• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

Setelah melalui proses pengumpulan data sampai menyimpulkan hasil penelitian kritik pembangunan lagu Iwan Fals dan impliasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA kelas XII, penulis mempunyai beberapa hal untuk disampaikan. Untuk guru bahasa Indonesia dapat memanfaatkan penelitian ini dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya sekolah menengah umum, maka kumpulan lagu karya Iwan Fals ini dapat dijadikan bahan pengajaran bagi para siswa. Sastrawan sebagai pencipta karya sastra hendaknya menciptakan karya-karya yang bermutu dan membawa misi dari masyarakat saat tulisan ini dibuat, sehingga pembaca tahu tentang apa atau kejadian pada saat itu. Untuk peneliti lain, studi mengenai lirik lagu Iwan Fals ini bisa digunakan sebagi acuan untuk meneliti lirik-lirik lagu Iwan Fals maupun lirik lagu dari musisi lainnya. Studi ini bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai penunjang belajar atau tugas akhir mereka.

Untuk dunia pendidikan, penelitian ini bisa digunakan untuk sarana belajar mengajar, karya Iwan Fals ini bisa digunakan sebagai bahan ajar untuk materi aparesiasai puisi. Disini penulis juga merasa belumlah mencapai taraf kesempurnaan dan tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis menyelesaikan hasil penelitian ini dan mempersembahkan untuk dinikmati pembaca supaya bisa menambah wawasan tentang dunia sastra terutama dalam lirik lagu.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

URI: http://hdl.handle.net/123456789/22106 Date: 2014-04-21. 13.00

Dilla, Sumadi, 2102 Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tyas, Andijaning Hartaris. 2007. Seni Musik SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Hettne ,Bjorn. 2001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto. Suharsimi, 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Jakarta: PT. Rineka Cipta.

library.ikippgrismg.ac.id Date: 2014-04-27. 13.00.

saipudinikhwan.files.wordpress.com Date: 2014-04-27. 13.00.

Abraham, M. Francis. 1991. Modernisasi di Dunia Ketiga Suatu Teori Umum Pembanguan Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Iskandar, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Jakarta: Referensi. J. Moelong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatf Edisi Revisi Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Ali. Matius, 2002. Seni Musik SMA Untuk Kelas XII Membangun Kompetensi

Jakarta: Erlangga.

Hamalik.Omar, 1994. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: PT. Bumi Aksara. Effendy. Onong, Uchjana, 2009, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Semi. Atar, 2013. Kritik Sastra Bandung: PT. Angkasa

Darma. Aliah. Yoce, 2009. Analisis Wacana Kritis Bandung : Yrama Media Ibrahim .Syukur .Abdul, 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Fairclough. Norman, 1995. Critical Discourse The Critical Study Of Language New York: Longman Group Limited.

Tim Pustaka Phoenix 2010, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.

Suwanto. Harry . IG, 2007. Seni Budaya Musik, Bekasi: PT. Galaxy Puspa Mega Waluyo. J. Herman, 1995. Teori dan apresiasi Puisi, Jakarta: Erlangga

Nurhaidah. Nuri, 2014 Wacana Politik Pemilihan Presiden di Indonesia, Yogyakarta: Smart Writing.

Hanafi. Alim. Abdul, 2011. Metodologi Penelitian Bahasa Untuk Penelitian, Tesisdan Disertasi, Jakarta: Diadit Media.

