan sebagai berikut

โ„™(๐ธ|๐น) =โ„™(๐ธ โˆฉ ๐น)โ„™(๐น) , โ„™(๐น) โ‰  0.

Definisi 2.1.11

Kejadian E dan F dikatakan saling bebas (independent) jika diketahui

โ„™(๐ธ|๐น) = โ„™(๐ธ).

Sebagai akibatnya, E dan F saling bebas jika dan hanya jika โ„™(๐ธ โˆฉ ๐น) = โ„™(๐ธ)โ„™(๐น).

Contoh 2.1.11

Pada pelemparan dua keping koin sekali, M munculnya sisi angka pada koin pertama, dan N munculnya sisi gambar pada koin kedua adalah kejadian

sal-ing bebas; ๐‘† = {๐ด๐ด, ๐ด๐บ, ๐บ๐ด, ๐บ๐บ}, โ„™(๐‘€) =12, โ„™(๐‘) =12, โ„™(๐‘€ โˆฉ ๐‘) =14,

โ„™(๐‘€|๐‘) =1โ„4

1โ„2 =12 = โ„™(๐‘€).

Aturan Bayes merupakan perluasan dari peluang bersyarat. Teorema 2.1.12 (Aturan Bayes)

Untuk dua kejadian E dan F berlaku

โ„™(๐น|๐ธ) =โ„™(๐น โˆฉ ๐ธ)โ„™(๐ธ) =โ„™(๐ธ โˆฉ ๐น) + โ„™(๐ธ โˆฉ ๐นโ„™(๐ธ|๐น)โ„™(๐น) ๐ถ)

= โ„™(๐ธ|๐น)โ„™(๐น)

โ„™(๐ธ|๐น)โ„™(๐น) + โ„™(๐ธ|๐น๐ถ)โ„™(๐น๐ถ)

Contoh 2.1.12

Diketahui populasi suatu kota terdiri dari 45% wanita dan 55% pria dan

diketahui juga 70% dari pria dan 10% dari wanita adalah seorang perokok.

Keterangan: P= kejadian yang terpilih adalah pria, W= kejadian yang terpilih adalah wanita, R= kejadian yang terpilih adalah perokok. Peluang kejadian seorang perokok dipilih secara acak, maka dengan menggunakan aturan

Bayes diperoleh โ„™(๐‘ƒ|๐‘…) =โ„™(๐‘…|๐‘ƒ)โ„™(๐‘ƒ) + โ„™(๐‘…|๐‘Š)โ„™(๐‘Š)โ„™(๐‘…|๐‘ƒ)โ„™(๐‘ƒ) โ„™(๐‘ƒ|๐‘…) = 70 100 .10055 70 100 .100 +55 100 .10 10045 = 0,895. Teorema 2.1.13 (Hukum Peluang Total)

(1) ๐น๐‘– โˆฉ ๐น๐‘— = โˆ…, untuk ๐‘– โ‰  ๐‘—

(2) ๐น1โˆช ๐น2โˆช โ€ฆ โˆช ๐น๐‘˜ = ๐‘†

untuk setiap kejadian ๐ธ โŠ† ๐‘† berlaku

โ„™(๐ธ) = โˆ‘ โ„™(๐ด โˆฉ ๐น๐‘–) ๐‘˜ ๐‘–=1 = โˆ‘ โ„™(๐ด|๐น๐‘–)โ„™(๐น๐‘–) ๐‘˜ ๐‘–=1 . Contoh 2.1.13

Dari hasil penelitian sebuah negara didapatkan bahwa 7% penduduk pria dan

0,4% penduduk wanita mengidap buta warna. Prosentase penduduk dalam

negara tersebut yakni, tersebut 49% pria dan 51% wanita. Seorang penduduk

dipilih secara acak. Tentukan peluang bahwa seseorang tersebut buta warna.

Keterangan : C= kejadian orang yang terpilih buta warna; P= kejadian orang yang terpilih adalah pria; W=kejadian orang yang dipilih adalah wanita. Menurut Teorema 2.1.13, berlaku

โ„™(๐ถ) = โ„™(๐ถ|๐‘ƒ)โ„™(๐‘ƒ) + โ„™(๐ถ|๐‘Š)โ„™(๐‘Š) = 0,07 โˆ™ 0,49 + 0,004 โˆ™ 0,51 = 0,03634.

Definisi 2.1.14

Diberikan S adalah ruang sampel dan T adalah himpunan terhitung. Peubah acak diskret X adalah fungsi dari S ke T. Distribusi dari peubah acak X adalah barisan nilai peluang โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜) untuk setiap ๐‘˜ โˆˆ ๐‘‡.

Contoh 2.1.14

Pada satu kali pelemparan sekeping koin setimbang, X bernilai 0 saat kejadian muncul angka dan bernilai 1 saat kejadian muncul gambar. Peluang

X bernilai 1 dan X bernilai 0 masing-masing adalah 1

2. Tiga koin setimbang dilempar dan menghasilkan 8 kemungkinan yaitu {๐ด๐ด๐ด, ๐ด๐ด๐บ, ๐ด๐บ๐ด, ๐บ๐ด๐ด,

๐บ๐บ๐ด, ๐บ๐ด๐บ, ๐ด๐บ๐บ, ๐บ๐บ๐บ|๐ด = sisi angka, ๐บ = sisi gambar}, sehingga peluang

X bernilai 0 yang ditulis โ„™(๐‘‹ = 0) adalah 1

8. Selanjutnya โ„™(๐‘‹ = 1) =38,

โ„™(๐‘‹ = 2) =38 , โ„™(๐‘‹ = 3) =18.

Definisi 2.1.15

Distribusi dari peubah acak X adalah himpunan nilai-nilai dari X beserta pelu-angnya. Distribusi peubah acak diskret ditentukan oleh fungsi masa peluang (fmp).

Jika X dan Y peubah acak diskret, maka fmp gabungannya โ„™(๐‘‹ = ๐‘ฅ, ๐‘Œ = ๐‘ฆ).

Peluang bersyarat dari Y apabila diketahui ๐‘‹ = ๐‘ฅ adalah

โ„™(๐‘Œ = ๐‘ฆ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) =โ„™(๐‘‹ = ๐‘ฅ, ๐‘Œ = ๐‘ฆ)โ„™(๐‘‹ = ๐‘ฅ) .

Contoh 2.1.15

Diberikan satu kotak yang berisi sembilan bola yang terdiri dari dua bola

merah, 3 bola biru dan 4 bola putih. Tiga bola diambil secara acak tanpa

dikembalikan. Tentukan fmp bersyarat dari banyaknya bola biru yang

teram-bil jika diketahui banyaknya bola merah yang teramteram-bil adalah satu.

Keterangan: Y= banyak bola biru yang terambil dengan ๐‘Œ = ๐‘ฆ dan ๐‘ฆ โˆˆ

{0,1,2}; X= banyak bola merah yang terambil.

โ„™(๐‘Œ = ๐‘ฆ|๐‘‹ = 1) =โ„™(๐‘Œ = ๐‘ฆ, ๐‘‹ = 1)โ„™(๐‘‹ = 1) = (3๐‘ฆ)(21) (2 โˆ’ ๐‘ฆ)4 (93) (21)(72) (93) =(3๐‘ฆ)(2 โˆ’ ๐‘ฆ)4 21 = { 2 7 , ๐‘ฆ = 0 4 7 , ๐‘ฆ = 1 1 7 , ๐‘ฆ = 2 . Definisi 2.1.16

Nilai harapan peubah acak diskret X, dilambangkan dengan ๐”ผ(๐‘‹), didefinisi-kan sebagai jumlah hasil kali nilai peubah acak dengan masing-masing

pelu-angnya:

๐”ผ(๐‘‹) = โˆ‘ ๐‘ฅโ„™(๐‘‹ = ๐‘ฅ). โˆ€๐‘ฅ

Contoh 2.1.16

Peluang seseorang menembak tepat sasaran adalah 0,6. Jika dia melakukan

tembakan sebanyak 100 kali maka nilai harapan seseorang menembak

mengenai sasaran adalah

๐”ผ(๐‘‹) = 100 โˆ™ 0,6 = 60. Definisi 2.1.17

Nilai harapan bersyarat dari peubah acak Y apabila diberikan ๐‘‹ = ๐‘ฅ adalah ๐”ผ(๐‘Œ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) = โˆ‘ ๐‘ฆโ„™(๐‘Œ = ๐‘ฆ|๐‘‹ = ๐‘ฅ)

โˆ€๐‘ฆ

. Beberapa sifat nilai harapan bersyarat:

๐”ผ(๐‘Ž๐‘Œ + ๐‘๐‘|๐‘‹ = ๐‘ฅ) = ๐‘Ž๐”ผ(๐‘Œ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) + ๐‘๐”ผ(๐‘|๐‘‹ = ๐‘ฅ)

2. Jika g adalah sebuah fungsi, maka nilai harapan bersyarat untuk peubah acak diskret ๐‘”(๐‘Œ) adalah

๐”ผ(๐‘”(๐‘Œ)|๐‘‹ = ๐‘ฅ) = โˆ‘ ๐‘”(๐‘ฆ)โ„™(๐‘Œ = ๐‘ฆ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) โˆ€๐‘Œ

3. Jika X dan Y saling bebas, maka ๐”ผ(๐‘Œ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) = ๐”ผ(๐‘Œ) 4. Jika ๐‘Œ = ๐‘”(๐‘‹), maka ๐”ผ(๐‘Œ|๐‘‹ = ๐‘ฅ) = ๐‘”(๐‘ฅ).

