BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Saran
Penelitian pengaruh infeksi Ganoderma spp. pada suatu jenis tanaman memiliki kemajemukan faktor yang tinggi di alam ikut mempengaruhi berbagai tingkat infeksi Ganoderma spp. pada tanaman. Penelitian pengaruh infeksi
Ganoderma spp. pada sengon ini membutuhkan berbagai penyempurnaan
termasuk penelitian lanjutan terhadap bagaimana memahami, mencegah maupun mengatasi serangan Ganoderma spp. secara lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chalimah, S., Muhadiono, Aznam, L., Haran. S., Toruan-Mathius, N. 2006. Perbanyakan Gigaspora sp dan Acaulospora sp dengan Kultur Pot di Rumah Kaca.Jurnal Biodiversitas, 7 (4): 12-19.
Deselina 1999. Respon Semai Ampupu (Eucalypthus urophylla ST Blake) Terhadap Pemotongan Akar, Input Fosfor dan Lama Tinggal di Persemaian. Skripsi. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Henessy, C., Daly A. 2007. Ganoderma Diseases. Darwin: Northern Territory
Government, Plant Pathology, Diagnostic Services.
Hidayat, J. 2002. Informasi Singkat Benih. Bandung: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan dan Indonesia Forest Seed Project.
Hindayana, D., Judawi, D., Prihayanto, D., Luther, GC., Mangan, J., Untung, K., Sianturi, M., Warnodiharjo, M., Mundy, P., Riyatno 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Edisi Kedua. Jakarta: Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian.
Irwanto 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectona grandis) dan Eucalyptus (Eucalyptus pellita) pada Kawasan Hutan WANAGAMA I, http://naturehealthy.webs.com/kesehatan_hutan.pdf [15 Mei 2010].
Nusantara, AD. 2002. Tanggap Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Terhadap Inolukasi Ganda Cendawan Mikoriza Arbuskular dan
Rhizobium sp.. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 4: 62-70.
Nutter, GC. 1957. Turf Mangament: Better Turf for Better Golf, from the USGA Green Section. USGA Journal and Turf Management: University of Florida, Department of Ornamental Horticulture (6) 25-28.
Paterson, RRM. 2006. Ganoderma Disease of Oil Palm—A White Rot Perspective Necessary for Integrated Control. Universidade do Minho, http://repositorium.sdum.uminho.pt/bitstream/1822/7349/1/Paterson_Crop Protection2%5B1%5D.pdf [17 Mei 2010].
Photita, W., Lumyong, S., Lumyong, P., Ho, WH., McKenzie EHC., Hyde KD. (2001). Fungi on Musa acuminata in Hong Kong. Fungal Diversity 6: 99-106.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 4 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Bibit Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 2004, http://www.dephut.go.id/files/l2_3_p03_04.pdf, [20 Februari 2010].
Pinckard, JA. 1952. Soil Sterilization. Florida State Horticultural Society, 286-289.
Rusdiana, O., Fakuara, Y., Kusmana, C., Hidayat, Y. 2000. Respon Pertumbuhan Akar Tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria) Terhadap Kepadatan dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 6 (2): 45-53.
Turner, PD. 1981. Diseases and Disorders of the Oil Palm in Malaysia. Oxford University Press.
Zakaria, L., Kulaveraasingham, H., Guan, TS., Abdullah, F., Wan, HY. 2005. Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) and Random Amplified Microsatellite (RAMS) of Ganoderma from Infected Oil Palm and Coconut Stumps in Malaysia. Asia Pacific Journal of Molecular Biology and Biotechnology 13 (1):23-24.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil annova perbandingan jenis foodbase pada parameter pertambahan jumlah anak daun
Sumber
Jumlah
Kuadrat df
Rataan
Kuadrat F Sig.
