BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan yaitu: 1. Bagi Siswa SMA Al-Asiyah Cibinong Bogor
Diharapkan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara aktif mencari informasi serta lebih berwaspada terhadap tanda dan gejala dari infeksi menular seksual.
2. Bagi SMA Al-Asiyah Cibinong Bogor
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan siswa dengan bekerjasama dengan instansi kesehatan untuk pelaksanaan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi tentang IMS. Serta diharapkan menambahkan guru BK di SMA Al-Asiyah untuk membantu remaja mengatasi permasalahn seksualitas.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan menambah variabel sikap dan perilaku dalam penelitian selanjutnya sehingga akan didapatkan hasil penelitian lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, H., & Citra. (2010). Motivasi Belajar dan Sumber-Sumber Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMUN 2 Banguntapan Bantul. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Ayu, I. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Azinar, M. (2013). Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Terhadap Kehamilan
Tidak Diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 8(2); 153-160.
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Baroroh, N. L. (2013). Peran Wali Kelas dan Guru Bimbingan Konseling
Terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling Pada SiswaKelas VB Sleman. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
BKKBN. (2011). Kajian Profil Penduduk Remaja 10-24 tahun. Seri 1 No 6-Pusdu-BKKBN-Desember.
. (2012). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta: BKKBN
. (2014). Seks Pranikah Pada Remaja Meningkat. www.bkkbn.go.id diunduh pada 6 December 2014.
Boskey, E. (2014). Top 10 Risk Factors For Acquiring STD
http://std.about.com/od/riskfactorsforstds/tp/topriskfactors.htm diunduh pada 4 Desember 2014.
BPS. (2012). Jawa Barat dalam angka ”Jawa Barat in figures: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat.
Brooker, C. (2008). Ensikolpedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Budiman & Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Buzarudina, F. (2013). Efektifitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
terhadap tingkat pengetahuan siswa. Skripsi S1 Fakultas
Kedokteran, Universitas Tanjungpura.
Cahyo, K., Prapto, T., Margawati, A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA
Negeri 1 Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Vol. 3(2).
Daili. (2009). Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Depkes RI. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta:
Depkes RI
Dinkes. (2012). Seks Bebas Pada Remaja Karena Tidak Kompak dengan Ayah. http://dinkes.cirebonkab.go.id/ diunduh pada 3 Juli 2015. Dewanto, G. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC.
Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ekawati, A., & Wulandari, S. (2011). Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Studi Kasus Sekolah Dasar. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Vol. 3(1).
Firmiana, E. M., Prasetya, R. M., Imawati, R. (2012). Ketimpangan Relijiusitas dengan Perilaku Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja SMA di Jakarta Selatan. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol. 1(4), September.
Gunarsah, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Handayani, W. S. (2009). Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah Kelas VIII B Di MTsN Bantul. Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
Hanifah, L. (2007). Gender dan HIV/ AIDS. www.miranti.orgdiunduh pada 5 Mei 2015.
Hanifah, N., & Cahyo, K. (2012). Prilaku Seksual Pranikah Pada Siswa SLTP Pengungsi Eks Timor Timur di Kecamatan Kupang.Jurnal promosi kesehatan Indonesia, Vol. 7(2).
Hamidy, M. I. (2004). Ancaman Virus dan Upaya Pencegahanya (Dalam perspektif sosiologi dan agama. Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 5(1); 60-77.
Hastono, S. P., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Heffner, J. L. (2005). Sistem reproduksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
John, R. (2006). Promosi kesehatan melalui pendidikan teman sebaya (peer education) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada siswa SMP di kabupaten Muara Enim. Tesis S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada
Kadir, A. (2003). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI
Khofifah, A., Sano, A., Syukur, Y. (2013). Permasalahan Yang Disampaikan Siswa Kepada Guru BK. Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 2(2); 26-33 Kusuma, S. A., Sumiwi, A. S., Febrina, E., Tjitraresmi, A. (2009).
