• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

a. Bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan diharapkan tetap mencari informasi mengenai seks bebas sehingga lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai seks bebas.

b. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan lembaga kesehatan untuk mengadakan seminar mengenai bahaya seks bebas dalam upaya peningkatan pengetahuan mengenai seks bebas.

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan sampel, dan diharapkan menambah variabel yang lain, seperti sikap serta tindakan mengenai seks bebas.

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1. Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Desminta, 2005).

Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa yang mengandung perubahan besar baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Masa remaja dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi) (Papalia, Ols, Feldman, 2008).

Masa remeja dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (early adolescence) usia 10 sampai dengan 13 tahun, remaja menengah (middle adolescence) usia 14 sampai dengan 16 tahun, remaja akhir (late adolescence) usia 17 sampai dengan 20 tahun (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).

Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

Remaja secara psikologis adalah suatu periode antara awal pubertas dan akhir pertumbuhan badan. Pubertas adalah fase dimana untuk pertama kali alat reproduksi seksual individu mulai berfungsi. Wanita memasuki masa pubertas ketika mulai menstruasi, laki-laki memasuki masa pubertas ketika mulai memproduksi sperma. Kejadian ini muncul antara usia 11 sampai 14 tahun. Sedangkan akhir dari pertumbuhan antara usia 16 sampai 17 tahun pada wanita dan 18 sampai 20 tahun pada laki-laki (Pilliterri, 2003).

5

Seorang anak ketika tumbuh dan berkembang menuju tahap remaja, mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Sayang, pada saat terjadinya proses perubahan status ini banyak remaja kurang mendapat perhatian dan pengarahan yang baik dari orangtua remaja sehingga terombang-ambing. Patut dipahami bahwa pada masa transisi, seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah sekali terkena bermacam-macam isu, baik isu positif maupun isu negatif (Surbakti, 2001).

Remaja seringkali menyatakan identitasnya dengan berbagai hal untuk membedakannya dengan komunitas lain. Dengan demikian, remaja dapat dikenali secara mudah dari sisi psikis, fisik, aktivitas, kapasitas, kapabilitas, gagasan, angan-angan, mimpi-mimpi, potensi, energi, kekhawatiran, gairah, pergolakan, dan kerentanan remaja. Itulah dunia remaja, dunia yang dipenuhi berbagai gejolak harmoni dan pertentangan (Surbakti, 2001).

2.1.2. Perkembangan Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), tahap perkembangan remaja meliputi tiga tahap, yaitu :

a. Masa remaja awal (10-13 tahun), merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang.

b. Masa remaja pertengahan (14-16 tahun), pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, dan gairah seksual sudah mencapai puncak sehingga mereka cenderung mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.

c. Masa remaja lanjut (17-20 tahun), pada masa remaja lanjut sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

6

Masa remaja merupakan masa peralihan dan ditandai dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek. Adapun aspek-aspeknya meliputi aspek fisik, emosional, psikososial, intelektualitas, moral, dan psikoseksual.

2.1.2.1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik selama masa remaja terjadi peningkatan berat badan pada laki-laki sebesar 7-30 kg dan 7-25 kg pada wanita. Tinggi badan juga terjadi penambahan 10-30 cm pada laki-laki dan 5-20 cm pada wanita. Pada masa pubertas wanita lebih tinggi 3-5 cm daripada laki-laki, hal ini disebabkan karena pertumbuhan tinggi badan wanita terjadi dua tahun lebih awal daripada laki-laki dan peningkatan tinggi badan akan terhenti setelah 3 tahun dari haid pertama perempuan (Stanhope & Lancster, 2000).

Masa pubertas ditandai adanya karakteristik perkembangan seks, yaitu seks primer dan seks sekunder. Pada perkembangan seks primer organ-organ reproduksi pada wanita dan pada laki-laki akan mengalami kematangan. Pada perkembangan seks sekunder akan terjadi pematangan pada organ reproduksi, pematangan otot, payudara, dan rambut pada seluruh tubuh (Kozier at al, 2004).

2.1.2.2. Perkembangan Emosional

Masa remaja selalu berhubungan dengan gejolak emosional yang belum stabil. Ada keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi yang dibawa sewaktu kanak-kanak. Emosi remaja dapat dikenali dari berkembangnya perasaan atau emosi baru seperti cemburu, romantisme, cinta, sedih, dan perasaan kesepiaan (Surbakti, 2001).

2.1.2.3. Perkembangan Psikososial

Pada masa remaja dorongan seksual muncul dengan kuat dan bentuk wajah remaja mulai mengarah menuju bentuk dewasa. Perubahan fisiologis ini diikuti oleh perubahan psikologis remaja, yaitu berkembangnya mental remaja (Surbakti, 2001).

7

2.1.2.4. Perkembangan Intelektualitas

Perkembangan intelektualitas remaja dalam berbagai bidang pemikiran dan perasaan berjalan pesat sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam bidang seni,sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan normal membuat remaja mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alernatif dan memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Remaja berfokus dengan berpikir secara abstrak dan berhipotesis (Surbakti, 2001).