Syaodih. Nana, 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Saebani. Ahmad Beni, dan Afifudin, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sugiono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Muhammad, 2001. Metode Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

BIOGRAFI

Nama Lahir : H. Virgiawan Listanto

Nama Lain : Iwan Fals

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 3 September 1961

Umur : 53 Tahun

Agama : Islam

Profesi : Musis/Penyanyi dan Aktor

Zodiac : Scorpion

Hobby : Sepakbola, Karate

Pasangan : Hj. Rosanna

Anak : Alm. Galang Rambu Anarki

Anissa Cikal Rambu Basae Raya Rambu Rabbani

Orang Tua : Alm. Harsoyo Lies Suudijah

Iwan Fals yang memiliki nama lengkap Virgiawan Listanto adalah penyanyi balada yang telah menjadi legenda di Indonesia. Lagu-lagunya konsisten mengangkat persoalan sosial dan meneropong kaum pinggiran yang dekat dengannya. Sehingga lagu-lagunya ini banyak bermakna kritik yang berdampak 'cekal' baginya di masa Orde Baru. Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 yang pernah menjadi kolumnis beberapa tabloid olah raga ini, menjadi ikon jalanan, yang lagu-lagunya kerap dibawakan para pengamen. Hingga kini Iwan tetap produktif berkarya dan album terakhirnya, Manusia Setengah Dewa dirilis 2005 lalu.

Sementara itu, perkawinannya dengan Rosanna (Mbak Yos) yang sekaligus menjadi manajernya ini, dikaruniai tiga anak, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Rabbani. Pada 2005, Iwan merilis album IWAN FALS IN LOVE. Album ini berisi 16 lagu yang berisi tentang percintaan, dengan menjagokan hit single Ijinkan Aku Menyayangimu.

50:50. Judul yang unik karena 12 lagu yang ada di album ini, enam di antaranya diciptakan oleh Iwan dan sisanya diciptakan oleh musisi lain. Dari segi materi album, album ini cukup seimbang, antara lagu bertema cinta dan yang bertema kritik sosial. Demi regenerasi musik Indonesia, Iwan pun mendirikan label rekaman sendiri yang diberi nama Fals Record. Dan band pertama yang ia tangani adalah kelompok band pendatang baru Hardolino.

PENDIDIKAN

SMP 5 Bandung, SMAK BPK Bandung,

STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP), Institut Kesenian Jakarta (IKJ)

KARIR

Musisi

PENGHARGAAN

Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT Musica Studio's - Juni 2002

Juara I Festival Musik Country (1980).

Gold record, lagu Oemar Bakri, PT Musica Studio's.

Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT Musica Studio's.

Penghargaan prestasi artis HDX 1987 - 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam. Penyanyi Pujaan, BASF, (1989).

The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 - 1989.

Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.

Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia - 1999.

Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia.95

Iwan Fals adalah seorang pemusik Indonesia yang terkenal karena dengan lantang menyuarakan suara hati masyarakat bawah atau "orang kecil". Selama

95

lebih dari 20 tahun, ia telah berkarier di dunia musik dengan menyanyikan lagu-lagu yang kerap kali dihubungan dengan protes sosial. Iwan Fals dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 September 1961. Nama lengkapnya adalah Virgiawan Listianto.

Sejak berusia 13 tahun, ia sudah mulai bermain musik dan mengarang lagu dengan lirik yang lucu dan mengutak-atik lagu orang lain. Ia mengawali kariernya di dunia musik dengan mengamen di tempat orang yang sedang mengadakan hajatan. Termasuk mengamen di atas bus kota. Sejak 1975, Iwan Fals mulai mengamen di Bandung dan Jakarta. Selain itu, ia juga mulai menyanyi di berbagai acara pesta perkawinan. Ketika pindah ke Jakarta, ia tetap mengamen dan sempat mengikuti berbagai festival, seperti festival musik country dan lagu humor. Ia bahkan sempat merekam lagu humornya itu walaupun kurang berhasil di dunia rekaman musik. Akan tetapi, ketika menyanyikan lagu bernada kritik sosial dan menyuarakan suara masyarakat bawah (kaum pinggiran), nama Iwan Fals mulai melejit dalam blantika musik di Tanah Air, antara lain, melalui album Sarjana Muda, 1910, Mata Dewa, dan Manusia ½ Dewa.