Contoh 2.1.17

Diberikan nilai peluang dari = {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2)}: โ„™(1,1) =

0,5, โ„™(1,2) = 0,1, โ„™(2,1) = 0,1, โ„™(2,2) = 0,3 Dapat dihitung peluang

ber-syarat X bila diberikan ๐‘Œ = 1. Diketahui

โ„™๐‘Œ(1) = โˆ‘ โ„™(๐‘ฅ, 1) = โ„™(1,1) + โ„™(2,1) = 0,6 ๐‘‹ sehingga diperoleh โ„™๐‘‹|๐‘Œ(1|1) = โ„™(๐‘‹ = 1|๐‘Œ = 1) =โ„™(๐‘‹ = 1, ๐‘Œ = 1)โ„™(๐‘Œ = 1) =โ„™(1,1)โ„™ ๐‘Œ(1) = 5 6 โ„™๐‘‹|๐‘Œ(2|1) =โ„™(2,1)โ„™ ๐‘Œ(1) = 1 6. Definisi 2.1.18

Diberikan peubah acak Y dan ๐ด1, ๐ด2 ,โ€ฆ ,๐ด๐‘˜ adalah partisi dari ruang sampel S. Berlaku ๐”ผ(๐‘Œ) = โˆ‘๐‘˜ ๐”ผ(๐‘Œ|๐ด๐‘–)โ„™(๐ด๐‘–)

๐‘–=1 .

Jika X dan Y dua peubah acak yang mempunyai distribusi bersama, maka

๐”ผ(๐‘Œ) = โˆ‘ ๐”ผ(๐‘Œ|๐‘‹ = ๐‘ฅ)โ„™(๐‘‹ = ๐‘ฅ) ๐‘‹

Contoh 2.1.18

Sebuah koin setimbang dilambungkan berkali-kali. Dinotasikan A= kejadian muncul angka, G= kejadian muncul gambar. Koin dilambungkan sekali dengan kemungkinan hasil A dan G, dilambungkan dua kali dengan kemung-kinan ๐ด๐ด, ๐ด๐บ, ๐บ๐ด, ๐บ๐บ dan seterusnya sehingga didapatkanS = {๐ด, ๐บ, ๐ด๐ด, ๐ด๐บ,

๐บ๐ด, ๐บ๐บ, ๐ด๐ด๐ด, ๐ด๐บ๐ด, ๐ด๐ด๐บ, โ€ฆ }. Andaikan S dipartisi menjadi 3 partisi: S1 =

{lambungan 1: A}; S2 = {lambungan 1 dan 2: GA};

๐‘†3 = {lambungan 1 dan 2: GG} dengan S1 terjadi saat diperlukan setidaknya

3 kali pelambungan, S2 terjadi saat diperlukan setidaknya 4 kali pelambungan dan S3 terjadi saat diperlukan hanya 2 kali pelambungan. Tentukan nilai harapan dari Y= banyaknya pelambungan yang dilakukan untuk mendapat dua gambar berurutan.

Menurut Definisi 2.1.18

๐”ผ(๐‘Œ) = ๐”ผ(๐‘Œ|S1)โ„™(๐‘†) + ๐”ผ(๐‘Œ|๐‘†2)โ„™(๐‘†) + ๐”ผ(๐‘Œ|S3)โ„™(๐‘†3)

karena pelambungan bersifat saling bebas, berlaku

๐”ผ(๐‘Œ|S1) = 1 + ๐”ผ(๐‘Œ), ๐”ผ(๐‘Œ|S2) = 2 + ๐”ผ(๐‘Œ) dan ๐”ผ(๐‘Œ) = (1 + ๐”ผ(๐‘Œ))12 + (2 + ๐”ผ(๐‘Œ))14 + 2 โˆ™14 4๐”ผ(๐‘Œ) = 2 + 2๐”ผ(๐‘Œ) + 2 + ๐”ผ(๐‘Œ) + 2 ๐”ผ(๐‘Œ) = 6. Definisi 2.1.19

Misal X adalah suatu peubah acak dengan ๐”ผ(๐‘‹) = ๐‘ˆ. Variansi peubah X, dengan simbol ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹), didefinisikan sebagai

๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = ๐”ผ[(๐‘‹ โˆ’ ๐‘ˆ)2] = โˆ‘(๐‘ฅ๐‘– โˆ’ ๐‘ˆ)2โ„™(๐‘ฅ๐‘–). ๐‘ก

๐‘–=1

Variansi peubah X merupakan rata-rata nilai harapan dari deviasi kuadrat. Teorema 2.1.20

Apabila X suatu peubah acak dengan rata-rata ๐”ผ(๐‘‹) = ๐‘ˆ dan ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = ๐œŽ2, maka

๐œŽ2 = ๐”ผ(๐‘‹2) โˆ’ [๐”ผ(๐‘‹)]2 = ๐”ผ(๐‘‹2) โˆ’ ๐‘ˆ2.

Contoh 2.1.20

Banyaknya pesanan barang dalam satuan yang masuk selama satu minggu

adalah sebanyak X. Peluang terjadinya ๐‘‹ = ๐‘ฅ adalah โ„™(๐‘‹). Dihitung rata-rata banyaknya pesanan yang diharapkan dan variansinya, dengan diketahui data

sebagai berikut.

X 0 1 2 3

โ„™ (X) 0,125 0,375 0,375 0,125

Dihitung terlebih dahulu nilai harapan dari kasus diatas

๐”ผ(๐‘‹) = 0 โˆ™ โ„™(0) + 1 โˆ™ โ„™(1) + 2 โˆ™ โ„™(2) + 3 โˆ™ โ„™(3), ๐”ผ(๐‘‹) = 0 โˆ™ 0,125 + 1 โˆ™ 0,375 + 2 โˆ™ 0,375 + 3 โˆ™ 0,125, ๐”ผ(๐‘‹) = 1,5.

Selanjutnya dihitung variansinya,

๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = โˆ‘(๐‘ฅ๐‘–โˆ’ ๐‘ˆ)2โ„™(๐‘ฅ๐‘–)

๐‘ก ๐‘–=1

+(2 โˆ’ 1,5)2โˆ™ 0,375 + (3 โˆ’ 1,5)2 โˆ™ 0,125 = 0,75.

Definisi 2.1.21

Misalkan X adalah peubah acak diskret dengan nilai bilangan bulat positif. Fungsi pembangkit momen dari peubah acak didefinisikan sebagai berikut

๐‘”๐‘‹(๐‘ ) = ๐”ผ(๐‘ ๐‘ฅ) = โˆ‘ ๐‘ ๐‘›โ„™(๐‘‹ = ๐‘›)

๐‘›โ‰ฅ0

Jelas bahwa, ๐‘”๐‘‹(๐‘ ) adalah sebuah deret pangkat dan berlaku |๐‘ ๐‘›โ„™(๐‘‹ =

๐‘›)| โ‰ค |๐‘ |๐‘› , ๐‘  โˆˆ (โˆ’1,1].

Proposisi 2.1.22

Jika X dan Y adalah dua peubah acak yang saling asing, maka ๐‘”๐‘‹+๐‘Œ(๐‘ ) = ๐‘”๐‘‹(๐‘ )๐‘”๐‘Œ(๐‘ ).

