• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti sejenis

Bagi peneliti sejenis sebaiknya memperluas penelitian dengan melakukan penelitian tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya, misalnya saja pada perusahaan keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, dengan tahun pengamatan yang lebih panjang sehingga hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasikan dan akan lebih menggambarkan kondisi

sesungguhnya selama jangka panjang. Serta menambah variabel-variabel lain yang dapat memprediksi kondisifinancial distress.

2. Bagi perusahaan

Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya memperhatikan laporan laba ruginya, penekanan terhadap biaya operasional diperlukan untuk memaksimalkan laba bersih yang diperoleh. Dengan nilai laba bersih yang besar, diharapkan investor semakin mempercayakan investasinya ke perusahaan tersebut. untuk mengurangi risiko keuangan perusahaan.

3. Bagi investor

Mengetahui seberapa terlindungnya suatu perusahaan terhadap risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah informasi penting dan baik bagi investor. Penulis menyarankan bagi para investor untuk lebih untuk memperhatikan variabel – variabel seperti: profitabilitas dan leverage sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Laporan keuangan

Laporan keuangan biasanya digunakan untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada suatu periode akuntansi. Ada beberapa pengertian laporan keuangan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:

a. Ikatan Akuntansi Indonesia (2008:1) dalam Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

b. Brigham dan Houston (2006:44) laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka – angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset – aset nyata yang mendasari angka – angka tersebut.

c. Kasmir (2009:66) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud dari laporan keuangan ini adalah untuk menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan-kegiatan akuntansi dalam suatu badan usaha yang meliputi kegiatan mengumpulkan bukti-bukti transaksi asli, menganalisa bukti-bukti tersebut, mengklasifikasikan pengaruh transaksi tersebut pada rekening-rekening yang bersangkutan, mencatat jurnal, memposting dalam buku besar, membuat kertas kerja dan menyusun laporan keuangan.

2.1.1.2. Bentuk Dasar Laporan Keuangan

Menurut Brigham & Houston (2006:46), laporan keuangan terdiri atas: a. Neraca

Neraca merupakan laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengiktisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun.

c. Laporan Laba Ditahan

Laporan laba ditahan merupakan pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke dividennya. Tampilan untuk laba ditahan yang ada disini merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan.

d. Arus Kas Bersih

Arus kas bersih merupakan arus kas aktual yang berlawanan dengan laba bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama satu periode tertentu.

e. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi.

2.1.1.3 Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena laporan keuangan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, maka seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.

Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut (Syahyunan, 2013:35):

1. Pemilik Perusahaan (Pemegang Saham)

Bagi pemilik/pemegang saham perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk:

a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen. b. Mengetahui hasil dividen yang akan diterima.

c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya. d. Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham. 2. Manajemen Perusahaan

Bagi manajemen perusahaan laporan keuangna digunakan untuk:

a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atau pemegang saham.

b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu.

c. Menilai hasil kinerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab. 3. Investor

Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan. c. Menilai kemungkinan menarik dana/investasi dari perusahaan. 4. Kreditur

Bagi kreditur laporan keuangan digunakan untuk:

a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

b. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan.

c. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.

5. Pemerintah dan Regulator

Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar. b. Sebagai dasar dalam penetapan – penetapan kebijaksanaan baru. c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. 6. Analis Pasar Modal

Analis pasar modal selalu menggunakan analisis yang tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Analis ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada investor baik individual maupun lembaga.

7. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat

Bagi peneliti maupun akdemisi laporan keuangan sangat penting sebagai dara primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Perlunya menganalisa laporan keuangan adalah untuk dapat memperluas serta mempertajam informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

serta dapat menggali serta mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi didalamnya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik (Sugiono dan Untung, 2008:10).

2.1.2.2 Kegunaan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Sugiono dan Untung(2008:11),kegunaan analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi yang lebih mendalam terhadap laporan keuangan itu sendiri.

b. Untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan.

c. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

d. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain atau dengan perusahaan lain secara industri (vertikal).

e. Untuk memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan.

f. Dapat juga digunakan untuk memprediksi bagaimana keadaan perusahaan pada masa mendatang (proyeksi).

2.1.2.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan analisis laporan keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut (Sugiono dan Untung, 2008:11):

a. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan laporan keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang dianalisa.

b. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya.

c. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi perusahaan pada masa yang akan datang.

d. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan terdapatnya masalah baik didalam manajemen ataupun masalah lain dalam perusahaan.

e. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan perusahaan serta efisiensi.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Syahyunan (2013:91), analisis laporan keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja

keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.

