• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

a. Kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlu ditingkatkan pada seluruh sarana kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Pusat agar terbina dan terawasi secara berkelanjutan agar berjalan lebih baik.

b. Tindak lanjut kegiatan pembinaan pengawasan dan pengendalian perlu dilakukan lebih tegas terhadap sarana pelayanan kesehatan yang belum memiliki izin dan berizin namun melakukan pelanggaran perundang-undangan.

c. Perlu ditingkatkannya kegiatan sosialisasi informasi dan peraturan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan yang ada.

38 Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 167/Kab/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta

Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Kepala

40

Lampiran 2. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat

Berkas masuk

Diteliti oleh petugas loket

Berkas lengkap Berkas tidak lengkap

Pemberian kartu kendali Berkas dikembalikan

ke Customer Tidak perlu cek

lokasi

Perlu cek lokasi

Penentuan jadwal CEK LOKASI

Sesuai jadwal yang ditentukan

Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Berkas dikembalikan ke Customer Tanda terima berkas masuk Proses di Seksi SDK SERTIFIKAT Pemberitahuan

Lampiran 3. Retribusi Daerah Suku Dinas Kesehatan

PEMBERITAHUAN

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah maka, Tarif Retribusi Pelayanan Perizinan Sudin Yankes Jakarta Pusat sebagai berikut :

1. Apotek : Rp. 1.000.000,-

2. Toko Obat : Rp. 300.000,-

3. Industri Kecil Obat Tradisional : Rp. 500.000,- 4. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan : Rp. 750.000,-

5. Sertifikat PIRT : Rp 200.000,-

6. Praktek Berkelompok Dr/Drg Spesialis : Rp. 1.000.000,- 7. Laboratorium Klinik Swasta : Rp. 1.500.000,- 8. Balai Pengobatan Umum/Gigi : Rp. 500.000,- 9. Praktek Berkelompok Dr/Drg Umum : Rp. 300.000,-

10. Rumah Bersalin : Rp 700.000,-

11. Balai Kesehatan Masyarakat : Rp. 50.000,- 12. Panti Pengobatan Tradisional : Rp. 250,000,- 13. Salon Kecantikan Type D : Rp. 100.000,- Type C : Rp. 150.000,- Type B : Rp. 300.000,- Type A : Rp. 400.000,- 14. Praktek Dr. Umum/Gigi : Rp. 100.000,- 15. Praktek Bidan : Rp. 100.000,-

16. Praktek Perawat/Perawat Gigi : Rp. 50.000,- 17. Praktek Dr. Spesialis/ Drg. Spesialis : Rp. 300.000,- 18. Praktek Fisioterapi : Rp. 100.000,- 19. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker : Rp. 50.000,-

20. Akupunktur : Rp. 50.000,-

21. Ahli Kecantikan : Rp. 50.000,-

22. Tanda Daftar Pengobat Tradisional : Rp. 50.000,-

TIDAK ADA PEMBAYARAN LAIN, SELAIN RETRIBUSI

KEPALA SUKU DINAS PELAYANAN KESEHATAN KOTAMADYA JAKARTA PUSAT,

TTD

42

Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek Baru

No. Dokumen : CM-01/PM-01/PKJS-PF No. Revisi : 01

NO : Jakarta,

Lamp : Hal : Permohonan Surat Izin Apolek,

Kepada

Yth, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di

Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek ditangan data-data sebagai berikut:

1. PEMOHON

Nama :

No. SIK/SP : No. KTP : Alamat & No. Telp : Pekerjaan sekarang. :

NPWP :

2. APOTEK

Nama :

Alamat & No. Telp. : Kelurahan/Kecamatan :

Provinsi : DKI Jakarta

3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri / milik pihak lain. Nama Pemilik sarana :

Alamat & No telp. :

NPWP :

Akta perjanjian kerjasama Nomor : Yang dibuat di hadapan Notaris :

di :

Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujannya kami ucapkan terinia kasih. Pemohon,

(………..) Materai 6.000

Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Toko Obat No. Dokumen : CM-01/PM-02/PKJS No. Revisi : 01 Jakarta, Nomor: Lamp :

Hal : Permohonan Ijin Pedagang Eceran Obat Kepada

Yth, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di

Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin. Pedagang Eceran Obat dengan data-data sebagai berikut:

Nama Pemilik : ... Alarnat / Telepon : ...