2.1.2.5. Perkembangan Moral

Bagi remaja moralitas yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain, saudara, teman, masyarakat, menaati peraturan, menjaga ketertiban umum, dan lain sebagainya (Surbakti, 2001).

2.1.2.6. Perkembangan Psikoseksual

Menurut Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual remaja berada pada tahap genitalia. Pada tahap ini fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan jenis dan energi seksual diaarahkan kepada organ genitalia. Berdasarkan psikoanalisa Freud tahapan genital akan berlangsung mulai masa pubertas sampai meninggal dunia. Jika fase pragenital berhasil dilewati dengan baik maka fase genital akan dilalui dengan baik, tetapi jika fase pragenital mengalami masalah maka tahapan genital akan sukar dilalui (Surbakti, 2001).

2.2. Seks Bebas

2.2.1. Pengertian Seks Bebas

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Budi Rajab, 2007).

8

Menurut Mutadin (2002), pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut :

1. Berkencan

2. Berpegangan tangan 3. Mencium pipi 4. Berpelukan 5. Mencium bibir

6. Memegang buah dada 7. Memegang alat kelamin 8. Melakukan senggama

Perilaku seks bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia (Surbakti, 2001).

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan faktor-faktor yang menimbulkan masalah seksualitas remaja menurut Sarwono (1997), yaitu :

1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual remaja.

9

2) Penundaan usia perkawinan karena adanya undang-undang yang membatasi usia perkawinan dan karena adanya norma sosial yang semakin menuntut persyaratan yang tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

3) Adanya norma-norma agama di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecerendungan untuk melanggar larangan-larangan tersebut.

4) Semakin meningkatnya pelanggaran oleh karena penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan teknologi yang semakin canggih.

5) Orang tua sendiri, karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan dan ketidakterbukaan mengenai perilaku seks terhadap anak.

6) Pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita akibat makin sejajarnya kedudukan pria dan wanita.

2.2.2. Dampak Seks Bebas

Perilaku seks bebas di kalangan remaja akan menimbulkan manifestasi pada remaja itu sendiri. Dampak merugikan yang berkaitan terhadap perilaku seks bebas ini menurut BKKBN (2008) meliputi :

a. Masalah penyakit menular seksual b. Kehamilan tidak diinginkan

c. Putus sekolah

A.Masalah Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual. Kontak ini tidak terbatas pada hubungan vaginal tetapi juga termasuk di dalamnya kontak oral-genital dan anal-genital. Penyakit menular seksual merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat (Nevid, 1995).

10

Menurut Santrock (2003) penyakit menular seksual meliputi :

a. Gonnorhea.

Gonnorhea adalah penyakit menular seksual yang sering disebut dengan kencing nanah atau GO. Disebabkan oleh bakteri gonococcus, berkembang di selaput lendir mulut, tenggorokkan, vagina, leher rahim, saluran kencing dan sistem anal. Laki-laki memiliki kemungkinan sebesar 10% untuk terinfeksi dibandingkan perempuan memiliki kemungkinan dari 40% untuk terinfeksi setiap kali terpapar karena luasnya selaput lendir permukaan vagina.

b. Sifilis.

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri

Treponema pallidum. Bakteri dapat ditularkan melalui kontak penis-vagina,

oral-genital, atau anal. Dapat juga ditularkan oleh ibu hamil ke janin yang dikandungnya setelah usia kandungan mencapai empat bulan. Sifilis terjadi dalam empat tahap, meliputi tahap primer, sekunder, laten, dan tertier.

c. Chlamydia.

Chlamidya adalah penyakit menular seksual yang paling umum, disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang menyebar melalui kontak seksual dan menyerang organ genitalia laki-laki dan perempuan. Penyakit ini sangat menular dan perempuan memiliki kecerendungan 70% untuk tertular ketika melakukan hubungan seks, laki-laki memiliki kecerendungan sekitar 25%-50%.

d. Herpes Genitalis

Herpes genitalis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh sejumlah virus yang dapat menyebabkan berbagai akibat, termasuk penyakit menular nonseksual, seperti cacar air dan mononucleosis. Sekitar 75% individu yang berhubungan dengan pasangan yang sudah terinfeksi akan menghidap herpes.

11

e. AIDS

AIDS adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh suatu virus,

human immunodeficiency virus (HIV), yang menyerang sistem kekebalan

tubuh. Kemunculan AIDS terhitung tinggi terutama di antara orang-orang latin dan Afrika-Amerika di Amerika Serikat (Mays, 1991).

Media penularan HIV dapat melalui cairan sperma, cairan vagina,dan darah. Yang termasuk golongan beresiko tinggi untuk terinfeksi HIV adalah orang yang menganut seks bebas (gonta-ganti pasangan), penderita yang sering melakukan transfusi darah, bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita HIV+, dan pemakai jarum suntik bersama/bergantian. Cara penularan yang paling sering adalah melalui kontak seksual (Zein, 2006).

