BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Saran
a. Perlunya penambahan sumber daya manusia di bagian koordinator farmasi makanan dan minuman untuk meningkatkan efisiensi kerja.
b. Meningkatkan pengawasan terhadap laporan yang diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang lebih tinggi.
c. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman serta untuk meminimalisasi terjadinya pelanggaran.
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246 Tahun 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. (2002b). Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1332 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang: Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007 tentang Apotek Rakyat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta
Lampiran 1. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administasi Jakarta Selatan
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTR ASI SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN SEKSI PELAYAN AN KESEHATA N SEKSI PENGENDALI AN MASALAH KESEHATAN SEKSI KESEHATAN MASYARAK AT PUSKESMAS KECAMATA N PUSKESMAS KELURAHAN 39
Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek
No. Dokumen F-SD-001 No. Revisi 01
No. : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Surat Izin Apotek Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
di Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut :
I PEMOHON
Nama Apoteker : ... No. STRA : ... No. KTP : ... Alamat & No. Telp : ... ... Pekerjaan sekarang : ... No NPWP : ... II APOTEK Nama : ... Alamat : ... Kelurahan/Kecamatan : ... No. Telp : ...
Provinsi : DKI Jakarta
III Dengan menggunakan : milik sendiri / milik pihak lain sarana
Nama Pemilik sarana : ... Alamat : ... No. Telp. : ... No NPWP : ... Akta perjanjian : ... kerjasama No. Dibuat di hadapan : ... Notaris di : ... Bersama permohonan ini kami lampirkan :
1. Data Apoteker
Fotocopy KTP Apoteker Pengelola Apotek / APA (Jabodetabek) Fotocopy NPWP APA
Pasfoto berwarna uk.4x6 cm 1 lembar Fotocopy Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan
Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/Surat Berhenti dari sarana farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI
Surat Izin dari atasan bagi APA yang PNS/ABRI/POLRI
Lampiran 2 (Lanjutan). Formulir Permohonan Surat Izin Apotek
No. Dokumen F-SD-001 No. Revisi 01
2. Data Pemilik Sarana Apotek (PSA)
Fotocopy KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA) / Pimpinan Perusahaan Fotocopy NPWP
Pasfoto berwarna uk.4x6 cm (1 lembar)
3. Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI
4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA / SK pengangkatan bagi perusahaan BUMN
5. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir (Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran, Pertokoan, Mall dan Pasar)
6. Fotocopy Undang-undang Gangguan (UUG) dari dinas Tramtib yang telah dilegalisir (Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran, Pertokoan, Mall dan Pasar)
7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain di atas materai Rp. 6000,-
8. Surat Pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,-
9. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras Tertentu tanpa resep di atas materai Rp. 6000,-
10. Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,-
11. Peta lokasi & Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya 12. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana
13. Rencana jadwal buka Apotek
14. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan 15. Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi
Surat Izin Asisten Apoteker Fotocopy KTP
Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Di atas Materai Rp 6000,- 16. Daftar peralatan peracikan Obat
17. Daftar Buku Pustaka 18. Perlengkapan Administrasi
Contoh Etiket Kartu Stock Copy resep,
Blanko SP & Blanko faktur Form Laporan Narkotika Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuannya kami ucapkan terima kasih.
Pemohon,
Apoteker Pengelola Apotek
( ...) METERAI
6000
Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek
Lampiran 3 (Lanjutan). Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek
Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
45
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Lampiran 5. Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan
Lampiran 6. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat
Lampiran 6 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat 50
Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (Form 1)
Lampiran 7 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (Form 1)
Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK (Form 2)
Lampiran 8. (Lanjutan) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK (Form 2) 54
Lampiran 8. (Lanjutan) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK (Form 2) 55
Lampiran 9. Laporan Hasil Pemeriksaan CPAK (Form 3)
Lampiran 10. Pernyataan Siap Beroperasi (Form 4)
Lampiran 11. Penundaan Izin CPAK (Form 5)
Lampiran 12. Surat Keputusan CPAK (Form 6)
Lampiran 12. (Lanjutan) Surat Keputusan CPAK (Form 6)
Lampiran 13. Keputusan Pencabutan Izin CPAK (Form 7)
Lampiran 14. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan
Lampiran 15. Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan
Lampiran 15 (Lanjutan). Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan 64
Lampiran 16. Alur dalam pemberian izin Cabang PAK
Keterangan:
a. Kepala dinas kesehatan provinsi berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuk tim pemeriksa dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan Formulir 2.
b. Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setelah menerima hasil pemeriksaan tim pemeriksa bersama meneruskan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 3. ** Bila pemeriksaan tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat
membuat surat siap melaksanakan kegiatan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 4.
c. Setelah melakukan pemeriksaan, kepala dinas kesehatan provinsi dapat mengeluarkan izin cabang PAK, penundaan atau penolakan permohonan izin Cabang PAK dengan menggunakan Formulir 5 dan 6 .
d. Pemohon diberikan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sejak diterbitkan surat penundaan.
