• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piroksikam

2.5 Validasi Prosedur Analisis

2.5.1 Prosedur Analisis

Menurut Watson (2005), prosedur analisis memberikan deskripsib yang tepat bagaimana suatu analisis dilakukan. Tahap-tahap penting untuk melakukan tiap uji analisis harus dijelaskan secara terperinci. Metode lengkap harus menjelaskan:

1. Mutu dan sumber baku pembanding untuk senyawa yang dianalisis 2. Prosedur yang digunakan untuk menyiapkan larutan baku pembanding 3. Mutu semua pereaksi atau pelarut yang digunakan dalam penetapan kadar

dan metode pembuatannya

4. Prosedur dan keadaan yang digunakan untuk pengoperasian semua perlengkapan yang diperlukan dalam penetapan kadar tersebut, dan

5. Metodologi yang digunakan untuk kalibrasi penetapan kadar dan metodologi yang digunakan untuk pemrosesan sampel tersebut sebelum analisis.

Metode analisis yang digunakan pada uji validasi yaitu: a. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitumetode simulasi (spiked placebo recovery) dan metode panambahan bahan baku (standard addition method) (Harmita, 2004).

Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding) ditambahkan kedalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit

yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004).

Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit diperiksa ditambahkan ke dalam sampeldicampur dan dianalisis lagi. selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode tersebut persen perolehan kembali ditentukan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil sebenarnya.Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel placebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah metode kuantitasi yang digunakan dalam penentuan akurasi harus sama dengan metode kuantitasi yang digunakan untuk menganalisis sampel dalam penelitian (Harmita, 2004).

% Perolehan Kembali = 100% * x C C C A A F

Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

A

C = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku C*A = konsentrasi baku yang ditambahkan

b. Presisi

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masing masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada

sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi juga diartikan sebagai ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai standar deviasi relatif (RSD) (Satiadarma., dkk., 2004).

Menurut Watson (2005), Sesuai dengan International Conference on Harmonization (ICH), presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu:

a. Keterulangan yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya. b. Presisi antara yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik

orangnya, peralatannya, tempatnya maupun waktunya.

c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

Pengujian pada presisi biasanya dilakukan replikasi sebanyak 6-15 pada sampel tunggal untuk tiap-tiap konsentrasi. Nilai RSD antara 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar antara 5-15% (Rohman, 2007).

c. Kespesifikan

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung didalam sampel (Watson, 2005).

d. Batas Deteksi

Menurut Harmita (2004), batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas deteksi = slope X xSY / 3 e. Batas kuanitasi

Menurut Harmita (2004), batas kuanitasi (limit of quantitation) didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

Batas kuantitasi = Slope X xSY / 10 f. Linieritas

Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).metode ini dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat kecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Harmita, 2004).

Penentuan linieritas suatu prosedur analisis dilakukan dengan perlakuan matematika dari hasil uji yang diperoleh pada analisis sampel yang mengandung analit dalam rentang konsentrasi yang dituntut oleh prosedur. Perlakuan tersebut pada umumnya adalah perhitungan garis regresi (Satiadarma., dkk., 2004).

g. Rentang

Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah analit yang terbukti dapat ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan presisi, akurasi kelinieran yang memadai. Rentang biasanya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji (persen, bagian

persejuta). Untuk pengujian komponen utama, maka konsentarasi baku harus diukur didekat atau sama dengan konsentrasi kandungan analit yang diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25%, 50%, 75%, 100%, 125%, dan 150%dari konsentrasi analit yang diharapkan (Satiadarma., dkk., 2004; Rohman, 2007).

h. Ketahanan

Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan melakukan variasi parameter-parameter metode seperti: persentase pelarut organik, pH, kekuatan ionik, suhu dan sebagainya (Rohman, 2007).

i. Kesalahan acak majemuk

Kesalahan sistematik dalam analisis biasanya dapat dieliminasi, tetapi kesalahan acak nyata disebabkan oleh pelaksanaan dalam suatu pengujian yang belum sepenuhnya dikendalikan.Jenis kesalahan acak umumnya berasal dari penerimaan toleransi pabrik terhadap alat-alat gelas (Watson, 2005).

j. Pelaporan hasil

Dalam menghitung jawaban dari data yang diperoleh dalam suatu analisis, penting untuk tidak menunjukkan presisi tingkat tinggi daripada yang sebenarnya mungkin dalam penetapan kadar tersebut. Akurasi alat gelas yang digunakan dengan anggapan bahwa hal tersebutsesuai dengan standar BS untuk kualitas A, jelas ada beberapa ketidakpstian dalam semua angka yang < 1%. Lima angka dapat tetap digunakan dan dibulatkan menjadi empat angka pada akhir perhitungan. SBR tidak boleh dilaporkan sampai dibawah 0,1% (Watson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Piroksikam merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang banyak digunakan untuk pengobatan rheumatik, sebagian besar penyakitrheumatik membutuhkan pengobatan simtomatik untuk meredakan nyeri (Madhukar, dkk., 2011). Piroksikam sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna, salah satunya adalah tukak lambung (Wilmana dan Gan, 2009).

Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dan memberikan efek terapi yang dikehendaki dengan kadar yang tepat. Salah satu parameter dari uji mutu tersebut adalah kadar zat berkhasiat dari suatu sediaan obat harus memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi ke V atau ditentukan buku standar lainnya.

Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat generik yang harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya jauh lebih mahal (Puspitasari, 2006).

Setiap produk farmasi yang akan dirilis harus teruji secara ilmiah untuk menjamin khasiat, toksisitas, dan kualitasnya. Agar dapat diperoleh hasil yang relatif sama pada tiap tahapan maka masing-masing tahapan harus diuji secara terpisah dalam validasi metode untuk menjamin kualitas dan realibilitas suatu

hasil analisis. Pengembangan metode tidak dapat dipisahkan dari validasi metode analisis, karena metode analisis hasil pengembangan baru dapat dikatakan baik, kalau dapat dibuktikan secara ilmiah sesuai dengan tujuan pengembangan metode tersebut.Pembuktian kesesuaian secara ilmiah itu disebut sebagai validasi (Fernanda, 2011).

Menurut Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014, penetapan kadar piroksikam dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi(KCKT).Metode ini membutuhkan biaya operasional yang mahal dan waktu analisis yang relative lama.Menurut Dibbern, dkk., (2002), piroksikam dapat diidentifikasi antara lain dalam pelarut metanol pada panjang gelombang 325 nm (A11 = 556 b), dalam

pelarut larutan asam klorida 0.1 M pada panjang gelombang 334 nm (A11 = 813 b).Dari struktur molekul piroksikam mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, sehingga kemungkinan piroksikam dalam sediaan kapsul dapat ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet.

Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penetapan kadar piroksikam kapsulmenggunakan spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol–HCl 0.1 M. Metode ini divalidasi, selanjutnya metode yang divalidasi ini digunakan untuk menentukan kadar kapsul piroksikam generik dan dagang yang beredar dipasaran.

Dokumen terkait