• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Saran bagi korban bullying

Korban bullying sebaiknya menceritakan masalahnya pada

orang tua dan guru agar mereka memahami masalah korban dan dapat

memberi saran atau mengambil tindakan yang diperlukan. Korban juga

sekolah, maupun dalam situs-situs yang membantu korban bullying di

internet.

2. Saran bagi orang tua dan guru di sekolah

Orang tua dan guru dapat bekerja sama dalam memperhatikan

pergaulan siswa sehingga dapat mengidentifikasi korban bullying yang

membutuhkan pertolongan. Orang tua dan guru dapat bekerja sama

dengan psikolog dalam memecahkan masalah dan menolong korban

bullying. Sekolah disarankan membuat program yang meningkatkan

kebersamaan dan sikap saling menghargai antar siswa. Guru juga perlu

memberikan hukuman yang tegas terhadap pelaku bullying, dan

melakukan upaya-upaya pencegahan terjadinya bullying di sekolah.

3. Saran bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian tentang bullying masih jarang dilakukan di Indonesia,

karena itu peneliti menyarankan peneliti lain agar melakukan

penelitian lebih lanjut tentang bullying baik yang terjadi di sekolah,

di rumah, maupun di tempat kerja.

b. Peneliti menyarankan agar penelitian-penelitian selanjutnya terkait

masalah bullying dilakukan bukan hanya dengan metode kualitatif,

namun juga mengunakan metode kuantitatif, sehingga diperoleh

Daftar Pustaka

Achmadi, A. & Narbuko, C. (1991). Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Agnes, I. E. (2007). Kekerasan (Bullying) di Sekolah, materi seminar.

Andriani, F. (2001). Perbedaan Tingkat Persepsi antara Mahasiswa yang Belajar Psikologi dan yang Tidak Belajar Psikologi. Dalam Insan Media Psikologi, Vol. 3,.

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., & Bem, D. J. (2002). Pengantar Psikologi (edisi sebelas). Batam: Interaksara.

Berk, L. E. (2006). Child Development, 7ed. Boston: Pearson Education Inc.

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Edisi. 1, Cet. 8. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Elmest, D, G, Kantowitz, B. H & Roediger III, H. L. (2003). Research methods in psychology (7th ed). Belmont: Thomson Woodsworth.

Ernita, E. W. (2004). Hubungan Persepsi terhadap Kepemimpinan Demokratis Atasan dengan Motivasi Berprestasi Karyawan (Skripsi). Fak. Psikologi Universitas. Sanata Dharma.

Greene, M. B. (2006). Bullying in School: A plea for Measure of Human Rights. Journal of Social Issues. Vol. 62, No. 1, pp. 63-79.

Gultom, J. Kompas. 12 November 2007. Kekerasan di Sekolah, Wajarkah?

Helmi, A. F. & Soedarjo. (1998). Beberapa Perspektif Perilaku Agresi. Buletin Psikologi, Tahun I, No. 2 Desember 1998.

Hurlock. E. B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

http:// www.bullymigas-indonesia.net. Suryanto, Swastioko Budhi. Friday, 25 May (2007). Bullying bikin anak depresi dan bunuh diri.

http:// www.damandiri.or.id. Budi, S. (2007).

http://www.detiknews.com. Indarini, Nurvita. (2007). Banyak Guru Anggap Bullying bukan Masalah Serius.

http://www.depdiknas.go.id. Tarmudji, T. (2001). Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Agresivitas Remaja. Jurnal.

http://www.edgov.com. Modzeleski, Bill. (2007). Exploring the Nature an Prevention of Bullying.

http://www.popsy.wordpress.com. Riauskina (2007). Bullying dalam Dunia Pendidikan (bagian 1).

http://www.psikologi-untar.com. Sri, Triati & Dariyo, Agus. Perbandingan Tingkat Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Paikologi yang Mengalami Pola Asuh Demokratis, Otoriter, dan Permisif.

http://www.kaltimpost.web.id Akhmadianor. (2007). Memaknai Pesan Antibullying.

http://www.media-indonesia.com Tirani, Edwin. (2007). Kekerasan Terhadap Anak Meningkat.

http://www.nobully.org.nz U.S. Departement of Education (2007). Exploring the Nature and Prevention of Bullying.

http://www.republika-online.co.id. Clara. (2004). Menghadapi remaja sekarang, beda (artikel).

http://www.yayasan-amalia.org

Indarini, (2007). Artikel tentang Bullying. Sindo, Mei 2007.

