• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jericho Alberto Samosir Tempat / Tanggal Lahir: Medan / 14 Januari 1994

Agama : Kristen

Alamat : Jalan T. Bahagia Raya No.188 Medan Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Katolik Santo Paulus Medan (2000-2006) 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 45 Medan (2006-2009) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2009-2012)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang) Riwayat Organisasi :

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Jericho Alberto Samosir, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas. Dalam penelitian ini, saya akan membagikan kuesioner kepada siswa-siswi SMA N 1 Medan.

Sehubung dengan penjelasan di atas, saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saudara/i diharapkan bersedia mengisi kuesioner yang saya sertakan dengan cara menandatangani Surat Persetujuan. Setelah pengisian kuesioner selesai, saya akan memberikan souvenir kepada Saudara/i berupa makanan ringan (snack) sebagai tanda terima kasih.

Penelitian ini bersifat sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Data yang terkumpul akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Bila data dipublikasikan, kerahasiaannya tetap akan dijaga. Bila Saudara/i memiliki pertanyaan maka dapat menghubungi saya dengan nomor 081260330812.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(3)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan (lingkari salah satu) Kelas :

Menyatakan bahwa :

Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015”. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Medan, 2015

Peneliti, Partisipan

(4)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja

SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Pengetahuan Remaja

I. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda checklist ( √ ) sesuai dengan pendapat anda :

1. Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik antara pria dan wanita.

Benar

Salah

2. Penyakit menular seksusal hanya terjadi pada orang yang sering berganti-ganti pasangan.

Benar

Salah

3. Menarik perhatian lawan jenis adalah salah satu bentuk dari perilaku seksual.

Benar

Salah

4. Salah satu faktor yang mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual adalah rasa keingintahuan.

Benar

Salah

5. Faktor eksternal (di luar diri seseorang) yang sangat mempengaruhi perilaku seksual adalah berkembangnya organ seksual.

(5)

6. Akibat dari perilaku seksual yang menyimpang akan dapat menimbulkan penyakit Hemofilia dan Hepatitis B.

Benar

Salah

7. Salah satu dampak dari segi psiko-sosial yang diakibatkan karena

melakukan perilaku seksual yang menyimpang adalah terjadinya euphoria atau perasaan bahagia.

Benar

Salah

8. Apakah menurut anda, berdandan, melirik, merayu dan menggoda, merupakan salah satu dari bentuk perilaku seksual yang menyimpang ?

Benar

Salah

9. Ovarium,tuba falopii,fimbrae,uterus,dan cervix merupakan organ reproduksi pada pria.

Benar

Salah

10. Uretra,vas deferens,epididimis,scrotum,dan testis merupakan organ reproduksi pada wanita.

Benar

Salah

II. Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pilihan ganda berikut ini ! 1. Masa pubertas pada remaja laki-laki biasanya ditandai dengan…

a. Menstruasi

b. Membesarnya pinggul c. Mimpi basah

2. Peristiwa keluarnya darah dari vagina secara teratur yang bersifat alamiah disebut… a. Menstruasi

b. Masturbasi c. Mimpi basah

3. Penularan penyakit seksual seperti HIV/AIDS disebabkan oleh, kecuali…\ a. Berganti-ganti pasangan dengan hubungan seksual

(6)

4. Dampak dari pergaulan bebas pada remaja saat ini akan menyebabkan di bawah ini,kecuali…

a. Kehamilan yang tidak diinginkan b. Penyakit menular seksual

c. Kemandulan

5. Di bawah ini merupakan penyakit menular seksual, kecuali… a. Klamidia

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

YSMS 17 XII P 12 B

DLP 17 XII P 10 S

MHP 16 XII P 10 S

NAZ 16 XII P 10 S

AF 16 XII P 10 S

MRL 18 XII L 11 S

RAS 17 XII L 12 B

PL 16 XII P 10 S

JAS 17 XII L 11 S

SAH 16 XII P 13 B

BA 17 XII P 12 B

CA 17 XII P 12 B

KTA 17 XII P 13 B

CN 16 XII P 12 B

EFNR 16 XII L 11 S

FG 16 XII L 9 S

MH 17 XII P 9 S

HA 17 XII L 11 S

GZHR 17 XII P 10 S

DA 17 XII P 12 B

RAP 16 XII L 12 B

(15)

Lampiran 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(16)

DISTRIBUSI TINGKAT PENGETAHUAN

Tingkat Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 211 63.9 63.9 63.9

Baik 119 36.1 36.1 100.0

Total 330 100.0 100.0

TABULASI SILANG TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN USIA

Usia * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total Sedang Baik

Usia 14-16 Count 168 89 257

% within Umur 65.4% 34.6% 100.0%

17-20 Count 43 30 73

% within Umur 58.9% 41.1% 100.0%

Total Count 211 119 330

(17)

TABULASI SILANG TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN JENIS KELAMIN

