LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RASIO KEUANGAN
UNVR 38.92 39.73 40.38 71.51 40.18
INDF 6.24 9.13 8.06 4.38 5.99
SIMA -18.34 -67.01 -10.72 -9.52 2.2
STTP -6.98 4.57 5.97 7.78 7.26
FPNI 6.43 -3.87 5.18 -2.12 -2.51
2. Current Ratio (%) pada periode 2010-2014
GGRM 2.7 224.48 217.02 172.21 162.02
3. Debt Ratio (kali) pada periode 2011-2014
SMGR 0.21 0.25 0.31 0.29 0.27
LAMPIRAN 2 HASIL PENGOLAHAN DENGAN SPSS 18.00
STATISTIK DESKRIPTIF
Std. Deviation 12.63866 2231.57345 .41431
Variance 159.736 4979920.045 .172
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Skewness .212 17.830 4.076
Std. Error of Skewness .102 .102 .102
Kurtosis 10.323 343.801 24.916
Std. Error of Kurtosis .203 .203 .203
Minimum -75.58 .42 .03
Maximum 78.84 46498.44 4.30
REGRESI LOGISTIK
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 561.325
c. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 561.325
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less
than .001.
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Overall Percentage 89.7
a. The cut value is .500
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 260.588 3 .000
Block 260.588 3 .000
Model 260.588 3 .000
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ROA -.308 .038 64.894 1 .000 .735
CR .000 .000 .064 1 .801 1.000
DR 2.512 .586 18.407 1 .000 12.330
Constant -2.440 .392 38.716 1 .000 .087
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Brigham, Eguene. and Houston, Joel, F, 2010. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan Edisi II. Diterjemahkan oleh Ali Akbar. Salemba Empat, Jakarta.
Fachrudin, Khaira Amalia, 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang,Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harmono, 2011. Manajemen Keuangan berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Bumi Aksara, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No.2. Buku Satu.Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir, 2009. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Kencana, Jakarta.
Kuncoro dan Suhardjono, 2002. Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi), Edisi Pertama. Penerbit BPFE,Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis). Erlangga, Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2015. AnalisisData : Untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Edisi 3. USU press, Medan.
Soewadji, J, 2012. Pengantar Metodologi Peneltitian. Mitra Wacana Media, Jakarta
Subramanyam, K.R. dan John J. Wild, 2010. Analisis Laporan Keuangan.Edisi
Kesepuluh. Salemba Empat, Jakarta.
Sugiono dan Untung, 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Grasindo, Jakarta.
Sudana, I Made, 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Erlangga, Jakarta.
Suteja, Jaja, 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syahyunan, 2013. Manajemen Keuangan (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan). USU Press, Medan.
JURNAL
Andre, Orina. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1-19.
Atmini, Sari, 2005. Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Textile Mill Products dan Apparel and Other Textile Products yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005.
Azis A. dan G. H. Lawson, 1989. Cash Flow Reporting and Financial Distress
Models: Testing and Hypotheses,Financial Management 19, No. 1,
Spring 55-63.
Aziz, M. Adnan dan Humjayon A Dar, 2006. Predicting Corporate Bankruptcy : where we stand? Corporate Governance. 6(1) : 18-34.
Brahmana, Rayenda K, 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry. Birmingham Business School, University of Birmingham, United Kingdom.
Almilia, LS dan Emanuel Kristiadji. 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI. Vol. 7. No.2.
Kurniasari, Christiana dan Imam Ghozali. 2013. Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dalam Memprediksi Financial Distress Perbankan Indonesia. Diponegoro Jurnal of Accounting 2.4 (2013):1-10.
Luciana Spica Almilia, Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI. Vol. 7. No.2.
Platt, Harlan D. Dan Marjorie B. Platt, 2002. Predicting Corporate Financial Distress: Reflections on Choice-based Sample Bias, Journal of Economics and Finance, Illinois.
Purwanti, Yulia, 2005, Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sari, Atmini. 2005. Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Textille Mill Products dan Apparel and Other Textile Products yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo
Whitaker, R. B. 1999. “The Early Stages of Financial Distress”. Journal of Economics and Finance, 23: 123-133.
Widhiari, Ni Luh, dkk. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Operating Capacity, dan Sales Growth Terhadap Financial Distress. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.2 (2015):456-469.
SITUS
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausatif. Penelitian
kausatif merupakan penelitian dengan menggunakan karakteristik masalah berupa
hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Dimana penelitian ini
bertujuan untuk melihat seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh variabel
bebas kepada variabel terikat (Kuncoro 2013:15).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia mealui media internet dengan situs
Waktu penelitian dimulai dari Februari 2016 – April 2016.
3.3Batasan Operasional
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang akan
mengaburkan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada variabel independen
yang terdiri atas:rasio profitabilitas (X1),rasio likuiditas (X2), rasio leverage(X3)
3.4Definisi Operasional Variabel
3.4.1Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalahfinancial distress, di
manafinancial distress ini adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen.
Perusahaan yang cenderung tidak financial distress (ditandai dengan tidak
terjadinya laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara
berturut-turut) dan perusahaan mengalami financial distress (ditandai dengan
terjadinya laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara
berturut-turut) (Sari, 2005). Variabel ini menggunakan variabel dummy dengan
pengukuran 1 (satu) untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 0
(nol) untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
3.4.2Variabel Independen
1. Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Rasio ini diproksikan dengan Retrun on Assets (ROA) dengan rumus
sebagai berikut (Syahyunan, 2013:92):
2. Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu. Rasio ini diproksikan dengan Current Ratio dengan rumus sebagai
berikut (Syahyunan, 2013:92):
Current Ratio= Total Aktiva Lancar Total Kewajiban Lancar
3. Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula
digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Rasio ini diproksikan
dengan Debt Ratio dengan rumus sebagai berikut (Syahyunan, 2013:92):
Leverage =Total Hutang Total Aktiva
3.4.3 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dipahami
berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang termuat
dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara rinci, operasionalisasi variabel
Tabel 3.1
Nilai 1 (satu) diberikan untuk perusahaan yang memiliki laba bersih operasi negatif 2 (dua) tahun berturut-turut dan
Return on Assets = Laba Bersih Total Aset
Current Ratio= Total Aktiva Lancar
Total Kewajiban Lancar
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2013:118). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2010-2014 yaitu sebanyak 138 perusahaan.
Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi (Kuncoro,
2103:118). Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
dengan jugdement sampling. Metode purposive sampling dengan judgement
sampling merupakan metode penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Kriteria sampel yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: perusahaan manufaktur tbk. yang
menghasilkan laba bersih operasi negatif minimal selama dua tahun berturut –
turut dari periode 2010 sampai dengan 2014 untuk perusahaan yang mengalami
financial distress dan perusahaan manufaktur tbk. yang memiliki laba bersih
operasi positif dari periode 2010 sampai dengan 2014 untuk perusahaan tidak
mengalami financial distress.
Berdasarkan kriteria yang telah dipaparkan diatas, maka perusahaan
manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah
Tabel 3.2
8 Intikeramik Alamasri Industri Tbk. IKAI √ 6
9 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. KIAS √ 7
30 Ekadharma International Tbk. EKAD √ 26
31 Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA √ 27
32 Intanwijaya Internasional Tbk. INCI √ 28
Lanjutan Tabel 3.1
55 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. KBRI √ 47
56 Suparma Tbk. SPMA √ 48
63 Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS √ 55
64 Indospring Tbk. INDS √ 56
82 Sunson Textile Manufactures Tbk. SSTM √ 72
83 Star Petrochem Tbk. STAR - -
Lanjutan Tabel 3.1
108 Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk. ULTJ √ 90
109 Gudang Garam Tbk. GGRM √ 91
110 HM Sampoerna Tbk. HMSP √ 92
111 Bentoel Internasional Investama Tbk. RMBA √ 93
112 Wismilak Inti Makmur Tbk WIIM - -
113 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA √ 94
114 Indofarma (Persero) Tbk. INAF √ 95
121 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. SQBB √ 101
122 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC √ 102
128 Kedawung Setia Industrial Tbk. KDSI √ 106
129 Kedaung Indah Can Tbk. KICI √ 107
130 Langgeng Makmur Industri Tbk. LMPI √ 108
131 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF √ 109
132 Champion Pasific Indonesia Tbk. IGAR √ 110
3.6Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen, publikasi yang sudah dalam bentuk jadi (Soewadji, 210:147). Data
diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan,
yang berupa data tahunan dengan periode penelitiaan yang dimulai dari tahun
2010 hingga tahun 2014 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3.7Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi
dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder yang berupa laporan keuangan
yang diperoleh dari seperti
3.8Teknik Analisis Data
Untuk mengolah dan menganalisis data, peneliti menggunakan
menggunakan bantuan program statistik, software SPSS for windows. Adapun
metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut.
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data
dianalisisadalahgambaranperusahaanyangdijadikansampeldalampenelitianini.
Dengan statistik deskriptif akan diketahui nilairata-rata (mean), nilai minimum
danmaksimumsertastandardeviasi.Datayangditelitidikelompokkandalamdua
kategori,yaituperusahaanfinancialdistressdanperusahaannon-financialdistress.
3.8.2 Analisis Regresi Logistik
Dalam menganalisis hasil penelitian ini digunakan regresi logistik.
Penggunaan regresi logistik dilakukan karena variabel dependen merupakan
variabel dikotomi yang terdiri dari dua kategori (variabel dummy) dan satu
variabel dependen (terikat) yang non metric (nominal) serta memiliki
variabel independen (bebas) lebih dari satu. Secara matematis dapat
dirumuskan dengan berikut:
Ln = p
1−p = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ ε
Dimana:
Ln = Probabilitas perusahaan mengalami financial distress
p
1−p = Probabilitas perusahaan mengalami financial distress
a = Konstanta
X1 = Return on Assets (ROA)
X2 = Current Ratio
X3 = Debt Ratio
b1- b3 = Koefisien regresi
Dalam melakukan analisis regresi logistik, dilakukan pengujian-pengujian
berikut ini :
1. Menguji kelayakan dengan Goodness of Fit Test
Kelayakan regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test untuk menguji hipotesa nol, bahwa tidak ada perbedaan
antara model dengan datanya (model yang dihipotesakan fit dengan data).
Syaratnya adalah (Situmorang dan Lufti, 2012:256) :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak
2. Menilai Overall Model Fit
Penilaian kesesuaian model dengan variabel bebas atau prediktor dilakukan
dengan menggunakan fungsi Likelihood (Ghozali, 2011:228). Likelihood L dari
model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data
input. Konstanta L ditransformasikan menjadi .2LogL terlebih dahulu untuk
tujuan penilaian. Statistik -2LogL pada awal (block number = 0) dengan angka -
2LogL pada block number = 1 dapat juga digunakan untuk menentukan jika
variabel bebas ditambahkan pada model apakah secara signifikan memperbaiki
model fit, apabila terjadi penurunan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model
tersebut menunjukkan model regresi yang baik.
3.Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas
nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan
seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2011: 79). Nilai ini didapat
dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya.
4. Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan financial distress perusahaan. Matrik klasifikasi
logistik dapat dilihat pada classification table.Pada model yang sempurna maka
semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan
(Ghozali, 2011:324).
3.8.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji dengan menggunakan alat
bantu SPSS.