Irwanto, dkk. (1996). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: APTIK. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Istianah, A. Rahman. (2005). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Demokratis Ayah dan Ibu dengan Perilaku Disiplin Remaja. Tesis; Universitas Gajah Mada.

Kartono, Kartini. (1982). Psikologi Anak (Cetakan ke dua). Bandung: Alumni.

Kompas. Artikel tentang Bullying. Juli (2007).

Mash, Eric J., Wolfe, David A. Abnormal Child Psychology. USA: Wadsworth Publishing Company.

Ma, Xin. (2001). Bullying and Being Bullied: To What Extent Are Bullies Also Victims. American Education Research Journal. Summer 2001, Vol. 38, No. 2. pp. 351-370.

Mc Devitt, T. M. & Ormrod, J. E. (2004). Child Development. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Milsom, Amy & Gallo, L. L. (2006). Bullying in Middle Schools: Prevention and Intervention. Journal from National Middle School Association. January 2006. Volume 37. No. 3, pp. 12-19.

Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Neser, Ovens, Merwe, Morodi dan Ladikos. (2002) . Peer Victimisation in Schools: The Victims. University of South America (Departement of Criminology).

Nurdahlena. (2004). Hubungan antara Persepsi Remaja Awal terhadap Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Motivasi Berprestasi (Naskah Publikasi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Pellegrini, A. D. & Bartini, M. (2000). A Longitudinal Study of Bullying, Victimization, and Peer Affiliation During the Transition From Primary School to Middle School. American Educational Reseach Journal. Vol. 37, No. 3, pp. 699-725.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Raskauskas, J. & Soltz, A. D. (2007). Involvement in Traditional and Electronic Bullying Among Adolescent. Developmental Psychology, May 2007 Vol 43, No. 3, pp.564-575.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup (Jilid I). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. Kompas. 12 November (2007). Hukum Rimba dalam Pendidikan.

Suseno, N. E. S. Urutan Kelahiran dan Agresivitas. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Wisjnu, M & Adiyanti, M.G. 1992. Pengaruh Film Televisi terhadap Tingkah Laku Anak Agresif. Jurnal Psikologi No. 1 1-4. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Yayasan Sejiwa. (2008). Bullying, Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan di Lingkungan Anak. Jakarta: Grasindo.

Yuranoa, Feni. (2005). Hubungan antara Pola Asuh Orangtua, Lingkungan Sekolah, dan Inteligensi dengan Kreativitas Verbal Siswa SMS di Surabaya (Tesis). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Subjek 1, CY

NB Wawancara 1, 21 Januari 2008 Kode Analisis

1 T: Bagaimana hubungan anda dengan orang tua anda dan saudara-saudara?

J: Baik, sama mama baik, sama Cy juga baik, sama Ch tu nggak terlalu, sama papa juga nggak terlalu. Kaya misalnya… apa ya.. ya sama mereka tu jauh gitu.. ngerasa nggak cocok aja sama mereka.

LBkel Memiliki relasi yang baik dengan ibu dan adik bungsu. Merasa tidak cocok dengan ayah dan adiknya yang pertama. 5 T: Jauh? Bisa dijelaskan lebih lanjut?

J: Apa ya.. Papa kan kasar.. gitu kan.. kasar banget.. terus Christian apa ya.. Aku bener-bener ngerasa nggak cocok dengan sikap-sikapnya itu. Ya apa ya.. aku ngerasa nggak cocok sama Ch.

LBkel Ayah berperilaku kasar.

10

T: Tadi hubungan dengan ayah anda… ayah kasar.. terus hubungan dengan mama anda gimana?

J: Baik.. lebih dekat.. ya sering cerita.. gitu, kalau ada masalah apa.. cerita.. gitu. Maksudnya.. sebagai tempat sampahnya gitu lho.

Lbkel Subjek dekat dengan ibunya. Sering menceritakan masalah pada ibu.

T: Terus dengan adik-adik anda?

15

J: Ya tadi kan.. ngerasa jauh, nggak enak, aku ngerasa aja nggak cocok sama Ch soalnya Ch itu keras. Kalau aku kerasin, tambah keras.. kalo Cy itu, sama Cy.. dia itu kan, aku keras, dia bisa lembut, jadi aku cocok sama dia.