JenisKelamin * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total Sedang Baik

JenisKelamin laki-laki Count 88 58 146

% of Total 26.7% 17.6% 44.2%

perempuan Count 123 61 184

% of Total 37.3% 18.5% 55.8%

Total Count 211 119 330

% of Total 63.9% 36.1% 100.0%

TABULASI SILANG TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KELAS

Kelas * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total Sedang Baik

Kelas X Count 77 33 110

% of Total 23.3% 10.0% 33.3%

XI Count 65 45 110

% of Total 19.7% 13.6% 33.3%

XII Count 69 41 110

% of Total 20.9% 12.4% 33.3%

Total Count 211 119 330

(18)
(19)
(20)
(21)

31

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2008. Pendidikan Seksual Pada Remaja. Diperoleh dari : http://www.ilmupsikologi.com [diakses pada 20 April 2015]

Alwi, Hasan, 2007. KBBI, edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

BKKBN, 2008. Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis

Remaja. Diperoleh dari :

http://www.prov.bkkbn.go.id/riau/article_detail.php?aid=46 [diakses pada 5 April 2015]

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.,2004. Adolescence. In : Nelson

Textbook of Pediatric. 17th ed. Philadelpia : Saunders.

Da Ros, C.T., Silva Schmitt, C., 2008. Global Epidemiology of Sexually Transmitted

Disease. DOI: 10.1111/j.1745-7262.2008.00367.x

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Rosdakarya.

Dianawati, 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Depok : PT. Kawan Pustaka. Hurlock, E.B., 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat, 1983. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT.

Gramedia.

Kozier, et al, 2004. Fundamental of Nursing Conceps Process and Practice. 7th ed. USA : Pearson Prentice Hall.

Maulana, Heri, 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Kedokteran.

Mohammad Ali, & Mohammad Asrori, 2010. Psikologi Remaja: Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Muma, R.D. & Borucki, M.J., 1997. Cara Transmisi HIV. Dalam : Muma, R.D., Lyons, B.A., Borucki, M.J., Pollard, R.B., ed. HIV : Manual Untuk Tenaga

(22)

32

Mutadin, Z., 2002. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Papalia, D.E, Ols, S.W., Feldman, R.D., 2004. Human Devolepment. 90th ed. New York : Mc. Grow-Hill Companies.

Pilliteri, A., 2003. Maternal and Child Health Nursing : Care of The Childbearing

Family. 4th ed. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins.

Rajab, Budi. 2007. Psikologi Remaja. Diperoleh dari : http://www.e-psikologi.com. [diakses pada 20 April 2015]

Riskesdas, 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI. Diperoleh dari :

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku-laporan/lapnas_riskesdas2010.pdf [diakses pada 25 Mei 2015]

Santelli, et al, 2003. The Measurement and Meaning of Unintended Pregnancy.

Perspectives on Sexual and Reproductive Health. 38(2) : 106-111.

Santrock, John W., 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. 6th ed. Jakarta: Erlangga.

Sarlito, Wirawan, 1994. Psikologi Remaja. Bandung : PT. Rosdakarya. Sarwono, 1997. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Soetjiningsih, 2004. Aborsi dan Pergaulan Bebas Remaja yang Mengkhawatirkan. Diperoleh dari : http://www.ugm.ac.id [diakses pada 25 Juni 2015]

Stanhope, Jeanette Lancaster, 2000. Community and Public Nursing. 6th ed. Michigan University : Mosby.

Surbakti, 2001. Perkembangan Remaja. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2010. Perkawinan Usia Muda

(23)

33

http://www.hukumpedia.com/18coalition/bkkbn-rekomendasikan-usia-minimal-20-tahun [diakses pada 25 Mei 2015]

Ulwan, 1992. Pendidikan Seks. Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung : PT. Rosdakarya.

WHO, 2004. Adolscent Pregnancy : Issues in Adolescent Health and Development. Jenewa

(24)

19

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat diperoleh kerangka konsep sebagai berikut :

1.2.Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

(25)

20

%

pertanyaan Kurang apabila nilai < 40 %

pertanyaan

Cara Ukur Tingkat Pengetahuan

Penilaian tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas dilakukan dengan mengajukan 15 pertanyaan kepada responden dengan scoring 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah dan tidak menjawab. Total skor sebesar 15 dari 15 pertanyaan.

