• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

a. Perlu diberikan edukasi pada siswa – siswi pada kelas XII SMA Harapan 1 Medan agar siswa - siswi dapat lebih baik pengetahuannya terhadap infeksi saluran kemih

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi penelitian diperluas, sampel penelitian di perbanyak dan di tambah variablenya misalnya sikap, gejala dan tindakan, sehingga hasilnya bisa lebih baik.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Kemih

2.1.1. Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dalam istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme di dalam urin. Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan mikroorganisme lebih dari 100.000 per mililiter sampel urin porsi tengah, yang dikumpulkan secara benar dan bersih, menunjukkan adanya infeksi. Namun, pada beberapa keadaan mungkin tidak didapati bakteriuria yang bermakna meskipun benar-benar infeksi saluran kemih. Terutama pada pasien yang memberikan gejala, sejumlah bakteri yang lebih sedikit (10000-100000 per mililiter urin porsi tengah) sudah menunjukkan adanya infeksi (Stamm WE. 2001).

Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang di tandain dengan adanya bakteri dalam urin dan pada pemeriksaan biakan mikroorganisme didapatkan jumlah bakteri sebanyak 100.000 koloni per milliliter urin atau lebih yang dapat di sertai dengan gejala – gejala (simtomatik) atau tidak (asimtomatik). Menurut Widayati (2004), Pada pasien dengan simtom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih dari 100.000 per milliliter urin. Penderita wanita adalah yang paling banyak terinfeksi dan setiap wanita diperkirakan akan mengalami gejala – gejala ISK sebanyak 5 kali dalam siklus hidupnya, manakala pada penderita pria, jarang dilaporkan tetapi jika berlaku bisa menyebabkan komplikasi yang serius. Pada umumnya infeksi saluran kemih pada wanita terbatas pada saluran kemih bagian bawah yaitu uretra dan kandungan kemih akan tetapi dapat pula menyebar ke saluran kemih bagian atas sampai ke ginjal. Sebaliknya infeksi yang terjadi pada saluran kemih bagian atas hampir selalu di sertai dengan infeksi saluran kemih bagian bawah (Junizaf, 1994)

2.1.2. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan lokasi anatomi, yaitu :

a. Infeksi saluran kemih bawah

b. Infeksi saluran kemih atas

Presentasi klinis infeksi saluran kemih bawah tergantung dari gender :

a. Perempuan. Sistisis.

Sistisis adalah presentasi klinik infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.

Sindrom uretra akut (SUA).

Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistisis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis bakterialis.

b. Laki-laki.

Presentasi klinis infeksi saluran kemih pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis.

Infeksi saluran kemih atas terbagi menjadi 2, yaitu

a. Pielonefritis akut (PNA)

Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.

b. Pielonefritis kronis (PNK)

Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik (Sukandar, 2006).

2.1.3 Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Pada keadaan normal urin adalah steril.Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negatif.Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ),Klebsiella pneumoniadanPseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan.Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukanProteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas(Lumbanbatu, S.M., 2003)

2.1.4. Gejal Klinis

Presentasi klinis ISK bawah:

a. Sistitis

Adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Presentasi klinis sistitis adalah seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria.

b. SUA

Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan mikroorganisme(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria, sering kencing, leukosituria.

Presentasi klinis ISK atas:

a. PNA

Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi (39.5-40.5), disertai menggigil dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.

b. PNK

Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan vesikoureter refleks dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal (Sukandar, 2006).

2.1.5. Patogenesis dan Sumber Infeksi.

Saluran kemih harus dilihat sebagai satu unit anatomi tunggal berupa saluran yang berkelanjutan mulai dari uretra sampai ginjal.Pada sebagian besar infeksi, bakteri dapat mencapai kandung kemih melalui uretra.Kemudian dapat diikuti oleh naiknya bakteri dari kandung kemih yang merupakan jalur umum kebanyakan infeksi parenkim renal (Stamm WE. 2001).

