• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka disarankan melakukan kajian optimasi proses fermentasi etanol dari hidrolisat pati sagu, fermentasi menggunakan sistem sinambung dan kajian tekno ekonomi produksi etanol dari hidrolisat pati sagu.

DAFTAR PUSTAKA

Abner, L. dan Miftahorrahman. 2002. Keragaan Industri Sagu Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol 8 No 1 Juni 2002. AOAC. 1995. Official Methode of Analysis of Association of Official Analitycal

Chemistry, Washington DC.

Akyuni, D. 2004. Pemanfaatan Pati sagu (Metroxylon sp.) Untuk Pembuatan Sirup Glukosa Menggunakan -amilase dan Amiloglukosidase. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Amerine. dan Cruess. 1960. The Technology of wine making. The Avi Publ, co. Inc., West Port, Connecticut.

Amerine dan Ough. 1979. Methode of Analysis of Must and Wines. A Wiley-Interscience Publication, New York.

Bailey, J.E. dan D.F. Ollis. Dasar - Dasar Biokimia. Terjemahan. PAU IPB, Bogor.

Barnett, J.A., R. W. Payne dan D. Yarrow. 2000. Yeast Characteristic and Identification. Cambridge University Press, New York.

Casida, J. R. 1968. Industrial Microbiology. John Wiley and Sons Inc., New York. Chaplin, M.F. dan Buckle. 1990. Enzym Technology. Cambridge University

Press, New York.

Clark, T. dan K. L. Mackie. 1984. Fermentation Inhibition in Word Hydrolisates Derived from the Softwood Pinus radiate. J. Chem. Biotechnol. Vol.34B : 101-110.

Cot, M., Marie . O. L., Jean. F., dan Laurent. B. 2006. Physiological behaviour of Saccharomyces cerevisiae in aerated fed-batch fermentationfor high level production of bioethanol. FEMS Yeast Res 7 (2007) 22-32.

Cofalec. 2006. General Characteristic of Fresh Baker’s Yeast. http://www.cofalec.com/cofalecadmin/resources/fichiers/06-07.

Daulay, A. M. 1999. Pengaruh Jenis Khamir dan Penambahan Serbuk Kulit Kayu Pada Onggok Tapioka Terhadap Hasil Fermentasi Etanol. Skripi. Fateta IPB, Bogor.

Flach, M. 1983. Sago Palm. Di dalam Haryanto dan Pangloli, 1992 . Potensi pemanfaatan Sagu. Kanisius, Yogyakarta.

Frazier, W.C dan D.C Westhoff. 1978. Food Microbiology 4th ed. McGraw-Hill Book.Publishing.Co.Ltd, NewYork.

Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan Aplikatif. Fajar Grafindo Persada, Jakarta.

Hartoto, L. 1992. Petunjuk Laboratorium Teknologi Fermentasi, Depdikbud. PAU IPB, Bogor.

Haryanto, B dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius, Yogyakarta.

Kearsley, M.W dan S.Z. Dzeidzic, 1995. Handbook of Starch Hydrolisis Product and Their Derivates. Blackie Academic and Profesional, London.

Knight, J.W. 1989. The Starch Industry. Pergamons Press, Oxford.

Kulp, K. 1975. Carbohydrates. Di dalam G reed. Enzyme in food Processing. Academic Press, New York.

Mangunwidjaja, D dan Suryani.A. 1994. Technology Bioproses, Penebar Swadaya, Jakarta.

Moat, A. G. 1979. Microbiology Physiology. John Willey and Sons Inc, New York.

Nikolov, Z.L. dan P.J Reilly. 1991. Enzymatic Depolimerization of Starch. Di dalam Dordick,J.S.(eds) Biocatalysts for Industry. Plenum Press., New York.

Oura, E. 1983. Reaction Product of Yeast Fermentation. Di dalam H. Dellweg (ed). Biotechnology Volume III. Academic Press, New York.