Pengembangan Sirih Merah Sebagai Herbal Terstandar Untuk Mengatasi Keputihan Terhadap Trichomonas vaginalis. Artikel Ilmiah Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran
LAKIP. (2013). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bogor tahun 2013. www.bogorkab.go.id diunduh pada
12 Juni 2015.
Maentiningsih, D. (2008). Hubungan Antara Secure Attachment Dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma.
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan;ed,Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC
Mauliddiana, S., & Albar, R. (2013). Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Upaya Pencegahan Pada Married By Accident.. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3(1); 36-49.
Muhajir, M. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira
Muijiran, (2014). Dokter Boyke Hadiri Seminar Kespro Bagi Remaja di
Depok. www.depoknews.com diunduh pada 28 November 2014.
Morgan, G. (2009). Obstetri & Ginekologi:Panduan Praktik-Ed,2:561. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2010a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
. (2010b). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Panenga, T. D., Noor, M. R., & Triawanti. (2014). Tingkat pengetahuan
tentang penyakit menular seksual pada siswa SMA Negeri di Banjarmasin. Jurnal berkala kedokteran, Vol. 1(2); 95-101.
PKI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. www.depkes.go.id diunduh pada 3 Juli 2015.
Ralph, C. B. (2008). Buku Saku Obstetric dan Ginekologi-Ed.9;837. Jakarta: EGC.
Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI Tahun 2010: Bakti Husada
Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha-Medika . (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima-Press Rofiq, M. S. (2009). Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas 1 dan 2 Tentang
Infeksi Menular Seksual Di Sekolah Menengah Kejuruan Bogor Tahun 2009. Skripsi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Rompas, S., Karundeng, M., Mamonto, F. S. (2013). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang penyakit menular seksual di SMK Fajar Bolaang Mongondow Timur. Jurnal Keperawatan, Vol. 2(2).
Romli, A. (2013). Pengertian Media Massa. www.komunikasi.uinsgd.ac.id diunduh pada 20 Februari 2015.
Saputra, I. (2013). Pengaruh Penggunaan Media dan Interaksi Komunikasi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja. www.skpm.ipb.ac.id diunduh pada tanggal 13 Juni 2015.
Sari, K. P., Muslim, M. H., & Ulfah, S. (2012). Kejadian Infeksi Gonore pada Pekerja seks komersial di Lokalisasi Pembantuan Kecamatan Landasan Ulin Banjarbaru. Jurnal Buski, Vol. 4(1), 29-35.
Samkange, N. F., Spallek, L., & Zeeb, H. (2011). Awareness and Knowledge of Sexually Transmitted Diseases (STDs) Among School-going Adolescents in Europe: A Systematic Review of Published Literature. BMC Public Health, 25 September.
Santrock, W. J. (2007). Remaja. Jakarta: EGC.
Sarwono, S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada. SDKI. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja.Jakarta: Survei Demografi
Kesehatan Indonesia.
Shipitsyna, E. (2012). Sexual behaviours, knowledge and attitudes regarding safe sex, and prevalence of non-viral sexually transmitted infections among attendes of youth clinics in St. Petersburg. J.Eur Acad Dermatol Venereol, 16Maret.
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Siregar, S. (2013). Statistik parametik untuk penelitian kuantitatif:dilengkapi dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: Bumi Aksara
Sudoyo, W. A. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Trani, F., Gnisci, F., Nobile, C. G., Angelillo, I.F. (2005). Adolescents and sexually transmitted infections: Knowledge and behavior in Italy. J. Paediatr Child Health, 41, 260-264.
Wahyuni, S. (2012). Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan Jenis Kelamin dan Sumber Informasi. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah, Vol. 1(2).
WHO. (2013a). Adolescent Health:World Helath Organization. www.who.int diunduh pada tanggal 27 Desember 2014.
. (2013b).Sexually transmitted infections: World Helath Organization. www.who.int diunduh pada 15 Desember 2014.
Wirakusuma, A., Darmada, I., Rusyati., Made, L. (2011). Spektrum Infeksi Menular Seksual di Poliklinik dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode 2009-2011. Jurnal Medika Udayana, Vol. 3(8).