3.8.3.1Uji Secara Simultan (Likelihood)
Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
financial distress secara simultan sebagaimana uji F pada regresi linier. Uji ini
didasarkan pada nilai statistika -2LL. Uji serentak koefisien regresi model logistik
dihitung dari perbedaan -2LL antara model dengan hanya terdiri dari konstanta
dan model yang diestimasi terdiri dari konstanta dan variabel independen
(Widarjono, 2010:141). Selisih diantara block 0 dan block 1 dalam -2LL
merupakan model Chi Square yang dipakai untuk menguji signifikansi secara
simultan. Nilai signifikan < 0,05, menunjukkan bahwa variabel independen
3.8.3.2 Uji Secara Parsial (Uji Wald)
Uji wald dilakukan untuk melihat pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
prediksi financial distress secara parsial. Berikut syaratnya (Widarjono,
2010:123):
• Jika nilai signifikan < 0,05 , maka H0 diterima, maka variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
• Jika nilai signifikan ≥ 0,05, maka H0 ditolak, maka variabel independen tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Menurut undang-undang yang berlaku yaitu UU No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) adalah perseroan terbuka untuk perusahaan terbuka
dan perseroan tertutup untuk perusahaan tertutup. Perusahaan terbuka adalah
perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu
atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan
perundang-undangan di bidang pasar modal. Salah satu sektor dari perusahaan terbuka yaitu
perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah suatu cabang industri yang
menggabungkan pemakaian mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses
untuk mengubah bahan mentah menjadi barang layak untuk dijual. Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010-2014 yang menjadi Sampel
No. Nama Perusahaan Kode
Emiten Tanggal Berdiri Tanggal Listing
Bidang dan Kegiatan Perusahaan
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 16 Januari 1985 05 Desember 1989 Industri semen
2 Holcim Indonesia Tbk. SMCB 15 Agustus 1971 10 Agustus 1977 Industri semen
3 Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR 25 Maret 1953 25 Maret 1953 Industri semen
4 Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG 07 Oktober 1971 08 Oktober 1995 Keramik, porselen dan kaca
5 Arwana Citramulia Tbk. ARNA 22 Februari 1993 17 Juli 2001 Keramik, porselen dan
kaca
6 Intikeramik Alamasri Industri Tbk. IKAI 26 Juni 1991 04 Juni 1997 Keramik, porselen dan kaca
8 Mulia Industrindo Tbk. MLIA 15 November 1986 17 Januari 1994 Keramik, porselen dan kaca
9 Surya Toto Indonesia Tbk. TOTO 11 Juli 1977 30 Oktober 1990 Keramik, porselen dan kaca
10 Alakasa Industrindo Tbk. ALKA 21 Februari 1972 12 Juli 1990 Industri logam dan
sejenisnya
11 Betonjaya Manunggal Tbk. BTON 27 Februari 1995 18 Juli 2001 Industri logam dan
sejenisnya
12 Citra Tubindo Tbk. CTBN 23 Agustus 1983 28 November 1989 Industri logam dan
sejenisnya 13 Gunawan Dianjaya Steel Tbk. GDST 08 April 1989 23 Desember 2009 Industri logam dan
sejenisnya 14 Indal Aluminium Industry Tbk. INAI 16 Juli 1971 05 Desember 1994 Industri logam dan
sejenisnya 15 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW 07 Januari 1974 06 Agustus 1997 Industri logam dan
sejenisnya
16 Jaya Pari Steel Tbk. JPRS 18 Juli 1973 04 Agustus 1989 Industri logam dan
sejenisnya 17 Krakatau Steel (Persero) Tbk. KRAS 27 Oktober 1971 10 November 2010 Industri logam dan
sejenisnya
18 Lion Metal Works Tbk. LION 16 Agustus 1972 20 Agustus 1993 Industri logam dan
sejenisnya 19 Lionmesh Prima Tbk. LMSH 14 Desember 1982 04 Juni 1990 Industri logam dan sejenisnya
20 Pelat Timah Nusantara Tbk. NIKL 19 Agustus 1982 14 Desember 2009 Industri logam dan sejenisnya 21 Pelangi Indah Canindo Tbk. PICO 26 September 1983 23 September 1996 Industri logam dan
sejenisnya 22 Tembaga Mulia Semanan Tbk. TBMS 03 Februari 1977 23 Mei 1990 Industri logam dan
sejenisnya
23 Barito Pacific Tbk. BRPT 04 April 1979 01 Oktober 1993 Industri kimia
24 Budi Starch & Sweetener Tbk. BUDI 15 Januari 1979 08 Mei 1995 Industri kimia
25 Duta Pertiwi Nusantara Tbk. DPNS 18 Maret 1982 08 Agustus 1990 Industri kimia
26 Ekadharma International Tbk. EKAD 20 November 1981 14 Agustus 1990 Industri kimia
27 Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA 06 Maret 1992 16 Mei 1997 Industri kimia
28 Intanwijaya Internasional Tbk. INCI 23 April 1982 24 Juli 1990 Industri kimia
29 Indo Acidatama Tbk. SRSN 07 Desember 1982 11 Januari 1993 Industri kimia
30 Chandra Asri Pertochemical Tbk. TPIA 29 Februari 1988 26 Mei 2008 Industri kimia
31 Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC 07 April 1983 06 November 1989 Industri kimia
32 Alam Karya Unggul Tbk. AKKU 05 April 2001 01 November 2004 Industry plastik dan kemasan 33 Argha Karya Prima Industry Tbk. AKPI 07 Maret 1980 18 Desember 1992 Industry plastik dan
kemasan 34 Asiaplast Industries Tbk. APLI 05 Agustus 1992 01 Mei 2000 Industry plastik dan
35 Berlina Tbk. BRNA 22 Mei 1905 06 November 1989 Industry plastik dan kemasan 36 Indopoly Swakarsa Industry Tbk. IPOL 24 Maret 1995 09 Juli 2010 Industry plastik dan
kemasan 37 Sekawan IntipratamaTbk. SIAP 05 Januari 1995 17 Oktober 2008 Industry plastik dan
kemasan
38 Trias Sentosa Tbk. TRST 23 November 1979 02 Juli 1990 Industry plastik dan
kemasan 39 Yanaprima Hastaoersada Tbk. YPAS 14 Desember 1995 05 Maret 2008 Industry plastik dan
kemasan
40 Charoen Pokphand Tbk. CPIN 07 Januari 1972 18 Maret 1991 Industri pakan ternak
41 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 18 Januari 1971 23 Oktober 1989 Industri pakan ternak
42 Malindo Feedmill Tbk. MAIN 10 Juni 1997 27 Januari 2006 Industri pakan ternak
43 Sierad Produce Tbk. SIPD 06 September 1985 27 Desember 1996 Industri pakan ternak
44 SLJ Global Tbk. SULI 14 April 1980 21 Maret 1994 Industri kayu dan
pengolahannya 45 Tirta Mahakam Resources Tbk. TIRT 21 April 1981 13 Desember 1999 Industri kayu dan
pengolahannya 46 Fajar Surya Wisesa Tbk. FASW 13 Juni 1987 19 Desember 1994 Industri pulp dan kertas
47 Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Tbk. KBRI 14 Februari 1978 11 Juli 2008 Industri pulp dan kertas
48 Suparma Tbk. SPMA 25 Agustus 1976 16 November 1994 Industri pulp dan kertas
49 Pabrik kertas Tjiwi Kimia Tbk. TKIM 02 Oktober 1972 03 April 1990 Industri pulp dan kertas