Menurut Arikunto (2007), hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja dikategorikan sebagai berikut :

1. Pengetahuan baik : > 75% 2. Pengetahuan sedang : 40% - 75% 3. Pengetahuan kurang : < 40%

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu :

1. Skor 12 – 15 : Baik 2. Skor 6 – 11 : Sedang 3. Skor 0 – 5 : Kurang

(26)

21

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA Negeri 1 Medan tentang seks bebas. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan dalam satu kali pengamatan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, mulai dari bulan Juli sampai Desember 2015. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian dikarenakan siswa-siswi di sekolah ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi mengenai seks karena terletak di pusat kota.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan, Sumatera Utara. Pada survei awal penelitian, diperoleh jumlah populasi 1.665 orang. 4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan. Untuk menentukan besar sampel penelitian ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

n = N 1 + N(d)2

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

(27)

22

Hasil perhitungan dengan memakai tingkat kepercayaan 95% atau d = 0,05 adalah : n = 1665

1 + 1665(0,05)2 n = 322,51

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel minimal penelitian ini adalah 322,51 - 330 orang. Pada penelitian ini diperlukan sampel sebesar 330 orang. Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata memadai, maka dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata dengan pendistribusian merata pada tiap kelas, yaitu :

1. Siswa-siswi kelas X = 1/3 x 330 = 110 orang 2. Siswa-siswi kelas XI = 1/3 x 330 = 110 orang 3. Siswa-siswi kelas XII = 1/3 x 330 = 110 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer dikumpul dengan menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner langsung dilakukan oleh responden. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tahun 2015.

4.4.2. Data Sekunder

Data ini merupakan jumlah populasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tahun 2015 yang diperoleh oleh peneliti dari bagian tata usaha SMA Negeri 1 Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(28)

23

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

(29)

24

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan yang berlokasi di Jl. Teuku Cik Di Tiro No.1, Medan. SMA Negeri 1 Medan merupakan SMA yang statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik).

Sekolah ini memiliki luas tanah yang berbentuk persegi dan memiliki satu lapangan. Batas utara sekolah ini adalah pertokoan, batas selatan sekolah adalah Dinas Pendidikan Sumatera Utara, dan batas timur adalah Sun Plaza.

Sekolah ini memiliki 35 kelas, 5 ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, kantin, masjid, ruang komite sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang pembantu kepala sekolah, dan ruang kepala sekolah. Kegiatan belajar berlangsung dari pukul 07.15 WIB hingga pukul 13.45. Setelah kegiatan belajar selesai, para siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Medan yang berjumlah 330 siswa yang terdiri dari 110 siswa kelas X, 110 siswa kelas XI, dan 110 siswa kelas XII.

(30)

25

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 146 44,2

Perempuan 184 55,8

Jumlah 330 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok perempuan yaitu sebesar 55,8% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebesar 44,2%.

Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat dari tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

14 33 10,1

15 111 33,6

16 113 34,2

17 69 20,9

18 3 0,9

19 1 0,3

Jumlah 330 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada usia 16 tahun yaitu sebesar 34,2% dan terendah pada kelompok usia 19 tahun yaitu sebesar 0,3%.

5.1.3. Hasil Analisa Data

(31)

26

Tabel 5.3. Disribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 119 36,1

Sedang 211 63,9

Kurang 0 0

Jumlah 330 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 330 responden, 119 responden (36,1%) dikategorikan tingkat pengetahuan baik, 211 responden (63,9%) dikategorikan tingkat pengetahuan sedang, dan tidak ada responden dikategorikan tingkat pengetahuan kurang.

Dari data distribusi karakteristik responden dan distribusi tingkat pengetahuan yang telah diperoleh, maka selanjutnya dilakukan tabulasi silang antara dua variabel. Data lengkap tabulasi silang dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :

(32)

27

Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan bahwa dari 119 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, proporsi terbesarnya, yaitu 30 responden (41,4%) pada usia 17-20 tahun. Dari 211 responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, proporsi terbesarnya, yaitu 168 responden (65,4%) pada usia 14-16 tahun. Tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

(33)

28

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelas Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan bahwa dari 119 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, proporsi terbesarnya, yaitu 45 responden (13,6%) yang merupakan siswa kelas XI. Dari 211 responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, proporsi terbesarnya, yaitu 77 responden (23,3%) yang merupakan siswa kelas X. Tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

5.2. Pembahasan

Pengetahuan responden mengenai seks bebas bertujuan untuk melihat sejauh mana responden mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan seks bebas. Berdasarkan tabel 5.3. menunjukkan bahwa pengetahuan siswa-siswi remaja SMA Negeri 1 Medan tentang seks bebas yang paling banyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 211 responden (63,9%), diikuti kategori baik, yaitu sebanyak 119 responden (36,1%).

(34)

29

Hal ini sepadan dengan hasil penelitian Sudibio (2010) yang menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, dimana semakin tinggi usia seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin mudah orang tersebut untuk mengolah dan memahami informasi baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pengetahuan baik paling banyak pada responden perempuan (18,5%), dan tingkat pengetahuan sedang paling banyak pada responden perempuan (37,3%). Hal ini sepadan dengan hasil penelitian Sudibio (2010) dimana kelompok perempuan lebih mendominasi dalam pengetahuan seks.

Pada zaman modern sekarang ini, baik laki-laki maupun perempuan tergolong mudah untuk memperoleh hal-hal yang berhubungan dengan seks bebas. Mereka dapat memperolehnya melalui internet, majalah, TV, media cetak, dll.

