• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, penulis mempunyai beberapa harapan bagi pengembangan yang lebih baik berupa saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Dinas Kebudayaan Sumatera Utara diharapkan peran sertanya dalam melestarikan naskah Batak. Karena naskah Batak yang di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara masih memiliki perawatan yang kurang baik untuk standar perawatan naskah kuno agar naskah yang terdapat di Museum tidak cepat rusak.

101

2. Naskah di Museum Provinsi Sumatera utara masih banyak yang belu diteliti, bahkan ditransliterasi. Kepada para peminat, terutama mahasiswa Sastra Daerah FIB USU agar benarbenar mempersiapkan diri dengan penguasaan metodologis, disamping bekal pengetahuan tentang obyek yang akan diteliti sebelum turun kelapangan.

3. Kata penutup, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan khazanah ilmu pengetahuan tentang naskah. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat. Terimakasih.

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi

Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagian besar ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah. Dalam rangka penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah itu perlu terlebih dahulu teks itu ditransliterasikan ke huruf lain.

Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Misalnya, pengalihan huruf dari huruf Arab-Melayu ke huruf Latin atau dari huruf Jawa ke huruf Latin atau sebaliknya (Djamaris 2002:19).

Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu tulisan ke tulisan lain; transliterasi lebih disukai daripada transkripsi yang hanya menyalin dari satu tempat ke tempat lain (Robson 1994:24).

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001)

Ketiga pengertian transliterasi diatas memiliki makna yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah pengalihan huruf dari satu huruf ke huruf yang lain. Ada dua tugas pokok peneliti filologi dalam transliterasi ini, yaitu tugas pokok pertama ialah menjaga kemurnian bahasa

23

lama dalam naskah khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), supaya data mengenai bahasa lama dalam naskah itu tidak hilang. Tugas pokok kedua ialah menjanjikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi naskah.

1.1.2 Naskah

Yang dimaksud dengan naskah disini adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang yang ditulis pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tulisan tangan pada kertas itu biasanya dipakai pada naskah-naskah yang berbahasa Melayu dan yang berbahasa Jawa. Lontar banyak dipakai pada naskah-naskah berbahasa Jawa dan Bali, kulit kayu, bambu dan tulang biasa digunakan pada naskah-naskah berbahasa Batak. Dalam bahasa Latin, naskah ini disebut codex, dalam bahasa Inggris disebut manuscript, dan dalam bahasa Belanda disebut handscrift.

Naskah merupakan perbendaharaan pikiran dan cita-cita para nenek moyang kita. Dengan mempelajari naskah-naskah itu kita bisa mendekati dan menghayati pikiran serta cita-cita yang dulu menjadi pedoman kehidupan mereka (Robson 1994:3)

24

Baried (1977:20) mengatakan bahwa naskah merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.

Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Naskah mengandung isi bermacam-macam, diantaranya naskah mengandung unsur peristiwa penting dalam sejarah, sikap dan pikiran serta perasaan masyarakat, ide kepahlawanan, sikap bawahan terhadap atasan dan sebaliknya. Ada pula naskah yang menguraikan sistem pemerintahan, tata hukum, adat istiadat, kehidupan keagamaan, ajaran moral, perihal pertunjukan beserta segenap peralatannya (Darusuprapta 1995:137).

Dari ketiga pengertian naskah diatas, dapat disimpulkan bahwa naskah ialah tulisan tangan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, sebagai hasil budaya pada masa lampau.

Mengingat bahan naskah seperti tersebut di atas, jelaslah bahwa naskah itu tidak dapat bertahan beratus-ratus tahun tanpa pemeliharaan yang cermat dan perawatan yang khusus sebagaimana dapat kita jumpai diluar negeri. Pemeliharaan naskah agar tidak cepat rusak dapat dilakukan dengan cara mengatur suhu udara tempat naskah itu disimpan,sehingga naskah tidak cepat lapuk, melapisi kertas-kertas yang sudah lapuk dengan kertas yang khusus untuk itu sehingga kertas bisa kuat kembali, dan menyemprot naskah-naskah itu dalam jangka waktu tertentu dengan bahan kimia yang dapat membunuh bubuk-bubuk yang memakan kertas itu.

Cara lain yang dilakukan untuk memelihara naskah ini adalah memotret naskah itu halaman demi halaman dalam bentuk makrofilm maupun mikrofilm.