Bukti: Menurut definisi

๐‘”๐‘‹+๐‘Œ(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘ ๐‘›โ„™(๐‘‹ + ๐‘Œ = ๐‘›) ๐‘›โ‰ฅ0 di lain pihak, โ„™(๐‘‹ + ๐‘Œ = ๐‘›) = โˆ‘ โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜; ๐‘Œ = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜) ๐‘› ๐‘˜=0 = โˆ‘ โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜)โ„™(๐‘Œ = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜) ๐‘› ๐‘˜=0 ,

di mana persamaan terakhir didapatkan dari X dan Y yang saling bebas. Jadi ๐‘”๐‘‹+๐‘Œ(๐‘ ) = โˆ‘๐‘›โ‰ฅ0๐‘ ๐‘›โˆ‘๐‘˜โ‰ฅ0โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜)โ„™(๐‘Œ = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜) = โˆ‘ ๐‘ ๐‘›โ„™(๐‘‹ = ๐‘›) ๐‘›โ‰ฅ0 โˆ‘ ๐‘ ๐‘›โ„™(๐‘Œ = ๐‘›) ๐‘›โ‰ฅ0 = ๐‘”๐‘‹(๐‘ )๐‘”๐‘Œ(๐‘ ).

Proposisi 2.1.23

Misalkan X dan Y adalah peubah acak dengan fungsi pembangkit momen ๐‘”๐‘‹ dan ๐‘”๐‘Œ. Diasumsikan |๐‘ | < 1

Jika ๐‘”๐‘‹(๐‘ ) = ๐‘”๐‘Œ(๐‘ ) maka X dan Y memiliki distribusi yang sama. Berikut akan dijelaskan beberapa contoh peubah acak diskret yang akan

sering digunakan.

1. Peubah Acak Bernouli

Diberikan percobaan dengan dua hasil yang mungkin: sukses dan gagal.

Kita notasikan ๐‘‹ = 1 bila percobaan berhasil dan ๐‘‹ = 0 bila percobaan gagal. Nilai 0 dan 1 adalah nilai peubah acak Bernoulli. Dinotasikan

โ„™(๐‘‹ = 1) = ๐‘ dan โ„™(๐‘‹ = 0) = ๐‘ž = 1 โˆ’ ๐‘. Kita mempunyai

๐”ผ(๐‘‹) = 1 โˆ™ ๐‘ + 0 โˆ™ (1 โˆ’ ๐‘) = ๐‘, dan

๐”ผ(๐‘‹2) = 1 โˆ™ ๐‘ + 02โˆ™ (1 โˆ’ ๐‘) = ๐‘.

Sehingga, ๐”ผ(๐‘‹) = ๐‘ dan ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = ๐”ผ(๐‘‹2) โˆ’ [๐”ผ(๐‘‹)]2 = ๐‘ โˆ’ ๐‘2 = ๐‘(1 โˆ’ ๐‘) = ๐‘๐‘ž.

2. Peubah Acak Binomial

Dipandang n peubah acak Bernoulli yang saling bebas dan berdistribusi identik ๐‘‹1, ๐‘‹2, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘›. Diberikan p adalah peluang kesuksesan. Untuk ๐‘– = 1, โ€ฆ , ๐‘›

โ„™(๐‘‹๐‘– = 1) = ๐‘.

Apabila B adalah peubah acak yang memberikan jumlah sukses dengan n ulangan (trial), dengan i merupakan sukses jika ๐‘‹๐‘– = 1 dan gagal jika ๐‘‹๐‘– = 0, maka menurut Proposisi 2.1.23

๐ต = ๐‘‹1+ ๐‘‹2+ โ‹ฏ + ๐‘‹๐‘›.

Peubah acak B dikatakan mempunyai distribusi Binomial dengan parame-ter n dan p yang dapat dibuktikan dengan Proposisi 2.2.23 fungsi pembangkit momen dari B sama dengan distribusi Binomial. Sehingga didapatkan โ„™(๐ต = ๐‘˜) untuk ๐‘˜ = 0, 1, โ€ฆ , ๐‘›.

Secara umum, jumlah peluang untuk sukses sebanyak k dalam n kali percobaan adalah

(๐‘›๐‘˜) =๐‘˜! (๐‘› โˆ’ ๐‘˜)!.๐‘›!

Untuk masing-masing kemungkinan memiliki peluang ๐‘๐‘˜(1 โˆ’ ๐‘)๐‘›โˆ’๐‘˜ dan masing-masing kemungkinan saling bebas. Jadi, untuk k=0,1,โ€ฆ,n berlaku distribusi binomial โ„™(๐ต = ๐‘˜) = (๐‘›๐‘˜)๐‘๐‘˜(1 โˆ’ ๐‘)๐‘›โˆ’๐‘˜.

Nilai harapan dari distribusi Binomial adalah

๐”ผ(๐ต) = ๐”ผ(๐‘‹1+ ๐‘‹2+ โ‹ฏ + ๐‘‹๐‘›) = ๐”ผ(๐‘‹1) + ๐”ผ(๐‘‹2) + โ‹ฏ + ๐”ผ(๐‘‹๐‘›) = ๐‘›๐‘.

Variansi distribusi Binomial adalah

๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐ต) = ๐”ผ(๐ต2) โˆ’ [๐”ผ(๐ต)]2 = ๐‘›๐‘(1 โˆ’ ๐‘) = ๐‘›๐‘๐‘ž.

3. Peubah Acak Geometri

Diasumsikan peluang percobaan p adalah sukses dan ๐‘ž = 1 โˆ’ ๐‘ adalah gagal. X adalah peubah acak yang berdistribusi Geometri, jika distribusi dari X diberikan oleh

โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜) = ๐‘ž๐‘˜โˆ’1๐‘ untuk semua ๐‘˜ โ‰ฅ 1.

Dari jumlahan deret Geometri

โˆ‘ ๐‘ฅ๐‘˜ =1 โˆ’ ๐‘ฅ1

๐‘˜โ‰ฅ0

untuk semua ๐‘ฅ โˆˆ (โˆ’1,1), dengan menurunkan jumlahan di atas didapatkan

โˆ‘ ๐‘˜๐‘ฅ๐‘˜โˆ’1= (1 โˆ’ ๐‘ฅ)1 2. ๐‘˜โ‰ฅ1

Penerapan rumus tersebut mendapatkan nilai harapan

๐”ผ(๐‘‹) = โˆ‘ ๐‘˜๐‘ž๐‘˜โˆ’1๐‘ = ๐‘(1 โˆ’ ๐‘ž)1 2 =1๐‘

๐‘˜โ‰ฅ1

. Variansi dari distribusi Geometri adalah

๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = ๐”ผ(๐‘‹2) โˆ’ [๐”ผ(๐‘‹)]2 =1 + ๐‘ž

๐‘2 โˆ’ 1

๐‘2 =(1 โˆ’ ๐‘)

๐‘2 .

Definisi 2.1.24

Peubah acak N dikatakan mempunyai distribusi Poisson dengan parameter ๐œ† jika

โ„™(๐‘ = ๐‘˜) = ๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜

๐‘˜! untuk ๐‘˜ = 0,1, โ€ฆ , dan ๐œ† merupakan parameter dari N.

Selanjutnya dihitung nilai harapan dari peubah acak Poisson N dengan pa-rameter ๐œ†: ๐”ผ(๐‘) = โˆ‘ ๐‘˜โ„™(๐‘ = ๐‘˜) โˆž ๐‘˜=0 = โˆ‘ ๐‘˜๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜ ๐‘˜! โˆž ๐‘˜=1 = ๐‘’โˆ’๐œ†๐œ† โˆ‘(๐‘˜ โˆ’ 1)!๐œ†๐‘˜โˆ’1 โˆž ๐‘˜=1 = ๐‘’โˆ’๐œ†๐œ† โˆ‘๐œ†๐‘˜!๐‘˜ โˆž ๐‘˜=0 = ๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘’๐œ† = ๐œ†.

Nilai harapan dan variansi distribusi Poisson dihitung sebagai berikut.

Dimisalkan terlebih dahulu

๐”ผ(๐‘2 ) = ๐”ผ(๐‘2) โˆ’ ๐”ผ(๐‘) + ๐”ผ(๐‘) = ๐”ผ[๐‘2โˆ’ ๐‘] + ๐”ผ(๐‘) = ๐”ผ[๐‘(๐‘ โˆ’ 1)] + ๐”ผ(๐‘), selanjutnya ๐”ผ[๐‘(๐‘ โˆ’ 1)] = โˆ‘ ๐‘˜(๐‘˜ โˆ’ 1)โ„™(๐‘ = ๐‘˜) โˆž ๐‘˜=0 = โˆ‘ ๐‘˜(๐‘˜ โˆ’ 1)๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜ ๐‘˜! โˆž ๐‘˜=2 = โˆ‘ ๐‘˜(๐‘˜ โˆ’ 1)๐‘˜(๐‘˜ โˆ’ 1)(๐‘˜ โˆ’ 2)!๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†2๐œ†๐‘˜โˆ’2 โˆž ๐‘˜=2 = ๐œ†2โˆ‘๐‘’(๐‘˜ โˆ’ 2)!โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜โˆ’2 โˆž ๐‘˜=2 karena โˆ‘๐‘’(๐‘˜ โˆ’ 2)! = 1โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜โˆ’2 โˆž ๐‘˜=2 sehingga ๐”ผ[๐‘(๐‘ โˆ’ 1)] = ๐œ†2.