………... Nama Toko Obat : ……… Alamat Toko Obat : ……… Nama AA P. Jawab : ……… Nomor S.I.K/SIAA : ……… Alamat / telepon : ……… ……… Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut :

1. Foto Copy KTP Pemohon / Pemilik Toko Obat

2. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan'hukum yang disahkan terdaftar pada Menkeh HAM. 3. Gambar Denah Lokasi 1 empat Usaha dan Denah ruangan | Toko |

4. Foto Copy Ija/ah & S.I.K/ SI A. A.

5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerja sebagai A .A Penanggung Jauah teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000,-

6. Fotocopy Tanda Bukti Pemilikan Tempat / status bangunan tempat usarui milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sevva minimal 2 (dua) lahun dengan melampirkan surat sewa ian fotocopy KTP pemilik

7. Foto Copy STUP [TDUP] ( Bila Bentuk Badan Hukum ) 8. Fotocopy NPWP Pemilik

9. Surat Pernyataan Tidak Akan Menjual Obat Daftar G dan Tidnk Melayani Resep Dokter. 10. Pasphoto berwarna Pemohon dan AA Penanggung jawab [2 Lembar. uk 4x6

Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnyu dengan harapun dapat dikabulkan Hormat kami.

Cap / Stempel

( ………) Materai 6.000

44

Lampiran 6. Formulir Permohonan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga

No. Dokumen CM-01/PM-04/PKJS-PF No. Revisi 00

Jakarta , Lamp :

Hal : Permohonan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga Kepada

Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat

di Jakarta Yang bertanda tangan di bawah ini saya

Nama Pemilik :……… Nama Perusahaan :………... Alamat / telepon : ………... Nama Penanggung Jawab : ………... Alamat / telepon : ………...

Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut : 1. Data Perusuhaan Pangan Tndustri Rumah Tangga

2. Peta Lokasi Tempat Usaha 3. Denah Ruangan beserta ukuran 4. Rancangan etiket / label

5. Foto Copy KTP Penanggung j awab / Pemilik

6. Pasfoto berwarna Pemohon / Penanggang Jawab 3 x 4 (2 lembar 7. Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki 8. Modal Peralatan lebih dan Rp. 5.000.000

9. DataProduk

10. Surat Keterangan penunjukan , bila repacking

11. Copy Tanda Bukti Pemilik Tempat / status bangunan tempat usaha milik 12. sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal 2 (dua) tahuri dengan 13. melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik

14. Sertifikat Keamanan Pangan ( Mengikuti Penyuluhan Keamanari Pangan )

Demikianlah pe/mohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan harapan dapat dikabulkan

Hormat kami Cap Perusahaan ( ………..) Materai 6.000

Lampiran 7. Lembar Data Produk Makanan / Minuman

DATA PRODUK MAKANAN / MINUMAN

1. Nama Jenis Makanan/ Minuman : ……….

2. Nama Merk Dagang : ……….

3. Bahan Baku : ……….

……….. ………

4. Bahan Tambahan Makanan : ……….

b) Pewama c) Pengawet d) Lain-Jain

5. Bahan wabah/ kemasan :

Kaca Plastik Karton/kertas Tetrapak Kaleng Aluminium Komposid Ganda Stainless Steel Lain-lain : ……

6. Cara Pengolahan

7. Masa Simpan ……….bulan ……….hari

46

Lampiran 8. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi

Jakarta , Lamp :

Hal : Permohonan Surat Izin Depo Farmasi Kepada

Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat

di Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Depo Farmasi dengan data-data sbb :

I PEMOHON

Nama Apoteker : No. SIK / SP :

Alamat dan no. telp :

NPWP :

2. DEPO FARMASI : Nama Depo Farmasi :

Alamat :

No Izin Klinik/ SIP Dokter : yg masih berlaku : Alamat Klinik/ praktek Dokter :

No. Telp. :

Kelurahan :

Kecamatan :

Provinsi : DKI Jakarta Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb :

1. Fotocopy Izin Klinik / Surat izin Praktek Dokter yang masih berlaku.

2. Fotocopy KTP DKI Apoteker Pengelola Depo Farnasi dan Pasphoto berwarna uk 4x6 sebanyak 2 ( dua) lembar

3. Data –data Apoteker :

• Fotoco’py Surat Izin Kerja / Surat Penugasan Apoteker Pengelola Apotek • Fotocopy Surat Selesai Masa Bakti bagi Apoteker Non Pegawai Negeri.

• Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA dari luar Provinsi DKI Jakarta

• Surat Izin dari Atasan bagi PNS/ABRI bagi APA yang PNS/ ABRI 4. Surat pengangkatan Apoteker sebagai Penanggung Jawab Depo Farmasi. 5. Proposal untuk mendirikan Depo Farmasi.

6. Kelengkapan Surat AA / D3 Farmasi

No. Dokumen : CM-03/PM-01/PKJS-PF No. Revisi : 01

• Surat Izin Kerja / Surat Izin Asisten Apoteker • Fotocopy KTP

• Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Diatas Materai Rp 6000 ,- 7. Peta Lokasi seatap/sepekarangan dengan / Klinik

8. Denah bangunon (tertutup ) 9. NPWP Klinik/Dokter

10. Syarat Pernyataan Apoteker hanya melayani R/ dari Klinik / Dokter ( bukan R/ dari umum) kecuali atas nama pasien Klinik

11. Folocopy KTP Pemilik Depo farmasi.

12. Surat Pemyataan Pemilik Depo Farmasi tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi /obat2an dan tidak ikut campur dalam pengelolaan obat di atas meterai Rp 6000,-.

13. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Depo tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di atas meterai Rp 6000,-. 14 Daflar buku wajib Peraturan Perundang-undangan dibidang Farmasi 15. Perlengkapan Administrasi ( Etiket, Kartu Stock, Copy resep, blanko SP & bianko faktur).

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih. Pemohon.

Materai 6.000

( ...)

48

Lampiran 9. Formulir Permohonan Surat Izin Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan

No. Dokumen : CM-01/PM-05/PKJS-PF No. Revisi : 00 KOP PERUSAHAAN --- Jakarta, No : Lamp :

Hal : Permohonan Persetujuan Pendirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan

Kepada

Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di

Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Persetujuan Pencirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sbb :

1. PEMOHON

Nama Direktur UPAK Pusat : Alamat dan no. telp : No Izin Usaha PAK Pusat :

2. CABANG/ SUB PAK

Nama Cab / Sub PAK : Alamat Kantor & No. telp. : Alamat Gudang dan No. telp :

Nama Pimpinan Cab/Sub PAK : Nama Penanggung Jawab teknis :

Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb :

1. Surat Penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cab PAK diatas meterai Rp 6000,-.

2. Fotocopy Izin UPAK Pusat.

3. Fotocopy Akte Notaris Badan hukum dan fotocopy pengesahan dari Dep Kehakiman dan HAM bila berbentuk badan hukum Cabang/Sub PAK

4. Denah bangunan kantor /ruangan beserta ukuran dan fiingsi 5. PetaLokasL

6. Fotocopy SIUP Cabang/Sub PAK

7. Fotocopy NPWP Perusahaan Cabang/Sub PAK.

8. Fotocopy Undang-undang Gangguan Cabang/Sub PAK 9. Foto copy Domisili Perusahaan

10. FotoCopy 1MB dan surat sewa minimal 2 (dua) tahun (bila sewa) fotocopy KTP pemilik

11. Fotocopy KTP Pemohon/ Pimpinan Cabang/Sub PAK.

12. Surat Pernyataan bersedia bekerja sebagai penanggungjawab teknis di atas meterai Rp 6000,-

13. Fotocopy Ijazah dari Penanggung Jawab teknis 14. Fotocopy KTP Penanggung Jawab Teknis.

15. Surat Pernyataan tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi di atas materai Rp 6000,-

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih.

Pemohon,

Cap Perusahaan Direktur UPAK Pusat

50

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

(BINWASDAL) INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL

(IKOT) DI JAKARTA PUSAT

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

MEGA DEWI SURYANI, S. Farm.

1106047171

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI APOTEKER

DEPOK JUNI 2012

ii

DAFTAR ISI ...ii DAFTAR LAMPIRAN ...iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1. Sarana Farmasi Makanan dan Minuman... 3 2.2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) ... 4 2.3. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian ... 5 2.3.1. Pembinaan ... 5 2.3.2. Pengawasan ... 6 2.3.3. Pengendalian ... 6 2.3.4. Pencatatan dan Pelaporan ... 7 2.3.5. Perbaikan ... 7 BAB 3 METODOLOGI KEGIATAN ... 8 3.1. Lokasi Industri Kecil Obat Tradisional... 8 3.2. Pelaksanaan Kegiatan Binwasdal Industri Kecil Obat