Paturau, J. M. 1991. By Product of the cane sugar Industry: and Introduction to Their Utilization. Elsevier Publ, Co, Amsterdam.

Peppler, H.J. dan D. Perlman. 1973. Microbial Techology 2nd edition/Vol I. Academic Press, New York.

Prescot, S. C. dan C. G. Dunn. 1981. Industrial Microbiology. McGraw- Hill Book Co. Ltd, New York.

Reeed, G. dan H.J. Rehm. 1983. Biotechnology Vol III. Industrial Microbiology. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.

Retledge, C dan B. Kristiansen. 2001. Basic Biotechnology. Second Edition. Cambridge University Press, London.

Rinaldy, W. 1987. Pemanfaaan Onggok Singkong (Manihot Esculenta Crantz) Sebagai Bahan Pembuatan Etanol. Skripsi. Fateta IPB, Bogor.

Ruddle, K. Dennis., Patricia K.T dan J. D. Rees. 1978. Palm Sago A Tropical Starch From Marginal Lands. East-West Center, Honolulu.

Rumalu. 1981. Di dalam Haryanto dan Pangloli, 1992 . Potensi pemanfaatan Sagu. Kanisius, Yogyakarta.

Satrapradja, S., J. Palar M., H. Murni dan J. A. Johar 1980. Palem Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Soerjono. 1980. Potensi Pemanfaatan Sagu. Kanisius, Yogyakarta.

Tjokroadikoesomo, P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Gramedia, Jakarta.

Underkofler, L. A. dan R.J. Hickey. 1954. Industrial Fermentation. Chemical Publishing Co, New York.

Vogel, H.C. 1983. Fermentation and Biochenical Engineering Hand Book. Noyes Publication. Mill Road Park Ride, New Jersey.

Wang, D.I.C., C.L. Conney, A.L. Demain, P. Dunhil. A.E. Humprey dan M. D. Lily. 1979. Fermentation and Enzyme Technology. John Wiley and Sons Inc, New York.

Whitaker, J.R. 1972. Principles of Enzymology for the Food Science. Marcel Dekker, Inc., New York.

Wirakartakusumah, M.A., A. Apriyantono, M.S. Maarif, Suliantri, D. Muchtadi dan K. Otaka. 1986. Isolation and Characterization of Sago Starch and its utilization for production of Liquid Sugar. Di dalam FAO (eds) The Development of the Sago Palm and its Product. Reports of the FAO/BPPT Consultation, Jakarta, Januari 16-21.

Wyman, E. Charles. 2001. Handbook on Bioethanol Production and Utilization. Taylor and Francis, New York.

Lampiran 1. Diagram Alir Proses Produksi Etanol (Wyman, 2001) Karbohidrat Hidrolisis Fermentasi Distilasi Dehidrasi Etanol (+/- 10 % v/v) Etanol (+/- 80 % v/v) Etanol (+/- 80 % v/v)

Lampiran 2. Prosedur Karakterisasi Pati Sagu

a. Analisa kadar air (SNI 01-2891-1992)

Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya, diisi sebanyak 2 ml sampel lau ditimbang (W1) kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu 105oC selama 1-2 jam. Cawan alumunium dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Ulangi pemanasan sampai dihasilkan bobot konstan (W2). Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air yang hilang sebagai kadar air.

b. Analisa Kadar Abu (AOAC, 1995)

Sebanyak 2 gram contoh ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya (A), kemudian diarangkan menggunakan pemanas bunsen hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Cawan porselin yang berisi contoh (B) yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan ke dalam tanur 600oC untuk mengubah arang menjadi abu (C). Cawan porselin yang berisi abu kemudian dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang sampai bobotnya konstan.

c. Kadar Serat Kasar (AOAC, 1995)

Sebanyak 2-4 gram contoh dihilangkan lemaknya dengan cara ekstraksi menggunakan soxlet atau diaduk, mengenaptuangkan contoh dengan pelarut organik sebanyak 3 kali. Contoh dikeringkan dan ditambahkan 50 ml larutan H2SO4 1.25% kemudian didihkan selama 30 menit dengan pendingin tegak. Setelah itu ditambahkan 50 ml NaOH 3.254% dan