Iwan Fals menjadi idola masyarakat, terutama kaum muda karena keberaniannya mengkritik penguasa melalui lagunya. Pada masa Orde Baru, beberapa lagunya dilarang dan ia tidak boleh menyelenggarakan konser musik Melalui syair lagunya, Iwan Fals antara lain memperjuangkan nasib guru yang diungkapkannya dalam lagu yang berjudul Oemar Bakri, mengkritik para anggota legislatif yang tidak memperjuangkan nasib rakyat (Wakil Rakyat ), dan mengkritik para pengusaha yang serakah (Bento). Pada pertengahan tahun 1990-an, Iwan Fals sempat bergabung dengan berbagai kelompok, seperti Swami, Dalbo, Kantata Takwa, dan Kantata Samsara. Iwan berkolaborasi di kelompok itu dengan musisi dan budayawan, seperti W.S Rendra, Sawung Jabo, Jocky Suprayogo, dan Setiawan Djody. Selain itu, ia sempat membuat album kolaborasi di luar kelompok tersebut, antara lain, Anak Wayang (bersama Sawung Jabo), Terminal dan Orang Pinggiran (bersama Franky Sahilatua), dan Mata Hati (bersama Bobby Erres). Pada 2003, ia juga melakukan kolaborasi dengan para pencipta lagu muda Indonesia yang melahirkan sebuah album yang berjudul Iwan

Fals: In Collaboration With. Majalah Time edisi Asia (29 April 2002) memilih Iwan Fals sebagai salah satu "Pahlawan Besar Asia". Menurut Time, ia dianggap berani menentang rezim yang menyalahgunakan kekuasaannya ketika berkuasa. Syair dalam lagunya dianggap mampu memengaruhi para pendengarnya sehingga membawa dampak pada perubahan sosial di Indonesia.96

Iwan Fals menyuarakan pesan keadilan sepanjang masa lewat tembangnya. Tahu mengapa Iwan Fals jadi pembicaraan? Sebab, band-band yang ada tidak bicara tentang kesewenang-wenangan. Mereka tak mengangkat isu itu ke permukaan ketika orang lain tenang-tenang saja. Mereka tidak membuat syair lagu yang kata-katanya takut untuk dicetak oleh orang lain. Para artis seharusnya peduli. Jika mereka peduli, transformasi besar mungkin terjadi.

Sewaktu mengadakan konser amal untuk korban banjir bulan lalu sebuah stadion di Surabaya, Iwan Fals dan band memperlihatkan pertunjukan terbesar mereka selama lebih dari satu dasawarsa terakhir ini. Walaupun penyanyi dan penulis lagu berusia 40 tahun ini belum mengeluarkan album lagi sejak tahun 1993, wajahnya masih terpampang di becak dan gerobak dorong di desa-desa kecil di seluruh pelosok Indonesia. Ketenaran Iwan Fals tak memudar terutama di hati orang-orang kecil, sebab pesan-pesan dalam lagunya masih tetap sesuai dengan keadaan zaman.

Di depan panggung Surabaya, sebanyak 13.000 pengemar baik itu pelajar,

karyawan, atau pengangguran menyerukan “Iwan”. Tepat pukul 7 malam, seruan itu terjawab. Iwan Fals melantunkan “Di bawah Tiang Bendera”. Lagu yang

melonjak-lonjak ini langsung membuat penonton menggila. “Karena darah yang sama jangan bertengkar, karena tulang yang sama usah berpencar”, demikian

lantunan Iwan Fals. Liriknya lagi-lagi tepat di sasat banyak konflik suku bangsa

dan agama sekarang ini. “Ingat lagu?” seru Iwan. Jawaban “Ya!” pun bergema. Di

kerumunan itu Ali, 22 tahun, seorang pramusaji dengan sandal jepit dan celana dilinting sampai lutut, berkata bahwa ia sudah menunggu sejak kecil untuk

meliaht idolanya ini. Kata Ali, “Dia suara masyarakat”.