Model Terkoreksi 3170,782(a) 7 452,969 3,121 ,016
Intersepsi 1847,759 1 1847,759 12,730 ,001
Jenis foodbase 1740,503 1 1740,503 11,991 ,002
Jenis jamur 2834,048 2 1417,024 9,763 ,001
Perlakuan akar 44,881 1 44,881 ,309 ,583
Jenis foodbase * jenis
jamur ,000 0 . . .
Jenis foodbase *
perlakuan akar 1,229 1 1,229 ,008 ,927
Jenis jamur * perlakuan
akar 183,194 2 91,597 ,631 ,540
Jenis foodbase * jenis
Jamur * perlakuan akar ,000 0 . . .
Galat 3773,777 26 145,145
Total 8568,962 34
Total Terkoreksi 6944,559 33
R kuadrat = ,457 (R kuadrat yang disesuaikan = ,310)
Tabel 2. Hasil annova perbandingan jenis foodbase pada parameter pertambahan tinggi bibit Sumber Jumlah Kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Model Terkoreksi 923,750(a) 7 131,964 5,793 ,000
Intersepsi 556,277 1 556,277 24,422 ,000
Jenis foodbase 704,107 1 704,107 30,912 ,000
Jenis jamur 779,869 2 389,935 17,119 ,000
Perlakuan akar 9,750 1 9,750 ,428 ,519
Jenis foodbase * jenis
jamur ,000 0 . . .
Jenis foodbase *
Jenis jamur * perlakuan
akar 61,515 2 30,757 1,350 ,277
Jenis foodbase * jenis
Jamur * perlakuan akar ,000 0 . . .
Galat 592,231 26 22,778
Total 2048,601 34
Total Terkoreksi 1515,981 33
R kuadrat = ,609 (R kuadrat yang disesuaikan = ,504)
Tabel 3. Hasil annova perbandingan jenis Ganoderma spp. pada parameter pertambahan jumlah anak daun
Sumber
Jumlah
Kuadrat df
Rataan
Kuadrat F Sig.
Model Terkoreksi 10666,148(a) 15 711,077 16,318 ,000
Intersepsi 2970,238 1 2970,238 68,163 ,000
Asal jamur 7954,994 2 3977,497 91,278 ,000
Perlakuan akar 2,752 1 2,752 ,063 ,803
Ukuran kayu 432,385 2 216,192 4,961 ,013
Asal jamur * perlakuan
akar 343,817 2 171,909 3,945 ,029
Asal jamur * ukuran kayu
466,171 3 155,390 3,566 ,025
Perlakuan akar * ukuran
kayu 315,958 2 157,979 3,625 ,038
Asal jamur * perlakuan
akar * ukuran_kayu 1418,446 3 472,815 10,850 ,000
Galat 1394,424 32 43,576
Total 13864,387 48
Total Terkoreksi 12060,573 47
R kuadrat = ,884 (R kuadrat yang disesuaikan = ,830)
Tabel 4. Hasil annova perbandingan jenis Ganoderma spp. pada parameter pertambahan tinggi bibit
Sumber
Jumlah
Kuadrat df
Rataan
Kuadrat F Sig.
Model Terkoreksi 1489,736(a) 15 99,316 8,184 ,000
Intersepsi 444,732 1 444,732 36,646 ,000
Asal jamur 1034,749 2 517,375 42,632 ,000
Perlakuan akar 7,342 1 7,342 ,605 ,442
Ukuran kayu 53,275 2 26,638 2,195 ,128
Asal jamur * perlakuan
akar 43,288 2 21,644 1,783 ,184
Asal jamur * ukuran kayu
17,976 3 5,992 ,494 ,689
Perlakuan akar * ukuran
kayu 23,923 2 11,962 ,986 ,384
Asal jamur * perlakuan
Galat 388,348 32 12,136
Total 2206,737 48
Total Terkoreksi 1878,084 47
UJI PATOGENITAS Ganoderma spp.
TERHADAP BIBIT TANAMAN SENGON
(Paraserienthes falcataria (L) Nielsen)
IRFAN KEMAL PUTRA E44051803
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UJI PATOGENITAS Ganoderma spp.
