• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Sumber belajar seperti buku bacaan, media, dan alat bantu yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah telah tersedia.

2. Kelas tidak terlalu besar, artinya siswa dalam satu kelas sekitar 40 siswa.

3. Tersedia waktu yang cukup. c. Bahan Pembelajaran

1. Bahan pembelajaran bersifat konsep atau prinsisp.

2. Permasalahan yang akan diajukan kepada siswa telah dipersiapkan oleh guru, termasuk rambu-rambu pemecahanya.25

Metode pembelajaran dari ketiga unsur yang dipaparkan di atas, yang meliputi kriteria yang harus ada pada guru, sarana dan prasarana serta bahan pembelajaran, apabila telah terpenuhi secara menyeluruh maka proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik.

4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran problem solving

Metode pemecahan masalah (problem solving) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

25

Sutikno. Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran afektif dan Retorika. Mataram: NTP Pres. 2004.

Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut. a. Metose ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

Kelemahan Metode problem solving:

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pecahan masalah hanya cocok untuk SLTP,SLTA dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.26

5. Tujuan Pembelajaran Problem Solving

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003), yaitu sebagai berikut:

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

26

Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) h. 92-93

c. Potensi intelektual siswa meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.27

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Azis Wahab mengatakan “IPS adalah sejumlah konsep mata

pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus

pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat persekolahan”.28

IPS merupakan ilmu yang dinamis, selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhan. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi: a. Sistem sosial dan budaya.

27

Hudojo. Langkah-langkah penyelesaian problem solving

http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah, yang diakses 15 Desember 2010.h.155

28

Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), h. 3

b. Manusia, tempat dan lingkungan. c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. e. Sistem Berbangsa dan Bernegara.29

3. Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial

Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.

4. Karakteristik Pelajaran IPS

Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu. Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta didik.

Dengan memperhatikan persoalan di atas, IPS memiliki karakteristik seperti:

a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan.

b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek yang terpisah satu sama lain.

c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya.

d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.30

29

Ilmu Pengetahuan Sosial…, h. 10

30

5. Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan umum pembelajaran IPS adalah memberdayakan siswa agar memiliki kecakapan berpikir, membentuk warga negara yang aktif dan bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Bilamana sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran IPS di atas dikaitkan dengan taxonomy of education objective yang dikemukakan oleh Bloom, maka secara garis besar terdapat tiga sasaran pokok dari pelajaran IPS, yaitu:

1) Pengembangan aspek pengetahuan (cognitive)

2) Pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective)

3) Pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).31

D. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.32

31

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. 3, h. 95

32

Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h.2

2. Teori Belajar

Teori belajar menurut R. Gagne :

“Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, menurutnya belajar juga merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang diperoleh dari instruksi”.33

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh

manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yang disebut “The domains of learning yaitu :

a) Keterampilan motoris (motor skill) b) Informasi verbal

c) Kemampuan intelektual d) Strategi kognitif

e) Sikap”.34

Dari kelima kategori tersebut merupakan suatu tindakan yang dipelajari manusia secara umum dalam kehidupan sehari-hari.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungakap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu adalah:

a. Perhatian dan motivasi b. Keaktifan

c. Ketertiban langsung/berpengalaman d. Pengulangan

e. Tantangan

f. Balikan dan Penguatan g. Perbedaan individual.35

33

Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi…,h.13

34

Slameto, Belajar & faktor-faktor yang memepengaruhi…,h.14-15

35

Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran siswa.

4. Masalah-masalah Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal siswa

Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh pada proses belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.

b. Faktor eksternal siswa

Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah serta kurikulum sekolah.

E. Pemahaman Materi Penyimpangan Sosial 1. Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan adalah tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat

disebut dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut divian (diviant).36

Pada masyarakat tradisional penyimpangan jarang sekali terjadi dan dapat dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa semakin banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial.

Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang memiliki norma dan nilai yang berbeda.

