• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

7. Nilai Kalor

5.2 Saran

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Perlu kajian lebih lanjut mengenai cara mengatasi asap, bau yang berlebihan hasil pembakaran briket.

2. Lebih cocok untuk aplikasi industri karena memiliki kadar abu dan kadar zat mudah menguap yang tinggi.

3. Perlu pengujian lebih lanjut mengenai umur simpan briket karena bahan baku yang digunakan mengandung residu CPO dan perekat tapioka sehingga rentan terhadap kerusakan mikrobiologis.

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., A.K Irwanto, N. Siregar, S.E. Agustina, A.H. Tambunan, M. Yasmin, E. Hartulistiyo, Y.A. Purwanto., D. Wulandani, L.O. Nelwan, 1998. Energi dan Listrik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Achmad, R., 1991. Briket arang lebih baik dari Kayu Bakar. Jurnal Neraca 10 (4): 21-22.

Agustina, S.E., 2007. Potensi Limbah Produksi Biofuel Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Paper pada Konferensi Nasional Pemanfaatan Hasil Samping Industri Biofuel serta Peluang Pengembangan Industri Integratednya. Jakarta.

American Society for Testing and Materials (ASTM), 1959. Annual Book of ASTM Standards. ASTM D-5 Coal and Coke. American Society for Testing and Materials, Philadelphia.

American Society for Testing and Materials (ASTM), 1970. Annual Book of ASTM Standards. ASTM D-240 Laboratory Sampling and Analysis of Coal and Coke. American Society for Testing and Materials, Philadelphia.

American Society for Testing and Materials (ASTM), 1982. Annual Book of ASTM Standards Coal and Coke. American Society for Testing and Materials, Philadelphia.

Arifin, M. dan A. Sudrajat, 1997. Bahan Galian Industri: Bentonit. Departemen Pertambangan dan Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.

Badan Pusat Statistik, 2008. Statistik Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2003-2007. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Capricorn Indonesia Consult, 2007. Prospek Industri dan Pemasaran Minyak Goreng di Indonesia. CIC, Jakarta.

Chanrai, N.G. and S.G. Burde, 2004. Recovery of Oil from Spent Bleaching Earth. US Patent No. 6,780,321 B2.

Devine, T and D. N. Williams, 1961. The Chemistry and Technology of Edible Oils and Fats. Pergamon Press, New York.

62 Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Statistik Perkebunan. Direktorat Jendral

Balai Penelitian Perkebunan, Jakarta.

Djatmiko, B., S. Ketaren, dan Setyahartini, 1976. Arang : Pengolahan dan Kegunaanya. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hartoyo, J.A. dan H. Roliandi, 1978. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari

Lima Jenis Kayu. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No.103. Bogor. Hendra, D. dan G. Pari, 2000. Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang.

Laporan Hasil Penelitian Hasil Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.

Hendra, D. dan S. Darmawan, 2000. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Hasil Penelitian Hutan 18 (1) : 1-9.

Hendra, D dan Ina Winarni., 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sabetan Kayu. Buletin Hasil Penelitian Hutan 21 (3) : 211-226.

Hendra, D., 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran Kayu, Bambu, Sabut Kelapa, dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25 (3) : 242-255.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Kheang, L.S., C.S. Foon, C.Y. May, and M.A. Ngan, 2006. A Study of Residual Oils Recovered from Spent Bleaching Earth: Their Characteristics and Applications. American Journal of Applied Sciences 3 (10): 2063-2067. Komarayati, S. Dan Gusmailina, 1994. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari

Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Ness ex. BL) dan Kayu Sukun (Artocapus altilis Parkinson). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 12 (6): 225-228. Lusia, 2008. Pembuatan Briket dengan Komposisi Limbah Cair CPO (Crude Palm Oil) dan Arang Tandan Kosong Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Nurhayati, T., 1983. Sifat Arang, Briket Arang, dan Alkohol yang Dibuat dari Limbah Industri Kayu. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No.165.

63 Nurhayati, T., Desviana, dan K. Sofyan, 2005. Tempurung Kelapa Sawit sebagai

Bahan Baku Alternatif untuk Produksi Arang Terpadu dengan Pyrolegneous/Asap Cair. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 3 (2) : 39-44.

Pari, G., D. Hendra, dan Hartoyo, Y.A., 1990. Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 2 (2) : 61 - 67.

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Bahan Beracun Berbahaya (B3). Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian, 2007. Minyak Kelapa Sawit.

http://www.depperind.go.id. Halaman 1-7. 25 Oktober 2009.