TERHADAP BIBIT TANAMAN SENGON
(Paraserienthes falcataria (L) Nielsen)
IRFAN KEMAL PUTRA E44051803
Karya Ilmiah
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Irfan Kemal Putra. Uji Patogenitas Ganoderma spp. Terhadap Bibit Tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen). Di bawah bimbingan ELIS NINA HERLIYANA dan DARMONO TANIWIRYONO
Serangan Ganoderma spp. pada sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) sebagai tanaman pelindung yang menyebabkan banyak perkebunan kopi maupun kakao mengalami kerugian. Hal tersebut menegaskan pentingnya penelitian dalam mengetahui bagaimana cara inokulasi Ganoderma spp. untuk mencari cara pengendaliannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi Ganoderma spp. pada bibit sengon.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2009 - Maret 2010 dan bertempat di rumah kaca Departemen Silvikultur dan Laboratorium Penyakit Hutan Departemen Silvikultur. Alat yang digunakan untuk keperluan penelitian adalah: program SPSS, tally sheet, sungkup. Bahan-bahan untuk penelitian ini adalah bibit sengon usia satu setengah bulan, kayu (diameter 3, 4, dan 5 cm), PDA (Potato Dextrose Agar) serta isolat Ganoderma spesies 1 (sampel dari tanaman lamtoro di daerah Ciamis) dan spesies 2 (sampel dari tanaman sengon di daerah Ciamis) yang berasal dari koleksi Laboratorium Patologi Hutan dan selanjutnya akan disebut SP1 dan SP2. Terdapat dua mayor dalam penelitian ini yaitu perlakuan tanpa inokulasi dan perlakuan inokulasi. Tiap perlakuan terdiri dari tiga blok pengamatan yang dianggap sama dan tiap bloknya terdiri dari empat tanaman sebagai ulangan. Perlakuan tanpa inokulasi adalah semua kombinasi perlakuan akar maupun perlakuan foodbase. Perlakuan foodbase sendiri terbagi menjadi dua yaitu foodbase berupa potongan kayu sengon dengan ukuran bervariasi (diameter 3, 4 dan 5 cm) dan foodbase berupa PDA (Potato Dextrose Agar) yang tidak diinokulasikan Ganoderma spp. Jumlah keseluruhan perlakuan ini adalah 10 perlakuan. Perlakuan inokulasi adalah kombinasi dari berbagai perlakuan akar dan perlakuan foodbase yang diinokulasikan dengan jamur Ganoderma spp.. Jenis Ganoderma spp. itu juga dimasukkan dalam sebuah kombinasi. Jumlah total untuk perlakuan inokulasi ini adalah 15 perlakuan.
Secara umum hasil perhitungan perlakuan kontrol memiliki rataan pertumbuhan yang lebih baik dibanding perlakuan inokulasi. Pengamatan terhadap perlakuan inokulasi yang memiliki kecenderungan pertumbuhan tinggi negatif adalah mungkin. Pengukuran tinggi bibit menurut Permenhut No.3 tahun 2004 adalah pengukuran tinggi bibit tanaman dari pangkal batang sampai titik tumbuh teratas dengan satuan sentimeter. Dari definisi tersebut jika titik tumbuh teratas mati maka titik tumbuh di bawahnya dapat menggantikan sehingga tinggi dapat berkurang.
Perhitungan pada uji patogenitas Ganoderma SP1 dan SP2 menunjukkan bahwa patogenitas Ganoderma SP2 lebih tinggi dibanding patogenitas Ganoderma SP1. Hal tersebut ditunjukan oleh rataan pertumbuhan bibit sengon yang lebih kecil pada blok yang diinokulasikan Ganoderma SP2 dibanding bibit sengon yang diinokulasikan dengan Ganoderma SP1.