Berdasarkan kelas, tingkat pengetahuan baik paling banyak pada responden kelas XI (13,6%), dan tingkat pengetahuan sedang paling banyak pada responden kelas X (23,3%). Hal ini sepadan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk memperoleh informasi. Semakin tinggi pendidikannya, seseorang akan cenderung mudah mendapatkan banyak informasi.

(35)

30

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut, yaitu dari 330 responden, 119 responden (36,1%) termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan baik, 211 responden (63,9%) termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan sedang, dan tidak ada responden dalam kategori tingkat pengetahuan kurang.

6.2. Saran

a. Bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan diharapkan tetap mencari informasi mengenai seks bebas sehingga lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai seks bebas.

b. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan lembaga kesehatan untuk mengadakan seminar mengenai bahaya seks bebas dalam upaya peningkatan pengetahuan mengenai seks bebas.

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan sampel, dan diharapkan menambah variabel yang lain, seperti sikap serta tindakan mengenai seks bebas.

(36)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1. Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Desminta, 2005).

Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa yang mengandung perubahan besar baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Masa remaja dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah kepada kematangan seksual atau fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi) (Papalia, Ols, Feldman, 2008).

Masa remeja dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (early adolescence) usia 10 sampai dengan 13 tahun, remaja menengah (middle adolescence) usia 14 sampai dengan 16 tahun, remaja akhir (late adolescence) usia 17 sampai dengan 20 tahun (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).

Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

(37)

5

Seorang anak ketika tumbuh dan berkembang menuju tahap remaja, mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Sayang, pada saat terjadinya proses perubahan status ini banyak remaja kurang mendapat perhatian dan pengarahan yang baik dari orangtua remaja sehingga terombang-ambing. Patut dipahami bahwa pada masa transisi, seorang remaja mengalami krisis identitas sehingga mudah sekali terkena bermacam-macam isu, baik isu positif maupun isu negatif (Surbakti, 2001).

Remaja seringkali menyatakan identitasnya dengan berbagai hal untuk membedakannya dengan komunitas lain. Dengan demikian, remaja dapat dikenali secara mudah dari sisi psikis, fisik, aktivitas, kapasitas, kapabilitas, gagasan, angan-angan, mimpi-mimpi, potensi, energi, kekhawatiran, gairah, pergolakan, dan kerentanan remaja. Itulah dunia remaja, dunia yang dipenuhi berbagai gejolak harmoni dan pertentangan (Surbakti, 2001).

2.1.2. Perkembangan Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), tahap perkembangan remaja meliputi tiga tahap, yaitu :

a. Masa remaja awal (10-13 tahun), merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang.

b. Masa remaja pertengahan (14-16 tahun), pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, dan gairah seksual sudah mencapai puncak sehingga mereka cenderung mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.

(38)

6

Masa remaja merupakan masa peralihan dan ditandai dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek. Adapun aspek-aspeknya meliputi aspek fisik, emosional, psikososial, intelektualitas, moral, dan psikoseksual.

2.1.2.1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik selama masa remaja terjadi peningkatan berat badan pada laki-laki sebesar 7-30 kg dan 7-25 kg pada wanita. Tinggi badan juga terjadi penambahan 10-30 cm pada laki-laki dan 5-20 cm pada wanita. Pada masa pubertas wanita lebih tinggi 3-5 cm daripada laki-laki, hal ini disebabkan karena pertumbuhan tinggi badan wanita terjadi dua tahun lebih awal daripada laki-laki dan peningkatan tinggi badan akan terhenti setelah 3 tahun dari haid pertama perempuan (Stanhope & Lancster, 2000).

Masa pubertas ditandai adanya karakteristik perkembangan seks, yaitu seks primer dan seks sekunder. Pada perkembangan seks primer organ-organ reproduksi pada wanita dan pada laki-laki akan mengalami kematangan. Pada perkembangan seks sekunder akan terjadi pematangan pada organ reproduksi, pematangan otot, payudara, dan rambut pada seluruh tubuh (Kozier at al, 2004).

2.1.2.2. Perkembangan Emosional

Masa remaja selalu berhubungan dengan gejolak emosional yang belum stabil. Ada keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi yang dibawa sewaktu kanak-kanak. Emosi remaja dapat dikenali dari berkembangnya perasaan atau emosi baru seperti cemburu, romantisme, cinta, sedih, dan perasaan kesepiaan (Surbakti, 2001).

2.1.2.3. Perkembangan Psikososial

(39)

7

2.1.2.4. Perkembangan Intelektualitas

Perkembangan intelektualitas remaja dalam berbagai bidang pemikiran dan perasaan berjalan pesat sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam bidang seni,sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan normal membuat remaja mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alernatif dan memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Remaja berfokus dengan berpikir secara abstrak dan berhipotesis (Surbakti, 2001).