Kadar Air = (W1 – W2) x 100% W1

Kadar Abu (%) = (C-A) x 100% B

didihkan kembali selama 30 menit. Dalam keadaan panas cairan disaring dengan corong Buchner yang berisi kertas saring tak berabu Whatman yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Endapan pada kertas saring berturut-turut dicuci dengan H2SO4 1.25% panas, air panas, dan etanol 96%. Kertas saring dan isinya diangkat dan ditimbang, lalu keringkan pada suhu 105oC sampai bobotnya konstan. Bila kadar serat kasar lebih dari 1% kertas saring beserta isinya diabukan dan ditimbang hingga bobotnya konstan.

d. Kadar Lemak (AOAC, 1995)

Sebanyak 2 gram contoh bebas air diekstraksi dengan pelarut organik heksan dalam alat Soxlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi diuapkan dengan cara diangin-anginkan dan dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC. Contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

e. Analisa Pati (AOAC 1995)

Pembuatan pereaksi tembaga sulfat yaitu dengan melarutkan 28 gram Na2HPO4 anhydrous dan 4 gram sodium potasim tartarat dalam 700 ml air, ditambahkan 100 ml NaOH 1 N sambil diaduk kemudian ditambahkan 80 ml Kuprisulfat 10% (w/v) dan 180 g Na2SO4 anhydrous, kemudian larutan diendapkan menjadi 1 liter. Larutan dibiarkan selama satu malam, kemudian supernatan jernih didekantansi atau disaring.

a. Kertas saring <= 1%

Kertas saring+ contoh kering – kertas saring kosong x 100% Bobot Contoh

b. Serat kasar > 1%

Kertas saring + contoh kering – kertas saring kosong – bobt abu x 100% Bobot Contoh

Kadar Lemak = Bobot lemak x 100% Bobot contoh

Pereaksi arsenomolibdat, yaitu dengan melarutkan 25 gram amonium molibdat dalam 450 ml air ditambahkan 21 ml H2SO4 pekat lalu dicampur hingga merata. Sebanyak 3 gram Na2H2SO4.7H2O yang sudah dilarutkan dalam 25 ml air ditambahkan dalam campuran. Kemudian diaduk dan diinkubasi pada 37oC selama 24-48 jam serta disimpan dalam botol botol coklat di dalam lemari.

Pembuatan laruran glukosa standar, yaitu dengan melarutkan glukosa standar 1% (w/v) dalam asam benzoat jenuh yang diencerkan sehingga diperoleh larutan glukosa standar dengan konsentrasi masing-masing 50, 150 dan 300 µg/ml.

Sebanyak 2 ml larutan sampel jernih yang bebas impuritas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 ml pereaksi tembaga sulfat. Tabung reaksi ditutup dan ditempatkan dalam penangas air 100oC selama 10 menit. Kemudian didinginkan selama 5 menit dalam air mengalir. Selanjutnya ditambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat dan dicampur merata. Pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 500 dan 520 nm (absorbansi maksimum pada 660 nm). Blanko dibuat sama seperti di atas kecuali sampel diganti air.

f. Analisa Amilosa (AOAC 1995)

Sebanyak 40 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih 1O menit sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu didinginkan dan dipindahkan seluruh campuran ke dalam labu takar 100 ml. Ke dalam masing-masing labu takar tersebut ditambahkan 2 ml larutan asam asetat 1 N masing-masing 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1 ml, lalu ditambahkan 2 ml larutan iod (0.2 gram iod dan 2 gram KI dilarutkan dalam 100 ml air). Larutan dibiarkan selama 20 menit. Intensitas warna yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

Sebanyak 100 mg sampel dalam bentuk tepung (sampel sebagian besar terdiri dari pati, jika mengandung komponen lainnya ekstrak dulu patinya

baru dianalisa kadar amilosanya) dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N dan dipanaskan dalam air mendidih selama kurang lebih sepuluh menit sampai terbentuk gel. Seluruh gel dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, kocok tepatkan sampai tanda tera. Larutan tersebut dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod tera dengan air, kocok dan diamkan selama 20 menit.