Pada aplikasi perlakuan pemotongan akar baik pada blok kontrol maupun perlakuan inokulasi pertumbuhan terbaik didapatkan dari anakan-anakan sengon dengan perlakuan pemotongan akar. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Deselina (1999) dimana pemotongan akar akan menghasilkan bibit yang lebih vigor dan perakaran yang lebih kuat dibanding bibit tanpa pemotongan akar. Dengan adanya kecenderungan pertumbuhan yang lebih positif pemotongan akar pada perlakuan inokulasi menunjukkan bahwa kecepatan infeksi Ganoderma spp. tidak lebih cepat dari penutupan luka akar anakan sengon akibat dari pemotongan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran foodbase potongan kayu yang semakin kurang menghambat pertumbuhan bibit sengon adalah berturut-turut potongan kayu diameter 3, 4 dan 5 cm. Hasil tersebut menunjukan bahwa ukuran diameter 3 cm foodbase berupa potongan kayu lebih optimal dalam menularkan Ganoderma spp. dibandingkan ukuran diameter 4 cm maupun 5 cm. Aplikasi diferensiasi jenis foodbase pada bibit tanaman sengon menunjukan bahwa foodbase basah seperti PDA lebih mudah dalam menularkan Ganoderma spp. ke akar tanaman. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan di mana bibit sengon yang diinokulasikan dengan foodbase basah seperti PDA menghambat pertumbuhan lebih tinggi dibanding bibit sengon yang diinokulasikan foodbase kering seperti potongan kayu dari berbagai ukuran. Perhitungan Nisbah Pucuk Akar secara umum mendukung hasil perhitungan dengan SPSS.
SUMMARY
Irfan Kemal Putra. Patogenity test of Ganoderma (Ganoderma spp.) over the sengon seedlings (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen). Under supervision of ELIS NINA HERLIYANA and DARMONO TANIWIRYONO
This research is based on the attack of Ganoderma spp to a protector plant, sengon. This attack has made a lot of coffee and cacao plantations suffers a great loss. Therefore, it is really important to do a specific research on the process of the inoculation of Ganoderma spp, to prevent such attack. The aim of this research is to understand how the effect of the inoculation to the sengon seed.
This research was conducted from October 2009 - March 2010 and held in a greenhouse of Department of Silviculture and Forest Disease Laboratory of the Department of Silviculture. The tools used for research purposes are: SPSS, tally sheet, lid. The materials for this research are the seeds sengon age one and a half months, the timber (diameter 3, 4, and 5 cm), PDA (Potato Dextrose Agar) and isolates of Ganoderma species 1 (samples from lamtoro Ciamis area) and species 2 (sample from plants in the region sengon Ciamis) derived from the collection of Forest Pathology Laboratory and will be called SP1 and SP2. There are two majors in the research i.e. non inoculation and inoculation treatments. Each treatment consisted of three observation blocks that are considered equal and each block consisted of four plants as replicates. The non inoculation treatments are all combinations of root and foodbase treatments. Foodbase treatment itself is divided into two i.e. wood piece with varying size (3, 4, and 5 cm diameters) and PDA (Potato Dextrose Agar) without inoculation of Ganoderma spp.. The total of treatments are 10. Inoculation treatments are a combination of various treatments of root and foodbase which has inoculated with Ganoderma spp.. Type of Ganoderma spp. were also included in a combination. The total number of inoculation is 15 treats. In general, the result of control treatments calculation has a better average growth compared to the inoculation treatment. This result can be seen on the accretion parameter of heights and leaflets. It is possible to do the observation on the treatment of the inoculation with the negative growth tendencies. The height measurement seed, according to the regulation of The Minister of Forestry no.3 in 2004, is the height measurement from the base of the plant seed to the top growing spot using centimeter unit. From that definition, if the growing point is dead, then the growing spot underneath can be able to replace it, so the height will reduced.
The calculation on pathogenity test shows that Ganoderma SP2 has more pathogenic than Ganoderma SP1. This result can be seen on the heights of seeds that were inoculated with Ganoderma SP2 are lesser than the heights of seeds that were inoculated with Ganoderma SP1.