Analisis keuangan dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan. Hanya saja kita perlu memahami bahwa laporan keuangan yang dipergunakan sebagai dasar analisis keuangan hanyalah merupakan rekaman apa yang telah terjadi selama periode tertentu. Kadang-kadang analisis dalam rentang waktu periode tersebut tidak cukup untuk mencerminkan hasil keputusan-keputusan keuangan. Situasi ini yang disebut short termism, yang berarti hanya memusatkan perhatian pada periode satu tahun, padahal dampak keputusan keuangan tersebut meliputi jangka panjang.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Jenis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi (Suteja 2012:46): 1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Semakin besar nilai rasio likuiditas

maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan memperkecil resiko suatu perusahaan mengalami financial distress.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Ini menunjukkan bahwa semakin sedikit nilai rasio leverage berarti kinerja perusahaan semakin bagus yang berarti bahwa perusahaan dapat terhindar dari risiko mengalami kondisi financial distress.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Semakin tinggi rasio ini semakin efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan sehingga mengakibatkan naiknya kinerja perusahaan.

4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengtahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.

5. Rasio Penilaian

Rasio penilaikan bertujuan menjadi tolok ukur yang mengaitkan hubungan antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan.

2.1.4 Financial Distress

2.1.4.1 Pengertian Financial Distress

Menurut Brahmana (2007) kesulitan keuangan terjadi karena kurangnya kemampuan entitas dalam mengerjakan dan menjaga stabilitas kinerja keuangan sehingga mengakibatkan suatu entitas berada dalam kondisi kerugian operasioanal dan bersih untuk periode bersangkutan. Menurut Dermawan (2008:202) financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Dengan kata lain financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memnuhi kewajiban-kewajibannya. Terjadinya kerugian atau laba negatif merupakan salah satu tanda perusahaan tersebut mengalami financial distress. Jika financial distress terjadi secara terus menerus, dapat membawa suatu perusahaan menuju kebangkrutan.

Model sistem peringatan untuk mengantisipasi adanya financial distress perlu dikembangkan, karena model ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahwa memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Platt dan Platt (2002) menyatakan bahwa informasi yang terkait sengan financial distress dapat membuat manajemen mengambil tindakan merger atau take over agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan

mengelola perusahaan dnegan lebih baik serta dapat memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

2.1.4.2 Penyebab Financial distress

Banyak hal yang melatarbelakangi kondisi kesulitan keuangan yang terjadi di setiap perusahaan. Penyebabnya bisa jadi berasal dari lingkungan internal perusahaan maupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Mochamad Naufal Syaifudin (2001) mengatakan bahwa kesulitan keuangan disebabkan oleh buruknya kinerja keuangan perusahaan atau rendahnya tingkat kesehatan keuangan perusahaan diakibatkan beberapa faktor, misalnya terpaan krisis keuangan global.

Menurut Fachrudin (2008:6) mengelompokkan penyebab-penyebab kesulitan keuangan sebagai berikut:

1. Neoclassical model, kebangkrutan jika alokasi sumber daya tidak tepat. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya ukuran profitabilitas berupa return on assets dan ukuran solvabillitas berupa debt to assets ratio.

2. Financial distress, bauran aktiva benar tapi struktur keuangan salah dan dihadapkan pada batasan likuiditas. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal dengan tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan indikator keuangan atau indikator

kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, dan profit margin.

3. Corporate governance model, kebangkrutan disebabkan bauran aktiva dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang terpecahkan. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan informasi kepemilikan. Kepemillikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.

2.1.4.3 Akibat Financial distress

Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi. Menurut NetTel Africa (Fachrudin, 2008:15) hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang.

1. Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang meng-offset nilai pembebasan pajak atas peningkatan level hutang.

2. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.

3. Supplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.

4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dengan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut.

5. Situasi financial distress mungkin akan membuat pekerja kurang termotivasi jika mereka merasa semakin gelisah dalam bekerja dan prospek untuk maju sangat sedikit.

6. Bank dan pemberi pinjaman lain akan cenderung melihat dengan prejudiced eye atas pinjaman lanjutan yang diajukan perusahaan yang mengalami financial distress.

2.2Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Widhiari dan Merkusiwati (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Likuditas, Leverage, Operating Capacity dan SalesGrowth Terhadap Financial Distress”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial distress yang diproksikan dengan Earning Per Share (EPS). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio, Leverage yang diproksikan dengan Debt Ratio, Operating Capacity yang diproksikan dengan Total Asset Turnover, dan Sales Growth. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap financial

distress, operating capacity mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress, sales growth mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress, dan leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress.