Lbkel

T: Ch itu adik nomor dua, Cy itu nomor tiga. Terus menurut anda, pola asuh seperti apa yang diterapkan oleh orang tua?

20

J: Apa ya, kalo papa itu.. Jadi dia itu keras dan anak-anaknya itu harus seperti yang diinginkan gitu lho. Intinya sepertinya kok aku ngerasanya seperti jadi bonekanya ciptaannya papa. Gitu, jadi kan..anak-anak ga diberi kebebasan. Ya seperti itu.. kalo

LBkel Ayah keras, otoriter. Ayah mengekang kebebasan anak-anaknya. Ibu cenderung

25

bisa bertanggung jawab gitu. Kamu mempertangungjawabkan apa yang sudah kamu buat. Dia ngajarin gitu, ngadepin hidup. Ngadepin hidup kan.. apa hidup itu..kita juga harus bertanggung jawab kan sama hidup kita.. seperti itu, ya papa ngajarin seperti itu T: Lalu.. bagaimana tanggapan anda terhadap orang tua yang memberikan hukuman secara fisik?

30

J: Nggak senang. Soalnya itu bukan mendidik, tapi malah apa ya.. ngajarin anak untuk lebih keras lagi, jadi lebih kasar lagi. Jadi kan aku berpikir, “Aduh gua ni dirumah udah dikasarin, gini..gini..gini jadi wajar dong diluar bisa dikasarin, gua bisa ngasarin orang.” Seperti itu, jadi ya.. nggak suka aja. Nggak baik banget. Itu kan udah kekerasan kan.. Nggak suka.

Cpkrs Tidak setuju dengan hukuman fisik yang dilakukan oleh orang tua karena dapat ditiru oleh anak.

T: Terus, bagaimana tanggapan anda terhadap kekerasan yang terjadi dalam masyarakat? Misalnya kita tahu ada maling dipukulin.

35 J: Ga setuju.. kan. Main hakim sendiri kan. Pengadilan sudah ada gitu lho, kenapa mereka ngehakimin orang itu, apa mereka juga nggak pernah buat salah, kayak gitu..

Cpkrs

T: Terus, terhadap kasus IPDN itu.. bagaimana tanggapan anda mengenai perploncoan di sekolah-sekolah?

40

45

J: Mm.. gimana ya.. Itu tu kaya ajang balas dendam gitu lho, soalnya, disekolahku juga gitu. Pas aku kelas satu juga, kelas dua kan sudah dihapus. Sampe kelas satu kita. Kaya IPDN gitu, jadi ajang perploncoan. Jadi angkatan atas ngebales dendam kebawahnya, itu kan sama aja.. kan harus.. kan mereka mendidik gitu.. Ya mereka jadi bukan mendidik, jadinya menimbulkan sakit hati dan akhirnya mikirnya “gua bales dendam ni sama dibawahnya..” seperti itu.. ya tetep nggak suka aja, ini kan sekolah, kita masuk untuk menuntut ilmu, tapi kenapa jadi ajang balas dendam, kekerasan. Ya kadang bisa menerima (mengambil) pelajaran lah (dari kasus yang terjadi). Kaya gitu..

Cpkrs Perploncoan merupakan ajang balas dendam karena

menimbulkan sakit hati.

T: Terus kalau.. itu kan perploncoan seperti apa.. tadi kan perploncoan secara.. mungkin nggak terlalu ekstrim ya..

50

J: Ekstrim.. kalau disekolahku dulu ekstrim banget, sampe apa ya.. pukul.. digebukkin, kaya IPDN gitu. Tapi nggak, maksudnya nggak sampai gimana banget. Tapi pernah sampai berdarah-darah juga pernah.. gitu lho.. ya serem.

Di sekolah pernah ada kasus-kasus pemukulan.

T: Kalau menurut anda sendiri yang kasus IPDN, sampai mengakibatkan kematian..

55

J: Ya itu bener-bener sudah kelewatan batas kan. Harusnya mereka mendidik.. ok mungkin cara mereka mendidik militer gitu.. Tapi kalau itu kan sudah diluar batas banget apalagi sampai menghilangkan nyawa orang. Mereka mau nggak kalau mereka yang digitukan.