25

Usaha ini cukup banyak dilakukan. Dapatlah dibayangkan bahwa apabila naskah-naskah tidak dirawat dengan cermat akan cepat sekali hancur dan tidak bernilai lagi sebagai warisan budaya nenek moyang.

Semua teks di dalam naskah itu dianggap sebagai hasil sastra lama atau sastra tradisional dan isi naskah itu bermacam-macam. Isi naskah itu ada yang tidak dapat digolongkan dalam karya sastra seperti undang-undang, adat-istiadat, cara membuat obat, dan cara membuat rumah. Sebagian besar isi naskah dapat digolongkan dalam karya sastra dalam pengertian khusus, seperti cerita-cerita dongeng, legenda, mite, pantun, syair, dan gurindam.

2.2 Teori Yang Digunakan 2.2.1 Filologi

Filologi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata philos dan logos. Philos artinya cinta dan logos artinya kata, ilmu. Jadi, secara harafiah filologi berarti ‘cinta kata’ atau cinta kata-kata. Ada beberapa pendapat ataupun batasan tentang filologi yang dapat dipakai sebagai acuan pada penelitian ini.

Baried (1985:2) mengatakan, “filologi merupakan sebuah studi yang diperlukan untuk satu upaya yang dilakukan terhadap peninggalan masa lampau”.

August (dalam Friska 2014:11) mengatakan, “Filologi berarti ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang”.

Mario (dalam Friska 2014:11) mengatakan, “Filologi merupakan ilmu studi bahasa yang ilmiah seperti yang disandang oleh linguistik pada masa

26

sekarang dan apabila studinya dikhususkan kepada teks, teks tua filologi memperoleh pengertian semacam ilmu linguistik historis”.

Dari ketiga pengertian filologi di atas, dapat disimpulkan bahwa filologi adalah ilmu pengetahuan yang dikhususkan kepada teks terhadap peninggalan masa lampau. Penelitian filologi secara khusus berfokus pada teks dan naskah. Penelitian filologi yang berfokus pada teks disebut kritik teks atau tekstologi. Penelitian filologi yang berfokus pada naskahnya atau bahan yang digunakan untuk menuliskan teks itu disebut kodekologi.

Pengertian filologi ini kemudian berkembang dari pengertian cinta pada kata-kata menjadi cinta pada ilmu. Filologi tidak hanya sibuk dengan kritik teks, serta komentar penjelasannya, tetapi juga ilmu yang menyelidiki kebudayaan suatu bangsa berdasarkan naskah. Objek yang dikaji tetap sama, yaitu naskah. Dari penelitian filologi, kita dapat mengetahui latar belakang agama, adat-istiadat, dan pandangan hidup suatu bangsa sesuai dengan isi naskah.

Untuk dapat mengetahui isi naskah dengan baik, penulis harus mengetahui dan memahami metode penelitian yang harus digunakan dalam menelaah suatu naskah. Dalam meneliti sebuah naskah, penulis pun harus memperhatikan metode yang tepat yang dapat digunakan dalam menganalisis suatu teks. Oleh karena itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang metode-metode atau langkah-langkah yang digunakan oleh penulis dalam upaya penelitian suatu naskah.

27

Penulis menggunakan beberapa tahap metode untuk mendapatkan hasil analisis yang baik dalam menelaah naskah. Yaitu, penulis melakukan pengumpulan naskah, kemudian melakukan kritik teks dan merekonstruksi teks.

2.2.2 Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian filologi ada beberapa macam sesuai dengan tahapan/proses penelitian. Tahap pertama ialah pengumpulan data yang berupa inventarisasi naskah. Data penelitian filologi berupa naskah-naskah. Pengumpulan data itu dilakukan dengan metode studi pustaka. Sumber data penelitian ini adalah katalogus naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan universitas dan museum.

Di samping katalogus, sumber data lain adalah buku atau daftar naskah yang terdapat di perpustakaan, museum, instansi lain yang menaruh perhatian terhadap naskah.

Metode pengumpulan data yang kedua adalah metode studi lapangan (field research). Naskah tidak hanya tersimpan di perpustakaan atau museum, tetapi juga terdapat di kalangan masyarakat. Ada segolongan orang yang menganggap naskah sebagai benda yang sangat berharga, benda pusaka sehingga benda itu dikeramatkan. Untuk itu, naskah disimpannya baik-baik dan tidak boleh dibaca oleh sembarang orang. Untuk membaca naskah itu kadang-kadang disertai upacara-upacara tertentu. Naskah yang sering dianggap benda keramat atau sangat berharga itu diantaranya naskah yang berisi silsilah

28

keturunan, naskah berisi mantera, naskah berisi cara membuat obat-obatan, dan naskah keagamaan.