2.1.2.5. Perkembangan Moral

Bagi remaja moralitas yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain, saudara, teman, masyarakat, menaati peraturan, menjaga ketertiban umum, dan lain sebagainya (Surbakti, 2001).

2.1.2.6. Perkembangan Psikoseksual

Menurut Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual remaja berada pada tahap genitalia. Pada tahap ini fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan jenis dan energi seksual diaarahkan kepada organ genitalia. Berdasarkan psikoanalisa Freud tahapan genital akan berlangsung mulai masa pubertas sampai meninggal dunia. Jika fase pragenital berhasil dilewati dengan baik maka fase genital akan dilalui dengan baik, tetapi jika fase pragenital mengalami masalah maka tahapan genital akan sukar dilalui (Surbakti, 2001).

2.2. Seks Bebas

2.2.1. Pengertian Seks Bebas

(40)

8

Menurut Mutadin (2002), pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut :

1. Berkencan

2. Berpegangan tangan 3. Mencium pipi

Perilaku seks bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah seks bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia (Surbakti, 2001).

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan faktor-faktor yang menimbulkan masalah seksualitas remaja menurut Sarwono (1997), yaitu :

(41)

9

2) Penundaan usia perkawinan karena adanya undang-undang yang membatasi usia perkawinan dan karena adanya norma sosial yang semakin menuntut persyaratan yang tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

3) Adanya norma-norma agama di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecerendungan untuk melanggar larangan-larangan tersebut.

4) Semakin meningkatnya pelanggaran oleh karena penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan teknologi yang semakin canggih.

5) Orang tua sendiri, karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan dan ketidakterbukaan mengenai perilaku seks terhadap anak.

6) Pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita akibat makin sejajarnya kedudukan pria dan wanita.

2.2.2. Dampak Seks Bebas

Perilaku seks bebas di kalangan remaja akan menimbulkan manifestasi pada remaja itu sendiri. Dampak merugikan yang berkaitan terhadap perilaku seks bebas ini menurut BKKBN (2008) meliputi :

a. Masalah penyakit menular seksual b. Kehamilan tidak diinginkan

c. Putus sekolah

A.Masalah Penyakit Menular Seksual

(42)

10

Menurut Santrock (2003) penyakit menular seksual meliputi :

a. Gonnorhea.

Gonnorhea adalah penyakit menular seksual yang sering disebut dengan kencing nanah atau GO. Disebabkan oleh bakteri gonococcus, berkembang di selaput lendir mulut, tenggorokkan, vagina, leher rahim, saluran kencing dan sistem anal. Laki-laki memiliki kemungkinan sebesar 10% untuk terinfeksi dibandingkan perempuan memiliki kemungkinan dari 40% untuk terinfeksi setiap kali terpapar karena luasnya selaput lendir permukaan vagina.

b. Sifilis.

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri

Treponema pallidum. Bakteri dapat ditularkan melalui kontak penis-vagina,

oral-genital, atau anal. Dapat juga ditularkan oleh ibu hamil ke janin yang dikandungnya setelah usia kandungan mencapai empat bulan. Sifilis terjadi dalam empat tahap, meliputi tahap primer, sekunder, laten, dan tertier.

c. Chlamydia.

Chlamidya adalah penyakit menular seksual yang paling umum, disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang menyebar melalui kontak seksual dan menyerang organ genitalia laki-laki dan perempuan. Penyakit ini sangat menular dan perempuan memiliki kecerendungan 70% untuk tertular ketika melakukan hubungan seks, laki-laki memiliki kecerendungan sekitar 25%-50%.

d. Herpes Genitalis

(43)

11

e. AIDS

AIDS adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh suatu virus,

human immunodeficiency virus (HIV), yang menyerang sistem kekebalan

tubuh. Kemunculan AIDS terhitung tinggi terutama di antara orang-orang latin dan Afrika-Amerika di Amerika Serikat (Mays, 1991).

Media penularan HIV dapat melalui cairan sperma, cairan vagina,dan darah. Yang termasuk golongan beresiko tinggi untuk terinfeksi HIV adalah orang yang menganut seks bebas (gonta-ganti pasangan), penderita yang sering melakukan transfusi darah, bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita HIV+, dan pemakai jarum suntik bersama/bergantian. Cara penularan yang paling sering adalah melalui kontak seksual (Zein, 2006).

Menurut Muma dan Borucki (1997), kegiatan atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan sering dihubungkan dengan infeksi HIV adalah hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual lain yang berpotensi menyebabkan seseorang terinfeksi HIV. Kegiatan seksual yang berpotensi menimbulkan terjadinya HIV antara lain :

a. Anilungus : menginduksi hubungan intim pada daerah anal dengan

menggunakan lidah.

b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris

dengan menggunakan lidah (resiko tinggi terutama saat menstruasi). c. Fellatio : menginduksi hubungan intim didaerah genitalia pria

dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut).

d. Fisting : memasukkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan bawah

kedalam rectum atau vagina.

e. Urolagnia : menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan

(44)

12

f. Memakai benda-benda seks pada rektum dan vagina : memasukkan

sex toys pada rectum dan vagina dapat menyebabkan robekan pada

mukosa, dimana luka yang terjadi dapat menjadi jalan masuk bagi virus.