Oleh karena itu,

๐”ผ(๐‘2) = ๐”ผ[๐‘(๐‘ โˆ’ 1)} + ๐”ผ(๐‘)

๐”ผ(๐‘2) = ๐œ†2 + ๐œ†.

Variansi dari distribusi Poisson adalah ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘) = ๐”ผ(๐‘2) โˆ’ [๐”ผ(๐‘)]2 =

Perluasan dari Distribusi Poisson

Diasumsikan N memiliki distribusi Poisson dengan parameter ๐œ†. Jika ๐‘ = 0 maka ๐‘1 = 0. Misalkan ๐‘› โ‰ฅ 1, dan diberikan ๐‘1 adalah binomial dengan parameter n dan p. Dengan demikian, dapat ditulis jumlahan

๐‘๐‘– = โˆ‘ ๐‘‹๐‘–

๐‘› ๐‘–=1

yang merupakan peubah acak Bernoulli dengan distribusi โ„™(๐‘‹๐‘– = 1) = ๐‘

dan โ„™(๐‘‹๐‘– = 0) = 1 โˆ’ ๐‘.

Diasumsikan N memiliki distribusi Poisson dengan parameter ๐œ†.

โ„™(๐‘1 = ๐‘˜|๐‘ = ๐‘›) = (๐‘›๐‘˜)๐‘๐‘˜(1 โˆ’ ๐‘)๐‘›โˆ’๐‘˜. โ„™(๐‘1 = ๐‘˜) = โˆ‘ โ„™(๐‘1 = ๐‘˜|๐‘ = ๐‘›)โ„™(๐‘ = ๐‘›). โˆž ๐‘›=๐‘˜ = โˆ‘ (๐‘›๐‘˜)๐‘๐‘˜(1 โˆ’ ๐‘)๐‘›โˆ’๐‘˜ โˆž ๐‘›=๐‘˜ ๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘› ๐‘›!. = ๐‘˜! ๐‘1 ๐‘˜๐œ†๐‘˜๐‘’โˆ’๐œ†โˆ‘(๐‘› โˆ’ ๐‘˜)! (1 โˆ’ ๐‘)1 ๐‘›โˆ’๐‘˜๐œ†๐‘›โˆ’๐‘˜. โˆž ๐‘›=๐‘˜ โˆ‘(๐‘› โˆ’ ๐‘˜)! (1 โˆ’ ๐‘)1 ๐‘›โˆ’๐‘˜๐œ†๐‘›โˆ’๐‘˜ = โˆž ๐‘›=๐‘˜ โˆ‘๐‘›! (1 โˆ’ ๐‘)1 ๐‘›๐œ†๐‘› = ๐‘’๐œ†(1โˆ’๐‘). โˆž ๐‘›=๐‘˜ โ„™(๐‘1 = ๐‘˜) = 1 ๐‘˜! ๐‘๐‘˜๐œ†๐‘˜๐‘’โˆ’๐œ†๐‘’๐œ†(1โˆ’๐‘) = ๐‘’โˆ’๐œ†๐‘ (๐œ†๐‘)๐‘˜ ๐‘˜! . Didapatkan fungsi pembangkit momen dari ๐‘1

๐‘”๐‘1(๐‘ ) = ๐”ผ(๐‘ ๐‘1) = โˆ‘ ๐”ผ(๐‘ ๐‘1|๐‘ = ๐‘›)โ„™(๐‘ = ๐‘›),

digunakan nilai rata-rata untuk nilai harapan. Distribusi peubah acak

Binomial adalah jumlahan dari peubah acak Bernoulli yang saling bebas.

Sehingga

๐”ผ(๐‘ ๐‘1|๐‘ = ๐‘›) = ๐”ผ(๐‘ โˆ‘๐‘›๐‘–=1๐‘‹๐‘–) = ๐”ผ(๐‘ ๐‘‹)๐‘›. Oleh karena itu didapatkan,

๐‘”๐‘1(๐‘ ) = โˆ‘ ๐”ผ(๐‘ ๐‘‹)๐‘›โ„™(๐‘ = ๐‘›) = ๐‘”๐‘(๐ธ(๐‘ ๐‘‹)).

๐‘›โ‰ฅ0

Karena N adalah peubah acak Poisson dengan parameter ๐œ† dimiliki

๐‘”๐‘(๐‘ ) = ๐‘’๐œ†(โˆ’1+๐‘ ). Karena X adalah peubah acak Bernoulli dimiliki

๐”ผ(๐‘ ๐‘‹) = 1 โˆ’ ๐‘ + ๐‘๐‘ . Sehingga

๐‘”๐‘1(๐‘ ) = ๐‘”๐‘(๐”ผ(๐‘ ๐‘‹)) = exp(๐œ†(โˆ’1 + 1 โˆ’ ๐‘ + ๐‘๐‘ )) = exp(๐œ†๐‘(โˆ’1 + ๐‘ )).

Terbukti bahwa parameter distribusi Poisson dari N adalah๐œ†. Hal tersebut menunjukkan juga bahwa fpm menyederhanakan perhitungan.

Jumlahan Peubah Acak Poison

Diasumsikan bahwa ๐‘1 dan ๐‘2 adalah peubah acak Poisson yang saling bebas dengan parameter ๐œ†1dan ๐œ†2.

Misalkan ๐‘› โ‰ฅ 0. Dimiliki

{๐‘ = ๐‘›} = โ‹ƒ{๐‘1 = ๐‘˜, ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜}.

๐‘› ๐‘˜=0

Hal itu dikarenakan jika ๐‘ = ๐‘› maka ๐‘1 haruslah sebarang k. Jika ๐‘1 = ๐‘˜ maka ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜. Jadi, kejadian {๐‘1 = ๐‘˜, ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜} untuk ๐‘˜ =

0, . . ๐‘› saling asing. Didapatkan

โ„™(๐‘ = ๐‘›) = โˆ‘ โ„™( ๐‘› ๐‘˜=0

Sehingga ๐‘1 dan ๐‘2 saling bebas untuk setiap k

โ„™(๐‘1 = ๐‘˜, ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜) = โ„™(๐‘1 = ๐‘˜)โ„™( ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜).

Oleh karena itu,

โ„™(๐‘ = ๐‘›) = โˆ‘ โ„™( ๐‘› ๐‘˜=0

๐‘1 = ๐‘˜)โ„™( ๐‘2 = ๐‘› โˆ’ ๐‘˜).

Digunakan distribusi Poisson ๐‘1 dan ๐‘2untuk mendapatkan

โ„™(๐‘ = ๐‘›) = โˆ‘ ๐‘’โˆ’๐œ†1๐œ†1๐‘˜ ๐‘˜! ๐‘’โˆ’๐œ†2 ๐œ†1๐‘›โˆ’๐‘˜ (๐‘› โˆ’ ๐‘˜)! ๐‘› ๐‘˜=0 . Dengan menggunakan pembagian dan perkalian ๐‘›! didapatkan

โ„™(๐‘ = ๐‘›) =๐‘›! ๐‘’1 โˆ’๐œ†1โˆ’๐œ†2

โˆ‘ (๐‘›๐‘˜)๐œ†1๐‘˜๐œ†1๐‘›โˆ’๐‘˜ =๐‘›! ๐‘’1 โˆ’๐œ†1โˆ’๐œ†2 ๐‘›

๐‘˜=0

(๐œ†1+ ๐œ†2)๐‘›, di mana persamaan terakhir menggunakan teorema Binomial. Persamaan

di atas menunjukkan ๐‘ = ๐‘1+ ๐‘2 adalah distribusi Poisson, dengan parameter ๐œ†1+ ๐œ†2.

Diasumsikan X dan Y adalah peubah acak Poisson yang saling bebas dengan nilai ๐œ† dan ยต.

Dengan menggunakan fungsi pembangkit momen dari X diperoleh.

๐‘”๐‘‹(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘ ๐‘˜๐‘’โˆ’๐œ†๐œ†๐‘˜

๐‘˜! = ๐‘’๐œ†(๐‘ โˆ’1).

๐‘˜โ‰ฅ0

Menggunakan Proposisi 2.2.22 didapatkan

๐‘”๐‘‹+๐‘Œ(๐‘ ) = ๐‘”๐‘‹(๐‘ )๐‘”๐‘Œ(๐‘ ) = ๐‘’๐œ†(๐‘ โˆ’1)๐‘’๐œ‡(๐‘ โˆ’1) = ๐‘’(๐œ†+๐œ‡)(๐‘ โˆ’1).