Cpkrs Kasus penganiayaan tidak mendidik dan sudah melewati batas (kemanusiaan).

T: Ok jadi kalau yang di IPDN itu melanggar batas, bagaimana dengan yang terjadi disekolah anda, menurut anda itu melanggar batas atau sesuatu yang wajar?

60

J: Sebenarnya sih sudah benar-benar melanggar batas. Cuma jadinya kan kaya adat.. budaya.. tradisi yang dilaksanakan bertahun-tahun dan mendarah daging di “X” (SMA subjek), dan sampai sekarang sedikit-sedikitnya masih ada.

Cpkrs

T: Bagaimana sih bentuk intimidasi yang terjadi di sekolah anda?

65

J: Kalau sekolahku, waktu jaman masih kelas satu, asramanya yang aku tahu itu tu sampai ngegebukin.. terus kalau misalnya rapat, rapat bareng, gebukin gitu… terus kalau misalnya ada salah dikit, ditarik ke WC, itu di gebukkin. Gebuk-gebukkan seperti itu, pemukulan-pemukulan seperti itu yang terjadi.

BF Bentuk bullying di sekolah diantaranya penganiayaan Bentuk bullying di sekolah diantaranya penganiayaan secara fisik, dipukuli pada saat rapat, atau di WC sekolah. T: Itu yang terjadi secara fisik, bagaimana yang terjadi secara psikis, secara psikologis,

bentuk lain selain secara fisik?

70

J: Mm.. dihina-hina. Sampai gimana ya.. bener-bener, sampai ada yang keluar sekolah gara-gara nggak tahan gitu, ya banyak.. Tapi sekarang untung sudah nggak seperti dulu lagi, kalau dulu kan bener-bener serem banget, hinaannya itu bener-bener nggak kuat sampai banyak yang keluar sekolah gara-gara hinaan itu.

BVL Bentuk bullying secara verbal yang terjadi yaitu dihina sampai menimbulkan tekanan yang dalam sehingga beberapa korban memilih untuk keluar dari sekolah.

T: Tadi kan nada bentuk secara fisik, terus dihina gitu ya.. ada yang lain? Secara kekerasan atau pelecehan seksual, atau yang lain?

75

J: Setauku sih kalau nggak salah, kan cowok gitu, diiniin lho.. ininya tu gimana ya.. dimasturbasi sama temen-temennya. Dia sendiri dimasturbasi sampai keluar spermanya sama teman-temannya. Dan itu dengan cara kekerasan, jadi dia dibekap terus diitu…

BS Subjek mendengar isu bahwa ada temannya yang menjadi korban pelecehan seksual oleh

teman-temannya. T: Itu sudah biasa atau..

J: Dulu itu sudah biasa, tapi sekarang sudah nggak lagi.. setahuku sih seperti itu Dulu di sekolah subjek kekerasan sudah biasa terjadi, tapi sekarang tidak lagi.

80

T: Kalau tadi secara fisik terus dihina, terus tadi yang apa tadi yang.. secara seksual tadi, itu dilakukan oleh kelompok terhadap satu orang atau bagaimana?

J: Sekelompok terhadap satu orang. Pelaku berkelompok.

T: Dan itu terjadi dalam waktu secara singkat atau dalam waktu yang..

J: E.. singkat, tapi apa ya, misalnya kurun waktunya tu hari ini gitu.. terus muncul laginya beberapa bulan, setelah lupa, bisa muncul lagi.

Frekuensi kemunculan kejadian tidak tetap.

85 T: Terhadap orang yang sama?

T: Kalau misalnya kamu bilang tadi, terjadi terus nanti beberapa waktu kemudian nanti terjadi lagi. Itu pada saat terjadi itu gimana? Apa dia dicari gitu..gimana? Atau tidak sengaja ketemu korban..

Ada beberapa korban mengalami bullying fisik secara bergantian.

90

J: Sengaja dicari kayaknya, dicari-cari kayak gimana caranya supaya orang itu bisa dijadiin korban.

Pyb Alasan bullying dicari-cari oleh pelaku.

T: Terus.. tadi kan ada yang bentuk fisik, terus ada yang dihina secara verbal gitu, terus yang secara seksual tadi. Bagaimana tanggapan anda terhadap masing-masing bentuk indimidasi tersebut?