B. Kehamilan Tidak Diinginkan

Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak meinginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2003).

Menurut BKKBN (2008), lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun dilakukan oleh tenaga ahli tindakan aborsi masih menyisahkan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu, apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak professional.

Terdapat banyak alasan bagi seorang perempuan tidak menginginkan kehadiran seorang anak dalam hidupnya pada saat tertentu. Menurut Mohamad (1998) ada beberapa alasan yang membuat kehamilan tidak diinginkan, yaitu :

a. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.

b. Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan.

(45)

13

C. Putus Sekolah

Putus sekolah adalah seseorang yang meninggalkan sekolahnya sebelum tamat,berhenti dari sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah (Alwi, Hasan, 2007).

Putus sekolah merupakan masalah penting yang dihadapi dunia pendidikan, berbagai alasan yang menyebabkan seseorang tidak dapat melanjutkan sekolah antara lain karena biaya tidak terjangkau, lokasi sekolah yang jauh dari tempat tinggal, atau karena tidak mampu melanjutkan sekolah (Ali & Asrori, 2008).

2.2.3 Pendidikan Seks

2.2.3.1 Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks,naluri dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami masalah tersebut (Ulwan, 1992).

Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang diizinkan serta bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (Sarlito, 1994).

2.2.3.2. Materi Pendidikan Seks

Menurut BKKBN (2008) materi pendidikan seks yang dibicarakan di kalangan remaja adalah sebagai berikut:

1. Tumbuh kembang remaja

(46)

14

2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja, terdiri dari:

a. Faktor bawaan, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang diturunkan dari kedua orangtuanya.

b. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang berasal dari luar seseorang seperti lingkungan keluarga, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Hal-hal yang perlu diketahui remaja pada saat awal masa tumbuh kembangnya, yaitu:

1) Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual maupun orientasi seksual.

2) Pubertas

Masa pubertas adalah masa di mana seseorang mengalami perubahan struktur tubuh dari kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan psikis.

3) Mimpi basah

Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat sedang tidur, dan umumnya terjadi pada saat mimpi tentang seks. 4) Menstruasi

Mentruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah yang terjadi secara periodik dan berkala.

5) Organ reproduksi

a. Organ reproduksi wanita meliputi : ovarium, tuba falopii,

fimbrae, uterus, cervix uteri, vagina.

b. Organ reproduksi pria meliputi : penis, glans, uretra, vas

deferens, epididimis, testis, scrotum, kelenjar prostat, vesikula

(47)

15

Pada akhirnya, semua cara yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan seks tersebut bergantung pada setiap orangtua (Dianawati, 2006).

2.2.3.3. Tujuan Pendidikan Seks

Menurut Mutadin (2002), pendidikan seksual bertujuan untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugerah Tuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain :

a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab).

c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi.

d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual

f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.

(48)

16

h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, Soekidjo, 2003).

2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Heri Maulana, 2009).

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension)

(49)

17

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat ditujukan sebagai aplikasi dalam penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

a. Pendidikan

(50)

18

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin tinggi pendidikannya, seseorang akan cenderung mendapatkan banyak informasi, baik dari orang lain maupun media massa.

b. Pelatihan

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal atau pelatihan, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pelatihan yang diharapkan agar seseorang dengan adanya pelatihan, dapat menjadi lebih mahir dalam menjalankan tugasnya. Pelatihan dimaksudkan agar memori otak manusia mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh.

c. Pengalaman

(51)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Maraknya pergaulan bebas dikalangan remaja akhir-akhir ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang seks yang baik dan benar. Banyak remaja hanya mengetahui pendidikan seks dari penjelasan teman, buku-buku porno, serta penjelasan yang kurang jelas dari orangtua. Semua pengetahuan yang kurang lengkap ini, justru membuat banyak remaja dapat terjerumus kedalam seks bebas (Dianawati, 2006).

Adapun dampak negatif dari seks bebas ini meliputi perkawinan usia muda serta terjadinya penyakit menular seksual. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa umur perkawinan pertama antara 15-19 tahun sebanyak 41,9 %. Menurut data Susenas tahun 2010, secara nasional rata-rata usia kawin pertama di Indonesia 19,70 tahun. Rata-rata usia kawin di daerah perkotaan 20,53 tahun dan di daerah pedesaan 18,94 tahun, masih terdapat beberapa propinsi rata-rata usia kawin pertama perempuan di bawah angka nasional.