50 Astra Internasional Tbk. ASII 20 Februari 1957 04 April 1990 Industri otomotif dan komponen
51 Astra Otoparts Tbk. AUTO 20 September 1991 15 Juni 1998 Industri otomotif dan
komponen
52 Indo Kordsa Tbk. BRAM 08 Juli 1981 05 September 1990 Industri otomotif dan
komponen 53 Goodyear Indonesia Tbk. GDYR 26 Januari 1917 22 Desember 1980 Industri otomotif dan
komponen
54 Gajah Tunggal Tbk. GJTL 24 Agustus 1951 08 Mei 1990 Industri otomotif dan
komponen 55 Indomobil Sukses Internasional
Tbk. IMAS 20 Maret 1987 15 November 1993
Industri otomotif dan komponen
56 Indospring Tbk. INDS 05 Mei 1978 10 Agustus 1990 Industri otomotif dan
komponen 57 Multi Prima Sejahtera Tbk. LPIN 07 Januari 1982 05 Februari 1990 Industri otomotif dan
komponen 58 Multistrada Arah Sarana Tbk. MASA 20 Juni 1988 09 Juni 2005 Industri otomotif dan
komponen
59 Nipress Tbk. NIPS 24 April 1975 24 Juli 1991 Industri otomotif dan
komponen 60 Prima Alloy Steel Universal Tbk. PRAS 20 Februari 1984 12 Juli 1990 Industri otomotif dan
komponen 61 Selamat Sempurna Tbk. SMSM 19 Januari 1976 09 September 1996 Industri otomotif dan
62 Polychem Indonesia Tbk. ADMG 25 April 1986 20 Oktober 1993 Industri Tekstil dan Garment
63 Argo Pantes Tbk. ARGO 12 Juli 1977 07 Januari 1991 Industri Tekstil dan
Garment 64 Century Textile Industry (PS) Tbk. CNTX 22 Mei 1970 22 Mei 1979 Industri Tekstil dan
Garment
65 Eratex Djaja Tbk. ERTX 12 Oktober 1972 21 Agustus 1990 Industri Tekstil dan
Garment 66 Ever Shine Textile Industry Tbk. ESTI 11 Desember 1973 13 Oktober 1992 Industri Tekstil dan
Garment 67 Panasia Indo Resources Tbk. HDTX 06 April 1973 06 Juni 1990 Industri Tekstil dan
Garment 68 Indo-Rama Synthetic Tbk. INDR 03 April 1974 03 Agustus 1990 Industri Tekstil dan
Garment 69 Apac Citra Centertex Tbk. MYTX 10 Februari 1987 10 Oktober 1989 Industri Tekstil dan
Garment
70 Pan Brothers Tbk. PBRX 21 Agustus 1980 16 Agustus 1990 Industri Tekstil dan
Garment 71 Asia Pasific Fibers Tbk. POLY 15 Februari 1984 12 Maret 1991 Industri Tekstil dan
Garment 72 Sunson Textile Manufactures Tbk. SSTM 18 November 1972 20 Agustus 1997 Industri Tekstil dan
Garment 73 Tifico Fiber Indonesia Tbk. TFCO 25 Oktober 1973 26 Februari 1980 Industri Tekstil dan
Garment
74 Sumi Indo Kabel Tbk. IKBI 23 Juli 1981 21 Januari 1991 Industri Kabel
75 Jembo Cable Company Tbk. JECC 17 April 1973 18 November 1992 Industri Kabel
76 KMI Wire and Cable Tbk. KBLI 19 Januari 1972 06 Juli 1992 Industri Kabel
77 Kabelindo Murni Tbk. KBLM 11 Oktober 1979 01 Juni 1992 Industri Kabel
78 Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Tbk SCCO 09 November 1970 20 Juli 1982 Industri Kabel
79 Voksel Electric Tbk. VOKS 19 April 1971 20 Desember 1990 Industri Kabel
80 Sat Nusapersada Tbk. PTSN 01 Juni 1990 08 November 2007 Industri elektronika
81 Akasha Wira Interasional Tbk. ADES 06 Maret 1985 13 Juni 1994 Industri makanan dan minuman 82 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. AISA 26 Januari 1990 11 Juni 1997 Industri makanan dan
minuman 83 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA 09 Desember 1980 09 Juli 1996 Industri makanan dan
minuman
84 Delta Djakarta Tbk. DLTA 15 Juni 1970 27 Februari 1984 Industri makanan dan
minuman 85 I Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI 03 Juni 1929 15 Desember 1981 Industri makanan dan
minuman
86 Mayora Indah Tbk. MYOR 17 Februari 1977 04 Juli 1990 Industri makanan dan
minuman 87 Nippon Indosari Corpindo Tbk. ROTI 08 Maret 1995 28 Juni 2010 Industri makanan dan
minuman
88 Sekar Laut Tbk. SKLT 19 Juli 1976 08 September 1993 Industri makanan dan
89 Ultrajaya Milk Industry & Trading
Co Tbk. ULTJ 02 November 1971 02 Juli 1990
Industri makanan dan minuman
90 Gudang Garam Tbk. GGRM 26 Juni 1958 27 Agustus 1990 Industri rokok
91 HM Sampoerna Tbk. HMSP 27 Maret 1976 15 Agustus 1990 Industri rokok
92 Bentoel Internasional Investama
Tbk. RMBA 19 Januari 1979 05 Maret 1990
Industri rokok
93 Darya-Varia Laboratoria Tbk. DVLA 05 Februari 1976 11 November 1994 Industri farmasi
94 Indofarma (Persero) Tbk. INAF 02 Januari 1996 17 April 2001 Industri farmasi
95 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF 23 Januari 1969 04 Juli 2001 Industri farmasi
96 Kalbe Farma Tbk. KLBF 10 September 1966 30 Juli 1991 Industri farmasi
97 Merck Tbk. MERK 14 Oktober 1970 23 Juli 1981 Industri farmasi
98 Pyridam Farma Tbk. PYFA 27 November 1976 16 Oktober 2001 Industri farmasi
99 Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. SCPI 07 Maret 1972 08 Juni 1990 Industri farmasi
100 Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk. SQBB 08 Juli 1970 29 Maret 1983 Industri farmasi
101 Tempo Scan Pacific Tbk. TSPC 20 Mei 1970 17 Juni 1994 Industri farmasi
102 Mustika Ratu Tbk. MRAT 14 Maret 1978 27 Juli 1995 Kosmetik dan keperluan
rumah tangga 103 Mandom Indonesia Tbk. TCID 05 November 1969 30 September 1993 Kosmetik dan keperluan
rumah tangga 104 Unilever Indonesia Tbk. UNVR 05 Desember 1933 11 Januari 1982 Kosmetik dan keperluan
rumah tangga 105 Kedawung Setia Industrial Tbk. KDSI 09 Januari 1973 29 Juli 1996 Industri peralatan rumah
tangga
106 Kedaung Indah Can Tbk. KICI 11 Januari 1974 28 Oktober 1993 Industri peralatan rumah tangga
107 Langgeng Makmur Industri Tbk. LMPI 30 November 1972 17 Oktober 1994 Industri peralatan rumah tangga
108 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 14 Agustus 1990 14 Juli 1994 Industri makanan dan minuman 119 Champion Pasific Indonesia Tbk. IGAR 30 Oktober 1975 05 November 1990 Industri farmasi
110 Toba Pulp Lestari Tbk. INRU 26 April 1983 18 Juni 1990 Industri pulp dan kertas
111 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 07 Desember 1976 16 Juli 1990 Industri pulp dan kertas
112 Siwani Makmur Tbk. SIMA 07 Juni 1985 03 Juni 1994 Industri plastik dan
kemasan
113 Lotte Chemical Titan Tbk. FPNI 09-Dec-1987 21-Mar-2002 Industri plastik dan
kemasan
114 Siantar Top Tbk. STTP 12-May-1987 16-Dec-1996 Industri makanan dan
minuman 115 Indomobil Sukses Internasional
Tbk. IMAS 20-Mar-1987 15-Nov-1993
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analiasis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
statistik secara umum, peneliti mengunakan descriptive untuk variabel yang
diukur dengan skala rasio dan frequency untuk variabel yang diukur dalam skala
nominal.