On the root treatment application, both controls and treatments blocks show the better growth from sengon seedlings using root cutting treatment. This result corresponds with Deselina works (1999), where root cutting will produce more vigor seeds and stronger roots. This positive result of root cutting application in inoculation treatment, tells us that infection rate of Ganoderma spp is slower than the healing process as the effect of the cutting.
The calculation of the effect on the size of sengon seedlings showed that inoculated seedlings in the wood with 3 centimeters diameter as a foodbase hampered both their height and leaflets growth compared to the seedlings with 4 centimeters or 5 centimeters diameter in the same foodbase. This result indicates that wood pieces with 3 centimeters diameter as a foodbase, is more optimal in transmitting Ganoderma spp, than the 4 or 5 centimeters.
Application of foodbase type differentiation in sengon seedlings showed that wet foodbases such as PDA is easier than dry foodbases such as wood pieces, in transmitting Ganoderma spp into plant’s roots. This can be seen from the calculation where the inoculated sengon seedlings with the wet foodbase such as PDA, has a higher disruption than the dry one. These results occurred in either height or leaflets parameter. Root sprout ratio measurement in this research shows the effect of the Ganoderma infection on the plant. General calculation of root sprout ratio will generally support the result using SPSS.
I . PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hawksworth (1991 dalam Photita et al. 2001) menyebutkan terdapat kurang lebih 1,5 juta jenis jamur di seluruh dunia baik itu cendawan, kapang maupun khamir, di mana dari jumlah tersebut baru terklasifikasi lima persennya saja. Diantara jamur-jamur tersebut ada yang menguntungkan, merugikan atau masih belum diketahui potensinya secara antroposentris. Potensi menguntungkan jamur diantaranya digunakan sebagai bahan makanan (Pleurotus ostreatus, Auricularia auricula, Castanopsis cuspidata), fermentasi makanan dan minuman (Rhizopus oryzae, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus), obat-obatan (Penicillium chrysogenum, Penicillium notatum), antagonis (Trichoderma
spp. terhadap Ganoderma spp.) hingga mikoriza, sedangkan jamur merugikan biasanya merupakan parasit ataupun patogen pada manusia, hewan ataupun tumbuhan yang berhubungan dengan kebutuhan manusia. Salah satu jenis jamur yang dianggap merugikan adalah Ganoderma spp..
Ganoderma spp. sendiri merupakan genus jamur dari divisi
basidiomycota; subdivisi Hymenomicotina; kelas Heterobasidiomycetes; ordo
Tremellales dan famili Tremellaceae. Turner (1981) melaporkan bahwa paling sedikit terdapat 15 spesies Ganoderma di berbagai tempat di dunia, yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang. Saat ini di seluruh dunia sudah diidentifikasi 250 spesies Ganoderma namun masih terdapatnya tumpang tindihnya penamaan yang menyebabkan perkiraan jumlah spesies Ganoderma
spp.sebenarnya kurang dari angka tersebut.
Pada saat ini serangan Ganoderma spp.terhadap sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) banyak terjadi sehingga mengkhawatirkan masyarakat dan perusahaan yang mengusahakan sengon. Karena selain diusahakan sebagai sumber kayu pertukangan sengon biasa digunakan sebagai tanaman pelindung perkebunan kopi maupun kakao. Serangan Ganoderma spp. pada sengon sebagai tanaman pelindung membuat banyak perkebunan kopi maupun kakao mengalami
kerugian. Serangan ini tidak hanya berdampak pada menurunnya total hasil kayu dari sengon namun juga hilangnya pohon pelindung bagi tanaman kopi dan kakao. Hal tersebut menegaskan pentingnya penelitian dalam mengetahui bagaimana cara inokulasi Ganoderma spp. untuk mencari cara pengendaliannya.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih spesifik pengaruh inokulasi Ganoderma spp. pada bibit sengon. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi dasar bagi dilakukannya seleksi ketahanan tanaman sengon terhadap serangan Ganoderma spp..