Menurut Robert M.Z. Lawang, “Penyimpangan sosial sebagai

semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang (dalam

buku materi pokok pengantar sosiologi)”.37

2. Bentuk-bentuk Penyimpangan a. Penyimpangan primer

Penyimpangan ini hanya bersifat sementara dan tidak diulangi kembali. Ciri-cirinya: hanya bersifat sementara, gaya hidup tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan masih dapat diterima secara sosial. Contoh: mengendarai sepeda motor melampaui kecepatan maksimal, menerobos lampu merah, dan lain-lain.

b. Penyimpangan sekunder

Seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai seseorang yang menyiimpang. Ciri-cirinya: masyarakat tidak bisa menerima individu semacam itu, masyarakat umum telah mengetahuinya, dan gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang.

36

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.151

37

Contoh: seorang pemabuk yang hidup ditengah masyarakat yang anti mabuk, pembunuhan, dan penodongan.

c. Penyimpangan individu

Apabila seseorang melakukan penyimpangan dari sub-kebudayaan yang telah mapan dan nyata-nyata menolak norma-norma tersebut, maka ia disebut sebagai menyimpang individual. Ciri-cirinya: bertindak sendirian, tidak merencanakan penyimpangan dengan siapapun. Contohnya: pembunuhan yang dilakukan sendiri, atau mencuri seorang diri.

d. Penyimpangan kelompok

Kegiatan yang dilakukan kelompok secara kolektif dengan cara yang bertentangan terhadap norma-norma yang berlaku. Contoh: sindikat teroris, gang kejahatan, mafia. Kelompok ini memiliki seperangkat norma, nilai sikap, dan tradisi-tradisi tersendiri. Selaku anggota mafia, masing-masing berpegang teguh pada aturan main mafia.38

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk penyimpangan sosial dibagi menjadi empat yaitu penyimpangan primer, skunder, individu dan penyimpangan kelompok.

3. Faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang

Pertama, Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dengan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.

Kedua, Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran.

Ketiga, kebutuhan ekonomi untuk serba kecukupan, tanpa harus berusaha bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.

Keempat, keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial.sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun kedalam kompleks prostitusi. Kelima, pengaruh media massa, seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.39

38

Sutarto,Ilmu Pengetahuan Sosial,h.158-159

39

F. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial yang memiliki konsep abstrak dan sulit untuk dipahami siswa tetapi dapat dikuatkan oleh berbagai asumsi dan pendapat. Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan seiringnya perubahan zaman dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran IPS harus melibatkan siswa untuk mencari berbagai sumber belajar siswa, selain dari guru serta harus meningkatkan hubungan antar konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan belajar yang optimal.

Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan seseorang siswa yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, aktif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya dituntut untuk memahami dan manguasai pembelajaran dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik.

Sebagai usaha untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal, maka diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik.

Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun pemahaman konsep dan siswa lebih aktif melalui soal-soal yang berupa permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran Problem Solving, dimana Problem Solving merupakan faktor eksternal yang memiliki konsep belajar yang membantu guru meningkatkan pengembangan pengetahuan yang dimiliki siswa untuk bisa memecahkan suatu permasalahan dalam pelajaran IPS dengan guru menyajikan suatu masalah dalam bentuk umum, menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional. Kemudian siswa dituntut untuk menentukan strategi penyelesaian masalah yang dibentuk berupa soal-soal supaya dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mengungkapkan pendapat dari hasil jawaban yang telah ditemukan secara logis sesuai fakta-fakta yang ada. Diharapkan dengan penerapan model ini akan memiliki pengaruh positif peserta didik yang dapat diaplikasikan pada hasil belajar.

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mengamati dan melihat bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis melalui metode problem solving dalam proses pembelajaran IPS di MTs Islamiyah Ciputat materi penyimpangan sosial. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskriptipsikan, memahami dan memaknai sistem pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPS di MTs Islamiyah Ciputat. Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan krangka berpikir yang telah dipaparkan di depan, maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analis.

Penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.1

Metode penelitian kualitatif adalah “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

1

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), cet. 6, h. 36

kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen”.2

Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif maka diharapkan akan memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dan fakta yang relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya berusaha untuk mendeskripsikan permasalahan secara komprehensif, holistik, integratif, dan mendalam melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkunganya dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya.