95

J: Ya itu, tetap nggak suka dan nggak setuju. Karena itu sudah keterlaluan, melecehkan manusia itu..

Crkrs Subjek tidak setuju adanya bullying karena tidak manusiawi. T: Intimidasi yang paling parah menurut anda seperti apa?

J: Apa ya… digebukkin itu. Digebuk-gebukkin itu lah sama temenku, aku ngeliat,

misalnya mereka malam ini digebukkin, walaupun mereka nggak ngomong, tapi besoknya aku ngeliat muka-muka mereka. Biru-biru legam mengerikan gitu.

BF Pengalaman teman subjek yang mengalami bullying fisik.

100 T: Terus, sekarang saya ingin mengetahui intimidasi yang anda alami. Bagaimana pandangan anda terhadap intimidasi yang menimpa anda?

lah rasanya jadi satu. kecewa, dan benci saat menjadi korban bullying.

T: Sebelumnya, bisa diceritakan nggak gimana itu, bagaimana kejadiannya, prosesnya? 105

110

115

J: Waktu itu kan pagi-pagi, aku masuk sekolah. Terus disekolah kan ada papan data. Papan data itu ditulisin, ini cewek umur 17 tahun, masih virgin, nomer HP sekian,, terus apa sih… bayar berapa aja silahkan. Siap pakai gitu.. terus aku tadinya mikirnya, ah mungkin siapa gitu, bukan aku. Tapi aku lihat lagi nomernya, kok aku ingat, kok kayaknya kenal ya..baru aku sadar itu tu nomerku. Tadinya aku.. anak-anak satu kelas semuanya ketawa, terus nggak tahu siapa (yang menulis) terus aku langsung lapor ke BP. Akhirnya ada satu orang temenku, dia ngaku kalau sebenarnya itu dia yang nulis. Dia ngomongnya ke aku karena dia kesal sama aku, dan segala macem pokoknya intinya dia kesal sama aku. Aku sampai bilang, sudah, kalau gini caranya ku pindah sekolah aja. Aku nggak kuat gitu, dia bilang.. akhirnya dia minta maaf gitu dan sampai sekarang ya Puji Tuhan nggak pernah terulang lagi lah, dia nggak pernah ngulang lagi.

BNTL Pengalaman subjek saat menjadi korban bullying. Pelaku menulis di papan pengumuman seolah-olah subjek adalah wanita panggilan (PSK).

T: Pernah nggak anda merasa tertekan oleh perilaku teman-teman anda?

120

125

J: Waktu jaman kelas satu, tempatku sampai benar-benar dijauhin, sama anak-anak. Aku nggak tahu salahku apa pokoknya benar-benar dijauhin banget, disana ada yang

memprovokatori semua, satu kelas gitu, dijauhin banget. Terus.. ya sudah, aku terima terima aja. Terus, waktu masuk kelas dua awal, aku juga merasa dijauhin, tapi mereka nggak ekstrim ngejauhinnya kayak waktu kelas satu dulu, dijauhin.Aku sampe duduk sendirian, satu kelas kemana sendiri aku sampai nggak tahu. Jadi misalnya aku duduk di pojokan sendiri, mereka kumpul sendiri. Aku sampai nggak tahu ada acara apa di kelas. Kalo kelas dua pernah ngerasain juga, cuma nggak sampai ekstrim banget, itu cuma awal-awal kelas dua saja terus akhir-akhirnya nggak pernah lagi, sampai sekarang nggak pernah lagi.

BNTL Waktu kelas 1 subjek mengalami bullying relasional. Pelaku memprovokatori supaya subjek dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya.

T: Jadi dulu tu anda ngerasain bentuknya tu kaya disingkirkan gitu, atau dihindari gitu

J: Iya

T: Selain itu, ada nggak bentuk yang lain? Secara ucapan, atau tindakan yang lain?

130 sudah si, nggak pernah kupikirkan banget, sampai tulisan yang perek itu. Ya itu benar-benar aku bawa masalah itu jadi besar, tak bawa ke BP.

verbal dengan menyindir-nyindir subjek.

T: Sebelumnya terhadap teman anda yang menurut anda memprovokatori, itu anda merasa pernah melakukan kesalahan kepadanya nggak?