Lampiran 17. Denah Ruangan Gudang Obat Sudinkes Jakarta Selatan
Lampiran 18. Brosur Penyuluhan Kesehatan Mengenai Penggunaan Obat Minum yang Benar
Halaman 1
Lampiran 18. (Lanjutan). Brosur Penyuluhan Kesehatan Mengenai Penggunaan Obat Minum yang Benar
Halaman 2
68
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI
APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
PERIODE 17 JUNI – 28 JUNI 2013
INFORMASI PENGGUNAAN OBAT METFORMIN
DENGAN MENGGUNAKAN BROSUR DAN LEAFLET
WULAN PANDUWI M, S.Farm.
1206330242
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR LAMPIRAN ... iii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Pelayanan Kefarmasian………. .... 3 2.2 Pelayanan Informasi Obat……… 4 2.3 Informasi Kemasan, Etiket, dan Leaflet ... 5 2.4 Brosur……… 11 2.5 Leaflet……… 11 2.6 Diabetes Melitus……….. 12 2.7 Metformin……….... 12
BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN ... 15
3.1 Waktu dan Tempat ... 15 3.2 Metode Pelaksanaan ... 15
BAB 4 PEMBAHASAN ... 16 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
5.1 Kesimpulan ... 19 5.2Saran ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Brosur ... 21 Lampiran 2. Leaflet ... 23
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obatkepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care).Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker sebagaitenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilakuagar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasiklinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat danpencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yangditetapkan.
Informasi kesehatan bisa dilakukan dengan menggunakan media atau alat peraga. Media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulisdengan gambar, leaflet, brosur, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam menggunakan alat peraga, baik secarakombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat dan ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan, yaitu : dapat menghindari salah pengertian, dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap, apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan, dapat menarik perhatian, dan dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Informasi kesehatan dengan menggunakan media kesehatan merupakan bentuk upaya masyarakat untuk pembangunan kesehatanyang diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Sesuai dengan visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.Hal ini diselenggarakan sebagai upaya kesehatan yang harus dilakukan secara integral oleh seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk menghindari kesalahan pengobatan
(medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat dan
penggunaannya.Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse).
Sebagai mahasiswa apoteker, pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan informasi obat yang benar mengenai obat diabetes kepada masyarakat melalui media brosur dan leaflet yang dibuat.
1.2. Tujuan
Pembuatan tugas khusus ini ditujukan agar mahasiswa dapat memberikan informasi obat diabetes yang benar kepada masyarakat melalui media brosur dan leaflet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Kefarmasian
2.1.1 Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepadaapoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturanperundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputiaspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
2.1.2 Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomorsurat
izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, kelengkapan penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia.
2.1.3 Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaanfisik obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
2.1.4 Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaankembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaanserta jenis dan jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya. d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dll.
2.2. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yangrasional oleh pasien.Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia,Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia(IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat jugadapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :
- Nama dagang obat jadi - Komposisi
- Bobot, isi atau jumlah tiap wadah - Dosis pemakaian
- Cara pemakaian - Khasiat atau kegunaan
- Kontra indikasi (bila ada) - Tanggal kadaluarsa
- Nomor ijin edar/nomor registrasi - Nomor kode produksi
- Nama dan alamat industri
2.3 Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur
Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya pada etiket, brosur ataukemasan obat agar penggunaannya tepat dan aman.
Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan: - Nama obat
- Komposisi - Indikasi
- Informasi cara kerja obat - Aturan pakai
- Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas) - Perhatian - Nama produsen - Nomor batch/lot - Nomor registrasi - Tanggal kadaluarsa 2.3.1 Penggolongan Obat
Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat kerastetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM
3. Obat Kerasdan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan obat bebas dan bebas terbatas.
2.3.2 Tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
2.3.3 Cara Pemilihan Obat
Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan
e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakankepada Apoteker.
2.3.4 Cara Penggunaan Obat
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada apoteker dan dokter.
d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan
kepada apoteker.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara penggunaan obat yang tepatadalah :
a. Pemakaian obat oral (pemberian obat melalui mulut) merupakan cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah, dan aman dengan segelas air. b. Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat
dandalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.
c. Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perutkosong).
d. Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak bolehdipecah atau dikunyah.
e. Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuranuntuk ketepatan dosis. Jangan menggunakan sendok rumah tangga.
f. Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter mintapilihan bentuk sediaan lain.
2.3.5 Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :
a. Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul.
b. Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
c. Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
d. Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter – dan apoteker. 2.3.6 Cara Penyimpanan Obat
Cara-cara penyimpanan obat yang benar adalah :
a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
c. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.
d. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak. f. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
2.3.7 Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat.Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu, seperti : 1. Tablet
Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa; kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab; kaleng atau botol rusak.
2. Tablet salut
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna; basah dan lengket satu dengan lainnya; kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik.
3. Kapsul
Perubahan warna isi kapsul; kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain.
4. Cairan
Menjadi keruh atau timbul endapan; konsistensi berubah; warna atau rasa berubah; botol plastik rusak atau bocor.
5. Salep
Warna berubah; pot atau tube rusak atau bocor; bau berubah. 2.3.8Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien.Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian, seperti tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali, obat diminum sebelum atau