Wulandari, F. V., Nirwana, H., Nurfarhanah. (2012). Pemahaman Siswa Mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi.Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 1(1); 1-9.
Yolanda, M. (2013). Hubungan pengetahuan remaja usia 15-17 tahun tentang penyakit menular seksual (PMS) dengan perilaku remaja di SMAS PSM. Bukittinggi: Jurnal Stikes Prima Nusantara Bukit Tinggi, Vol. (1)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth Saudara/i Di Tempat
Assalamualaikum wr. wb.
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatukkah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Saudara/i bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban Saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini mohon diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Saudara/i dalam pengisian kuesioner ini
Apakah Saudara/i bersedia menjadi responden?
YA/TIDAK
Tertanda Responden.
Lampiran 3
Tujuan:
Kuesioner ini dirancang untuk menjelaskan “Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Al-Asiyah Cibinong”:
Kode responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal pengambilan data :
Petunjuk umum
1. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu (A) karakteristik responden dan (B) pengetahuan IMS
2. Setiap bagian kuesioner memiliki petunjuk khusus yang harus Anda baca terlebih dahulu sebelum mengisi.
3. Bacalah setiap pertanyaan atau pernyataan dengan teliti. Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling tepat.
4. Anda dapat bertanya langsung kepada peneliti apabila terdapat pertanyaan atau pernyataan yang Anda tidak mengerti
5. Sebelum mengembalikan lembar kuesioner, pastikan Anda telah mengisi semua pertanyaan atau pernyataan yang dianjurkan.
A. Karateristik Responden
1) Isilah titik di bawah ini dengan jawaban singkat
2) Berilah tanda check list (√) pada kotak sesuai dengan jawaban Anda.
1. Usia : 15 tahun 16 tahun 17 tahun
2. Jenis Kelamin : …) Laki-laki Perempuan
KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI SMA
AL-ASIYAH
… … …
3. Sumber Informasi : Orang tua Teman Sekolah Kesehatan Reproduksi
Internet Tv
B. Pengetahuan Infeksi Menular Seksual
1) Pernyataan yang diberikan berjumlah 30 buah. Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling tepat.
2) Isilah dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang
tersedia
3) Keterangan : B: Benar S: Salah
No Pernyataan B S
1. Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Infeksi menular seksual disebut juga sebagai penyakit kelamin.
3. Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui berjabat tangan dengan penderita.
4. Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang disebabkan oleh kutukan nenek moyang.
5. Virus HIV/AIDS merupakan penyebab infeksi menular seksual.
6. Virus Hepatitis A merupakan penyebab infeksi menular seksual.
7. Parasit Trichomonas termasuk organisme penyebab infeksi menular seksual.
8. Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri (gonore).
9. Infeksi menular seksual dapat ditularkan dengan cara penggunaan jarum suntik bekas penderita infeksi menular seksual.
… … … … … …
No Pernyataan B S 10. Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui
hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi penyakit seksual.
11. Tindakan aborsi yang tidak steril bisa menyebabkan terkena infeksi menular seksual. 12. Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui
penggunakan WC umum dan kolam renang secara bersama-sama dengan penderita.
13. Pada pria rasa sakit saat buang air kecil dan disertai nanah perlu diwaspadai terkena infeksi menular seksual.
14. Susah buang air kecil merupakan gejala dari infeksi menular seksual.
15. Rasa gatal dan panas pada daerah kelamin biasa dirasakan oleh penderita infeksi menular seksual. 16. Perempuan yang mengalami keputihan dan nyeri
sekitar perut bagian bawah merupakan gejala yang muncul pada infeksi menular seksual.
17. Terlambat datang bulan (haid) pada perempuan merupakan salah satu gejala infeksi menular seksual.
18. Resiko tinggi infeksi menular seksual disebabkan karena penggunakan fasilitas umum bersama penderita.
19. Bersentuhan dengan penderita beresiko tertular infeksi menular seksual.
20. Homo seksual beresiko tinggi terkena infeksi menular seksual.
21. Remaja yang rajin beribadah dan banyak melakukan aktifitas seperti (olahraga) dapat terhindar dari infeksi menular seksual.