135

140

J: Apa ya.. bukan kesalahan sih, gimana ya, sama dia itu, jadi dia tu pernah berusaha, jadi aku sama cowokku yang dulu itu waktu kelas satu, yaitu dia berusaha ngehancurin hubunganku sama cowokku yang dulu. Nggak tahu kenapa, aku juga nggak tahu kenapa, mungkin temenku juga bilang dia emang sirik, atau segala macem aku juga nggak tahu... Berusaha ngehancurin hubungan itu, aku juga marah-marah ke dia, nggak tau itu apa itu kesalahanku atau gimana. Kebawa-bawa sampai kelas dua, sampai dia yang nulisin itu. Kalau bisa mempermalukan aku didepan umum lah.

Pyb Subjek tidak tahu pasti penyebab pelaku melakukan bullying padanya. Subjek mengira penyebabnya adalah subjek pernah memarahi pelaku. Karena itu pelaku ingin membalas dengan mempermalukan subjek. T: Tanggapan teman-teman yang lain?

J: Ya mereka dukung.. dukung (pelaku) istilahnya kan. Maksudnya kan ikut ketawa, ikut gimana.

RolT Teman-teman yang lain

mendukung pelaku dengan ikut menertawakan dan mengucilkan subjek.

T: Terus pernah nggak anda mencoba melawan?

145 J: Mm.. pernah, dulu waktu aku kelas dua kan dia tu, memperlakukan aku tu kayak gimana ya. Tiba-tiba megang-megang nggak jelas, pokoknya aku sudah ngerasa dia ngelecehin. T: Megang-megang misalnya?

150

J: Tangan dia ngerangkul atau gimana, tiba-tiba gimana, meluk-meluk nggak jelas. Ternyata setelah aku tahu sekarang, bukan cuma sama aku, sama teman-teman yang laen juga yang cewek-cewek terutama, sering banget megangin BH orang.. diginiin

(memeragakan menarik BH dari belakang), terus sering banget grepe-grepein (meraba-raba) temen-temenku. Aku juga nggak tahu kenapa, susu (payudara)nya itu dipegang.

BS Subjek pernah berusaha melawan saat pelaku mencoba melakukan bullying secara seksual.

T: Si pelaku ini laki-laki? Pelaku berjenis kelamin

laki-laki.

155

J: He eh.Temenku juga ada, mungkin temenku rasanya biasa ya, tapi kalau aku risih banget, terus pernah dia megang-megang tali Braku, ditarik-tarik gitu, aku bilang “tolong

BS Subjek melawan pelaku dengan mengutarakan keberatannya

kamu sama cewek lain boleh seperti itu tapi sama aku nggak” akhirnya dia diam, dan dia pergi. Aku nggak bisa secara kasar, aku nggak bisa mukul dia, dia kan cowok dan bodinya lebih gede dari aku banget. Jadi aku ya cuma bisa ngomong aja gitu, sampai sekarang ga pernah lagi.

pada pelaku.

160 T: Si pelaku ini sama dengan yang menghina, menyindir itu?

J: Iya.

T: Sama ya, ok itu berarti masuk secara seksual juga ya, pelecehan. Terus secara menghina juga, terus ada lagi? Bentuk yang lain mungkin?

J: Apa ya.. itu aja, mukul sih nggak bisa, nggak pernah mukul. Pelaku tidak pernah melakukan bullying fisik.

165 T: Relasi juga? Dia mempengaruhi teman-teman yang lain gitu?

170

J: Enggak itu sudah beda orang. Dia juga ada mempengaruhi sih, tapi nggak seekstrim waktu kelas satu. Tempatku itu ada geng, tiba-tiba menjauhi aku, pokoknya intinya aku dicampakkan sama mereka, mereka mempengaruhi sekelasku supaya nggak deket-deket sama aku jadi mereka bertampang musuh ke aku. Benar-benar sampai apa ya, aku tu sampai dijauhin banget, nggak dihiraukan banget sebagai warga kelas.. salah satu teman gengku.

BVL Pelaku laki-laki dan pelaku yang melakukan bullying relasional sewaktu subjek kelas 1 SMA adalah orang yang berbeda, yaitu salah satu teman dalam

geng/grup pertemanan. T: Terhadap teman-teman yang se geng ini, apakah anda pernah melakukan kesalahan

terhadap mereka?

175

180

J: Nggak tahu sih, mungkin mereka merasa gimana gitu kan “cewek” kan soalnya, aku

Dokumen terkait