Lampiran 3. Pengukuran Aktivitas Enzim

Enzim -amilase dan amiloglukosidase merupakan enzim yang bekerja memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Aktivitas enzim diukur menggunakan metode DNS. Enzim diencerkan dengan buffer fosfat sitrat (BSF), untuk -amilase BSF pH 6.2 dan amiloglukosidase pH 4.5. Pengenceran enzim dilakukan 100-1000 kali. Enzim yang telah diencerkan diambil 1 ml lalu diinkubasi selama 5 menit, untuk -amilase suhu 90oC dan amiloglukosidase 60oC. Setelah diinkubasi ditambahkan 2 ml larutan soluble starch 2% dan diinkubasi selama 30 menit. Sebelumnya, sampel diambil pada menit ke-0. Enzim yang telah selesai diinkubasi kemudian diinaktivasi dengan NaOH 2N satu tetes. Pembuatan larutan soluble starch 2% (b/v) dilakukan dengan melarutkan soluble starch sebanyak 2 gram dalam 100 ml BSF ( -amilase BSH pH 6.2 dan Amiloglukosidase BSF pH 4.5).

Hasil inkubasi yang diperoleh diukur gula pereduksinya dengan pereaksi DNS. Prosedur analisa sama dengan pengukuran gula pereduksi (Apriyantono et al., 1989). 1 unit enzim merupakan 1 µmol produk yang terbentuk dalam 1 menit. Satuan untuk aktivitas enzim yaitu U/ml.

Aktivitas enzim = gula pereduksi (µg/ml)

Lampiran 4. Proses Hidrolisis Pati Sagu (Akyuni, 2004). Amiloglukosidase Suspensi pati sagu 30% Pencampuran Air CaCO3 200 ppm Pati sagu Pengaturan pH 6.2 NaOH Gelatinisasi (105oC, 5 menit) α-amilase Likuifikasi (90oC, pH 6,2, 210 menit) Sakarifikasi (60oC, pH 4,5, 48 jam) Penyaringan Hidrolisat pati sagu

Lampiran 5. Prosedur Analisa Hidrolisat Pati Sagu

1. pH

Pengukuran pH dilakukan sebelum dan sesudah fermentasi menggunakan pH meter.

2. Kadar Gula Pereduksi Metode DNS (Miller, 1959) Sebanyak 10,6 gram asam 3,5 dinitrosalisitat dan 19,8 gran NaOH

dilarutkan dalam 1416 ml air. Ke dalamnya ditambahkan 306 gram NaK-Tartat, 7,6 ml Fenol yang telah dicairkan pada suhu 105oC dan 8,3 gram Na-metabisulfit. Bahan-bahan tersebut dicampurkan hingga larut merata. Keasaman dari pereaksi DNS yang dihasilkan ditentukan. Sebanyak 3 ml larutan DNS dititrasi dengan HCL 0,1 N menggunakan indikator fenoftalein. Banyaknya titran berkisar 5-6 ml. Untuk setiap kekurangan HCL 0,1 N pada titrasi ditambahkan 2 gram NaOH.

3. Total Gula Metode Fenol H2SO4 (Dubois et al., 1956)

Sebanyak 2 ml larutan contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkann 1 ml larutan fenol 5%, kocok kedua larutan. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat dengan cepat secara tegak lurus ke atas permukaan larutan. Biarkan selama 10 menit, kemudian kocok dan tempatkan dalam penangas air selama 15 menit. Ukur total gula pada panjang gelombang 490 nm. Bila diperlukan, contoh diencerkan agar dapat terukur pada kisaran 20-80%T (Transmitan). Pembuatan kurva standar sama dengan prosedur pengukuran sampel, hanya sampel diganti dengan larutan glukosa standar sebesar 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 µg glukosa.