Tradisional (IKOT) ... 8 BAB 4 PEMBAHASAN ... 9

4.1. Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian

(Binwasdal) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) ... 9 4.2. Kegiatan Binwasdal Pabrik Jamu Bukti Mentjos ... 9 4.2.1. Sarana Produksi ...10 4.2.2. Perlengkapan Produksi ...10 4.2.3. Perlengkapan Khusus ...11 4.3. Hasil Binwasdal Pabrik Jamu Bukti Mentjos ...12 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...13 5.1. Kesimpulan ...13 5.2. Saran ...13 DAFTAR ACUAN ...14

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Berita Acara Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional ...15 Lampiran 2 Formulir Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional ...16

1 Universitas Indonesia

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Ibukota Jakarta. Hal ini bisa dilihat dalam visinya “Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua” yang mengandung arti bahwa sejahtera merupakan perwujudan derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat, layak, dan manusiawi. Begitu kompleksnya pemasalahan kesehatan yang ada di DKI Jakarta dan antisipasi terhadap perubahan globalisasi maka diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasinya (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Penerapan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah membawa implikasi terhadap organisasi kesehatan baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. Demikian juga dengan keadaan farmasi makanan minuman. Jakarta sebagai ibukota Negara merupakan hal yang mempunyai daya tarik tersendiri. Banyaknya sarana farmasi, alat kesehatan, dan makanan minuman tentu saja membawa kondisi tertentu yang membutuhkan perhatian khusus dalam penanganannya. Demikian pula dengan program farmasi makanan minuman yang terus harus dilaksanakan dalam rangka mencapai indikator yang telah ditentukan. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2009)

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Salah satu misi pembangunan kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam hal pemerintah perlu melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan serta bertanggung jawab untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk merealisasikan sistem desentralisasi di bidang kesehatan, maka Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kesehatan, telah memberikan wewenang yang lebih besar kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Suku

2

Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan. (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Salah satu sarana farmasi makanan dan minuman yang perlu dilakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) adalah Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Kegiatan Binwasdal dilakukan untuk pemantauan produk yang dihasilkan agar tetap terjamin mutunya.

Dalam upaya peningkatan manajemen mutu kesehatan, Dinas Kesehatan menerapkan sistem manajemen mutu sesuai dengan persyaratan Internasional. Salah satu persyaratan yang ditetapkan yaitu fungsi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) yang akan memantau proses-proses dan produk-produk layanan dibidang kesehatan yang efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan akan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005)

1.2. Tujuan

Mengaplikasikan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.

3 Universitas Indonesia

2.1. Sarana Farmasi Makanan dan Minuman

Sarana Farmasi Makanan dan Minuman merupakan sarana yang perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendaliannya berada dibawah tanggung jawab seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya yang berada di Provinsi DKI Jakarta. Semua jenis sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin, hal ini dapat dilihat berdasarkan beberapa peraturan yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan RI dan hal ini diperkuat kembali oleh Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 59 ayat 1 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan tersebut, penyelenggaraan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin, yang terdiri dari izin prinsip dan izin tetap (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Setelah memperoleh izin, sarana farmasi makanan dan minuman harus selalu dipantau untuk meningkatkan mutu dari proses atau produk layanan di bidang kesehatan secara efektif. Cara yang dilakukan untuk pemantauan tersebut dinamakan kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

Ruang lingkup pelayanan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman diwilayah DKI Jakarta yang proses pembinaan, pengawasan, dan pengendaliannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya antara lain :

a. Apotek seperti apotek kerja sama, apotek profesi, apotek dari toko obat, dan depo obat/farmasi.

b. Toko Obat.

c. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan. d. Industri Kecil Obat Tradisional.

e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga dan tata boga (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).

4

Universitas Indonesia

2.2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total asset tidak lebih dari enam ratus juta rupiah, tidak termasuk harga tanah dan harga bangunan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) nerupakan salah satu sarana farmasi makanan dan minuman. Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, dinyatakan bahwa upaya kesehatan dapat dilakukan oleh Pemerintah atau masyarakat dan sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbadan hukum. Kepemilikan sarana kesehatan farmasi makanan minuman berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI ada yang diperbolehkan perorangan dan berbadan hukum tergantung jenis dari sarana kesehatan farmasi makanan minuman (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).

Berdasarkan keputusan Menkes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dan Surat Edaran Direktur Jenderal Obat Tradisional Nomor 111/DD-IZ/VI/89 perihal Rekomendasi izin Industri Obat Tradisional, usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) wajib memenuhi persyaratan, yaitu dapat dilakukan oleh perorangan warganegara Indonesia atau badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau koperasi dan wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).

Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh penanggung jawab teknis sarana Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah apoteker atau D3 (Diploma Farmasi). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) harus

Universitas Indonesia

memiliki sertifikat CPOTB yang dikeluarkan oleh pejabat setempat yang berwenang (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).

2.3. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal)

Tujuan umum dari kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) adalah terlaksananya Binwasdal di bidang kesehatan sesuai persyaratan/peraturan yang berlaku dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta untuk mencapai visi Jakarta Sehat tahun 2010. Tujuan khusus dari kegiatan Binwasdal yaitu tersedianya pedoman yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Binwasdal; terwujudnya pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan melalui proses Binwasdal; serta terwujudnya peningkatan mutu kegiatan Binwasdal di Provinsi DKI Jakarta (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

Pembinaan adalah kegiatan untuk menyiapkan, mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petugas agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan adalah teknik pemantauan yang tujuannya adalah melihat adanya kesesuaian antara pelaksanaan suatu kegiatan/program dengan standar/prosedur atau dan peraturan yang berlaku. Pengendalian adalah kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan agar memenuhi standar maupun persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak terjadi pengulangan adanya pelayanan yang tidak sesuai (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

2.3.1. Pembinaan

Pembinaan dilaksanakan agar pelayanan kesehatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sehingga mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat serta meluas kearah penerapan sistem manajemen mutu kesehatan yang efektif dan efisien; penerapan fungsi sosialnya; pelaksanaan upaya kesehatan baik promotif, preventif, dan kuratif; menjalankan sistem rujukan yang benar; dan pencatatan dan pelaporan yang akurat (lengkap dan tepat waktu). Pembinaan dilakukan melalui sosialisasi, pertemuan berkala atau pertemuan koordinasi, pendidikan dan pelatihan, ceramah ilmiah, dan bantuan sarana dan prasarana.

6

Universitas Indonesia

Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu profesi tenaga kesehatan. Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan dilaksanakan melalui bimbingan teknis, pelatihan dibidang kesehatan, dan penetapan standar profesi tenaga kesehatan. Kegiatan pembinaan dapat dilakukan secara berkala minimal sekali dalam setahun. Petugas pelaksanaan pembinaan harus memiliki kompetensi yang memadai berdasarkan kesesuaian pendidikan dan keterampilan dan pengalaman. Ruang lingkup pembinaan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja serta memenuhi kebutuhan pelanggannya (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

2.3.2. Pengawasan

Pengawasan upaya pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat dilakukan secara berjenjang sesuai peraturan/ketetapan yang berlaku. Dalam rangka pengawasan, pimpinan dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi kesehatan yang bersangkutan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan melakukan pengawasan terhadap sarana dan tenaga kerja yang menjalankan praktek di wilayah kerjanya. Kegiatan pengawasan dapat dilakukan melalui pemantauan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Hasil pengawasan dianalisa, dilaporkan, dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Kompetensi petugas pengawasan harus ditetapkan. Dinas Kesehatan melakukan pengawasan sesuai dengan aturan yang berlaku (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

2.3.3. Pengendalian

Kegiatan pengendalian dilakukan melalui pengawasan dan pengendalian penerapan peraturan perundang-undangan dibidang Pelayanan Kesehatan perorangan/kesehatan masyarakat, validasi data oleh unit yang bersangkutan, dan penyampaian laporan ke unit yang diawasi sebagai umpan balik dan ke supra sistem sebagai laporan. Pengendalian dilakukan melalui metode pengendalian teknis pelayanan meliputi umpan balik, surat teguran, surat panggilan, penindakan, bantuan pengendalian kejadian luar biasa (KLB), pengendalian dokumen dan catatan mutu, tinjauan manajemen, tindakan perbaikan dan

Universitas Indonesia

pencegahan, pengukuran kepuasan pelanggan maupun penanganan keluhan pelanggan, pendidikan, dan pelatihan, serta peningkatan kesadaran dan motivasi (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).

2.3.4. Pencatatan dan pelaporan

Hasil kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) dicatat dan dianalisis. Hasil kegiatan Binwasdal dilaporkan secara berkala ke unit tingkat diatasnya (supra sistem) dan ke unit yang dibina sebagai umpan balik. Hasil kegiatan Binwasdal dibahas dalam pertemuan yang dilaksanakan secara

Dokumen terkait