Menurut Muma dan Borucki (1997), kegiatan atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan sering dihubungkan dengan infeksi HIV adalah hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual lain yang berpotensi menyebabkan seseorang terinfeksi HIV. Kegiatan seksual yang berpotensi menimbulkan terjadinya HIV antara lain :

a. Anilungus : menginduksi hubungan intim pada daerah anal dengan

menggunakan lidah.

b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris

dengan menggunakan lidah (resiko tinggi terutama saat menstruasi). c. Fellatio : menginduksi hubungan intim didaerah genitalia pria

dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut).

d. Fisting : memasukkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan bawah

kedalam rectum atau vagina.

e. Urolagnia : menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan

urin ke kulit (lebih berisiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral, vagina, dan rektum).

12

f. Memakai benda-benda seks pada rektum dan vagina : memasukkan

sex toys pada rectum dan vagina dapat menyebabkan robekan pada

mukosa, dimana luka yang terjadi dapat menjadi jalan masuk bagi virus.

B. Kehamilan Tidak Diinginkan

Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak meinginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2003).

Menurut BKKBN (2008), lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun dilakukan oleh tenaga ahli tindakan aborsi masih menyisahkan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu, apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak professional.

Terdapat banyak alasan bagi seorang perempuan tidak menginginkan kehadiran seorang anak dalam hidupnya pada saat tertentu. Menurut Mohamad (1998) ada beberapa alasan yang membuat kehamilan tidak diinginkan, yaitu :

a. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.

b. Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan.

c. Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang berat. d. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual diluar nikah.

13

C. Putus Sekolah

Putus sekolah adalah seseorang yang meninggalkan sekolahnya sebelum tamat,berhenti dari sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah (Alwi, Hasan, 2007).

Putus sekolah merupakan masalah penting yang dihadapi dunia pendidikan, berbagai alasan yang menyebabkan seseorang tidak dapat melanjutkan sekolah antara lain karena biaya tidak terjangkau, lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal, atau karena tidak mampu melanjutkan sekolah (Ali & Asrori, 2008).

2.2.3 Pendidikan Seks

2.2.3.1 Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks,naluri dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami masalah tersebut (Ulwan, 1992).

Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang diizinkan serta bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (Sarlito, 1994).

2.2.3.2. Materi Pendidikan Seks

Menurut BKKBN (2008) materi pendidikan seks yang dibicarakan di kalangan remaja adalah sebagai berikut:

1. Tumbuh kembang remaja

Tumbuh ialah tahap perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh. Tumbuh kembang remaja ialah tahap perubahan fisik dan psikologi remaja.

14

2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja, terdiri dari:

a. Faktor bawaan, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang diturunkan dari kedua orangtuanya.

b. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang berasal dari luar seseorang seperti lingkungan keluarga, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Hal-hal yang perlu diketahui remaja pada saat awal masa tumbuh kembangnya, yaitu:

1) Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual maupun orientasi seksual.

2) Pubertas

Masa pubertas adalah masa di mana seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan psikis.

3) Mimpi basah

Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat sedang tidur, dan umumnya terjadi pada saat mimpi tentang seks. 4) Menstruasi

Mentruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah yang terjadi secara periodik dan berkala.

5) Organ reproduksi

a. Organ reproduksi wanita meliputi : ovarium, tuba falopii,

fimbrae, uterus, cervix uteri, vagina.

b. Organ reproduksi pria meliputi : penis, glans, uretra, vas

deferens, epididimis, testis, scrotum, kelenjar prostat, vesikula seminalis.

15

Pada akhirnya, semua cara yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan seks tersebut bergantung pada setiap orangtua (Dianawati, 2006).

2.2.3.3. Tujuan Pendidikan Seks

Menurut Mutadin (2002), pendidikan seksual bertujuan untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugerah Tuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain :

a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab).

c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi.

d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual

f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.

g. Untuk mengurangi prositusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

16

h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, Soekidjo, 2003).

2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Heri Maulana, 2009).

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

17

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat ditujukan sebagai aplikasi dalam penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

18

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin tinggi pendidikannya, seseorang akan cenderung mendapatkan banyak informasi, baik dari orang lain maupun media massa.

b. Pelatihan

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal atau pelatihan, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pelatihan yang diharapkan agar seseorang dengan adanya pelatihan, dapat menjadi lebih mahir dalam menjalankan tugasnya. Pelatihan dimaksudkan agar memori otak manusia mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh.

c. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja akhir-akhir ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang seks yang baik dan benar. Banyak remaja hanya mengetahui pendidikan seks dari penjelasan teman, buku-buku porno, serta penjelasan yang kurang jelas dari orangtua. Semua pengetahuan yang kurang lengkap ini, justru membuat banyak remaja dapat terjerumus kedalam seks bebas (Dianawati, 2006).

Adapun dampak negatif dari seks bebas ini meliputi perkawinan usia muda

Dokumen terkait