4. Ekuivalen Dekstrosa

Ekuivalen dekstrosa diperoleh dengan membagi nilai gula pereduksi sampel dengan nilai pereduksi hidrolisat pati hidrolisis sempurna. Hidrolisat pati dari hidrolisis sempurna didapatkan dengan

menambahkan enzim berlebih. Suspensi pati 30% ditambahkan -amilase sebesar 10 U/g pati, likuifikasi selama 3,5 jam. Turunkan pH, tambahkan AMG dengan dosis 10 U/g pati, sakarifikasi selama 24-72 jam.

5. Derajat Polimerisasi

Derajat polimerisasi (DP) yaitu jumlah unit monomer dalam suatu polimer. Derajat polimerisasi diperoleh dengan membagi nilai total gula (fenol sulfat) dengan nilai pereduksi sampel.

6. Efisiensi Pemanfaatan Substrat

Keterangan :

A = Kadar gula pereduksi awal B = Kadar gula pereduksi akhir

Efisiensi pemanfaatan substrat (%) = B – A X 100% A

DE = Kadar gula pereduksi sample x 100% Kadar gula pereduksi hidrolisis sempurna

Lampiran 6. Prosedur Pengukuran Biomassa (Pons et al., 1990)

Sebanyak 1,5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang telah diketahui bobot awalnya. Setelah itu sampel disentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 5 menit. Kemudian dilakukan pemisahan antara supernatan dengan biomassanya. Tabung eppendorf yang telah berisi biomassa dimasukkan akuades steril sebanyak 1,5 ml kemudian dilakukan sentrifugasi kembali. Pemisahan antara akuades dan biomassa dilakukan, kemudian tabung eppendorf yang berisi biomassa dikeringkan pada suhu 50oC selama 24 jam. Bobot kering biomassa adalah bobot tabung yang berisi biomassa yang telah dikeringkan dikurangi dengan bobot awal

Bobot sel kering (g/l) = Bobot Biomassa Kering ml sampel

Lampiran 7. Prosedur Analisa kadar etanol (% v/v) Metoda Spesific Gravity) (Sjamsuriputra et al., 1986).

Setelah fermentasi berakhir, medium diaduk sampai homogen dan sebanyak 25 ml diukur dengan teliti kemudian dinetralkan dengan NaOH 1,0 N dan ditambah dengan aquades hingga volume 50 ml. Campuran didestilasi hingga diperoleh destilat sebanyak 23 ml.

Piknometer volume 25 ml dibersihkan dan dikeringakan dengan tisu. Kemudian diisi dengan aquades sampai penuh dan ditimbang dengan teliti. Cairan yang menempel pada dinding piknometer dikeringkan dengan kertas tisu dan ditimbang dengan teliti.

Piknometer yang sama dikeringkan dan diisi dengan destilat yang mengandung etanol dan ditutup dengan baik. Cairan yang menempel pada dinding piknometer dikeringkan dengan tisu dan ditimbang dengan teliti.

Kadar etanol hasil fermentasi dapat dihitung menggunakan ”Apparent spesific gravity” menggunakan Tabel Hubungan Volume Etanol (%v/v) dengan Apparent Spesific Gravity pada berbagai suhu (AOAC, 1999).