Ada kalanya naskah tersimpan di tempat-tempat pendidikan, seperti pesantren, serta tempat-tempat acara kesenian. Tokoh masyarakat atau budayawan ada kalanya juga menyimpan naskah-naskah ini.

2.2.3 Metode Kritik Teks

Metode kritik teks adalah sebuah metode untuk menafsirkan naskah dengan memperhatikan bagian-bagian suatu teks secara mendalam. Metode kritik teks ini dibagi menjadi metode intuitif, objektif, gabungan, landasan, dan edisi naskah tunggal, namun metode yang digunakan ialah metode edisi naskah tunggal sehingga yang dijelaskan penulis adalah metode edisi naskah tunggal.

Metode Edisi Naskah Tunggal

Apabila hanya ada naskah tunggal dari suatu tradisi sehingga perbandingan tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh dua jalan, yaitu :

a. Edisi Diplomatik, yaitu menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan. Edisi diplomatik yang baik adalah hasil pembacaan yang teliti oleh seorang pembaca yang ahli dan berpengalaman. Dalam bentuknya yang paling sempurna, edisi diplomatik adalah naskah asli direproduksi fotografis. Hasil reproduksi fotografis itu disebut juga faksimile. Dapat juga penyunting membuat transliterasi setepat-tepatnya tanpa menambahkan sesuatu dari segi

29

teoritis, metode ini paling murni karena tidak ada unsur campur tangan dari pihak editor. Namun, dari segi praktis kurang membantu pembaca. b. Metode Standar, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan

kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakjegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Diadakan pembagian kata, pembagian kalimat, digunakan huruf besar, pungtuasi, dan diberikan pula komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks. Pembetulan yang tepat dilakukan atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah-naskah sejenis dan sezaman. Semua perubahan yang diadakan dicatat ditempat yang khusus agar selalu dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan penafsiran lain oleh pembaca. Segala usaha perbaikan harus disertai pertanggungjawaban dengan metode rujukan yang tepat.

2.2.4 Rekonstruksi Teks

Berdasarkan pengertian bahwa salah satu bacaan salah, maka yang salah ini dibetulkan menurut bacaan yang benar, yang terdapat dalam naskah-naskah lain. Apabila terdapat perbedaan bacaan dalam jumlah naskah yang sama sehingga tidak ada bacaan mayoritas yang dianggap benar, pembetulan dilakukan berdasarkan pengetahuan dari sumber lain sehingga bacaan yang satu dibetulkan dengan mengikuti bacaan yang lain.

Bacaan yang terdapat dalam sebuah naskah dipandang sebagai bacaan arketip. Akan tetapi, bacaan boleh dibetulkan berdasarkan pengetahuan dari

30

sumber lain supaya mendekati bacaan asli yang ‘hipotesis’. Teks yang sudah direkonstruksikan atau di pugar dipandang paling dekat dengan teks yang ditulis pengarang.

16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak kebudayaan. Bangsa Indonesia memiliki ragam kebudayaan. Peninggalan nenek moyang merupakan salah satu contoh kebudayaan yang dilestarikan oleh masyarakat Indonesia. Peninggalan-peninggalan nenek moyang biasanya berupa benda-benda pustaka, rumah adat, cerita rakyat, dan lain-lain. Peninggalan-peninggalan nenek moyang dapat ditemui di rumah adat suatu daerah, dan tidak sedikit pula ditemui di museum. Banyak museum daerah yang menyimpan barang-barang pustaka nenek moyang. Biasanya peninggalan-peninggalan nenek moyang disimpan dengan baik di dalam museum, bahkan ada beberapa yang sangat dijaga ketat keasliannya dan keutuhannya karena takut habis dimakan rayap.

Museum memiliki banyak artefak, barang-barang peninggalan budaya daerah dimana museum tersebut berada, seperti miniatur rumah adat , peralatan rumah tangga kuno, manusia zaman purba, naskah dan masih banyak lagi. Salah satu museum yang menyimpan peninggalan nenek moyang yang terdapat di Sumatera Utara adalah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara menyimpan banyak peninggalan-peninggalan nenek moyang masyarakatBatak. Dalam hal ini, Batak bukan hanya ditujukan untuk etnis Batak, kelima etnis Batak itu adalah Batak

17

Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Angkola-Mandailing. Salah satu peninggalan nenek moyang masyarakat Batak yang disimpan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ialah naskah kuno.