Introitus vagina dan uretra distal secara normal dialami oleh spesies-spesies difteroid, streptokokus, laktobasilus, dan stafilokokus, tapi tidak dijumpai basil usus gram negatif yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Namun, pada perempuan yang mudah mengalami sisitis, didapatkan organisme usus gram negatif yang biasa terdapat pada usus besar pada intortius, kulit periuretra, dan uretra bagian bawah sebelum atau selama terjadi bakteriuria.

Pada keadaan normal, bakteri yang terdapat dalam kandung kemih dapat segera hilang.Sebagian karena efek pengenceran dan pembilasan ketika buang air kecil tapi juga akibat daya antibakteri urin dan mukosa kandung kemih.Urin dalam kandung kemih kebanyakan orang normal dapat menghambat atau membunuh bakteri terutama karena konsentrasi urea dan osmolaritas urin yang tinggi.Sekresi prostat juga mempunyai daya antibakteri.Leukosit polimorfonuklear dalam dinding kandung kemih tampaknya juga berperan dalam membersihkan bakteriuria.

Keadaan-keadaan yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran kemih, yaitu :

1. Jenis kelamin dan aktivitas seksual.

berakhir dibawah labia.Pijatan uretra, seperti yang terjadi selama hubungan seksual menyebabkan masuknya bakteri kedalam kandung kemih dan hal yang penting dalam patogenesis infeksi saluran kemih pada perempuan muda.Buang air kecil setelah hubungan seksual terbukti menurunkan resiko sistisis, mungkin karena tindakan ini meningkatkan eradikasi bakteri yang masuk selama hubungan seksual.

2. Kehamilan.

Kecenderungan infeksi saluran kemih bagian atas selama kehamilan disebabkan oleh penurunan kekuatan ureter, penurunan peristaltik ureter, dan inkompetensi sementara katup vesikoureteral yang terjadi selama hamil.

3. Sumbatan.

Adanya halangan aliran bebas urin seperti tumor, striktura, batu atau hipertrofi prostat yang menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan frekuensi infeksi saluran kemih yang sangat tinggi. Super infeksi pada sumbatan saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal yang cepat.

4. Disfungsi neurogenik kandung kemih.

Gangguan saraf yang bekerja pada kandung kemih, seperti pada jejas korda spinalis, tabes dorsalis, multipel sklerosis, diabetes, atau penyakit lain dapat berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Infeksi dapat diawali oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih dan didukung oleh stasus urin dalam kandung kemih untuk jangka waktu yang lama.

5. Refluks vesikoureteral.

Keadaan ini didefinisikan sebagai refluks urin dari kandung kemih ke-ureter dan kadang sampai pelvis renal.Hal ini terjadi selama buang air kecil atau dengan peningkatan tekanan pada kandung kemih.Refluks vesikoureteral terjadi jika gerakan retrograd zat radio opak atau radioaktif dapat ditunjukkan melalui sistouretrogram selama buang air kecil.Gangguan anatomis pertemuan vesikoureteral menyebabkan refluks bakteri dan karena itu terjadilah infeksi saluran kemih.

6. Faktor virulensi bakteri.

Faktor virulensi bakteri mempengaruhi kemungkinan strain tertentu, begitu dimasukkan ke dalam kandung kemih, akan menyebabkan infeksi traktus urinarius. Hampir semua strainE.coliyang menyebabkan pielonefritis pada pasien dengan traktus urinarius normal secara anatomik mempunyai pilus tertentu yang memperantarai perlekatan pada bagian digaktosida dan glikosfingolipid yang ada di uroepitel. Strain yang menimbulkan pielonefritis juga biasanya merupakan penghasil hemolisin, mempunyai aerobaktin dan resisten terhadap kerja bakterisidal dari serum manusia.

7. Faktor genetik.

Faktor genetik pejamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi urinarius.Jumlah dan tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri dapat menempel dan dapat ditentukan, setidaknya sebagian, secara genetik (Stamm WE. 2001).

2.1.6. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih

Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).

1. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)

Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disiase) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.

2. Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated) - Infeksi saluran kemih selama kehamilan

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari suatu penginderaan terhadap sesuatu objek yang terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan merupakan doman yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 2003).

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam dan sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu, dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Faktor Umur.