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang patogenitas Ganoderma spp. terhadap sengon (P. falcataria). Penelitian ini juga ditujukan sebagai semacam scientific warning dampak Ganoderma spp. kepada tiap orang yang membudidayakan sengon pada lahannya.
1.4. Kerangka Pemikiran
Serangan jamur busuk akar pada berbagai tanaman khususnya jenis sengon menyebabkan kerugian tidak sedikit. Serangannya pada akar melalui tanah sulit untuk dideteksi sehingga berbagai penelitian mengenai jamur ini dan inangnya diperlukan. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah patogenitas
Ganoderma spp. terhadap inang seperti tanaman sengon. Jenis sengon dipilih karena tanaman ini merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan masyarakat.
1.5. Keluaran Penelitian
Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Data mengenai berbagai patogenitas Ganoderma spp. terhadap bibit tanaman sengon.
2. Data hasil berbagai perlakuan pada bibit tanaman sengon dan korelasinya terhadap serangan jamur busuk akar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sengon (P. falcataria)
Sengon (P. falcataria) merupakan jenis tanaman kayu yang banyak tumbuh di Indonesia. Kayu sengon termasuk kelas awet V dan kelas kuat IV-V. Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Sengon juga bersimbiosis dengan mikoriza arbuskular (Dela Cruz et al.1988 dalam Nusantara 2002) oleh karena itu tanaman ini sangat baik untuk meningkatkan kesuburan tanah marjinal (Nusantara, 2002).
Menurut Hidayat (2002) Sengon merupakan jenis pionir dengan sebaran alami di Maluku, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Bismark. Tanaman ini tumbuh di hutan hujan dataran rendah sekunder atau hutan pegunungan rendah dengan ketinggian 0-1600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan optimum pada 0-800 mdpl. Jenis ini juga dapat beradaptasi dengan iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200-2700 mm/th dan bulan kering hingga empat bulan serta dapat ditanam pada tapak tidak subur tanpa pupuk. Sengon merupakan jenis fast growing (8 m/th pada tahun pertama) yang tidak dapat tumbuh subur pada lahan berdrainase jelek.
2.2. Jamur Ganoderma spp.
Ganoderma spp. merupakan cendawan penyebab penyakit busuk akar yang biasa menyerang akar dengan kisaran tanaman inang yang cukup luas. Serangan jamur ini biasa ditemukan pada berbagai jenis Leguminoceae (Henessy dan Daly 2007), Palmae (Turner 1981 dalam Zakaria et al. 2005), Rubiaceae
(Hindayana et al. 2002), bahkan penulis menemukan Ganoderma spp. yang menyerang pohon eboni (Ebenaceae).
Jamur jenis Ganoderma spp. termasuk dalam kelas Basidiomycete. Jamur jenis ini tersebar di berbagai belahan dunia. Seperti banyak jenis Basidiomycetes lain, jamur ini menyebabkan dekomposisi alami pada kayu mati
ataupun zat organik. Jamur ini juga salah satu penyebab utama dari penyakit pada berbagai tanaman (Henessy dan Daly 2007). Ganoderma spp. adalah organisme luar biasa yang dapat secara eksklusif mendegradasi lignin menjadi air dan CO2, setelah berbagai reaksi yang ada, selulosa menjadi tersedia sebagai nutrisi bagi jamur tersebut (Paterson 2006).
Gejala serangan Ganoderma spp. tingkat ringan pada tanaman secara umum adalah layu, tidak berkembang, kehilangan helai daun sampai lodoh pada batang. Pada serangan tingkat lanjut, secara umum penyakit dapat diidentifikasi dengan kemunculan tubuh buah. Tubuh buah ini keras dan berkayu dengan ukuran yang cukup besar. Ukuran tubuh buah dapat mencapai diameter 15 cm dan ketebalan 5 cm. Warna tubuh buah dari coklat mudah hingga coklat tua dan bahkan jingga. Bagian atas tubuh buah dapat agak mengkilat dengan bagian bawah berwarna putih (Henessy dan Daly 2007).