Naskah kuno yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ini memiliki jumlah sebanyak 262 naskah, terdiri atas 174 naskah Batak, 86 naskah Melayu. Setiap naskah kuno disimpan dengan baik di dalam Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara ini. Ada naskah yang di simpan di dalam kotak kaca, namun sebagian besar naskah disimpan di bagian storeage atau gudang penyimpanan koleksi di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Di bagian storeage ini, naskah di taruh di dalam amplop cokelat yang kemudian disimpan di dalam sebuah rak atau lemari. Naskah-naskah kuno ini disusun dengan rapi di dalam sebuah lemari. Namun naskah-naskah ini sebagian sudah ada yang rusak karena termakan zaman, hal ini disebabkan oleh rayap, kutu buku dan suhu yang tidak cocok dengan naskah sehingga naskah semakin cepat rusak.

Naskah merupakan kumpulan tulisan kuno yang ditulis di dalam lembaran kulit kayu, tulang, daun lontar maupun kertas. Naskah biasanya berisi tentang perjanjian, ramuan obat-obatan,cerita rakyat dan lain-lain. Naskah ditulis dalam bentuk aksara maupun tulisan latin.

Naskah Batak umumnya ditulis di kulit kayu dan menggunakan aksara Batak. Naskah Batak disebut juga pustaha. Naskah Batak biasanya berisi tentang ramuan obat-obatan, mantera (tabas), cerita rakyat, dan lainnya. Naskah Batak pada zaman dulu dibuat dari bahan kayu dan tintanya dibuat dari getah pohon.

18

Naskah Batak merupakan dokumen yang menarik untuk penelitian kebudayaan masa lampau. Naskah Batak ini pada hakikatnya merupakan warisan nenek moyang suku Batak yang sangat berharga, karena di dalamnya banyak terkandung nilai keagamaan, pendidikan, pengobatan, sejarah dan sebagainya. Di dalam naskah tersebut tertuang semua hasil buah pikiran, perasaan dan cita-cita nenek moyang kita. Dengan mempelajari naskah-naskah itu, kita bisa memahami dan menghayati pikiran, perasaan, serta cita-cita yang sudah diwariskan.

Naskah-naskah Batak yang ditulis pada kulit kayu, bambu, dan tulang dari zaman kuno yang diwariskan kepada orang Batak oleh leluhurnya, orang Batak bisa dikatakan beruntung, karena masih menyimpan naskah-naskah kuno dalam jumlah yang cukup banyak di tiap-tiap daerah. Namun ternyata naskah yang telah hilang pun cukup banyak. Contohnya ada beberapa naskah Batak yang dijual kepada wisatawan asing yang datang ke daerah mereka. Hal ini perlu disadari sepenuhnya, betapa pentingnya warisan budaya bangsa kita yang tersimpan dalam naskah-naskah kuno. Sebab naskah-naskah tersebut merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu kita dalam mempelajari, mengetahui, mengerti, dan kemudian menyajikan sejarah perkembangan kebudayaan bangsa kita. Naskah tersebut masih banyak yang belum diteliti oleh para ahli, karena naskah-naskah tersebut belum banyak dimanfaatkan isinya. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penelitian akan memakan waktu cukup lama. Dan yang paling pokok, peneliti harus menguasai tulisan dan bahasanya terlebih dahulu.

19

Penulis merasa bahwa naskah Batak kuno masih banyak yang belum di jamah oleh peneliti-peneliti, padahal di dalam naskah-naskah Batak tersimpan banyak ilmu mengenai kehidupan masa lampau yang masih dapat di gunakan hingga masa kini. Di dalam naskah Batak juga terkandung pengajaran-pengajaran akan kehidupan leluhur orang Batak yang dapat diterapkan dalam mendidik generasi masa kini. Namun minimnya keinginan para peneliti serta minimnya keinginan generasi muda Batak dalam meneliti naskah-naskah Batak membuat banyaknya ilmu dan pengajaran dalam naskah Batak itu menjadi tidak terjamah dan tidak terungkap untuk dapat digunakan pada saat ini. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul skripsi:Transliterasi Naskah No : 07.8 koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Mentransliterasi naskah no: 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi

Sumatera Utara.