Umur seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan dalam hal pemahaman terhadap informasi yang ada dan semakin bertambah usia seseorang maka pengetahuan juga semakin bertambah.

2. Faktor Pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah untuk seseorang menerima informasi tentang suatu objek atau terkait dengan pengetahuan.

3. Faktor Pekerjaan.

Pekerjaan seseorang sangat mempengaruhi terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu objek.

4. Faktor Pengalaman.

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang itu tentang suatu, semakin bertambah pengetahuan tentang hal tersebut.

responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai objek kajian

b. Mempunyai metode pendekatan

c. Bersifat universal (mendapat pendekatan secara umum) .

Perjalanan manusia menuju pengetahuan yang sempurna merupakan suatu usaha manusia yang terus-menerus, tidak mengenal lelah, dan pantang mundur selama berabad-abad.Ini disebabkan oleh dua dorongan manusia yang kuat.Pertama ialah usaha manusia untuk memperbaiki hidupnya dengan menaklukkan fenomena alam.Dorongan kedua ialah hasrat manusia untuk mengerti dan menerangkan segala sesuatu di sekelilingnya. Dengan mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman selama perjalanan sejarah, manusia menemukan jalan untuk pendekatan kebenaran,(Notoadmodjo ,2003).

2.2.1. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Dalam konferensi UNESCO di Melbourene, Australia, tahun 1998, para ahli pendidikan mengemukakan bahwa bidang yang pertama kali dilakukan dari empat bidang belajar yang penting adalah belajar untuk mengetahui (learning to know). Untuk belajar, pertama-tama manusia membutuhkan persepsi yang terjadi melalui pancaindera. Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima pancaindera, kemudian stimulus diantar ke otak yang selanjutnya dikode dan diartikan hingga mengakibatkan pengalaman yang disadari. Setelah manusia mengetahui dunia melalui persepsi, kemudian mereka akan bertindak (Maramis, W.E. 1990)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dpat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Dengan kata lain, sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.Penelitian-penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse(NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua (Purnomo, 2009).

Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria. Namun, pada masa neonatus ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah ISK pada anak perempuan 3%, sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8% (Purnomo, 2009).

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktek umum. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Infeksi saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated type) jarang dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik walaupun sering mengalami ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi (complicated type) terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (Sukandar, 2007).

Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan

laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan kecuali disertai faktor predisposisi. Faktor predisposisi ISK merupakan faktor pencetus yang dapat menyebabkan ISK sepert litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, diabetes mellitus, nefropati analgetik, senggama, kehamilan, dan kateterisasi (Sukandar, 2007).

Sekitar 7 juta kasus sistitis akut dan 250.000 kasus pielonefritis akut terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, mengakibatkan lebih dari 100.000 rawat inap. Biaya langsung yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan ISK telah diperkirakan lebih dari $ 2,5 miliar per tahun di Amerika Serikat. Setelah usia 1 tahun sampai sekitar usia 50 tahun, ISK umumnya menyerang kaum wanita. Dari usia 5-14 tahun, kejadian bakteriuria adalah 1,2% pada wanita dan 0,03% pada pria. Wanita yang berusia antara 15-24 tahun, sebesar 1%-5% pasti pernah mengalami bakteriuria, kejadian meningkat sebesar 1%-2% untuk setiap dekade hidup (Koda Kimble et al., 2009).

Gambaran klinis ISK mempunyai spektrum yang sangat luas, dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan, sampai ISK dengan komplikasi. ISK baik yang asimptomatik maupun yang ringan jika tidak ditangani secara dini dan tepat dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, sepsis, bahkan kematian. ISK pada anak-anak jika tidak diterapi secara dini dan tepat dapat menimbulkan sekuele seperti pembentukan jaringan parut pada ginjal, hipertensi, gagal ginjal dan komplikasi selama kehamilan. Hal ini terutama sering terjadi pada Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dimana ISK ini sering luput dari diagnosis (Bircan 2002). Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh jamur atau virus. Sehingga pengobatan yang utama pada ISK adalah antibakteri (Sjahrurrachman et al., 2004)