Tabel 4.2
Sumber: Output SPSS 2016, data diolah
Dari tabel 4.2 diatas dapat dideskripsikan bebrapa hal berikut ini :
1. Variabel independenreturn on assets (ROA) memiliki rata-rata sebesar 6,0761
dengan standar deviasinya sebesar 12,63866. Nilai ROA yang tertinggi adalah
78,84 yang dimiliki oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. pada tahun 2013,
sedangkan untuk nilai ROA yang terendah adalah -75,58 yang dimiliki oleh
PT. Alam Karya Unggul Tbk. tahun 2011.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
ROA 575 -75.58 78.84 6.0761 .52707 12.63866
CR 575 .42 46498.44 370.8432 93.06305 2231.57345
DR 575 .03 4.30 .5370 .01728 .41431
Valid N
(listwise)
2. Variabel independen current ratio (CR) memiliki rata-rata sebesar 0,42 dengan
standar deviasinya sebesar 2231,57345. Nilai CR yang tertinggi adalah
46498,44 yang dimiliki oleh PT. Jaya Pari Steel Tbk. pada tahun 2014,
sedangkan nilai CR yang terendah adalah 0,42 yang dimiliki oleh PT. Eratex
Djaja Tbk. pada tahun 2010.
3. Variabel independen debt ratio (DR) memiliki rata-rata sebesar 0.5370 dengan
standar deviasinya adalah 0,41431. Nilai DR terbesar adalah 4,30 yang dimiliki
oleh PT. Asia Pasific Fibers Tbk. pada tahun 2014, sedangkan nilai DR yang
terendah adalah 0,03 yang dimiliki oleh PT. Jaya Pari Steel Tbk. tahun 2013.
4.2.2 Analisis Regresi Logistik
4.2.2.1 Menguji kelayakan dengan Goodness of Fit Test
Untuk menguji kelayakan suatu analisis regresi logistik dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 7,703 8 ,463
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Dari output di atas diperoleh nilai Chi Square adalah sebesar 7,703 dengan
nilai sig sebesar 0,463. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai sig. lebih besar
daripada 0,05 sehingga berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang
diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Maka dapat disimpulkan bahwa model
4.2.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Penilaian keseluruhan model regresi logistik dapat dilihat dengan
menggunakan nilai -2 Log Likelihood. Dimana, apabila terjadi penurunan dalam
nilai -2 Log Likelihood pada block number 1 dibandingkan dengan block number
0, maka dapat disimpulkan bahwa model yang kedua (block number 1) dari
regresi logistik tersebut baik. Hasil dari -2 Log Likehood dengan block number 0
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Likelihood L Block Nol
Hasil dari -2 LogLikehood dengan block number 0 dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Likelihood L Block Pertama
Iteration Historya,b,c
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 561.325
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Dari output diatas terlihat bahwa nilai -2Log Likelihood pada block number
0 sebesar 561,325 dan pada block number 1 sebesar 300,737. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik kedua lebih baik dalam
memprediksi kemungkinan suatu perusahaan mengalami kondisi financial
distress.
4.2.2.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan variabilitas variabel
dependen.koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada Nagelker
R Square. Nilai Nagelker R square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square
pada regresi berganda (Ghozali,2006).
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
4 301.423 -2.398 -.278 .000 2.447
5 300.742 -2.436 -.306 .000 2.505
6 300.737 -2.440 -.308 .000 2.512
7 300.737 -2.440 -.308 .000 2.512
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 561.325
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than
.001.
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
Tabel 4.6 menunjukkan nilai Nagelker R Square. Dilihat dari hasil output
pengolahan data, nilai Nagelker R Square adalah sebesar 0,585 yang berarti
variabilitas variabel independen adalah sebesar 58,2%, sisanya sebesar 41,8%
(100%-58,2%) dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel lain diluar model
penelitian.
4.2.2.4 Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi ini digunakan untuk menganalisis tingkat akurasi model
regresi logistik dalam memprediksi perusahaan financial distress dengan non
financial distress dibandingkan dengan kondisi yang sesungguhnya. Hasil uji
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
FD Percentage
Correct
0 1
Step 1 FD 0 454 11 97.6
1 48 62 56.4
Overall Percentage 89.7
a. The cut value is .500
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.7 tersebut, dari 465 sampel data keuangan perusahaan kategori
non financial distress yang diteliti, sebanyak 454perusahaan atau 97,6% yang
secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi logistik ini sebagai perusahaan a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.
yang tidak mengalami financial distress dan sisanya sebanyak 11 perusahaan
gagal diprediksi oleh model. Sedangkan dari 110 sampel data keuangan
perusahaan kategori financial distress yang diteliti, dinyatakan sebanyak 62
perusahaan atau 56,4% yang secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi
logistik ini sebagai perusahaan yang mengalami financial distress dan sisanya
sebanyak 48 perusahaan gagal diprediksi oleh model. Secara keseluruhan, tingkat
akurasi model dalam memprediksi kondisi kesehatan perusahaan adalah 89,7%
yang berarti hasil penelitian ini cukup baik karena mendekati ketepatan 100%.