2. Merekonstruksi teks yang terdapat dalam naskah no: 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian memiliki dua tujuan, yaitu khusus dan umum. Tujuan khusus penelitian ini yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan hasil transliterasi teks yang terdapat di dalam naskah no: 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

20

2. Untuk memaparkan metode yang digunakan dalam menganalisis teks di dalam naskah no : 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan umum penelitian ini yaitu:

1. Untuk menggali nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam naskah no: 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai acuan bagi peneliti tentang naskah-naskah Batak yang ada di Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1.4.1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat yang di harapkan dari penulisan ini ialah :

1. Sebagai acuan mahasiswa Sastra Daerah, USU dalam melakukan penelitian terhadap naskah Batak.

2. Turut serta dalam menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan naskah sebagai bagian dari Kebudayaan Nasional.

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

21

1. Menunjang program pemerintah dalam menggali naskah kuno dan melestarikan naskah kuno.

2. Memberikan dorongan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan pelestarian naskah kuno.

2 Abstrak

Sri Elsita Br Silalahi. 2016, judul skripsi : Transliterasi naskah no : 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Rumusan masalah: mentransliterasi naskah, merekonstruksi teks na adong i naskah no : 07.8, i museum negeri Provinsi Sumatera Utara. Teori na i pangke i ma teori Filologi. Metode penelitian na i pangke i ma metode standar. Metode standar i ma metode na biasa i pangke naeng penyuntingan teks naskah tunggal, na i bahas i ma manarbithon naskah dohot padengganhon na hurang denggan, edit teks, dohot panuratonna disarupahon tu hata Indonesia na disomalhon. Instrumen penelitian na i pangke i ma kamera, alat tulis, dohot buku pedoman. Sumber data penelitian i ma sada naskah Batak na adong i Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan sian penelitian on, naskah no 07.8 i ma marisi ubat ni sigunja dohot angka poda naeng marhorja dohot sude angka na porlu molo naeng marhorja.

Hata hunsi : naskah dohot transliterasi

3 ab\s\t\rk\ s\riale\sitb\r\sillhi2016JdL\s\k\rpi\si:t\rn\s\litersins\kh \no07.8kolke\siMseaM\negerip\ropni\siSmterUtr RMsn\mslh\:mne\t\rn\s\litersins\kh\merekno\s\t\rK\sitke\s\n ado^Ins\kh\no:07.8IMseaM\negerip\ropni\siSmterUtrteaorinIp^ ke\Imteaoripilologimetodepenelitian\nIp^keImmetodes\tn\dr\m etodes\tn\dr\ImmetodenbiasIp^kenae^peyN\ti<n\tke\s\ns\kh\T^ gl\nIbhs\Immnr\bti\kno\ns\kh\dohto\pde^gn\hno\nHr^de^gn\aed ti\tke\s\dohto\pNrtno\ndisRphno\Thtani\donesiandisoml\hno\a ni\s\t\Rmne\penelitian\nIp^keImkmeralt\Tlsi\dohto\BKpedomn\ sM\bre\dtpenelitian\Imsdns\kh\btk\nado^IMseaM\negerip\ropni \siSmterUtrkesmi\Pln\sian\penelitian\ano\nskh\no07.8Immrisi Ubt\nisigN\jdohto\a^kpodnae^mr\hro\jdohto\Sdea^kpre\siapn\m olonae^mr\hro\j htkN\si:ns\kk\dohto\t\rn\s\litersi

4 Abstrak

Sri Elsita Br Silalahi. 2016, judul skripsi : Transliterasi naskah no : 07.8, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Rumusan masalah: mentransliterasi naskah, merekonstruksi teks yang terdapat didalam naskah no: 07.8, koleksi museum negeri Provinsi Sumatera Utara. Teori yang digunakan ialah teori filologi. Metode penelitian yang digunakan ialah metode standar. Metodestandaradalahmetode yang biasadigunakandalampenyuntinganteks naskahtunggal,yang dibahasadalahmenerbitkannaskah denganmembenarkan kesalahan-kesalahan kecil dan edit teks,sedangkanejaannyadisesuaikandenganketentuan yangberlaku. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kamera, alat tulis, dan buku pedoman. Sumber data penelitian adalah sebuah naskah batak yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan dari penelitian ini ialah naskah no 07.8 ini berisi tentang obat bagi ibu yang sedang hamil serta poda atau nasehat pada saat melakukan pesta besar (horja) yang meliputi hal-hal apa saja

Dokumen terkait