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Golongan siswa/siswi SMA, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Tingkat Pengetahuan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada siswa/siswi SMA Harapan 1 Medan”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada siswa/siswi SMA Harapan 1 Medan ?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih pada siswa - siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang definisi infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

2. Untuk mengetahui pengetahuan tentang faktor resiko Infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

3. Untuk mengetahui pengetahuan tentang gejala infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

4. Untuk mengetahui pengetahuan tentang penyebab terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

5. Untuk mengetahui pengetahuan tentang pengobatan infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

6. Untuk mengetahui pengetahuan tentang pencegahan infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa – siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk

1.4.1 SMA Harapan 1

1. Mengetahui berapa banyak siswa - siswi nya yang mengetahui tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK) secara umum.

2. Memotivasi sekolah untuk memberikan edukasi dan informasi tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK), pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan sebagainya.

3. Siswa/siswi SMA Harapan ikut serta melakukan usaha pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK).

1.4.2 Masyarakat :

1. Masyarakat mengetahui akibat dari Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan mampu mencegah terjadinya (ISK).

2. Masyarakat mengetahui pentingnya edukasi dalam mengatasi Infeksi Saluran Kemih (ISK).

3. Masyarakat Ikut serta dalam melakukan usaha pencegahan terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK).

1.4.3 Peneliti :

1. Untuk memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

2. Untuk menerapkan ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapati selama pendidikan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang di tandai dengan adanya mikroorganisme di dalam urin. Penyakit infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang tertinggi setelah infeksi saluran pernafasan dan dilaporkan 8,3 juta kasus per tahun, dari data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% perempuan dewasa mengalami infeksi saluran kemih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih (ISK) pada siswa-siswi SMA yang bersekolah di SMA Harapan 1 Medan tahun ajaran 2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu, subjek diukur sekali saja dalam kurun waktu yang bersamaan. Jumlah sample penelitian yang diambil 85 orang, pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang infeksi saluran kemih Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 19.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan infeksi saluran kemih pada siswa-siswi kelas XII SMA Harapan 1 Medan tahun ajaran 2013/2014 dalam kategori sedang (67,1%).

ABSTRACT

Urinary tract infection is a condition marked with microorganism in urine. It is the second-highest infection after respiratory tract infection with 8.3 million cases reported per year. Epidemiology shows that 25-35% female adults were suffering UTI.

The aim of this study is to find out knowledge level of UTI in Harapan 1 High School students year 2013/2014.

This desearch is a descriptive study with cross sectional design. Subject was measured once at the same time. The amount of sample in this study is 85 students’ Data were obtained from 10-questioned questionnaire about UTI. Then, data were analyzed using SPSS.

The result of this study shows that knowledge level of UTI in high school students is moderate (67.1%)

TINGKAT PENGET SISWA-SISWI KEL

UNIVER

PENGETAHUAN INFEKSI SALURAN KEM I KELAS XII SMA HARAPAN 1 MEDAN

AJARAN 2013-2014

Oleh:

MUFTI MUHAMMAD 100100374

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

KEMIH PADA DAN TAHUN

TINGKAT PENGET SISWA-SISWI KEL

“Karya Tulis Ilmiah ini d

UNIVER

PENGETAHUAN INFEKSI SALURAN KEM I KELAS XII SMA HARAPAN 1 MEDAN

AJARAN 2013-2014

ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mempe Sarjana Kedokteran”

Oleh:

MUFTI MUHAMMAD 100100374

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

KEMIH PADA DAN TAHUN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Tingkat Pengetahuan Infeksi Saluran Kemih Pada Siswa – Siwi Kelas XII SMA Harapan 1 Medan Tahun Ajaran 2013-2014

Nama :Mufti Muhammad

NIM :100100374

Pembimbing Penguji I

(dr. Bungaran Sihombing Sp.U) (dr. Alya Amila Fitrie, Sp.PA. M.Kes) Penguji II

(dr. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT)

Medan, 28 Desember 2013 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang di tandai dengan adanya

Dokumen terkait