22. Wanita hamil yang mengalami penyakit menular seksual beresiko terjadi keguguran.
23. Komplikasi yang dirasakan oleh penderita penyakit menular seksual adalah nyeri pada perut bagian bawah.
No Pernyataan B S 24. Infeksi menular seksual dapat mengakibatkan
komplikasi seperti penyakit radang panggul. 25. Infeksi menular seksual yang tidak ditangani
dengan benar bisa menyebabkan kemandulan. 26. Promosi kesehatan yang diadakan di sekolah dapat
merubah perilaku remaja menjadi positif.
27. Menunda melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah salah satu pencegahan yang efektif agar terhindar dari infeksi menular seksual. 28. Mengkonsumsi minuman terlarang (alkohol)
membuat remaja terhindar dari infeksi menular seksual.
29. Mencari informasi yang benar tentang infeksi menular seksual merupakan cara untuk menambah pengetahuan remaja.
30. Pencegahan infeksi menular seksual dapat dilakukan dengan cara selalu mengganti pakaian dalam.
Lampiran 5
Hasil Olahan SPSS Univariat A. Karakteristik Responden
Statistics
usia jenis kelamin sumber
informasi N Valid 132 132 132 Missing 0 0 0 Mean 2.11 1.56 2.89 Std. Deviation .826 .498 1.486 usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid < 16 tahun 38 28.8 28.8 28.8 > 16 tahun 94 71.2 71.2 100.0 Total 132 100.0 100.0 jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid laki-laki 58 43.9 43.9 43.9 perempuan 74 56.1 56.1 100.0 Total 132 100.0 100.0 sumber informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid orang tua 33 25.0 25.0 25.0 teman 25 18.9 18.9 43.9 Media masa 45 34.1 34.1 78.0 sekolah 29 22.0 22.0 100.0 Total 132 100.0 100.0
B. MEAN DAN STANDAR DEVIASI
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
Definisi IMS 132 3.39 .602
Jenis IMS 132 2.35 .751
Cara Penularan IMS 132 2.97 .800
Tanda dan Gejala IMS 132 3.48 .977
Faktor Resiko IMS 132 2.82 1.054
Komplikasi IMS 132 2.55 .886
Pencegahan IMS 132 3.96 .703
Valid N (listwise) 132
C. TINGKAT PENGETAHUAN IMS Pengertian IMS
definisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 59 44.7 44.7 44.7 cukup 72 54.5 54.5 99.2 kurang 1 .8 .8 100.0 Total 132 100.0 100.0 Jenis IMS jenis_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 10 7.6 7.6 7.6 cukup 121 91.7 91.7 99.2 kurang 1 .8 .8 100.0 Total 132 100.0 100.0
Cara Penularan IMS
carapen_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 36 27.3 27.3 27.3 cukup 92 69.7 69.7 97.0 kurang 4 3.0 3.0 100.0 Total 132 100.0 100.0
Tanda dan Gejala IMS
tandaG_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 19 14.4 14.4 14.4 cukup 110 83.3 83.3 97.7 kurang 3 2.3 2.3 100.0 Total 132 100.0 100.0
Faktor Resiko IMS
faktorR_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 40 30.3 30.3 30.3 cukup 88 66.7 66.7 97.0 kurang 4 3.0 3.0 100.0 Total 132 100.0 100.0 Komplikasi IMS komplikasi_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 18 13.6 13.6 13.6 cukup 112 84.8 84.8 98.5 kurang 2 1.5 1.5 100.0 Total 132 100.0 100.0
Pencegahan IMS
pencegahan_ims
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid baik 29 22.0 22.0 22.0 cukup 102 77.3 77.3 99.2 kurang 1 .8 .8 100.0 Total 132 100.0 100.0
D. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG IMS No.1
Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 10 7.6 7.6 7.6 benar 122 92.4 92.4 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.2
Infeksi menular seksual disebut juga sebagai penyakit kelamin.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 15 11.4 11.4 11.4 benar 117 88.6 88.6 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.3
Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui berjabat tangan dengan penderita.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
benar 48 36.4 36.4 36.4
salah 84 63.6 63.6 100.0
No.4
Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang disebabkan oleh kutukan nenek moyang.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 7 5.3 5.3 5.3 salah 125 94.7 94.7 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.5
Virus HIV/AIDS merupakan penyebab infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 26 19.7 19.7 19.7 benar 106 80.3 80.3 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.6
Virus Hepatitis A merupakan penyebab infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 82 62.1 62.1 62.1 salah 50 37.9 37.9 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.7
Parasit Trichomonas termasuk organisme penyebab infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
salah 55 41.7 41.7 41.7
benar 77 58.3 58.3 100.0
No.8
Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri (gonore).