PMS (Penyakit Menular Seksual) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab penyakit yang tidak menyenangkan pada laki-laki dewasa muda dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. 25 % dari populasi remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) merupakan populasi yang aktif secara seksual dan memberikan kontribusi 50% dari kasus PMS yang baru (Ros & Schmitt, 2008).

(52)

2

Pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan bahwa sekitar dua juta kasus aborsi terjadi. Tingginya angka aborsi ini seringkali dihubungkan dengan seks bebas dan kegagalan program KB. Menurut data WHO diperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman di dunia. Dimana 19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman diantaranya terjadi di negara berkembang. Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, di mana 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian (Soetjiningsih, 2004).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas pada tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siwa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas.

(53)

3

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pelajar

Memberikan informasi kepada pelajar tentang seks bebas sehingga pelajar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai seks bebas.

1.4.2. Bagi Institusi

Sebagai referensi bagi institusi terkait terutama dinas kesehatan dan puskesmas sehingga dapat dijadikan dasar dalam upaya promosi kesehatan mengenai seks bebas terhadap kalangan pelajar.

1.4.3. Bagi Departemen Pendidikan

Sebagai masukan bagi Departeman Pendidikan untuk melakukan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan upaya pencegahan seks bebas terhadap kalangan remaja.

1.4.4. Bagi Peneliti

(54)

ii

ABSTRAK

Maraknya pergaulan bebas pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang seks dan dampaknya. Banyak remaja hanya mengetahui pendidikan seks dari penjelasan teman, buku porno, serta penjelasan yang kurang tepat dari orangtua. Dampak-dampak negatif yang diakibatkan dari seks bebas tersebut meliputi perkawinan usia muda, penyakit menular seksual, kehamilan usia muda, dan kejadian aborsi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling.

Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas paling banyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 211 responden (63,9%), diikuti kategori baik, yaitu sebanyak 119 responden (36,1%).

Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA N 1 Medan tentang seks bebas tergolong cukup baik. Diharapkan adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan lembaga kesehatan untuk mengadakan seminar mengenai seks bebas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pelajar mengenai seks bebas.

(55)

iii

ABSTRACT

Uncontrolled promiscuity in teenagers due to a lack of knowledge about sexuality in teenagers. Most of them just knowing about sex education from their friends, pornographic books, and wrong explanation from their parents. Negative outgrowths arising from free sex consists of early marriage, sexually transmitted disease, pregnancy in young age, and abortion.

This study is descriptive survey research with cross sectional design. The purpose of research is to determine the level of knowledge about free sex in senior high school students at SMA N 1 Medan. This research technique using stratified random sampling.

From the results of this research found that the level of knowledge of SMA N 1 Medan students about free sex mostly in sufficient category, 211 participants (63,9%), followed by good category, 119 participants (36,1%).

From the result of this research concluded that the level of knowledge of SMA N 1 Medan students about free sex are well enough. I suggest the school and health institution organizing seminars about free sex to improve students knowledge about free sex.

(56)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA – SISWI REMAJA SMA NEGERI 1 MEDAN TENTANG SEKS BEBAS

PADA TAHUN 2015

Oleh :

JERICHO ALBERTO SAMOSIR 120100312

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(57)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA – SISWI REMAJA SMA NEGERI 1 MEDAN TENTANG SEKS BEBAS

PADA TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

JERICHO ALBERTO SAMOSIR 120100312

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(58)
(59)

ii

ABSTRAK

Maraknya pergaulan bebas pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang seks dan dampaknya. Banyak remaja hanya mengetahui pendidikan seks dari penjelasan teman, buku porno, serta penjelasan yang kurang tepat dari orangtua. Dampak-dampak negatif yang diakibatkan dari seks bebas tersebut meliputi perkawinan usia muda, penyakit menular seksual, kehamilan usia muda, dan kejadian aborsi.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling.

Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi remaja SMA N 1 Medan tentang seks bebas paling banyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 211 responden (63,9%), diikuti kategori baik, yaitu sebanyak 119 responden (36,1%).

Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA N 1 Medan tentang seks bebas tergolong cukup baik. Diharapkan adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan lembaga kesehatan untuk mengadakan seminar mengenai seks bebas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pelajar mengenai seks bebas.

(60)

iii

ABSTRACT

Uncontrolled promiscuity in teenagers due to a lack of knowledge about sexuality in teenagers. Most of them just knowing about sex education from their friends, pornographic books, and wrong explanation from their parents. Negative outgrowths arising from free sex consists of early marriage, sexually transmitted disease, pregnancy in young age, and abortion.

This study is descriptive survey research with cross sectional design. The purpose of research is to determine the level of knowledge about free sex in senior high school students at SMA N 1 Medan. This research technique using stratified random sampling.

From the results of this research found that the level of knowledge of SMA N 1 Medan students about free sex mostly in sufficient category, 211 participants (63,9%), followed by good category, 119 participants (36,1%).