4.2.2.5 Hasil Analisis Regresi Logistik
Untuk mengetahui koefisien pada masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ROA -.308 .038 64.894 1 .000 .735
CR .000 .000 .064 1 .801 1.000
DR 2.512 .586 18.407 1 .000 12.330
Constant -2.440 .392 38.716 1 .000 .087
a. Variable(s) entered on step 1: ROA, CR, DR.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil pengolahan regresi logistik di atas maka model analisis
regresi logistik dapat ditransformasikan dalam model persamaan sebagai berikut :
Ln= �
Dari Tabel 4.8, masing-masing variabel independen dapat diinterpretasikan
pengaruhnya terhadap financial distress sebagai berikut :
1. Konstanta sebesar -2,440; artinya jika koefisien variabel bebasnya diabaikan
maka probabibilitas suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress
akan turun sebesar 2,440.
2. Koefisien variabel ROA sebesar -0,308; artinya jika ROA naik sebesar satu
persen, maka probabilitas suatu perusahaan mengalami financial distress
akan turun sebesar 0,308.
3. Koefisien variabel CR sebesar 0,000; artinya jika current ratio naik sebesar
satu persen, maka tidak terdapat pengaruh pada probabilitas suatu
perusahaan mengalami financial distress.
4. Koefisien variabel DR sebesar 2,512; artinya jika DR naik sebesar satu kali,
maka probabilitas suatu perusahaan mengalami financial distress akan naik
sebesar 2,512.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Secara Simultan (Likelihood)
Untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (profitabilitas,
likuiditas, dan leverage) terhadap variabel dependen (financial distress) secara
simultan dapat dilihat dari selisih nilai -2log likelihood pada block 0 dan block 1
pada Tabel 4.4 dan 4.5. Besarnya nilai -2log likelihood pada block 0 adalah
-2Log Likelihood menjadi 300,737. Selisih diantara block 0 dan block 1 merupakan
model Chi Square yang dipakai untuk menguji signifikansi secara simultan.
Dalam penelitian ini model Chi Square yang diperoleh 561,325-300,737 =
260,588. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Nilai Chi Square
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 260.588 3 .000
Block 260.588 3 .000
Model 260.588 3 .000
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah
sebesar 0,000. Nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 menandakan bahwa rasio
likuiditas, profitabilitas, dan leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap
probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi financial distress.
4.3.2 Uji Secara Parsial (Uji Wald)
Uji wald dilakukan untuk melihat pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
prediksi financial distress secara parsial. Pengaruh tersebut dianggap signifikan
terhadap prediksi financial distress apabila signifikasi lebih kecil atau sama
dengan 5% (0,05). Hasil uji wald yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Uji Wald
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ROA -.308 .038 64.894 1 .000 .735
CR .000 .000 .064 1 .801 1.000
DR 2.512 .586 18.407 1 .000 12.330
Constant -2.440 .392 38.716 1 .000 .087
a. Variable(s) entered on step 1: ROA, CR, DR.
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
1. Profitabilitas (�1) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,308dengan tingkat
signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa
variabel ini secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress.
2. Likuiditas (�2) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,000dengan tingkat
signifikan 0,801 lebih besar dari 0,05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa
variabel ini secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
financial distress.
3. Leverage (�3) menunjukkan nilai koefisien sebesar 2,512dengan tingkat
signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa
variabel ini secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Distress
Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kondisi financial distress. Artinya semakin besar nilai
ROA maka akan semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan untuk mengalami
financial distress. ROA menunjukkan keefektifan suatu perusahaan dalam
memakai aset untuk menciptakan pendapatan, artinya semakin besar nilai ROA,
semakin baik karena mengindikasikan bahwa perusahaan semakin efektif dalam
menggunakan atau memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dalam menghasilkan
laba, begitu sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan manufakturdi
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 efektif dalam menggunakan atau
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Penelitian ini
memperkuat penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Widhiari dan Merkusiwati
(2015) dan Widarjo dan Setiawan (2009) namun bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniasari dan Ghozali (2013) yang mengatakan bahwa
ROA tidak berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi financial distress.
4.4.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Distress
Variabel likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak berpengaruh
dan tidak signifikan terhadap kondisi financial distress. Current ratio tidak
berpengaruh signifikan pada perusahaanmanufaktur di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2014 menunjukkan bahwa variabel likuiditas tidak menjadi prediktor
menggunakan current ratio, yang membandingkan antara total aset lancar dengan
total kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam aset lancar terdapat
akun piutang usaha dan persediaan yang nantinya jika digunakan untuk membayar
kewajiban lancar perusahaan, memerlukan waktu yang tidak sedikit dan
berbeda-beda pada setiap perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan dalam
bentuk kas yang akan digunakan untuk membiayai kewajiban perusahaan.
Likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress disebabkan karena
perusahaan yang diteliti memiliki piutang usaha dan persediaan yang rata-rata
meningkat setiap tahunnya sehingga likuiditas yang diukur dengan current ratio
tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Andre (2012) dan Widarjo dan Setiawan (2009) namun
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiari dan Merkusiwati
(2015) yang mengatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif dan
signifikan dalam memprediksi financial distress.