Penelitian ini pada hakikatnya adalah mengamati guru IPS dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang pelaksanaan pembelajaran, serta mengamati guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa melalui metode pembelajaran problem solving pada pembelajaran IPS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat, yang beralamat di Jalan KH. Dewantara No. 23 Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota/Kabupaten Tangerang Selatan. Telp. 021.7409814, - 021.287529743

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari pengajuan judul, pengajuan proposal, perencanaan dan persiapan instrument,uji coba instrument, penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Dengan rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 7 (tujuh) bulan, mulai pada bulan Agustus 2010 sampai Maret 2011.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R & D, (Bandung: Alfabeta,2010),cet. X,h.15.

3

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian Ags Sept Nov Des Jan Feb Mar

Pengajuan proposal √ Persiapandan perencanaan √ Observasi √ Kegiatan Penelitian √ √ Analisis Data √ √ Laporan Penelitian √ √

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

oleh Spradley dinamakan ”social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place),pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis”.4 Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai

objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam ”apa yang terjadi” di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis mengamati situasi sosial

atau objek penelitian tentang guru IPS (actors) dalam melakukan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode problem solving supaya siswa lebih berpikir kritis dalam memecahkan masalah – masalah IPS (activity) di MTs Islamiyah Ciputat (place).

Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster sampling (area sampling). Yaitu siswa kelas VIII IPS di MTs Islamiyah Ciputat terdiri dari 2 (Dua) kelas, namun yang digunakan untuk menjadi sampelnya hanya 1 (satu) kelas. Di mana kelas ini memiliki karakteristik yang relatif sama dengan ke dua kelas yang lain atau dapat mewakili kelas-kelas yang lain.

4

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.297-298.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiyono, bahwa

”Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang disusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.5

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan proses pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS dan mengamati keadaan sekolah, sarana dan prasarana, serta keadaan guru dan siswa di MTs Islamiyah Ciputat.

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi

Rumusan Masalah Kegiatan Indikator

1. Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode problem solving pada

pelajaran IPS materi Penyimpangan sosial Pelaksanaan pembelajaran 1. Kegiatan awal (pendahuluan) a) Apersepsi 1. Membuka pelajaran 2. Memeriksa keadaan kelas dan siswa 3. Mengulang materi sebelumnya b) Memotivasi siswa 2. Kegiatan inti a) Menerangkan materi b) Memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya c) Memberikan latihan kepada siswa d) Membahas latihan 5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.203.

bersama antara siswa dengan guru e) Memecahkan masalah f) Pengelolaan antar kelompok 3. Kegiatan akhir (penutup) a) Menyimpulkan b) Memberikan PR

berupa studi kasus c) Menutup kegiatan pembelajaran 2. Persepsi siswa tentang penggunaan metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpangan Sosial Penilaian (evaluasi) pembelajaran 1. Proses evaluasi mengamati perkembangan berpikir kritis siswa 2. Proses evaluasi pemberian ulangan harian E. Pedoman Wawancara

Susan Strainback (1988) yang dikutip oleh Sugiyono, mengemukakan

bahwa ”interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon

than can be gained through observation alon”.6

Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.7 Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari guru mata pelajaran IPS.

Tabel 3. Kisi-kisi Wawancara

6

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.318.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D,…,h.319.

Rumusan

masalah Kegiatan Indikator No. item Sumber 1. Upaya meningkat-kan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpang an sosial Perencanaan pembelajaran Proses pelaksanan pembelajaran 1. Membuat RPP 2. Membuat silabus 3. Menentukan materi 1. Proses pembelajaran 2. Penggunaan problem solving 3. Berpikir kritis 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12,13 Guru 2. Persepsi siswa tentang penggunaan metode problem solving pada pelajaran IPS materi Penyimpa-ngan Sosial Proses pelaksanaan pembelajaran 1. Proses pembelajaran 2. Penggunaan model problem solving 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10 Siswa F. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen terkait