2. Alifiah (2014) melakukan penelitian dengan judul “Prediction of Financial Distress Companies in the Trading and Services Sector in Malaysia Using Macroeconomic Variables”. Variabel dependen yang digunakan yaitu financial distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu Debt Ratio, Quick Ratio, Working Capital Ratio, Net Income to Total Assets Ratio, Base Lending Rate, GDP, Money Supply, Consumer Price Index, Kuala Lumpur Composite Index. Metode analisis data yang digunakan adalah logit analysis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan sektor perdagangan dan jasa yaitu debt ratio, total assets turnover ratio, working capital ratio, net income to total assets ratio dan base lending rate. Sedangkan variabel seperti GDP, money supply, consumer price index, Kuala Lumpur composite index tidak berpengaruh terhadap financial distress di sektor perusahaan tersebut.

3. Harun dan Nahar (2014) melakukan penelitian dengan judul “Indentifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC).” Variabel dependen yang digunakan adalah financial distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, EBIT to Total

Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, Sales to Total Assets. Metode analisis data yang digunakan adalah Altman Z-scores. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa current ratio dan debt ratio terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap financial distress pada GLC.

4. Kurniasari dan Ghozali (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dalam Memprediksi Financial Distress Perbankan Indonesia”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adlah Financial Distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah LDR (loan to deposit ratio) danBOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional), CAR (capital adequacy ratio), NPL (non performing loan), ROA (return on asset), dan ROE (return on equity). Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik dan uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR (loan to deposit ratio) danBOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) berpengaruh terhadap financial distress dan CAR (capital adequacy ratio), NPL (non performing loan), ROA (return on asset), dan ROE (return on equity) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress perbankan Indonesia.

5. Andre (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEI)”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Profitabilitas yang

diproksikan dengan Return on Asset (ROA), Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio, dan Leverage yang diproksikan dengan Debt Ratio. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik dan uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitablitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan tersebut. Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi financial distress pada perusahaan tersebut dan leverage mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan tersebut.

6. Widarjo dan Setiawan (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Likuditas, Profitabilitas, Leverage, dan Sales Growth. Metode analisis data yang digunakan yaitu regresi logit. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa likuditas yang diukur dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan, quick ratio berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan, dan cash ratio tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan. Leverage yang diukur dengan total liabilities to total asset tidak berpengaruh terhadap financial distress, current liabilities to total asset tidak berpengaruh terhadap financial distress.Sales growth tidak

berpengaruh terhadap financial distress perusahaan. Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

(Tahun) Judul Variabel Penelitian

Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Ni Luh Made Ayu Widhiari dan Ni K. Lely Aryani Merkusiwati (2015) Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Operating Capacity

dan Sales Growth

Terhadap Financial Distress Variabel Dependen: Financial distress Variabel Independen: 1.Likuiditas 2.Leverage 3.Operating capacity 4.Sales growth Regresi Logistik

1.Likuiditas mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap

financial distress.

2.Operating capacity mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress.

3.Sales growth mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap financial distress.

4.Leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. 2. Mohd Norfian Alifiah (2014) Prediction of Financial Distress Companies in the Trading and Services Sector in Malaysia Using Macroeconomic Variables Dependent Variables: 1.financial distress Independent Variables: 1.Debt ratio 2.Quick ratio 3.Working capital ratio

4.Net income to total assets ratio

5.Base lending rate 6.GDP 7.Money supply 8.Consumer price index 9.Kuala Lumpur composite index Logit Analysis

Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dalam perusahaan dalam sektor perdagangan dan jasa yaitu

debt ratio, total assets turnover ratio, working capital ratio, net income to total assets ratio dan

base lending rate.

Variabel seperti GDP, money supply, consumer price index, Kuala Lumpur composite index

tidak berpengaruh terhadap financial distress di sektor perusahaan tersebut. 3. Md Yousuf Harun dan Nurun Nahar (2014) Indentifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC) Dependent Variable: Financial distress Independent variables: 1. Working capital / Total assets 2. Retained earnings / Total assets

3. EBIT / Total assets 4. Market value of equity / Book value of total liabilities 5. Sales / Total Assets

Altman Z-scores

Current ratio dan debt ratio

terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

4. Christiana Kurniasari dan Imam Ghozali (2013) Analisis Pengaruh Rasio camel dalam Memprediksi Financial Distress Perbankan Indonesia Variabel Dependen: Financial Distress Variabel Independen: 1.CAR 2.NPL 3.ROA 4.ROE

Dokumen terkait