4.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress
Variabel financial leverage yang diproksikan dengan DR didalam penelitian
ini berpengaruh positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi nilai DR maka akan
semakin besar kemungkinan suatu perusahaan untuk mengalami financial
distress. DR berpengaruh signifikan, artinya penggunaan utang di dalam
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia berpengaruh terhadap kondisi
financial distress. Perusahaan manufaktur lebih banyak membiayai kegiatan
dalam bentuk hutang. Sebuah perusahaan yang besar cenderung mengandalkan
sebagian besar pembiayaan dari bank. Oleh karena itu, dapat dikatakan
perusahaan besar cenderung memiliki tingkat rasio leverage yang besar juga,
maka dapat dikatakan bahwa leverage berpengaruh pada kemungkinan terjadinya
financial distress pada perusahaan manufaktur yang diteliti. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Widhiari dan Merkusiwati (2015) yang mengatakan bahwa DR
tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Penelitian ini sesuai dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
1. Profitabilitas, likuiditas danleveragesecara serempak berpengaruh signifikan
terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
2. Secara parsial profitabiltasberpengaruh negatif dan signifikan terhadap
financial distress, likuiditas tidak berpengaruh dan tidak signifikan,leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sejenis
Bagi peneliti sejenis sebaiknya memperluas penelitian dengan
melakukan penelitian tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur
saja, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya, misalnya saja pada
perusahaan keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, dengan
tahun pengamatan yang lebih panjang sehingga hasil yang diperoleh akan
sesungguhnya selama jangka panjang. Serta menambah variabel-variabel
lain yang dapat memprediksi kondisifinancial distress.
2. Bagi perusahaan
Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya memperhatikan laporan
laba ruginya, penekanan terhadap biaya operasional diperlukan untuk
memaksimalkan laba bersih yang diperoleh. Dengan nilai laba bersih yang
besar, diharapkan investor semakin mempercayakan investasinya ke
perusahaan tersebut. untuk mengurangi risiko keuangan perusahaan.
3. Bagi investor
Mengetahui seberapa terlindungnya suatu perusahaan terhadap
risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah informasi penting dan baik
bagi investor. Penulis menyarankan bagi para investor untuk lebih untuk
memperhatikan variabel – variabel seperti: profitabilitas dan leverage
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan keuangan
Laporan keuangan biasanya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada suatu periode
akuntansi. Ada beberapa pengertian laporan keuangan yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya:
a. Ikatan Akuntansi Indonesia (2008:1) dalam Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
b. Brigham dan Houston (2006:44) laporan keuangan adalah beberapa
lembar kertas dengan angka – angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting
juga untuk memikirkan aset – aset nyata yang mendasari angka – angka
tersebut.
c. Kasmir (2009:66) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Maksud dari laporan keuangan ini adalah untuk menunjukkan kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses kegiatan-kegiatan akuntansi dalam suatu badan
usaha yang meliputi kegiatan mengumpulkan bukti-bukti transaksi asli,
menganalisa bukti-bukti tersebut, mengklasifikasikan pengaruh transaksi tersebut
pada rekening-rekening yang bersangkutan, mencatat jurnal, memposting dalam
buku besar, membuat kertas kerja dan menyusun laporan keuangan.
2.1.1.2. Bentuk Dasar Laporan Keuangan
Menurut Brigham & Houston (2006:46), laporan keuangan terdiri atas:
a. Neraca
Neraca merupakan laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu
titik waktu tertentu.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengiktisarkan pendapatan
dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya
setiap satu kuartal atau satu tahun.
c. Laporan Laba Ditahan
Laporan laba ditahan merupakan pernyataan yang melaporkan berapa
banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak
dibayarkan ke dividennya. Tampilan untuk laba ditahan yang ada disini
merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah
d. Arus Kas Bersih
Arus kas bersih merupakan arus kas aktual yang berlawanan dengan laba
bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama satu periode
tertentu.
e. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang melaporkan dampak dari
aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada
arus kas selama satu periode akuntansi.
2.1.1.3 Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan
masyarakat, karena laporan keuangan dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan
keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, maka seseorang
dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang
dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya.
Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dijelaskan
sebagai berikut (Syahyunan, 2013:35):
1. Pemilik Perusahaan (Pemegang Saham)
Bagi pemilik/pemegang saham perusahaan laporan keuangan dimaksudkan
untuk:
a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen.
c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya.
d. Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham.
2. Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen perusahaan laporan keuangna digunakan untuk:
a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik
atau pemegang saham.
b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi,
bagian, atau segmen tertentu.
c. Menilai hasil kinerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab.
3. Investor
Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.
c. Menilai kemungkinan menarik dana/investasi dari perusahaan.
4. Kreditur
Bagi kreditur laporan keuangan digunakan untuk:
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
b. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang
akan diberikan.
c. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang
5. Pemerintah dan Regulator
Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar.
b. Sebagai dasar dalam penetapan – penetapan kebijaksanaan baru.
c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain.
6. Analis Pasar Modal
Analis pasar modal selalu menggunakan analisis yang tajam dan lengkap
terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang
berpotensi masuk pasar modal. Analis ingin mengetahui nilai perusahaan,
kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk
dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan
disampaikan kepada investor baik individual maupun lembaga.
7. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akdemisi laporan keuangan sangat penting sebagai
dara primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang
berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan
menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu
hipotesis atau penelitian yang dilakukan.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Perlunya menganalisa laporan keuangan adalah untuk dapat memperluas
serta dapat menggali serta mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi
didalamnya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap
laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada
para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga
kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik (Sugiono dan Untung,
2008:10).
2.1.2.2 Kegunaan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sugiono dan Untung(2008:11),kegunaan analisa laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang lebih mendalam terhadap laporan
keuangan itu sendiri.
b. Untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan.
c. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
d. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain atau
dengan perusahaan lain secara industri (vertikal).
e. Untuk memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan.
f. Dapat juga digunakan untuk memprediksi bagaimana keadaan perusahaan
2.1.2.3 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan secara garis besar adalah sebagai berikut
(Sugiono dan Untung, 2008:11):
a. Screening (sarana informasi), analisa dilakukan hanya berdasarkan laporan
keuangan saja. Dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung
ke lapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang
dianalisa.
b. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami
perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari
usahanya.
c. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan
kondisi perusahaan pada masa yang akan datang.
d. Diagnosis (diagnosa), analisa memungkinkan untuk dapat melihat
kemungkinan terdapatnya masalah baik didalam manajemen ataupun
masalah lain dalam perusahaan.
e. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi
kinerja perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan
perusahaan serta efisiensi.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Syahyunan (2013:91), analisis laporan keuangan merupakan
keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu
perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan
laba rugi saja, atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena yang
dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item
tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih
dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan
dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.