Fungsi pembangkit momen dari distribusi Poisson dengan parameter ๐œ† + ๐œ‡. Sehingga dapat disimpulkan distribusi dari ๐‘‹ + ๐‘Œ adalah distribusi Poisson dengan parameter ๐œ† + ๐œ‡.

B. Proses Stokastik

Pada subbab ini akan dipelajari lebih lanjut mengenai proses stokastik

dengan fokus pada rantai Markov.

Proses stokastik adalah koleksi dari peubah acak {๐‘‹๐‘ก(๐‘ ) โˆถ ๐‘ก โˆˆ ๐‘‡, ๐‘  โˆˆ ๐‘† }, dimana T adalah himpunan indeks waktu dan S adalah ruang sampel bersama dari peubah acak. Untuk setiap t, ๐‘‹๐‘ก(๐‘ ) menyatakan satu peubah acak yang terdefinisi pada S.

Untuk setiap ๐‘  โˆˆ ๐‘†, ๐‘‹๐‘ก(๐‘ ) berkorespondensi dengan fungsi yang terdefinisi pada T dan disebut lintasan sampel (realisasi, trayektori dari proses stokastik).

Proses stokastik terbagi dalam 2 klasifikasi waktu:

1. Jika T adalah himpunan diskret (terhitung) maka (๐‘‹๐‘ก)๐‘กโˆˆ๐‘‡ disebut proses stokastik waktu diskret.

2. Jika T adalah himpunan kontinu (tak terhitung) maka (๐‘‹๐‘ก)๐‘กโˆˆ๐‘‡ disebut proses stokastik waktu kontinu.

Proses stokastik yang digunakan dalam skripsi ini hanya proses stokastik

waktu diskret. Definisi 2.2.1

Rantai Markov merupakan proses stokastik waktu diskret (๐‘‹๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0 =

(๐‘‹0, ๐‘‹1, ๐‘‹2, โ€ฆ ) dengan nilai di dalam ๐พ sehingga berlaku โ„™(๐‘‹๐‘›+1 = ๐‘—|๐‘‹0 =

๐‘ฅ0, ๐‘‹1 = ๐‘ฅ1, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘›โˆ’1 = ๐‘ฅ๐‘›โˆ’1, ๐‘‹๐‘› = ๐‘ฅ๐‘›) = โ„™(๐‘‹๐‘›+1= ๐‘—|๐‘‹๐‘› = ๐‘–) untuk setiap

Sifat rantai Markov secara umum adalah peluang kejadian saat ini hanya

dipengaruhi oleh kejadian tepat satu satuan waktu sebelumnya dan tidak

di-pengaruhi oleh kejadian di masa lampau.

Definisi 2.2.2

Rantai Markov dikatakan homogen waktu apabila peluang bersyarat tidak

bergantung pada n. Notasi ๐’ซ๐‘–๐‘— menyatakan peluang bahwa proses akan berada di keadaan j apabila diketahui sebelumnya berada di keadaan i. Rantai Mar-kov dapat direpresentasikan dalam matriks ๐’ซ yang elemen-elemennya adalah

๐’ซ๐‘–๐‘— = โ„™(๐‘‹1 = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘–) ๐’ซ = ( ๐’ซ11 ๐’ซ12 ๐’ซ21 ๐’ซ22 โ€ฆ ๐’ซ1๐‘› โ‹ฏ ๐’ซ2๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ ๐’ซ๐‘›1 ๐’ซ๐‘›2โ€ฆ ๐’ซโ‹ฑ ๐‘›๐‘›โ‹ฎ )

Matriks ini disebut matriks transisi peluang untuk rantai Markov.

Contoh 2.2.2

Rantai Markov yang mendeskripsikan perubahan cuaca, direpresentasikan

oleh matriks ๐’ซ = ๐‘ ๐‘ โ„Ž ๐‘ ๐‘ โ„Ž( 0,2 0,6 0,2 0,1 0,8 0,1 0,1 0,6 0,3)

Notasi c=cerah, b=berawan, dan h=hujan. Keadaan cuaca hari ini hanya dipengaruhi oleh keadaan cuaca kemarin dan tidak dipengaruhi oleh cuaca

hari-hari sebelumnya.

(๐‘‹๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0 = (๐‘‹0, ๐‘‹1, ๐‘‹2,โ€ฆ ). Peluang transisi 1 langkah dari perubahan cuaca adalah โ„™(๐‘‹1 = ๐‘|๐‘‹0 = ๐‘) = 0,6.

Peluang transisi n-langkah Diberikan keadaan i dan j, ๐‘› โ‰ฅ 1

โ„™(๐‘‹๐‘› = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘–) adalah peluang bahwa rantai Markov yang dimulai di i

akan berada di j setelah n langkah.

Matriks dengan elemen pada baris ke-i kolom ke-j adalah โ„™(๐‘‹๐‘› = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘–) disebut matriks transisi n-langkah dari rantai Markov.

Persamaan Chapman-Kolmogorov

Persamaan Chapman-Kolmogorov digunakan untuk menghitung peluang

transisi ๐‘› + ๐‘š langkah, yakni untuk โˆ€๐‘š, ๐‘› โˆˆ โ„•0 = โ„• โˆช {0} berlaku ๐’ซ๐‘š+๐‘› = ๐’ซ๐‘š๐’ซ. Dengan kata lain,

(๐’ซ๐‘š+๐‘›)๐‘–๐‘— = โˆ‘(๐’ซ๐‘š)๐‘–๐‘˜ + (๐’ซ๐‘›)๐‘˜๐‘— , โˆ€๐‘–๐‘—. Jadi, โ„™(๐‘‹๐‘›+๐‘š = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘–) = โˆ‘ โ„™(๐‘‹๐‘š = ๐‘˜|๐‘‹0 = ๐‘–)โ„™(๐‘‹๐‘› = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘˜) ๐‘˜ = โˆ‘ โ„™(๐‘‹๐‘š = ๐‘˜|๐‘‹0 = ๐‘–) ๐‘˜ โ„™(๐‘‹๐‘›+๐‘š= ๐‘—|๐‘‹๐‘š = ๐‘˜). Definisi 2.2.3

Vektor ๐•Š = (๐•Š1 ๐•Š2 โ€ฆ ๐•Š๐‘›) disebut vektor peluang jika โˆ‘๐‘›๐‘–=1๐•Š๐‘– = 1. Contoh 2.2.3

Diberikan vektor peluang cuaca besok bila hari ini cerah,

๐•Š =๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Žโ„Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘› โ„Ž๐‘ข๐‘—๐‘Ž๐‘›

(12 0 12) ,

๐•Š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Žโ„Ž+ ๐•Š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘›+ ๐•Šโ„Ž๐‘ข๐‘—๐‘Ž๐‘› =12 + 0 +12 = 1.

Definisi 2.2.4

Diberikan rantai Markov (๐‘‹๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0= (๐‘‹0, ๐‘‹1,๐‘‹2,โ€ฆ ).

1. โ„™(๐‘‹๐‘› = ๐‘—) disebut distribusi rantai Markov pada waktu ke-n, 2. untuk ๐‘› = 0, โ„™(๐‘‹0 = ๐‘—) disebut distribusi awal dari rantai Markov, 3. vektor peluang ๐•Š = (๐•Š1 ๐•Š2 โ€ฆ ๐•Š๐‘›) disebut distribusi stasioner dari rantai Markov jika ๐’ซ โˆ™ ๐•Š = ๐•Š.

Peluang Rantai Markov

Diberikan rantai Markov (๐‘‹๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0. Didefinisikan:

๐‘“๐‘–๐‘–๐‘› adalah peluang bahwa rantai Markov yang dimiliki dari keadaan i akan kembali ke keadaan i untuk pertama kalinya tepat setelah n transisi.

๐‘“๐‘– adalah peluang bahwa rantai Markov yang dimulai dari keadaan i akan kembali ke i setelah sejumlah hingga transisi.

Jadi ๐‘“๐‘– = โˆ‘ ๐‘“๐‘–๐‘–๐‘›

๐‘› .

Definisi 2.2.5

Diketahui rantai Markov (๐‘‹๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0 dengan ruang keadaan ๐พ dan

๐‘๐‘–๐‘—๐‘› = (โ„™๐‘›)๐‘–๐‘— = โ„™(๐‘‹๐‘› = ๐‘—|๐‘‹0 = ๐‘–). Keadaan i dikatakan menyerap

C. Sifat-sifat dari Kalkulus

Di bagian ini akan diberikan beberapa sifat dari kalkulus yang akan

digunakan pada pembahasan selanjutnya.