Rianto, D. 1995. Sifat Fisiko Kimia dan Stabilitas Panas Minyak Sawit Merah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Riseanggara, R. R., 2008. Optimasi Kadar Perekat pada Briket Limbah Biomassa. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Standar Nasional Indonesia (SNI), 1989. Mutu Arang Kayu. Badan Standar

Nasional Indonesia, Jakarta.

Sudrajat, R., 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa terhadap Kualitas Briket Arang.

Suryani, A., 1986. Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat dalam Pembuatan Arang Briket dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tank, K.H., 1993. Principles of Soil Chemsitry, 2nd Edition. Marcel Dekker, New

York.

Wahyudi, M.Y., 2000. Studi Penggunaan Kembali Bleaching Earth Bekas sebagai Adsorben dalam Proses Refining CPO. Tesis Magister. Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Wahyuni, A.T., 2008. Pemanfaatan Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) sebagai Bahan Bakar Biomassa (Briket) Menggunakan Perekat Tapioka dan Gaplek. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

64   

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram)

Kayu 4.765 Batubara 7.280

Fuel Oil 1) 10.270

Kerosine (Minyak Tanah) 10.990

Gas Alam 11.806

Sumber : Suryani (1986) 1)

Fuel Oil disebut juga Minyak Bakar, yang bukan dari jenis distilat minyak bumi tetapi dari residu dan berwarna hitam gelap. Minyak bakar lebih kental daripada minyak diesel (solar) dan biasanyanya digunakan untuk bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur industri besar yang sangat memperhatikan segi-segi ekonomis dari bahan bakarnya (Badan Pusat Statistik, 2008)

65   

Lampiran 2. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis briket biomassa

No Jenis Briket Rataan Nilai Kalor

(kal/gram)

1 Briket limbah lumpur sawit 2604

2 Briket arang sekam 1) 3520

3 Briket alang-alang 3883

4 Briket ampas jarak 3919

5 Briket bagasse 4216

6 Briket serbuk gergaji 4472

7 Briket bungkil biji jarak 2) 4553

8 Briket arang ampas jarak 4714

9 Briket arang bonggol jagung 4822 10 Briket arang kayu

dan tempurung kelapa 3)

6360 11 Briket arang campuran kayu, bambu,

sabut kelapa, dan tempurung kelapa 4)

6429 12 Briket arang tempurung kelapa sawit 5) 6584

13 Briket arang kayu 6) 6,906

Sumber: Agustina (2007) 1) Riseanggara (2008) 2) Wahyuni (2008)

3) Hendra dan Darmawan (2000) 4) Hendra (2007)

5) Suryani (1986)

66   

Lampiran 3. Pengujian Mutu Briket

1. Kadar Minyak (Ketaren, 1986)

Pengukuran kadar minyak dilakukan menggunakan metode soxhlet. Sekitar 5 gram sampel dimasukan ke dalam cawan kaca dan ditutup dengan kasa, kemudian cawan kaca yang berisi sampel dimasukan ke dalam labu soxhlet, lalu dituangkan hexan secukupnya. Alat dirangkai refluks selama 5-6 jam. Labu minyak yang berisi minyak hasil ekstraksi dan sisa pelarut hexan kemudian diangkat lalu dipanaskan dalam oven suhu 105 sampai semua pelarut menguap. Didinginkan dalam desikator lalu ditimbang bobotnya.

2. Kadar Air (ASTM - 1959) Prinsip

Menguapkan bagian air bebas yang terdapat dalam arang, sampai terjadi keseimbangan kadar air dengan udara sekitarnya memakai energi panas.

Prosedur

Contoh sebanyak satu gram dikeringkan dalam tanur listrik bersuhu 105 sampai beratnya konstan, selanjutnya contoh ditimbang.

Perhitungan

dimana:

A = massa contoh sebelum dikeringkan (g) B = massa contoh setelah dikeringkan (g)

3. Kadar Zat Mudah Menguap (ASTM - 1959) Prinsip

Menguapkan bahan-bahan yang tidak termasuk air dengan menggunakan energi panas.

67   

Prosedur

Cawan porselin yang berisi contoh dari penetuan kadar air, dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 950 selama 6 menit. Selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang.

Perhitungan

4. Kadar Abu (ASTM - 1959) Prinsip

Menentukan jumlah abu yang tertinggal (mineral yang tidak dapat menguap hilang) dengan membakar menjadi abu dengan menggunakan energi panas. Abu terdiri dari mineral-mineral yang tidak dapat hilang atau menguap pada proses pengabuan.

Prosedur

Cawan porselin yang berisi contoh dari penetuan kadar zat menguap ditempatkan dalam tanur listrik dikeringkan dalam oven listrik bersuhu 600 selama tiga jam sehingga menjadi abu. Selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang.