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 55 41.7 41.7 41.7 benar 77 58.3 58.3 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.9
Infeksi menular seksual dapat ditularkan dengan cara penggunaan jarum suntik bekas penderita infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 31 23.5 23.5 23.5 benar 101 76.5 76.5 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.10
Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi penyakit seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 11 8.3 8.3 8.3 benar 121 91.7 91.7 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.11
Tindakan aborsi yang tidak steril bisa menyebabkan terkena infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
benar 58 43.9 43.9 43.9
salah 74 56.1 56.1 100.0
No.12
Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui penggunaan WC umum dan kolam renang secara bersama-sama dengan penderita.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 36 27.3 27.3 27.3 salah 96 72.7 72.7 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.13
Pada pria rasa sakit saat buang air kecil dan disertai nanah perlu diwaspadai terkena infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 18 13.6 13.6 13.6 benar 114 86.4 86.4 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.14
Susah buang air kecil merupakan gejala dari infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 42 31.8 31.8 31.8 salah 90 68.2 68.2 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.15
Rasa gatal dan panas pada daerah kelamin biasa dirasakan oleh penderita infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
salah 41 31.1 31.1 31.1
benar 91 68.9 68.9 100.0
No.16
Perempuan yang mengalami keputihan dan nyeri sekitar perut bagian bawah merupakan gejala yang muncul pada infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 82 62.1 62.1 62.1 benar 50 37.9 37.9 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.17
Terlambat datang bulan (haid) pada perempuan merupakan salah satu gejala infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 18 13.6 13.6 13.6 salah 114 86.4 86.4 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.18
Resiko tinggi infeksi menular seksual disebabkan karena penggunakan fasilitas umum bersama penderita.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 56 42.4 42.4 42.4 salah 76 57.6 57.6 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.19
Bersentuhan dengan penderita beresiko tertular infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
benar 46 34.8 34.8 34.8
salah 86 65.2 65.2 100.0
No.20
Homo seksual beresiko tinggi terkena infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 25 18.9 18.9 18.9 benar 107 81.1 81.1 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.21
Remaja yang rajin beribadah dan banyak melakukan aktifitas seperti (olahraga) dapat terhindar dari infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 29 22.0 22.0 22.0 benar 103 78.0 78.0 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.22
Wanita hamil yang mengalami penyakit menular seksual beresiko terjadi keguguran.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 46 34.8 34.8 34.8 benar 86 65.2 65.2 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.23
Komplikasi yang dirasakan oleh penderita penyakit menular seksual adalah nyeri pada perut bagian bawah.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
benar 68 51.5 51.5 51.5
salah 64 48.5 48.5 100.0
No.24
Infeksi menular seksual dapat mengakibatkan komplikasi seperti penyakit radang panggul.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 53 40.2 40.2 40.2 benar 79 59.8 59.8 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.25
Infeksi menular seksual yang tidak ditangani dengan benar bisa menyebabkan kemandulan.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 25 18.9 18.9 18.9 benar 107 81.1 81.1 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.26
Promosi kesehatan yang diadakan di sekolah dapat merubah perilaku remaja menjadi positif.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 4 3.0 3.0 3.0 benar 128 97.0 97.0 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.27