Lemma 2.3.1 Untuk |๐‘ฅ| < 1 berlaku 1 โˆ’ โˆš1 โˆ’ ๐‘ฅ = โˆ‘โˆž ๐‘๐‘›๐‘ฅ๐‘› ๐‘›=1 dengan ๐‘๐‘› = (2๐‘› โˆ’ 2) 22๐‘›โˆ’1๐‘›! (๐‘› โˆ’ 1)! untuk ๐‘› โ‰ฅ 1. Bukti:

Pembuktian menggunakan deret MacLaurin untuk fungsi โˆš1 โˆ’ ๐‘ฅ. Ingat: ๐‘“(๐‘ฅ) = โˆ‘๐‘“(๐‘›)(0) ๐‘›! ๐‘ฅ๐‘› โˆž ๐‘›=0 ๐‘“(๐‘ฅ) = (1 โˆ’ ๐‘ฅ)12 , ๐‘“(0) = 1 ๐‘“โ€ฒ(๐‘ฅ) = โˆ’12(1 โˆ’ ๐‘ฅ)โˆ’12 , ๐‘“โ€ฒ(0) = โˆ’12 ๐‘“โ€ฒโ€ฒ(๐‘ฅ) = โˆ’14(1 โˆ’ ๐‘ฅ)โˆ’32 , ๐‘“โ€ฒโ€ฒ(0) = โˆ’14 ๐‘“โ€ฒโ€ฒโ€ฒ(๐‘ฅ) = โˆ’3 8(1 โˆ’ ๐‘ฅ)โˆ’52 , ๐‘“โ€ฒโ€ฒโ€ฒ(0) = โˆ’3 8 ๐‘“(4)(๐‘ฅ) = โˆ’1516(1 โˆ’ ๐‘ฅ)โˆ’72 , ๐‘“(4)(0) = โˆ’1516 Jadi ๐‘“(๐‘ฅ) = (1 โˆ’ ๐‘ฅ)12 = โˆ‘๐‘“(๐‘›)(0) ๐‘›! ๐‘ฅ๐‘› โˆž ๐‘›=0 = 1 โˆ’12 ๐‘ฅ โˆ’14 โˆ™2! ๐‘ฅ1 2โˆ’8 โˆ™3 3! ๐‘ฅ1 3 โˆ’1516 โˆ™4! ๐‘ฅ1 4โˆ’ โ‹ฏ dan 1 โˆ’ โˆš1 โˆ’ ๐‘ฅ = 12 ๐‘ฅ +14 โˆ™2! ๐‘ฅ1 2+8 โˆ™3 3! ๐‘ฅ1 3+1516 โˆ™4! ๐‘ฅ1 4 + โ‹ฏ.

Diperhatikan barisan koefisien 1 โˆ’ โˆš1 โˆ’ ๐‘ฅ yaitu 1 2 , 1 4 , 3 8 , 15 16 , โ€ฆ, memiliki pola (2๐‘› โˆ’ 2)! 22๐‘›โˆ’1(๐‘› โˆ’ 1)!. Jadi, 1 โˆ’ โˆš1 โˆ’ ๐‘ฅ =12 ๐‘ฅ +14 โˆ™2! ๐‘ฅ1 2 +8 โˆ™3 3! ๐‘ฅ1 3+1516 โˆ™4! ๐‘ฅ1 4+ โ‹ฏ = โˆ‘ (2๐‘› โˆ’ 2)! 22๐‘›โˆ’1๐‘›! (๐‘› โˆ’ 1)! ๐‘ฅ๐‘› โˆž ๐‘›=1 = โˆ‘ ๐‘๐‘›๐‘ฅ๐‘› โˆž ๐‘›=1 โˆŽ Teorema 2.3.2 (Teorema Nilai Ekstrem) Jika diberikan fungsi ๐‘“: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ dengan sifat: 1. f terdiferensial di ๐‘ โˆˆ (๐‘Ž, ๐‘), dan

2. c adalah pembuat maksimum atau minimum dari f, maka ๐‘“โ€ฒ(๐‘) = 0.

Bukti:

Akan dibuktikan maksimum lokal, yakni c adalah pembuat maksimum lokal dari f. Secara khusus, jika ๐‘ฅ โˆˆ [๐‘Ž, ๐‘] dan |๐‘ฅ โˆ’ ๐‘| < ๐›ฟ, maka ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘) โ‰ค 0. Diambil ๐‘ฅ > ๐‘ dengan ๐‘ฆ < ๐‘.

๐‘š๐‘” =๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘ฆ)๐‘ โˆ’ ๐‘ฆ โ‰ฅ 0

Ambil barisan (๐‘ฅ๐‘›)๐‘›โˆˆโ„• dan (๐‘ฆ๐‘›)๐‘›โˆˆโ„• dengan ๐‘ฅ๐‘› > ๐‘ dan ๐‘ฆ๐‘› > ๐‘ โˆ€๐‘›โˆˆโ„• sehingga ๐‘ฅ๐‘› โ†’ ๐‘ dan ๐‘ฆ๐‘› โ†’ ๐‘

Sebagai contoh: ๐‘ฅ๐‘› = ๐‘ +1๐‘›

๐‘ฆ๐‘› = ๐‘ โˆ’๐‘›1 Karena f terdiferensial di c, maka

0 โ‰ฅ lim๐‘›โ†’โˆž๐‘“(๐‘ฅ๐‘ฅ๐‘›) โˆ’ ๐‘“(๐‘)

๐‘›โˆ’ ๐‘ = ๐‘“โ€ฒ(๐‘) = lim๐‘›โ†’โˆž๐‘“(๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘›) โˆ’ ๐‘“(๐‘)

๐‘›โˆ’ ๐‘ โ‰ฅ 0

Jadi, 0 โ‰ค ๐‘“โ€ฒ(๐‘) โ‰ค 0, artinya ๐‘“โ€™(๐‘) = 0. โˆŽ Teorema 2.3.3 (Teorema Rolle)

Misalkan f kontinu pada selang [๐‘Ž, ๐‘] dan terdiferensialkan pada selang terbuka (๐‘Ž, ๐‘). Jika ๐‘“(๐‘Ž) = ๐‘“(๐‘), maka terdapat minimal satu bilangan c dalam (๐‘Ž, ๐‘) sehingga ๐‘“โ€™(๐‘) = 0.

Bukti:

Misalkan ๐‘“(๐‘Ž) = ๐‘‘ = ๐‘“(๐‘).

Kasus 1. Misalkan ๐‘“(๐‘ฅ) < ๐‘‘ untuk beberapa x dalam (๐‘Ž, ๐‘). Berdasarkan Teorema 2.3.2, diketahui bahwa f memiliki nilai minimum pada c dalam selang tersebut. Lebih jauh, karena ๐‘“(๐‘) < ๐‘‘, nilai minimum tidak terjadi pada kedua ujung selang. Sehingga, f memiliki nilai minimum dalam selang terbuka (๐‘Ž, ๐‘). Hal ini mengakibatkan ๐‘“(๐‘) merupakan nilai minimum lokal dan c merupakan pembuat minimum dari f. Sehingga, karena f terdiferensial pada c, dapat disimpulkan bahwa ๐‘“โ€™(๐‘) = 0.

Kasus 2. Misalkan ๐‘“(๐‘ฅ) > ๐‘‘ untuk beberapa x dalam (๐‘Ž, ๐‘). Berdasarkan Teorema 2.3.2, diketahui bahwa f memiliki nilai maksimum pada c dalam selang tersebut. Selanjutnya, karena ๐‘“(๐‘) > ๐‘‘, nilai maksimum ini tidak

terjadi pada kedua ujung selang. Sehingga, f memiliki nilai maksimum dalam selang buka (๐‘Ž, ๐‘). Hal ini mengakibatkan ๐‘“(๐‘) merupakan nilai maksimum lokal dan c merupakan pembuat maksimum dari f. Oleh karena itu, karena f terdiferensial pada c, dapat ditarik kesimpulan bahwa ๐‘“โ€™(๐‘) = 0.

Kasus 3. Jika ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘‘ untuk semua x dalam [๐‘Ž, ๐‘], maka f konstan pada selang tersebut dan ๐‘“โ€™(๐‘ฅ) = 0 untuk semua x dalam (๐‘Ž, ๐‘).โˆŽ

Lemma 2.3.4

Jika ๐‘“: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ merupakan fungsi kontinu dan ๐‘“(๐‘Ž) < 0, ๐‘“(๐‘) > 0, maka terdapat ๐‘ โˆˆ (๐‘Ž, ๐‘) sehingga ๐‘“(๐‘) = 0.

Teorema 2.3.5 (Teorema Nilai Antara)

Jika ๐‘“: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ merupakan fungsi kontinu dan ๐‘ฆ โˆˆ โ„ dengan ๐‘“(๐‘Ž) < ๐‘ฆ < ๐‘“(๐‘) atau ๐‘“(๐‘) < ๐‘ฆ < ๐‘“(๐‘Ž), maka terdapat ๐‘ โˆˆ [๐‘Ž, ๐‘] sehingga ๐‘“(๐‘) = ๐‘ฆ. Bukti:

1. Jika ๐‘“(๐‘Ž) < ๐‘ฆ < ๐‘“(๐‘), maka didefinisikan ๐‘”(๐‘ฅ) โ‰” ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘ฆ jelas bahwa

๐‘”: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ fungsi kontinu.

๐‘”(๐‘Ž) = ๐‘“(๐‘Ž) โˆ’ ๐‘ฆ < 0 dan ๐‘”(๐‘) = ๐‘“(๐‘) โˆ’ ๐‘ฆ > 0 menurut Lemma 2.3.4 terdapat ๐‘ โˆˆ (๐‘Ž, ๐‘) sehingga

๐‘”(๐‘) = 0 โŸบ ๐‘“(๐‘) โˆ’ ๐‘ฆ = 0 โŸบ ๐‘“(๐‘) = ๐‘ฆ.

2. Jika ๐‘“(๐‘) < ๐‘ฆ < ๐‘“(๐‘Ž), maka didefinisikan โ„Ž(๐‘ฅ) โ‰” ๐‘ฆ โˆ’ ๐‘“(๐‘ฅ) jelas bahwa

โ„Ž: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ fungsi kontinu.

โ„Ž(๐‘Ž) = ๐‘ฆ โˆ’ ๐‘“(๐‘Ž) < 0 dan h(๐‘) = ๐‘ฆ โˆ’ ๐‘“(๐‘) > 0 menurut Lemma 2.3.4 terdapat ๐‘ โˆˆ (๐‘Ž, ๐‘) sehingga

Teorema 2.3.6 (Teorema Nilai Rata-Rata)

Jika f kontinu pada selang tertutup [๐‘Ž, ๐‘] dan terdiferensial pada selang terbuka (๐‘Ž, ๐‘), maka ada suatu bilangan c dalam (๐‘Ž, ๐‘) sedemikian sehingga

๐‘“โ€ฒ(๐‘) =๐‘“(๐‘) โˆ’ ๐‘“(๐‘Ž)๐‘ โˆ’ ๐‘Ž . Bukti:

Didefinisikan ๐‘”: [๐‘Ž, ๐‘] โ†’ โ„ sebagai ๐‘”(๐‘ฅ): = ๐‘“(๐‘ฅ) โˆ’ ๐‘“(๐‘) โˆ’ โ„Ž(๐‘ฅ โˆ’ ๐‘) dengan โ„Ž =๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)๐‘โˆ’๐‘Ž . Dalam hal ini, g kontinu pada [๐‘Ž, ๐‘] dan terdiferensial pada (๐‘Ž, ๐‘). Diperoleh juga ๐‘”(๐‘Ž) = ๐‘“(๐‘Ž) โˆ’ ๐‘“(๐‘) โˆ’๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)๐‘โˆ’๐‘Ž (๐‘Ž โˆ’ ๐‘) = 0 dan

๐‘”(๐‘) = ๐‘“(๐‘) โˆ’ ๐‘“(๐‘) โˆ’๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)๐‘โˆ’๐‘Ž (๐‘ โˆ’ ๐‘) = 0 sehingga didapatkan ๐‘”(๐‘Ž) =

๐‘”(๐‘). Jadi, menurut hipotesis dalam Teorema Rolle, haruslah terdapat suatu

titik c dalam (๐‘Ž, ๐‘) sedemikian hingga ๐‘”โ€™(๐‘) = 0. Karena ๐‘”โ€ฒ(๐‘) = ๐‘“โ€™(๐‘) โˆ’ ๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)

๐‘โˆ’๐‘Ž , sehingga diperoleh ๐‘“โ€™(๐‘) โˆ’๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)๐‘โˆ’๐‘Ž = 0, dan didapatkan ๐‘“โ€™(๐‘) = =๐‘“(๐‘)โˆ’๐‘“(๐‘Ž)๐‘โˆ’๐‘Ž . โˆŽ

BAB III

PROSES PERCABANGAN BGW A. Definisi dan Sifat-sifat Dasar Proses Percabangan BGW

Proses percabangan (branching process) merupakan sebuah proses stokastik dalam waktu diskret yang dikenalkan oleh Bienaymรฉ, Galton dan

Watson sehingga dikenal juga dengan nama proses Bienaymรฉ-Galton-Watson

(BGW). Proses BGW banyak digunakan pada model pertumbuhan dan

peluruhan populasi. Populasi dapat berupa gen mutan, neutron pada reaksi

rantai nuklir, ataupun hewan dengan siklus kelahiran tahunan. Pertumbuhan

populasi disebabkan karena individu-individu di dalam populasi

menghasilkan keturunan. Banyaknya keturunan dari setiap individu berbeda

tetapi memiliki pola distribusi yang identik. Pola yang dimiliki yakni

percabangan. Pola distribusi yang identik dapat digunakan untuk menghitung

peluang dari sifat-sifat keturunan maupun proses secara keseluruhan.

Proses percabangan digunakan untuk mendeskripsikan evolusi terhadap

waktu diskret dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu populasi.

Terdapat beberapa asumsi dasar yang sudah disepakati dan digunakan dalam

proses BGW. Jumlah individu awal pada generasi pertama diberi notasi ๐‘0. Generasi awal diberi label 0 dan memiliki 1 anggota individu (ancestor). Hasil keturunan dari generasi pertama disebut generasi kedua, hasil keturunan

generasi kedua disebut generasi ketiga dan seterusnya. Banyak atau total

individu pada generasi ke-n dinotasikan dengan ๐‘๐‘›, ๐‘› โ‰ฅ 0. Banyaknya keturunan dari setiap generasi populasi bersifat acak, dan mengikuti suatu

generation). Dalam proses percabangan BGW, ruang keadaan ๐•Š merupakan himpunan bilangan bulat tak negatif. Untuk setiap ๐‘› โ‰ฅ 0, ๐‘๐‘› merupakan peubah acak. Peubah acak Y yang berdistribusi (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0 mendeskripsikan banyaknya keturunan dari setiap anggota pada setiap generasi dari populasi

bersifat saling bebas atau independen. Jadi, untuk setiap individu pada setiap

generasi menghasilkan Y keturunan pada generasi berikutnya, dengan Y adalah peubah acak yang bernilai โ„•0 dengan distribusi peluang (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0. Dengan kata lain,

โ„™(๐‘Œ = ๐‘˜) = ๐‘๐‘˜, ๐‘˜ = 0, 1, โ€ฆ

Sesuai dengan asumsi awal, banyak keturunan dari setiap individu akan

saling bebas menurut distribusi (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0. Proses percabangan BGW adalah sebuah rantai Markov dengan peluang transisi 1 langkah diberikan oleh

๐‘(๐‘–, ๐‘—) = โ„™(๐‘๐‘›+1 = ๐‘—|๐‘๐‘› = ๐‘–).

Jadi, bilangan ๐‘(๐‘–, ๐‘—) adalah peluang bersyarat ๐‘๐‘›+1 = ๐‘— bila diketahui ๐‘๐‘› = ๐‘–. Sehingga mudah dilihat ๐‘(0, ๐‘–) = 0, ๐‘– โ‰ฅ 1 dan ๐‘(0,0) = 1. Proses

percabangan BGW (๐‘๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0mempunyai 0 sebagai keadaan menyerap. Perhatikan bahwa

๐‘(๐‘–, ๐‘—) = โ„™(๐‘๐‘›+1 = ๐‘—|๐‘๐‘› = ๐‘–) = โ„™ (โˆ‘ ๐‘Œ๐‘˜= ๐‘—

๐‘– ๐‘˜=1

)

dengan (๐‘Œ๐‘˜)1โ‰ค๐‘˜โ‰ค๐‘– adalah barisan dari distribusi peubah acak saling bebas identik dengan distribusi (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi dari ๐‘๐‘›+1 dihitung hanya dengan menggunakan ๐‘๐‘›. Dalam menghitung

distribusinya tidak diperlukan perhitungan mulai dari awal keturunan, hanya

diperlukan 1 keturunan sebelumnya. Sifat itu tidak lain adalah sifat Markov

dari proses percabangan BGW.

Untuk ๐‘๐‘› = ๐‘–, dapat ditulis

๐‘๐‘›+1 = โˆ‘ ๐‘Œ๐‘˜,๐‘›= ๐‘—

โˆž ๐‘˜=1

,

(๐‘Œ๐‘˜,๐‘›)1โ‰ค๐‘˜โ‰ค๐‘–dengan indeks n digunakan untuk mengindikasikan barisan saling

bebas berbeda untuk setiap n. Notasi n pada ruas kiri dapat diabaikan untuk menghindari pengulangan indeks.

Menurut definisi nilai harapan peubah acak diskret diperoleh:

๐”ผ(๐‘‹)=โˆ‘๐‘˜. โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜),

๐‘˜ dalam proses BGW diperoleh juga

๐‘š = โˆ‘ ๐‘˜. โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜) โˆž ๐‘˜ = โˆ‘ ๐‘˜. ๐‘๐‘˜ โˆž ๐‘˜ .

Jadi, nilai rata-rata banyaknya keturunan dalam proses BGW adalah

๐‘š = โˆ‘ ๐‘˜. ๐‘๐‘˜

โˆž ๐‘˜=0 dengan ๐‘š โˆˆ [0, โˆž].

Selanjutnya akan dicari fungsi pembangkit momen dari distribusi keturunan.

Diberikan q adalah peluang proses BGW yang dimulai dengan 1 individu yang akan punah. Fungsi pembangkit momen dari distribusi keturunan:

๐‘“(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘๐‘˜. ๐‘ ๐‘˜ untuk |๐‘ | โ‰ค 1

โˆž ๐‘˜=0

Proses dikatakan bertahan (survive) jika terdapat setidaknya satu individu pada setiapgenerasi. Secara matematis, bertahan hidup ekivalen dengan

kondisi

{๐‘๐‘› โ‰ฅ 1, untuk semua n โ‰ฅ 0}.

Teorema 3.1.1

Misal (๐‘๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0 adalah proses percabangan BGW dengan distribusi keturunan (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0. Diasumsikan ๐‘0+ ๐‘1 < 1.

1. Jika ๐‘š โ‰ค 1 , maka โ„™(๐‘๐‘› โ‰ฅ 1, โˆ€๐‘› โ‰ฅ 0|๐‘0 = 1) = 0.

2. Jika ๐‘š > 1, maka terdapat ๐‘ž โˆˆ [0,1), โ„™(๐‘๐‘› โ‰ฅ 1, โˆ€๐‘› โ‰ฅ 0|๐‘0 = 1) = 1 โˆ’

๐‘ž > 0, dengan peluang kepunahan q adalah nilai tunggal di dalam [0,1)

yang memenuhi persamaan ๐‘“(๐‘ ) = ๐‘  saat ๐‘š > 1. Bukti Teorema 3.1.1:

Dalam pembuktian teorema ini diperlukan beberapa sifat dari fungsi

pembangkit momen. Diingat kembali fungsi pembangkit momen dari peluang

๐‘“(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘๐‘˜๐‘ ๐‘˜. ๐‘˜โ‰ฅ0

Telah diketahui di awal bahwa fungsi pembangkit momen terdefinisi pada

(โˆ’1,1). Fungsi f terdefinisi pada 1 dan hanya akan dilakukan perhitungan

dalam bilangan positif, sehingga domain dari f adalah [0,1]. Lemma 3.1.2

Misalkan (๐‘๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0 barisan bilangan real positif dan ๐‘”(๐‘ก) = โˆ‘๐‘›โ‰ฅ0๐‘๐‘›๐‘ก๐‘›. Asumsikan g ada pada [0,1), maka ๐‘กโ†’1limโˆ’๐‘”(๐‘ก) = โˆ‘๐‘›โ‰ฅ0๐‘๐‘›.

Bukti:

Pembuktian dapat dillihat di buku Theoretical Probability for Applications, Proposisi A1.9 Appendix karya SC.Port. โˆŽ

Dari Lemma 3.1.2 ini didapat

lim

๐‘ โ†’1โˆ’๐‘“(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘๐‘›

๐‘›โ‰ฅ0

= 1

dan ๐‘“(1) = 1. Jadi, f merupakan fungsi kontinu di 1 dari kiri dan f kontinu

pada [0, 1]. Fungsi f juga terdiferensial pada (0, 1) dengan

๐‘“โ€ฒ(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘›๐‘๐‘›๐‘ ๐‘›โˆ’1 ๐‘›โ‰ฅ1 . Dari Lemma 3.1.2 lim ๐‘ โ†’1โˆ’๐‘“โ€ฒ(๐‘ ) = โˆ‘ ๐‘›๐‘๐‘› ๐‘›โ‰ฅ0 = ๐‘š

Selanjutnya, kembali lagi pada proses BGW dan perhitungan fungsi

pembangkit momen dari ๐‘๐‘›. Proposisi 3.1.3

Misalkan ๐‘“1 = ๐‘“ dan ๐‘“๐‘›+1 = ๐‘“ โˆ˜ ๐‘“๐‘› untuk ๐‘› โ‰ฅ 1. Untuk ๐‘› โ‰ฅ 1, fungsi pembangkit momen dari ๐‘๐‘› dengan ๐‘0 = 1 adalah ๐‘“๐‘›.

Bukti: Akan dibuktikan menggunakan induksi matematis.

Misal ๐‘”๐‘› adalah fungsi pembangkit momen ๐‘๐‘› dan diketahui ๐‘0 = 1. Telah dimiliki

๐‘”1(๐‘ ) = ๐”ผ(๐‘ ๐‘1|๐‘0 = 1) = ๐”ผ(๐‘ ๐‘Œ) = ๐‘“(๐‘ ) = ๐‘“1(๐‘ ),

untuk ๐‘› = 1 diasumsikan ๐‘”๐‘› = ๐‘“๐‘›. Diberikan ๐‘๐‘› = ๐‘˜, distribusi ๐‘๐‘›+1 sama dengan distribusi dari โˆ‘๐‘˜ ๐‘Œ๐‘–

๐‘–=1 dimana ๐‘Œ๐‘– berdistribusi (๐‘๐‘˜)๐‘˜โ‰ฅ0 maka ๐”ผ(๐‘ ๐‘๐‘›+1|๐‘๐‘› = ๐‘˜) = ๐”ผ (๐‘ โˆ‘๐‘˜๐‘–=1๐‘Œ๐‘–)

= ๐”ผ(๐‘ ๐‘Œ1)๐”ผ(๐‘ ๐‘Œ2) โ€ฆ ๐”ผ(๐‘ ๐‘Œ๐‘˜) = (๐”ผ(๐‘ ๐‘Œ1))๐‘˜

= ๐‘“(๐‘ )๐‘˜.

Menggunakan sifat Markov

๐‘”๐‘›+1 = ๐”ผ(๐‘ ๐‘๐‘›+1|๐‘0 = 1)

= โˆ‘ ๐”ผ(๐‘ ๐‘๐‘›+1|๐‘๐‘› = ๐‘˜)โ„™(๐‘๐‘› = ๐‘˜|๐‘0 = 1)

โˆž ๐‘˜=0

= โˆ‘ โ„™(๐‘๐‘› = ๐‘˜|๐‘0 = 1)๐‘“(๐‘ )๐‘˜ โˆž

๐‘˜=0

= ๐‘”๐‘›(๐‘“(๐‘ ))

Dengan demikian menggunakan hipotesis induksi dapat diperoleh, ๐‘”๐‘›+1=

๐‘”๐‘›โˆ˜ ๐‘“ = ๐‘“๐‘›โˆ˜ ๐‘“ = ๐‘“๐‘›+1.โˆŽ

Setelah mendapatkan Lemma 3.1.2 dan Proposisi 3.1.3, akan dibuktikan

Teorema 3.1.1 yang dibagi menjadi dua kasus.

๏‚ท Kasus ๐‘š < 1. Untuk perubah acak X yang bernilai di โ„• berlaku. ๐”ผ(๐‘‹) = โˆ‘ ๐‘˜โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜)

๐‘˜โ‰ฅ0

โ‰ฅ โˆ‘ โ„™(๐‘‹ = ๐‘˜) ๐‘˜โ‰ฅ1

= โ„™(๐‘‹ โ‰ฅ 1).

Sehingga โ„™(๐‘‹ โ‰ฅ 1) โ‰ค ๐”ผ(๐‘‹), digunakan pertidaksamaan dan Proposisi 3.1.3 untuk mendapatkan

โ„™(๐‘๐‘› โ‰ฅ 1|๐‘0 = 1) โ‰ค ๐”ผ(๐‘๐‘›|๐‘0 = 1) = ๐‘š๐‘›.

Karena ๐‘š < 1

lim

๐‘›โ†’โˆžโ„™(๐‘๐‘› โ‰ฅ 1|๐‘0 = 1) = 0

dan karena konvergensinya bersifat cepat secara eksponensial. Diingat juga,

karena 0 merupakan keadaan menyerap untuk (๐‘๐‘›)๐‘›โ‰ฅ0, maka barisan kejadian

Dokumen terkait