Analisis keuangan dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk berbagai
keperluan. Hanya saja kita perlu memahami bahwa laporan keuangan yang
dipergunakan sebagai dasar analisis keuangan hanyalah merupakan rekaman apa
yang telah terjadi selama periode tertentu. Kadang-kadang analisis dalam rentang
waktu periode tersebut tidak cukup untuk mencerminkan hasil
keputusan-keputusan keuangan. Situasi ini yang disebut short termism, yang berarti hanya
memusatkan perhatian pada periode satu tahun, padahal dampak keputusan
keuangan tersebut meliputi jangka panjang.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Jenis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi (Suteja 2012:46):
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar
maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan
memperkecil resiko suatu perusahaan mengalami financial distress.
2. Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula
digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya
apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Ini menunjukkan bahwa
semakin sedikit nilai rasio leverage berarti kinerja perusahaan semakin bagus
yang berarti bahwa perusahaan dapat terhindar dari risiko mengalami kondisi
financial distress.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mengahasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Semakin tinggi rasio ini semakin efisiensi perusahaan tersebut dalam
memanfaatkan fasilitas perusahaan sehingga mengakibatkan naiknya kinerja
perusahaan.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengtahui seberapa efektif manajemen
perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan
5. Rasio Penilaian
Rasio penilaikan bertujuan menjadi tolok ukur yang mengaitkan hubungan
antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham
atau mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan.
2.1.4 Financial Distress
2.1.4.1 Pengertian Financial Distress
Menurut Brahmana (2007) kesulitan keuangan terjadi karena kurangnya
kemampuan entitas dalam mengerjakan dan menjaga stabilitas kinerja keuangan
sehingga mengakibatkan suatu entitas berada dalam kondisi kerugian operasioanal
dan bersih untuk periode bersangkutan. Menurut Dermawan (2008:202) financial
distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Dengan kata lain financial distress merupakan suatu kondisi
dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memnuhi
kewajiban-kewajibannya. Terjadinya kerugian atau laba negatif merupakan salah satu tanda
perusahaan tersebut mengalami financial distress. Jika financial distress terjadi
secara terus menerus, dapat membawa suatu perusahaan menuju kebangkrutan.
Model sistem peringatan untuk mengantisipasi adanya financial distress
perlu dikembangkan, karena model ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengidentifikasikan bahwa memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi
krisis atau kebangkrutan. Platt dan Platt (2002) menyatakan bahwa informasi yang
terkait sengan financial distress dapat membuat manajemen mengambil tindakan
mengelola perusahaan dnegan lebih baik serta dapat memberikan tanda peringatan
awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
2.1.4.2 Penyebab Financial distress
Banyak hal yang melatarbelakangi kondisi kesulitan keuangan yang terjadi
di setiap perusahaan. Penyebabnya bisa jadi berasal dari lingkungan internal
perusahaan maupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Mochamad Naufal
Syaifudin (2001) mengatakan bahwa kesulitan keuangan disebabkan oleh
buruknya kinerja keuangan perusahaan atau rendahnya tingkat kesehatan
keuangan perusahaan diakibatkan beberapa faktor, misalnya terpaan krisis
keuangan global.
Menurut Fachrudin (2008:6) mengelompokkan penyebab-penyebab
kesulitan keuangan sebagai berikut:
1. Neoclassical model, kebangkrutan jika alokasi sumber daya tidak tepat.
Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan data neraca dan
laporan laba rugi. Misalnya ukuran profitabilitas berupa return on assets dan
ukuran solvabillitas berupa debt to assets ratio.
2. Financial distress, bauran aktiva benar tapi struktur keuangan salah dan
dihadapkan pada batasan likuiditas. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan
dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam
jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal dengan tidak sempurna dan
struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Prediksi kesulitan
kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, dan profit
margin.
3. Corporate governance model, kebangkrutan disebabkan bauran aktiva dan
struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini
mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari
masalah dalam tata kelola perusahaan yang terpecahkan. Prediksi kesulitan
keuangan dilakukan dengan menggunakan informasi kepemilikan. Kepemillikan
berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.
2.1.4.3 Akibat Financial distress
Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih
tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi.
Menurut NetTel Africa (Fachrudin, 2008:15) hal ini mungkin mempunyai
pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang.
1. Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap
nilai perusahaan yang meng-offset nilai pembebasan pajak atas
peningkatan level hutang.
2. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan,
hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi
rusak parah.
3. Supplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih
berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin
4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka,
dengan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada
keberlanjutan dari hubungan tersebut.
5. Situasi financial distress mungkin akan membuat pekerja kurang
termotivasi jika mereka merasa semakin gelisah dalam bekerja dan
prospek untuk maju sangat sedikit.
6. Bank dan pemberi pinjaman lain akan cenderung melihat dengan
prejudiced eye atas pinjaman lanjutan yang diajukan perusahaan yang
mengalami financial distress.
2.2Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Widhiari dan Merkusiwati (2015) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Rasio Likuditas, Leverage, Operating Capacity dan SalesGrowth
Terhadap Financial Distress”. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah financial distress yang diproksikan dengan Earning Per
Share (EPS). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah
Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio, Leverage yang
diproksikan dengan Debt Ratio, Operating Capacity yang diproksikan dengan
Total Asset Turnover, dan Sales Growth. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
distress, operating capacity mempunyai pengaruh negatif secara signifikan
terhadap financial distress, sales growth mempunyai pengaruh negatif secara
signifikan terhadap financial distress, dan leverage tidak berpengaruh
terhadap financial distress.
2. Alifiah (2014) melakukan penelitian dengan judul “Prediction of Financial
Distress Companies in the Trading and Services Sector in Malaysia Using
Macroeconomic Variables”. Variabel dependen yang digunakan yaitu
financial distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu Debt
Ratio, Quick Ratio, Working Capital Ratio, Net Income to Total Assets Ratio,
Base Lending Rate, GDP, Money Supply, Consumer Price Index, Kuala
Lumpur Composite Index. Metode analisis data yang digunakan adalah logit
analysis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan sektor
perdagangan dan jasa yaitu debt ratio, total assets turnover ratio, working
capital ratio, net income to total assets ratio dan base lending rate.
Sedangkan variabel seperti GDP, money supply, consumer price index, Kuala
Lumpur composite index tidak berpengaruh terhadap financial distress di
sektor perusahaan tersebut.
3. Harun dan Nahar (2014) melakukan penelitian dengan judul “Indentifying
Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked
Companies (GLC).” Variabel dependen yang digunakan adalah financial
distress. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Working