96

Dewi Indrawati, Didik Durianto. Aktif Berbahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VII

Iwan Fals bagai duri bagi orang yang menyalahgunakan kekuasaan. Tahu 1994 Iwan Fals ditangkap karena lagu yang menyinggung rezim Suharto, penguasa

waktu itu. Lagu “Mbak Tini” menceritakan tentang seorang pelacur yang

membuka sebuah warung kopi pinggir jalan dan menikah dengan seorang sopir truk. Masalahnya, nama si lelaki adalah Suharto dan si perempuan pendek dan gemuk, tidak seperti Ibu Tien. Iwan bersikukuh bahwa lagu itu bukan tentang pasangan kenegaraan tersebut. Namun, jawaban Iwan tidak pernah meyakinkan sampai sekarang. Iwan dikurung dihotelnya selama dua minggu sementara pihak berwenang mengajukan tuntutan peghinaan terhadap kepala negara. Tuntutan ini bisa berbuntut penjara. Namun toh akhirnya Iwan tidak pernah diadili. Sejak saat itu ia dikenal sebagai pemberontak, pahlawan, sekaligus seorang bintang. Di masa sekarang, tidak ada lagi Suharto untuk digoda. Namun, pesan Iwan Fals untuk para anggota dewan supaya tidak tidur waktu bersidang dan seruannya untuk

memeranggi penindasan masih tetap relevan. “Dia selalu punya keberanian,” kata

penyayani pop Sophia Latjuba.

Meski demikian, Iwan telah melunak. Meski masih menulis lagu, Iwan menemukan ketenangan lebih ketika membuat lukisan abstrak dan medalami agama. Peningkatan introspeksinya ini berawal dari luka hati tahun 1997 sepeninggal putranya yang masih remaja, Galang. Mata Iwan jadi merah dan berkaca-kaca saat berbicara tentang anak itu, seorang pemain gitar berbakat yang baru saja meluncurkan album pertamanya di usia 15 tahun. Iwan Sedang menonton Tv ketika suatu malam Galang pulang terlambat, mengucapkan salam,

lalu masuk kamar. “Paginya saya temukan dia sudah tidak sadar,” kenang Iwan. Ia

mengakui banhwa putranya mencoba-coba narkoba tapi bersikukuh bahwa

kematian itu berkaitan denga penyakit asma yang diderita Galang. “ Bang Iwan banyak berubah sepeninggal Galang,” kata istrinya, Yos. “Dia mencoba mengisi sesuatu yang hilang.”

Iwan berencana mengeluarkan sebuah album baru dan baru saja memulai tur ke 14 kota. Namun, Iwan sangat tidak tertarik denga detail turnya itu. Bahkan, ia tidak sadar ada undangan yang membuka kesempatan untuk mengadakan pertunjukan satu panggung dengan U2, calon band tamu pada acara peringatan

kemerdekaan Timor Timur di bulan Mei. Yos yang menjadi manager karir Iwan mengatakan bahwa kesempatan sekali seumur hidup itu tidak bisa masuk jadwal mereka. Suaminya tak menghiraukan kesempatan yang terbang itu tapi

berkomentar, “ Wah, soundnya pasti bagus sekali, tuh.” Bagi Iwan Fals, irama

termasuk tak kan berhenti.97

“Sore Tugu Pancoran”

Sibudi kecil kuyup menggigil Menahan dingin tanpa jas hujan Disimpang jalan tugu pancoran Tunggu pembeli jajakan koran Menjelang maghrib hujan tak reda Sibudi murung menghitung laba Surat kabar sore dijual malam Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu Demi satu impian yang kerap ganggu tidurku Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepa Cepat langkah waktu pagi menunggu

Sibudi sibuk siapkan buku

Tugas dari sekolah selesai setengah Sanggupkah sibudi diam didua sisi

“Suara Hati”