Perhitungan

5. Kadar Karbon Terikat (ASTM - 1959) Prinsip

Menentukan fraksi karbon dalam arang, yang tidak termasuk fraksi air, zat menguap dan abu.

68   

6. Kerapatan (ASTM -1982)

Prinsip

Mengukur berat bahan untuk setiap satu volume bahan.

Prosedur

Briket diukur volumenya menurut bentuk bangunnya. Jika mengempa briket yang berbentuk tabung maka diukur volume tabung.

Perhitungan

7. Keteguhan Tekan (ASTM - 1982) Prinsip

Mengukur kekuatan tekan briket dengan memberikan beban hingga briket pecah.

Prosedur

Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan alat Universal Testing merk

Gebruder Amsler dimana beban yang diberikan adalah maksimum 10 ton

dan memberikan beban terhadap contoh dilakukan searah dengan tinggi briket. Penekanan dilakukan perlahan-lahan sampai briket arang tersebut pecah. Angka pada skala bila dikonvesrikan merupakan besar keteguhan tekan briket arang per satuan luas.

Perhitungan

Untuk mengkonversikan angka pada skala menjadi keteguhan tekan, dipergunakan rumus yaitu sebagai berikut:

8. Nilai Kalor (ASTM - 1970) Prinsip

69   

Pengukuran nilai kalor yang ditimbulkan pada pembakaran satu gram briket. Nilai kalor bakar suatu zat diukur berdasarkan kalor reaksi pada volume tetap.

Prosedur

Pengukuran nilai kalor bakar dilakukan dengan alat Calorimeter

Combustion Bomb. Contoh briket ditempatkan dalam cawan silika dan

dimasukkan ke dalam bomb. Kemudian bomb ditempatkan di dalam air dalam suatu bejana kalorimeter yang dikelilingi oleh mantel air berdinding ganda. Air di dalam bejana diaduk secara otomatis oleh pengaduk yang digerakkan oleh motor kecil. Bagian atas dari alat ditutup dengan tutup yang memiliki lubang-lubang untuk menempatkan termometer Beckmann di bagian dalam bejana dan sebuah termometer yang pembagian skalanya 0,1 di bagian luar mantel air.

Setelah bomb berada dalam air selama kira-kira lima menit, pembacaan suhu dimulai. Pembacaan ini dilakukan tiap menit selama kira-kira sepuluh menit. Pada menit kesepuluh, pembakaran dimulai dengan perantaraan suatu kawat nikel yang berpijar seketika karena adanya arus listrik. Pembacaan diulangi sampai tercapai suhu yang tertinggi. Kemudian suhu akan mulai turun perlahan-lahan dan pembacaan setiap menit diulangi sampai kira-kira sepuluh menit. Bomb diangkat dari kalorimeter dan tutup dibuka perlahan-lahan. Alat kalorimeter bomb dapat dilihat pada Gambar 6.

Perhitungan

Pengukuran nilai kalor bakar dihitung berdasarkan banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang diserap. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

dimana :

t2 = suhu setelah pembakaran (0C) t1 = suhu mula-mula (0C)

A = massa contoh yang terbakar (g)

70   

71   

Lampiran 4. Hasil analisa briket SBE dengan campuran arang TKS

Catatan : A1 = konsentrasi perekat 2% A2 = konsentrasi perekat 3% A3 = konsentrasi perekat 4% B1 = konsentrasi arang TKS 25% B2 = konsentrasi arang TKS 50% B3 = konsentrasi arang TKS 75% a. Hasil analisa kadar air (%)

Sampel Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Rata-rata

A1B1 3,597 3,704 3,65 A1B2 4,348 4,108 4,228 A1B3 5,045 4,29 4,668 A2B1 4,104 3,066 3,585 A2B2 3,629 3,422 3,526 A2B3 5,471 4,816 5,143 A3B1 3,74 3,77 3,755 A3B2 2,538 2,775 2,656 A3B3 4,828 4,669 4,748 Komersial 9,199 9,221 9,21 100% TKS 4,683 4,462 4,573 100% SBE 3,571 3,203 3,387  

72   

b. Hasil analisa kadar zat mudah menguap (%)

Sampel Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Rata-rata A1B1 27,338 27,16 27,249 A1B2 21,941 22,545 22,243 A1B3 17,861 18,182 18,021 A2B1 30,731 30,465 30,598 A2B2 21,299 23,574 22,437 A2B3 18,44 19,467 18,953 A3B1 32,382 29,312 30,847 A3B2 24,906 25,074 24,99 A3B3 21,773 20,525 21,149 Komersial 39,960 41,496 40,728 100% TKS 15,193 14,503 14,848 100% SBE 31,939 32,633 32,286       

c. Hasil analisa kadar abu (%)