2.3. Pengendalian
Secara alami musuh Ganoderma spp. adalah jamur jenis Trichoderma sp. (Hindayana et al.2002) mengatakan bahwa untuk aksi pencegahan serangan pada tanaman kakao tanaman diperlukan 100 gr Trichoderma sp untuk tiap lubang tanam setelah sebelumnya diberi belerang selama enam bulan. Bagi tanaman yang sudah terkena serangan berat jamur ini dibutuhkan 200 gr Trichoderma sp. untuk tiap pohon pada empat pohon disekitarnya. Sedangkan pada karet, serangan
Ganoderma spp.. dapat diberantas dengan collar protectant. Pencegahan pada tanaman di sekitar serangan Ganoderma spp. adalah dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar atau dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman atau pohon yang diserang (Irwanto 2006).
Salah satu pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan sterilisasi tanah. Sterilisasi tanah sendiri pada mulanya merupakan suatu cara untuk menekan pertumbuhan gulma. Akan tetapi pada perkembangannya sterilisasi didefinisikan sebagai cara untuk mengontrol segala hama dan patogen tanah (Nutter 1957). Pinckard (1952) menyatakan bahwa banyak benih tanaman yang menguntungkan bagi manusia lebih tahan panas dan paparan zat-zat kimia dibanding dengan kebanyakan patogen. Namun, bagaimanapun juga, sterilisasi
tidak boleh asal dilakukan. Pinckard (1952) menyatakan bahwa sterilisasi tanah hingga mencapai titik di mana tanah hampir sangat steril dapat menghilangkan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan karena baik flora maupun fauna yang menguntungkan bagi tanaman ikut mati. Oleh sebab itu sterilisasi yang baik adalah sterilisasi tahap ringan baik untuk sterilisasi menggunakan panas maupun bahan kimia. Sterilisasi dengan panas dapat berupa pemanasan basah (uap) maupun pemanasan kering dengan membakar (Pinckard 1952). Beliau menyatakan bahwa bahwa sebuah kentang kecil yang dimasukkan ke dalam tanah sedalam enam inch matang akibat pemanasan, maka bisa dikatakan bahwa sterilisasi yang dilakukan telah berhasil.
2.4. Penyapihan
Penyapihan dilakukan untuk menyeleksi bibit yang bagus. Pada sengon, penyapihan dilakukan setelah kulit batang dapat dilepaskan dari kayu, yaitu pada umur 1 – 1½ bulan setelah tumbuh. Bibit langsung dipindahkan ke dalam kantong plastik (Hidayat 2002).
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2009 - Maret 2010. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur dan Laboratorium Penyakit Hutan Departemen Silvikultur.
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk keperluan penelitian adalah: program SPSS,
tally sheet, sungkup. Bahan-bahan untuk penelitian ini adalah bibit sengon usia satu setengah bulan, kayu (diameter 3, 4, dan 5 cm), PDA(Potato Dextrose Agar) serta isolat Ganoderma spesies 1(sampel dari tanaman lamtoro di daerah Ciamis) dan spesies 2 (sampel dari tanaman sengon di daerah Ciamis) yang berasal dari koleksi Laboratorium Patologi Hutan dan selanjutnya akan disebut SP1 dan SP2.
3.3. Tahapan Kerja
Penelitian ini memerlukan beberapa tahapan kerja. Tahapan-tahapan tersebut adalah penyiapan alat dan bahan penelitian, penyapihan dan pemeliharaan, pemberian perlakuan, pengamatan perlakuan dan pengambilan data serta analisis data.
3.3.1. Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan penyiapan tanah steril dan foodbase berupa potongan kayu berdiameter 3, 4 dan 5 cm serta foodbase berupa media PDA. Untuk penyediaan tanah steril dilakukan dengan mengukus (autoclaving) media