Apa kabar suara hati

Sudah lama baru terdengar lagi Kemana saja suara hati

Tanpa kau sepi rasanya hari Kabar buruk apa kabar baik

Yang kau bawa mudah-mudahan baik Dengar-dengar dunia lapar

Lapar sesuatu yang benar Suara hati kenapa pergi Suara hati jangan pergi lagi

Kau dengarkah orang-orang yang menangis Sebab hidupnya dipacu nafsu

Kau rasakan orang yang tertindas Oleh derap sepatu pembangunan Kau lihatkan pembantaian Demi kekuasaan yang secuil Kau tahukah alam yang kesakitan

97

Hartaris Andijaning Tyas, Seni Musik untuk SMA Kelas XI, (Jakarta, Erlangga, 2007), hal.58-59

Lalu apa yang akan kau suarakan Suara hati kenapa pergi

Suara hati jangan pergi lagi

“Desa”

Desa harus jadi kekuatan ekonomi Agar warganya tak hidjrah ke kota Sepinya desa adalah modal utama Untuk bekerja dan mengembangkan diri Walau lahan sudah menjadi milik kota Bukan berarti desa lemah tak berdaya Desa adalah kekuatan sejati

Negara harus berpihak pada para petani Entah bagai mana caranya

Desa adalah masa depan kita Keyakinan ini datang begitu saja Karena aku tak mau celaka

Desa adalah kenyataan, kota adalah pertumbuhan Desa dan kota tak terpisahkan

Tapi desa harus diutamakan Dilumbung kita menabung

Datang patceklik kita tak bingung Masa panen masa berpesta

Itulah harapan kita semua

Tapi tengkulak-tengkulak bergentayangan Tapi lintah darat pun bergentayangan Untuk apa punya pemerintah

Kalau hidup terus-terusan susah

“Kontrasmu Bisu”

Tinggi pohon tinggi berderet setia lindungi Hijau rumput hijau tresebar indah sekali Terasa damai kehidupan dikampungku Kokok ayam bangunkan ku tidur setiap hari Tinggi gedung tinggi mewah angkuh bikin iri Gubuk-gubuk liar yang resah dipinggir kali Terlihat jelas kepincangan kota ini

Tangis bocah lapar bangunkanku Dari mimpi malam

Lihat dan dengarlah riuh lagu dalam pesta Diatas derita mereka masih bisa tertawa Memang ku akui kejamnya kota Jakarta

Namun yang ku saksikan lebih parah dari yang kusangka Jakarta oh Jakarta

Terimalah suaraku dalam kebisinganmu Kencang teriakku semakin menghilang

Jakarta oh Jakarta

Si kaya bertambah gila dengan harta kekayaannya Luka si miskin semakin mengang

Jakarta oh Jakarta

Kau tamper siapa saja saydaraku yang lemah Manjakan mereka yang hidup dalam kemewahan Jakarta oh Jakarta

Angkuhmu buahkan tanya bisu dalam kekontrasanmu Jakarta oh Jakarta

Si kaya bertambah gila dengan harta kekayaannya Luka si miskin semakin menganga

“Oemar Bakri”

Tas hitam dari kulit buaya

Selamat pagi berkata bapak Oemar Bakri Hari ini aku rasa kopi enak sekali

Tas hitam dari kulit buaya

Marilah kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu Laju sepeda kumbang dijalan berlubang Slalu begitu dari dulu jaman jepang

Terkejut waktu dia mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang Bapak Oemar Bakri kaget ada apa gerangan Berkelahi pak jawab murid seperti jagoan Bapak Oemar bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut Kalang kabut cepat pulang

Busyet…standing dan terbang

Oemar Bakri…Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri…Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri professor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

“Sarjana Muda”

Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh dipundaknya Disela bibir tampak mengering Terselip sbatang rumput liar Jelas menatap awan berarak Kringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda

resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu Empat tahun lamanya bergelut dengan buku