Sampel Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Rata-rata A1B1 49,126 49,288 49,207 A1B2 34,884 34,269 34,576 A1B3 20,383 19,816 20,1 A2B1 51,151 51,83 51,491 A2B2 32,283 35,266 33,774 A2B3 20,061 20,492 20,276 A3B1 50,787 50,236 50,512 A3B2 35,15 35,679 35,415 A3B3 20,394 20,233 20,314 Komersial 8,506 7,787 8,147 100% TKS 5,517 5,375 5,445 100% SBE 66,429 66,867 66,648

73   

d. Hasil analisa kadar karbon terikat (%)

Sampel Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Rata-rata

A1B1 23,535 23,552 23,544 A1B2 43,175 43,186 43,181 A1B3 61,756 62,002 61,879 A2B1 18,118 17,705 17,912 A2B2 46,418 41,16 43,789 A2B3 61,499 60,041 60,77 A3B1 16,831 20,452 18,642 A3B2 39,944 39,247 39,595 A3B3 57,833 59,241 58,537 Komersial 51,533 50,717 51,125 100% TKS 79,292 80,122 79,707 100% SBE 1,633 0,501 1,067

e. Hasil analisa kerapatan (gr/cm3) Sampel Nilai A1B1 1,29 A1B2 1,197 A1B3 1,135 A2B1 1,262 A2B2 1,295 A2B3 1,119 A3B1 1,138 A3B2 1,082 A3B3 0,903 Komersial 0,690 100% TKS 0,865 100% SBE 1,419

74   

f. Hasil analisa keteguhan tekan (kg/cm2) Sampel Nilai A1B1 13,769 A1B2 18,424 A1B3 28,846 A2B1 17,693 A2B2 25,065 A2B3 35,264 A3B1 18,479 A3B2 21,079 A3B3 22,883 Komersial - 100% TKS 20,471 100% SBE 8,335

g. Hasil analisa nilai kalor (kal/gr)

Sampel Nilai A1B1 6440 A1B2 7480 A1B3 6528 A2B1 7033 A2B2 6053 A2B3 5758 A3B1 7308 A3B2 7048 A3B3 5619 Komersial 5114 100% TKS 6156 100% SBE 6354

75   

Lampiran 5. Uji statistik kadar air pada α = 5 % a. Tabel hasil analisa keragaman kadar air pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 0,71179911 0,35589956 2,82 4,256

B 2 6,73179811 3,36589906 26,68** 4,256

AB 4 2,05590222 0,51397556 4,07* 3,663

Galat 9 1,13537100 0,12651223 Total 17 10,63487044

** berpengaruh sangat nyata * berpengaruh nyata

R-square = 0,89 Coeff. Var = 8,89

b. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

B3 6 4,8532 A

B1 6 3,6635 B

B2 6 3,4700 C

c. Uji lanjut Duncan interaksi faktor konsentrasi perekat dengan konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

A2B3 2 5,1435 A A3B3 2 4,7485 AB A1B3 2 4,6675 AB A1B2 2 4,2880 BC A3B1 2 3,7550 C A1B1 2 3,6505 C A2B1 2 3,5850 C A2B2 2 3,525 C A3B2 2 2,6565 C

76   

Lampiran 6. Uji statistik kadar zat mudah menguap pada α = 5 % a. Tabel hasil analisa keragaman kadar zat mudah memguap pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 29,9398690 14,9699345 15,13* 4,256

B 2 317,7233490 158,8616745 160,54** 4,256

AB 4 5,9250110 1,4812527 1,50 3,663

Galat 9 8,9056395 0,9895155

Total 17 362,4938685 ** berpengaruh sangat nyata * berpengaruh nyata

R-square = 0,97 Coeff. Var = 4,14

b. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi perekat pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

A3 6 25,6620 A

A2 6 23,9960 B

A1 6 22,5045 C

c. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

B1 6 29,5647 A

B2 6 23,2232 B

77   

Lampiran 7. Uji statistik kadar abu pada α = 5 % a. Tabel hasil analisa keragaman kadar abu pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 1,953537 0,976769 1,62 4,256

B 2 273,.379411 1366,689705 2260,98** 4,256

AB 4 6,038513 1,509628 2,50 3,663

Galat 9 5,440206 0,604467

Total 17 2746,811667 Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata

R-square = 0,98 Coeff. Var = 2,22

b. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

B1 6 50,4030 A

B2 6 34,5885 B

B3 6 20,2298 C

Lampiran 8. Uji statistik kadar karbon terikat pada α = 5 % a. Tabel hasil analisa keragaman kadar karbon terikat pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 46,662869 23,331434 9,21* 4,256