Menunda melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah salah satu pencegahan yang efektif agar terhindar dari infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
salah 15 11.4 11.4 11.4
benar 117 88.6 88.6 100.0
No.28
Mengkonsumsi minuman terlarang (alkohol) membuat remaja terhindar dari infeksi menular seksual.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 42 31.8 31.8 31.8 salah 90 68.2 68.2 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.29
Mencari informasi yang benar tentang infeksi menular seksual merupakan cara untuk menambah pengetahuan remaja.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid salah 2 1.5 1.5 1.5 benar 130 98.5 98.5 100.0 Total 132 100.0 100.0 No.30
Pencegahan infeksi menular seksual dapat dilakukan dengan cara selalu mengganti pakaian dalam.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid benar 74 56.1 56.1 56.1 salah 58 43.9 43.9 100.0 Total 132 100.0 100.0
Lampiran 6
A. Perhitungan Infeksi Menular Seksual (IMS)
1. Pengertian IMS
Variabel Mean Standar
Deviasi
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pengertian Infeksi
Menular Seksual (IMS)
3.39 0.602
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 3.39 dan standar deviasi sebesar 0.602. Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu: a. Baik : (x) > mean +1 SD
(x) > 3.39 + (1 x 0.602) (x) > 3.9
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 3.9 b. Cukup : mean –1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3.39 –0.602 ≤ x ≤ 3.39 + 0.602
2.7 ≤ x ≤ 3.9
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 2.7 ≤ x ≤ 3.9
c. Kurang : (x) < mean – 1 SD (x) < 3.39 – 0.602 (x) < 2.7
2. Jenis-jenis IMS
Variabel Mean Standar
Deviasi
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Jenis-Jenis Infeksi
Menular Seksual (IMS)
2.35 0.751
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 2.35 dan standar deviasi sebesar 0.751 Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Baik : (x) > mean +1 SD (x) > 2.35 + 0.751 (x) > 3.1
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 3.1 b. Cukup : mean –1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
2.35 –0.751 ≤ x ≤ 2.35 + 0.751
1.5 ≤ x ≤ 3.1
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 1.5 ≤ x ≤ 3.1
c. Kurang : (x) < mean – 1 SD (x) < 2.35 – 0.751 (x) < 1.5
3. Cara Penularan IMS
Variabel Mean Standar
Deviasi
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Cara Penularan Infeksi
Menular Seksual (IMS)
2.97 0.800
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 2.97 dan standar deviasi sebesar 0.800 Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Baik : (x) > mean +1 SD (x) > 2.97 + 0.800 (x) > 3.7
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 3.7 b. Cukup : mean –1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
2.97 –0.800 ≤ x ≤ 2.97 + 0.800
2.17 ≤ x ≤ 3.7
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 2.17 ≤ x ≤ 3.7
c. Kurang : (x) < mean – 1 SD (x) < 2.97 – 0.800 (x) < 2.17
4. Tanda dan Gejala IMS
Variabel Mean Standar
Deviasi
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Tanda dan Gejala Infeksi
Menular Seksual (IMS)
3.48 0.977
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 3.48 dan standar deviasi sebesar 0.977 Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Baik : (x) > mean +1 SD (x) > 3.48 + 0.977 (x) > 4.4
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 4.4 b. Cukup : mean –1SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3.48 – 0.977 ≤ x ≤ 3.48+ 0.977
2.5 ≤ x ≤ 4.4
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 2.5 ≤ x ≤ 4.4
c. Kurang : (x) < mean – 1 SD (x) < 3.48 – 0.977 (x) < 2.5
5. Faktor Resiko IMS
Variabel Mean Standar
Deviasi
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Faktor Resiko Infeksi
Menular Seksual (IMS)
2.82 1.05
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 2.82 dan standar deviasi sebesar 1.05 Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu: