• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Peneliti berharap karya yang jauh dari sempurna ini bisa memberikan pengetahuan untuk guru bahasa Indonesia, mahasiswa, dan peneliti lain. Bagi pengajar, diharapkan novel ini dapat dijadikan suatu alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA. Peneliti juga berharap penelitian yang di relevansikan ke dalam pembelajaran sastra ini dapat berguna bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran sastra di SMA. Pengajar diharapkan mampu memberikan inovasi bimbingan agar siswa tidak merasa jenuh dalam membaca. Karena kita tahu bahwa minat membaca siswa saat ini sangat kurang. Maka dari itu tugas guru mendidik siswa agar bisa mencapai keberhasilan dalam mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia. Selanjutnya, bagi peneliti berikutnya, novel ini masih mempunyai masalah-masalah lain yang dialami oleh tokoh utama maupun tokoh tambahan yang menarik untuk diteliti dengan kajian lainnya.

89

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Endraswara, Suwandi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta. Buana Pustaka.

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra, Sebuah Penjelajahan Awal. Edisi Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hirata, Andrea. 2010. Novel Pertama Dwilogi Padang Bulan. Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Kristianti, Veronica. 2013 “Analisis Struktur Intrinsik dan Nilai- nilai Pendidikan

dalam Cerita Film Sang Pemimpi”. Skripsi pada FKIP Sanata Dhama: tidak diterbitkan.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pemendikbud nomor 81 A 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Solihah, Marliya. 2013 “Penanaman Nilai Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo Bantul Yogyakarta”. Skripsi pada FKIP UNY: tidak diterbitkan.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sugiastuti, Suharto. 2002. Kajian Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Pustaka.

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suwoto, Hendry. 2010 “Pendidikan Moral pada Puisi Anak dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari- Juni 2008 dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan RPP di SD kelas II Semester 1”. Skripsi pada FKIP

UPI: tidak diterbitkan.

UU RI no. 20 th.2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

LAMPIRAN

KARTU DATA

1. Religius

Klasifikasi nilai pendidikan: Religius Kode: R. 01

Kutipan: Aku terpaku.

“Tengok ayahmu, sampai sakit dibuatmu. Tak tahu kah kau, Bujang? Ada

undang-undangnya! Ada hadisnya! Orang Islam tak kena saling mendiamkan lebih dari tiga hari! Apa yang kau pelajari di sekolahmu itu?” (Andrea, 2010: 111)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan adanya pengetahuan tentang ajaran agama. Tentang suatu hal yang tidak boleh dilakukan umat Islam dan tertera dalam hadis.

Klasifikasi nilai pendidikan: Religius Kode: R. 02

Kutipan:

“Dok! Dok! Dok! Bangun! Bujang! Bangun! Salat! Salat subuh! Mau jadi apa kau itu!?”

Aku melompat dari dipan. Di luar kamar, ku dengar ibuku menggerutu (Andrea, 2010: 130)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan ketaatan melaksanakan perintah dalam ajaran agama yang dianut keluarga tokoh Ikal (Aku). Tokoh Ikal yang berusaha selalu menjalan shalat lima waktu khususnya subuh walau terkadang harus dibangunkan dengan teriakan ibunya. Hal ini menunjukkan adanya adanya nilai religius dalam keluarga tokoh Ikal.

Klasifikasi nilai pendidikan: Religius Kode: R. 03

Kutipan:

“Aku kecewa padamu, Boi! Kecewa betul! Tak kusangka pikiranmu sependek itu. Sungguh memalukan tabiatmu itu! Kau orang Islam, apa bukan?” (Andrea, 2010: 219)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Enong paham akan ajaran agama yang ia anut. Tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak menurut ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan adanya nilai religius dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Religius Kode: R. 04

Kutipan:

Gusti Allah Yang Mahatahu, mengapa ironi tak kunjung luntur dari hidupku. Aku hampir tewas karena bosan menjadi orang pendek, dan dalam waktu kurang dari semenit Enong telah dua kali menyebut kata pendek.

“Panjang pendeknya hidup manusia, berada di tangan Allah, Boi! Kau tak boleh seenaknya saja mengambil alih tugas dan wewenang malaikat maut!” (Andrea,

2010: 219) Analisis:

Kutipan diatas menunjukkan tokoh Enong berpegang teguh atas kuasa Allah. Ia taat dan patuh pada ajaran agamanya bahwa hidup dan mati seseorang semua ditangan Allah. Hal ini menunjukkan adanya nilai religius dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Religius Kode: R. 05

Kutipan:

Lihatlah, aku lebih tinggi sepuluh sentimeter darinya. Namun, sekali pun, tak barang sekali pun, pernah kudengar ia mengeluh soal itu. Ia adalah seorang yang penuh dengan kekurangan dan aku iri padanya karena ia selalu gembira.

keadaan kita sekarang, itulah yang diinginkan-Nya,” katanya dengan khidmat

sambil menatap langit-langit kantor pos (Andrea, 2010: 233) Analisis:

Kutipan di atas menerangkan bahwa pengarang menunjukkan tokoh Detektif M. Nur berpegang teguh pada ajaran agama yang dianutnya. Ia patuh dengan garis hidup yang telah ditetapkan Tuhan. Ia bersykur dengan cara selalu gembira walaupun banyak kekurangan dalam dirinya. Hal ini menunjukkan adanya nilai religi dalam tokoh Detektif M. Nur.

2. Jujur

Klasifikasi nilai pendidikan: Jujur Kode: J. 01

Kutipan :

Tinggi badan adalah persoalan laten bagiku. Waktu masih di Sekolah Dasar dan lomba baris-berbaris, aku selalu dipasang di banjar paling belakang.

Akibatnya, kalau difoto tak pernah tampak (Andrea, 2010: 189). Analisis:

kutipan di atas menunjukkan adanya sikap mengakui kekurangan diri sendiri pada tokoh Ikal (Aku). Pengakuannya ini disertai fakta-fakta yang menunjukkan pernyataannya itu memang benar adanya. Hal ini menunjukkan adanya nilai jujur dalam diri tokoh Ikal (Aku)

3. Disiplin

Klasifikasi nilai pendidikan: Disiplin Kode: D.01

Kutipan:

Suara suaminya mengaji Alquran saban subuh telah menemaninya menghidupkan api dapur selama belasan tahun. Syalimah duduk termangu, berklai-kali ia

Analisis:

Kutipan di atas menerangkan bahwa pengarang menunjukkan adanya sikap tertib dan konsisten Zamzami (suami) yang selalu mengaji setelah shalat subuh. Hal ini menunjukkan adanya nilai disiplin dalam diri Zamzami.

Klasifikasi nilai pendidikan: Disiplin Kode: D.02

Kutipan:

Pukul 8, bahkan sebelum toko itu buka, Enong sudah stand by di bawah pohon kersen. Tak ada siapa-siapa yang ada hanya seekor anjing pasar yang kurap dan lanjut usia, yang bahkan tak lagi punya tenaga untuk melaksanakan salam sekalipun. Anjing itu memandangi Enong penuh tanda tanya (Andrea, 2010: 33) Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan adanya sikap disiplin Enong. Ia datang tepat waktu untuk melamar pekerjaan sebelum toko itu buka. Hal ini menunjukkan adanya nilai disiplin dalam diri Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Disiplin Kode: D.03

Kutipan:

Sebaliknya, detektif sangat disiplin dengan operasi-operasinya. Ia mulai

mengintip-intip dan mencatat permainan Zinar jika ia sedang bercatur di warung-warung kopi. Ia berpura-pura menikmati kopi atau mengisi teka-teki silang, padahal dalam buku teka-teki itu terselip diagram catur (Andrea, 2010: 161) Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan adanya kedisiplinan tokoh Detektif M. Nur dalam melaksanakan tugasnya untuk mengintai permainan catur Zinar. Hal ini menunjukkan adanya nilai disiplin dalam diri Detektif M. Nur.

Klasifikasi nilai pendidikan: Disiplin Kode: D.04

Kutipan:

Sesekali Bibi datang ke warung kopi dan tersenyum-senyum saja melihat suaminya petantang-petenteng. Jika ia datang, kami tahu apa yang akan

dilakukannya. Ia akan memeriksa cara berpakaian pelayan perempuan dan kadang kala membawakan mereka jilbab baru. Lalu, terdorong oleh naluri wanitanya, yang tak senang jika melihat sesuatu tidak duduk ditempatnya, ia merapikan ini-itu. Setelah itu, ia duduk dan minta diseduhkan teh (Andrea, 2010: 168-169) Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan sikap teratur, tertib dan konsisten tokoh Bibi. Tokoh Bibi selalu memperhatikan dan memeriksa cara berpakaian pelayan perempuan di warung kopinya.ia selalu merapikan barang- barang yang tidak pada tempatnya. Hal ini menunjukkan adanya nilai disiplin dalam diri tokoh Bibi.

4. Kerja Keras

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 01

Kutipan:

Sejak melihat kamus itu dan mengenang keinginan putrinya, membeli kamus telah menjadi impian Zamzami dari hari ke hari. Ia bekerja lebih keras di ladang

tambang dan menambah penghasilan dengan berjualan air nira setiap ada

pertunjukkan orkes Melayu. Hari Sabtu ia ke laut mencari kerang untuk dijual di pasar ikan. Hari Minggu ia berjualan tebu yang ditusuk lidi (Andrea, 2010: 11) Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan tokoh Zamzami berupaya sungguh-sungguh untuk membahagiakan putrinya dengan membelikan kamus bahasa Inggris. Ia bekerja keras menambah penghasilan dengan pekerjaan tambahan disamping pendulang timah. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Zamzami.

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 02

Kutipan:

Sampai di rumah ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyingingkan lengan baju, turun kebantaran dan mulai menggali dam menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya bercucuran, tubuhnya berlumur lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia ini , telah lahir (Andrea, 2010: 49) Analisis:

Kutipan diatas menerangkan bahwa pengarang menunjukkan tokoh Enong bekerja keras dan pantang menyerah dalam mencari pekerjaan walaupun ia harus menjadi pendulang timah perempuan.

\

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 03

Kutipan:

Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul, dulang dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau (Andrea, 2010: 50)

Analisis:

Kutipan diatas menerangkan bahwa pengarang menunjukkan tokoh Enong memiliki sikap berusaha sungguh-sungguh dalam bekerja. Ia tidak menjadikan sebuah pekerjaan sebagai beban. Ia selalu gembira setiap kali berangkat untuk mendulang timah. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 04

Kutipan:

Dengan jemari halusnya, Enong belajar menggenggam gagang pacul. Ditariknya napas dalam-dalam, digigitnya kuat-kuat ujung jilbabnnya, untuk mengumpulkan segenap tenaga kecilnya. Diangkatnya pacul yang besar, lalu dihantamkan ke tanah yang liat. Lumpur pekat terhambur ke wajahnya. Begitu berulang ulang, seharian, sampai melepuh telapak tangannya. Ia mendulang timah sampai terbungkuk-bungkuk. Kadang ia limbung karena tak kuat menahan berat dulang (Andrea, 2010: 58)

Analisis:

Kutipan di atas yakni perilaku yangm menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam bekerja. Tokoh Enong bekerja keras untuk belajar mendulang timah dan ia melakukan itu secara berulang-ulang. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 05

Kutipan:

Ia menghantamkan cangkul beratus-ratus kali pada lumpur yang pekat dan membakar semangatnya sendiri dengan menggumam sacrifice, honesty, freedom! Lalu, ia terkejut melihat serpih tanah berwarna hitam. Di genggamnya tanah itu. Air dan pasir meleleh di sela jemarinya, namun tak diikuti bulir-bulir hitam di cekung telapaknya (Andrea, 2010: 60)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukan perilaku yang mencerminkan sikap berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengarang melalui narator menjelaskan tokoh Enong berusaha selalu semangat agar ia mendapatkan hasil dari mendulang timah. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 06

Kutipan:

Dari warung kopi, aku berpisah dengan Detektif M. Nur karena aku mau ke kantor pos untuk mengirim surat-surat lamaran kerja ke perusahaan-perusahaan di Jakarta. Bagaimanapun berat keadaanku, kucoba mengumpulkan semangat dan bersifat realistis. Aku mengirim banyak surat lamaran (Andrea, 2010: 118) Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan adanya sikap berusaha sungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan. Tokoh Aku (Ikal) berusaha realistis dan mengumpulkan semangat untuk mengirim lamaran pekerjaan ke perusahaan di Jakarta. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Aku (Ikal).

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 07

Kutipan:

Tapi, rupanya alat peninggi badan Ortoceria! Itu sangat mahal. Tak mengapa, dengan senang hati aku kerja lembur di warung kopi sampai jauh malam. Apa yang susah untuk sebuah resolusi seumur hidup? Tidak ada. Apakah saya mengeluh karena bekerja 16 jam sehari demi mengumpulkan uang receh rupiah demi rupiah demi alat peninggi badan itu? Tidak. Apakah saya merasa malu berkata kepada paman saya, Pamanda, sudikah kiranya Pamanda meminjami saya uang? Tidak (Andrea, 2010: 194).

Analisis:

Kutipan diatas menunjukkan perilaku untuk berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengarang melalui narator menejelaskan bahwa tokoh Aku (Ikal) mau bekerja sampai larut malam demi sesuatu yang dianggapnya sebagai resolusi seumur hidup yaitu alat peninggi badan. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Aku (Ikal).

Klasifikasi nilai pendidikan: Kerja keras Kode: KK. 08

Kutipan:

Adapun aku, adalah orang yang bersedia melakukan upaya apa pun meskipun konyol dan tak masuk akal, untuk merebut lagi cinta yang telah diambil orang lain. Kombinasi dua harapan yang ganjil itu membuatku dan Enong dekat dengan cara yang unik (Andrea, 2010: 196)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan perilaku/ sikap sungguh-sungguh untuk mewujudkan suatu keinginan. Pengarang menjelaskan bahwa tokoh Aku (Ikal) berupaya sungguh-sungguh untuk merebut cintanya kembali. Hal ini menunjukkan adanya nilai kerja keras dalam diri tokoh Aku (Ikal).

5. Kreatif

Klasifikasi nilai pendidikan: Kreatif Kode: KK. 01

Kutipan:

Sebelum masuk ke dalam barisan pelamar bersama-sama gadis yang semlohai itu, ia menyelinap ke gang sepi di samping toko. Ia membuka tasnya, mengeluarkan beberapa helai baju ibunya yang kebesaran untuknya. Maksud hatinya, calon majikan akan melihatnya lebih besar, kuat dan padat seperti perempuan lainnya, sehingga diterima bekerja (Andrea, 2010: 34).

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan sikap inovasi dalam berbagai segi memecahkan masalah. Tokoh Enong menyiasati badannya yang kecil dengan memakai beberapa baju secara bersamaan. Ia melakukan hal ini agar ia terlihat besar, kuat dan padat dan diterima bekerja. Hal ini menunjukkan adanya nilai kreatif dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Kreatif Kode: K. 02

Kutipan:

Pada ulang tahun berikutnya, berarti waktu aku kelas 4, kupersembahkan padanya seuntai tasbih dari biji-biji buah berang berjumlah 33, sejumlah puji syukur umat Islam atas keagungan Allah, yang selalu dirapalkan usai salat. Sampai jauh malam aku memilin akar banar dan biji-biji berang itu (Andrea, 2010: 55)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan sikap inovasi dan menemukan cara-cara baru bahkan hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Tokoh Aku (Ikal) berusaha memberikan hadiah ulang tahun sebuah tasbih yang ia buat sendiri. Hal ini menunjukkan adanya nilai kreatif dalam diri tokoh Aku (Ikal).

Klasifikasi nilai pendidikan: Kreatif Kode: K. 03

Kutipan:

Rupanya, baju Detektif M. Nur, yang didesainnya secara khusus adalah sebuah sistem sebab di saku lutut kanan tersimpan obat-obatan yang diperlukan jika terjadi luka yang diakibatkan oleh benda-benda di saku lutut kiri tadi. Maka, dari dalam saku itu keluarlah perban, obat merah, berbagai salep, plester, kain kasa, sebotol minyak kayu putih, dan sebuah kotak yang cukup menakutkan. Dengan gaya seorang mantri, ia menjelaskan bahwa kotak itu berisi jarum dan benang jahit untuk menjahit luka-luka kecil. Dalam saku itu pula obat cacing sirup askomin, yang secara rutin rupanya masih diminum Detektif M. Nur ----sesuai saran ibunya tentu saja (Andrea, 2010: 156)

Analisis:

Kutipan diatas menunjukkan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi memecahkan masalah. Baju yang dibuat oleh Detektif M. Nur dirancang khusus dengan banyak saku dan isi yang berbeda. Ia telah mengisi barang-barang yang ia rasa tepat disertai penjelasan yang ia rasa sesuai. Hal ini menunjukkan adanya nilai kreatif dalam diri tokoh Detektif M. N ur.

6. Mandiri

Klasifikasi nilai pendidikan: Mandiri Kode: M. 01

Kutipan :

Enong bangga tak terkira. Ia membeli beras. Semangatnya meluap-luap karena untuk pertama kalinya ia merasa mampu berbuat sesuatu untuk ibu dan adik-adiknya. Sepanjang perjalanan pulang, sambil mengayuh sepeda dengan kencang agar cepat sampai di rumah, air matanya mengalir tak henti-henti (Andrea, 2010: 62)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan sikap tidak tergantung pada orang lain. Tokoh Enong bekerja dengan semangat sampai akhirnya ia mendapatkan hasil. Semua ia lakukan demi keluarganya. Hal ini menunjukkan adanya nilai mandiri dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Mandiri Kode: M. 02

Kutipan :

Kami tak berkata-kata. Kami adalah dua orang yang ingin merantau di Jakarta dengan melarikan kepedihan masing-masing. Sore menjelang, sepi kembali memangsaku bulat-bulat (Andrea, 2010: 139).

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan perilaku tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Dari kutipan di atas pengarang melalui narator menjelaskan tokoh Aku (Ikal) dan Detektif M. Nur ingin merantau ke Jakarta untuk merubah nasibnya. Hal ini menunjukkan adanya nilai mandiri dalam diri tokoh Aku dan Detektif M. Nur

Klasifikasi nilai pendidikan: Mandiri Kode: M. 03

Kutipan :

Ia hanya terpesona karena kata-kata itu berbunyi sangat hebat pula. Pengorbanan, kejujuran dan kemerdekaan. Arti yang mewakili jeritan hatinya. Ia siap berkorban untuk keluarganya, ia ingin menjadi orang yang jujur, dan ia ingin memerdekakan dirinya dari kesedihan (Andrea, 2010: 59)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan perilaku tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Dari kutipan di atas pengarang melalui narator menjelaskan tokoh Enong ingin kehidupannya lebih baik. Ia rela berkorban dan bekerja seorang diri demi keberlangsungan hidup keluarganya. Hal ini menunjukkan adanya nilai mandiri dalam diri tokoh Enong.

7. Demokratis

Klasifikasi nilai pendidikan: Demokratis Kode: D. 01

Kutipan:

Aku kecewa melihat penampilan presiden. Presiden sering membuatku kecewa, tapi sesungguhnya aku selalu mendukungnya. Akhirnya, aku benar-benar terbangun (Andrea, 2010: 127)

Analisis:

Kutipan di atas mengandung makna tersirat yang menunjukkan adanya menghargai keputusan bersama demi kebaikan bersama. Dari kutipan di atas menunjukkan tokoh Aku (Ikal) merasa kecewa dengan penampilan presiden yang bertolak belakang dengan kehidupan rakyatnya, namun ia tetap mendukung presiden karena pemilihan presiden di Indonesia merupakan sistem demokrasi. Hal ini menunjukkan adanya nilai demokrasi dalam diri tokoh Aku (Ikal)

8. Rasa Ingin Tahu

Klasifikasi nilai pendidikan: Rasa Ingin Tahu Kode: RIT. 01

Kutipan:

Sirun sedih melihat Enong yang tengah menekuni bukunya dengan tekun. Ia mendekatinya. Seisi kelas memperhatikannya. Ia mencoba menahan perasaanya ketika mengajak Enong pulang. Enong bertanya mengapa diajak pulang. Sirun tak tega menyampaiakan apa yang telah terjadi (Andrea, 2010: 21).

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan tindakan yang berupaya untuk mengetahui lebih dalam dari sesuatu yang dilihat dan didengar. Dari kutipan di atas tokoh Enong ingin tahu kemudian bertanya alasan mengapa dia diajak pulang. Hal ini menunjukkan adanya nilai rasa ingin tahu dalam diri tokoh Enong.

Klasifikasi nilai pendidikan: Rasa Ingin Tahu Kode: RIT. 02

Kutipan:

Aku sering melihat Enong terpana di depan televisi di balai desa menonton film Barat. Ia duduk paling muka. Matanya tak berkedip, bukan menonton film, melainkan melihat orang Barat bicara. Ia tak peduli pada cerita dan tak acuh dengan gagah dan cantiknya bintang film. Ia hanya tertarik melihat orang Barat berkata-kata. Kadang kala ia tersenyum sendiri dan tanpa sadar mengulangi apa yang diucapkan bintang-bintang film itu (Andrea, 2010: 87)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Dari kutipan di atas pengarang melalui narator menjelaskan tokoh Enong tertarik dan ingin tahu tentang bahasa Inggris. Ia selalu duduk di depan saat menonton film karena ia ingin memahami percakapan bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan adanya nilai rasa ingin tahu dalam diri tokoh Enong,

Klasifikasi nilai pendidikan: Rasa Ingin Tahu Kode: RIT. 03

Kutipan:

Di luar pertimbangan itu, aku pun sesungguhnya ingin bertemu dengan Zinar. Sungguh aku ingin tahu, bagaimana muka orang yang telah membuat A Ling mabuk kepayang. Macam mana rupa orang yang telah pula membuatku sengsara (Andrea, 2010: 99)

Analisis:

Kutipan di atas menunjukkan adanya sikap selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu didengar. Dari kutipan di atas tokoh Aku (Ikal) penasaran dan ingin tahu tentang apa yang ia dengar selama ini tentang Zinar. Hal ini menunjukkan adanya nila rasa ingin tahu dalam diri tokoh Aku (Ikal).

Klasifikasi nilai pendidikan: Rasa Ingin Tahu Kode: RIT. 04

Kutipan:

“surat ini dari sahabat penaku, Minarni, di Jawa. Ada kalimat Inggris di sini. Aku

Dokumen terkait