B 2 4903,151587 2451,575794 968,07** 4,256

AB 4 22,987132 5,746783 2,27 3,663

Galat 9 22,791868 2,532430

Total 17 4995,593457 ** berpengaruh sangat nyata * berpengaruh nyata

R-square = 0,99 Coeff. Var = 3,89

78   

b. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi perekat pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

A1 6 42,8677 A

A2 6 40,8235 AB

A3 6 38,9247 B

c. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 % Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

B3 6 60,3953 A

B2 6 42,1883 B

B1 6 20,0322 C

Lampiran 9. Uji statistik kerapatan pada α = 5 %

a. Tabel hasil analisa keragaman kerapatan pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 0,01678383 0,00839192 1,57 19,000 B 2 0,037807971 0,01890485 3,53 19,000 AB 4 0,01043196 0,00260799 0,49 19,247 Galat 2 0,01070050 0,00535025 Total 10 0,07572600 R-square = 0,98 Coeff. Var = 7,58

79   

Lampiran 10. Uji statistik keteguhan tekan pada α = 5 % a. Tabel hasil analisa keragaman kerapatan pada α = 5 %

Sumber Db JK KT F hitung F tabel

A 2 67,2213780 33,6106890 11,54 19,000 B 2 232,0461267 116,0230634 39,82* 19,000 AB 4 53,3803145 13,3450786 4,58 19,247 Galat 2 5,8275005 2,9137502 Total 10 358,4753196 * berpengaruh nyata R-square = 0,86 Coeff. Var = 6,09

b. Uji lanjut Duncan faktor konsentrasi campuran arang TKS pada α = 5 %

Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan

B3 3 28,998 A

B2 5 22,142 B

80   

Lampiran 11. Rekapitulasi hasil analisis briket SBE dengan campuran arang TKS

Sampel Kadar Air Kadar Zat Mudah Kadar Abu Kadar Karbon Terikat Kerapatan Keteguhan Tekan Nilai Kalor

(%) Menguap (%) (%) (%) (gr/cm3) (kg/cm2) (kal/gr) A1B1 3,650 27,249 49,207 23,544 1,29 13,769 6440 A1B2 4,228 22,243 34,576 43,181 1,197 18,424 7480 A1B3 4,668 18,021 20,1 61,879 1,135 28,846 6528 A2B1 3,585 30,598 51,491 17,912 1,262 17,693 7033 A2B2 3,526 22,437 33,774 43,789 1,295 25,065 6053 A2B3 5,143 18,953 20,276 60,77 1,119 35,264 5758 A3B1 3,755 30,847 50,512 18,642 1,138 18,479 7308 A3B2 2,656 24,99 35,415 39,595 1,082 21,079 7048 A3B3 4,748 21,149 20,314 58,537 0,903 22,883 5619 KOM 9,210 40,728 8,147 51,125 1,318 - 5114 JPN 8 30 6 60 1,2 65 6000 ENG 3,6 16,4 5,9 75,3 0,48 12,7 7289

81   

Lampiran 12. Uji aplikasi briket (aplikasi mendidihkan air 1000C)

Keterangan : + + + + = sangat banyak; + + + = banyak; + + = sedikit; + = sangat sedikit

Briket Hasil Penelitian : briket kombinasi terbaik dengan konsentrasi perekat 2% dan arang TKS 75%.

Parameter TKS 100% Hasil Penelitian SBE 100% Komersial

Bobot Awal (gr) 260 255 256 255

Bobot Akhir (gr) 43 80 220 25

Waktu Menyala (mnt) 200,03 148,00 20,03 170,03

Laju Pembakaran (gr/mnt) 1,08 1,18 1,79 1,35

Volume Air (liter) 4 3 1 4

Laju Mendidihkan (mnt) 155,38 75,260 13,40 170,03

Laju Mendidihkan Air (mnt/liter) 38,85 25,086 13,40 42,51

Warna Nyala Briket Merah Bara Seperti Lilin + Merah Bara Seperti Lilin Merah Kekuningan Asap + + + + + + + + + + Bau + + + + + + + + + +

82   

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian

a. Briket 100% TKS b. Briket 75% TKS (kombinasi terbaik) c. Briket 100% SBE

83   

f. Retort g. Alat Pengempa Briket h. Alat Penguji Ketahan Tekan

84   

LAMPIRAN 14. PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 1999 TANGGAL 27 FEBRUARI 1999

85   

86   

87   

88   

89   

90   

Dokumen terkait