From the result of this research concluded that the level of knowledge of SMA N 1 Medan students about free sex are well enough. I suggest the school and health institution organizing seminars about free sex to improve students knowledge about free sex.

(61)

iv

KATA PENGANTAR

Pertama sekali puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Remaja SMA N 1 Medan Tentang Seks Bebas Pada Tahun 2015” penulis menemukan banyak hambatan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak, penulis dapat menyelesaikan penulis proposal karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

2. Kepada dr. Muhammad Rhiza Z. Tala, Sp.OG (K) selaku dosen pembibing yang telah meluangkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk memberi bimbingan dalam proses penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.

3. Kepada Ibu Sri Lestari,SP,M. Kes yang ikut memberi masukan dan saran dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.

4. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Holong Effendy Samosir, Ibunda Tuti Teresa Tobing dan juga kakak dan abang tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan proposal penlitian ini.

(62)

v

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan, Rifhani Atthaya, M. Ikhsan, Agustin Virajati, Ahmad Feriansyah, Faroh Hidayatullah, M. Ferhat, teman-teman yang luar biasa atas masukannya, Zainal Napitupulu, Yuli Bintang, Robby Martin, Dedi Imanuel, Chandra M., Hizkia R., Hade Praja, Chyntia Omega, serta teman-teman angkatan 2012 lainnya yang turut memberikan bantuan serta dukungan dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikin proposal penelitian ini dikemudian hari.

Medan,1 Juni 2015

(63)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN….……….i

ABSTRAK……….ii

ABSTRACT………..iii

KATA PENGANTAR………..iv DAFTAR ISI……….vi

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR LAMPIRAN……….x

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang………....1

1.2. Rumusan Masalah………2

1.3. Tujuan Penelitian……….2

1.3.1. Tujuan Umum………...2

1.3.2. Tujuan Khusus………..2

1.4. Manfaat Penelitian………...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….4

2.1. Remaja……….4

2.1.1. Pengertian Remaja………..4

2.1.2. Perkembangan Remaja………...5

2.1.2.1. Pertumbuhan Fisik………..6

2.1.2.2. Perkembangan Emosional………..6

2.1.2.3. Perkembangan Psikososial……….6

2.1.2.4. Perkembangan Intelektualitas……….7

2.1.2.5. Perkembangan Moral………..7

(64)

vii

2.2. Seks Bebas……….7

2.2.1. Pengertian Seks Bebas………7

2.2.2. Dampak Seks Bebas………..9

2.2.3. Pendidikan Seks………...13

2.2.3.1. Pengertian Pendidikan Seks……….13

2.2.3.2. Materi Pendidikan Seks………...13

2.2.3.3. Tujuan Pendidikan Seks………..15

2.3. Pengetahuan……….16

2.3.1. Pengertian Pengetahuan………..16

2.3.2. Tingkat Pengetahuan………...16

2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan………...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………...19

3.1. Kerangka Konsep……….19

3.2. Definisi Operasional……….19

BAB 4 METODE PENELITIAN………...21

4.1. Jenis Penelitian……….21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………..21

4.3. Populasi dan Sampel………21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data………..22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………24

5.1. Hasil Penelitian……….24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….24

(65)

viii

5.1.3. Hasil Analisa Data………...25

5.2. Pembahasan………..28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...30

6.1. Kesimpulan………..30

6.2. Saran……….30

(66)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan……….19 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin………...25

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……….25 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan………26

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia…………..26

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis

Kelamin………...27

(67)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Surat Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Data Induk Penelitian Lampiran 6 Output SPSS

Lampiran 7 Surat Etik

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Tabel 5.3. Disribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis
+2

Referensi

Dokumen terkait

6. Ibu mengerti dan sudah meminta persetujuan suami, ibu menggunakan kotrasepsi suntikan 3 bulan. Ibu mengerti anjuran bidan yang diberikan karena alat kontrasepsi

Hasil penelitian ini menunjukkan, pada laju aliran 16 liter/menit didapatkan efisiensi sebesar 55,17 % yang merupakan laju aliran air yang optimal dalam mereduksi tar

Spesifikasi model kuantitatif, bertujuan untuk membentuk model kuantitatif dari konsep model yang telah ditetapkan dengan memberikan nilai kuantitatif terhadap masing-

Jadi, yang dimaksud dengan upaya guru dalam penanaman kedisipilan pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olaharaga dan Kesehatan (PJOK) di MI Darwata Kalijaran

Menimbang : bahwa sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

1) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh return saham terhadap risiko investasi pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015. 2) Untuk

Kepala berbentuk kepala sabit mempunyai penutup poliuretan dengan inti yang bisa terbuat dari baja atau kayu. Kepala-kepala ini saling dihubungkan dengan menggunakan lengan

Hasil analisis survei persepsi pengguna layanan payment gateway pada fibtech dengan responden dosen STEKOM Salatiga dengan teknik FGD menunjukkan persepsi sangat