Tuk jaminan masa depan Langkah kakimu terlihat

Didepan halaman sebuah jawatan Termenung lesu engkau melangkah Dari pintu kantor yang diharapkan Terngiang kata tiada lowongan Untuk kerja yang didambakan Tak peduli berusaha lagi Namun kata sama kau dapatkan Dengan langkah gontai tak terarah Wajah murung smakin terlihat Engkau sarjana muda

Resah tak dapat kerja Tak berguna ijazahmu Empat tahun lamanya

“Potret”

Orang resah berlomba kejar nafkah Demi anak bini

Demi sesuap nasi

Kuno memang memang memang kuno Namun kenyataan kita butuh soal itu Uang dimana uang? Nasi dimana nasi? Uang dimana uang? Nasi dimana nasi? Seperti binatang bila lapar menerjang Seperti kereta nafasnya terdengar Soal harga diri sudah tak berarti Uang dimana uang? Nasi dimana nasi? Uang dimana uang? Nasi dimana nasi? Pergi kau! Jangan nasehati aku oh ya! Pergi kau! Aku mau uangmu oh ya! Pergi kau! Jangan menggurui aku oh ya! Pergi kau! Aku mau uangmu oh ya! Pergi kau! Jangan menggurui aku oh ya! Pergi kau! Aku mau nasimu oh!

Anak anak kecil tengadahkan tangan Mainkan tamborin gapai masa depan Tanah lahirku aku cinta kau

Bumi darahku aku cium engkau

“Oh....Ya”

Andai kata di mobil itu tentu tidak di bus ini Seandainya aku rumah itu tentu tidak digubuk ini A a a andai kata se se se seandainya

Oh ya! Kalau saja aku jadi direktur Umpamanya aku dapat lotere

Tentu saja aku tidak kere Ka ka ka kalau saja

U u u umpamanya Oh ya! Oh ya!

Ya nasib nasibmu jelas bukan nasibku Oh ya! Ya takdir takdirmu jelas bukan takdirku Oh ya! Ya nasib nasibmu bukan nasibku Oh ya! Ya takdir takdirmu jelas bukan takdirku La la la la la la la la la la la la la la la la la la La la la la la la la la la la la la la la la la la la Perhatikan kutipan lirik lagu berikut ini. Andai kata aku di mobil itu

Tentu tidak di bus ini Seandainya aku rumah itu Tentu tidak di gubuk ini

“Galang Rambu Anarki”

Galang rambu anarki anakku

Lahir awal januari menjelang pemilu Galang rambu anarki dengarlah Terompet tahun baru menyambutmu Galang rambu anarki ingatlah

Tangisan pertamu ditandai BBM membumbung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau

Tak mampu beli susu

BBM naik tinggi susu tak terbeli Orang pintar taarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami dinadimu

“Kembang Pete”

Ku berikan padamu setangkai kembang pete Tanda cinta abadi namun kere

Buang jauh-jauh impian mulukmu Sebab kita tak boleh bikin uang palsu Kalau diantara kita jatuh sakit

Lebih baik tak usah kedokter Sebab ongkos dokter disini Terkait diawan tinggi Cinta kita cinta jalanan

Yang tegar mabuk dipersimpangan Cinta kita cinta jalanan

Semoga hidup kita bahagia Semoga hidup kita sejahtera Semoga hidup kita bahagia Semoga hidup kita sejahtera

Ku berikan padamu sebuah batu akik Tanda kasih sayang yang tecekik Rawat baik-baik walau kita terjepit Sebab dikesempatan yang paling sempit

“Siang Seberang Istana”

Seorang anak kecil bertubuh dengkil Tertidur berbantal sebelah lengan Berselimut debu jalanan

Rindang pohon jalan menunggu rela Kawan setia sehabis bekerja

Siang diseberang istana

Siang diseberang istana sang raja Kotak semir mungil dan sangat dengkil Benteng rapuh dari lapar memanggil Gardu dan mata para penjaga

Saksi nyata yang sudah terbiasa Tamu Negara tampak terpesona Mengelus dada gelengkan kepala

Dokumen terkait