Berat air = (bobot piknometer berisi aquades – bobot piknometer kosong)

Berat sampel = (bobot piknometer berisi sampel – bobot piknometer kosong) Apparent Spesific Gravity = (Berat sampel / berat air)

Lampiran 8. Neraca Massa Produksi Hidrolisat Pati Sagu

Pencampuran Mpati sagu = 100 g

MCaCo3 = 0.067 g MMNaOH = 0.001 g akuades= 261.71 g

Likuifikasi

Sakarafikasi

MHidrolisat Pati Sagu = 307.778 g Malfa-amilase = 1.88 g

Makuades = 0.06 g MH2O = 3.23 g

MH2O = 13.55 g MAMG = 1.660 g

Lampiran 9. Analisa Cairan Fermentasi Pada Penentuan Konsentrasi Substrat dan Jenis Inokulum Terbaik

Perlakuan Kadar etanol (%v/v) Gula Pereduksi Akhir (g/l) Efisiensi Pemanfaatan Substrat (%) pH 8 S 2.76 3.00 94.7 3.38 8 R 2.32 3.20 94.4 3.41 14 S 4.66 25.00 75.1 3.28 14 R 3.91 38.05 62.1 3.30 20 S 3.18 60.37 57.5 3.29 20 R 2.65 66.35 53.2 3.33 Keterangan :

8 S : Konsentrasi gula 8% (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8% (b/v) menggunakan Ragi roti

14 S : Konsentrasi gula 14% (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 R : Konsentrasi gula 14% (b/v) menggunakan Ragi roti

20 S : Konsentrasi gula 20% (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 R : Konsentrasi gula 20% (b/v) menggunakan Ragi roti

Lampiran 10. Analisis Keragaman Terhadap Kadar Etanol

Sumber Jumlah Kuadrat

Tengah Derajat Kebebasan Kuadrat Tengah

F-Hitung Signifikan Jenis Starter 1.360 1 1.360 27.164 .001 Konsentrasi Substrat 6.776 2 3.388 67.669 .000 Interaksi 128.970 1 128.970 2575.74 .000 Error .401 8 .050 Total 137.507 12

Fhitung > Ftabel atau Signifikan < 0.05 maka jenis starter dan konsentrasi substrat memberikan perbedaan yang berbeda nyata terhadap kadar etanol.

Uji Duncan pada interaksi konsentrasi substrat dan jenis inokulum terhadap kadar etanol

Interaksi Rata-rata Kelompok Duncan

( = 0.05)* 14S 4.65 A 14R 3.90 B 20S 3.10 C 20R 2.65 C D 8S 2.52 C D 8R 2.32 D Keterangan :

* : Berpengaruh sangat nyata

8 S : Konsentrasi gula 8 % (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 S : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 S : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8 % menggunakan Ragi roti

14 R : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Ragi roti 20 R : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Ragi roti

Lampiran 11. Analisis Keragaman Terhadap Kadar Gula Pereduksi

Sumber Kuadrat Jumlah

Tengah Kebebasan Derajat Kuadrat Tengah

F-Hitung Signifikan Jenis Starter 123.200 1 123.200 11.547 .009 Konsentrasi Substrat 7270.901 2 3635.451 340.720 .000 Interaksi 12802.067 1 12802.067 1199.831 .000 Error 85.359 8 10.670 Total 7479.461 11

F hitung > Ftabel atau Signifikan < 0.05 maka jenis starter dan konsentrasi substrat memberikan perbedaan yang berbeda nyata terhadap gula pereduksi Uji Duncan pada interaksi konsentrasi substrat dan jenis inokulum terhadap gula pereduksi

Interaksi Rata-rata Kelompok Duncan

( = 0.05)* 20R 66.35 A 20S 60.37 B 14R 38.05 C 14S 25.00 D 8R 3.20 E 8S 3.00 E Keterangan :

* : Berpengaruh sangat nyata

8 S : Konsentrasi gula 8 % (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 S : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 S : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8 % menggunakan Ragi roti

14 R : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Ragi roti 20 R : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Ragi roti

Lampiran 12. Analisis Keragaman Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Substrat

Sumber Jumlah Kuadrat

Tengah Derajat Kebebasan Kuadrat Tengah

F-Hitung Signifikan Jenis Starter 102.434 1 102.434 9.522 .015 Konsentrasi Substrat 3176.364 2 1588.182 147.630 .000 Interaksi 63679.642 1 63679.642 5919.364 .000 Error 86.063 8 10.758 Total 67044.502 12

F hitung > Ftabel atau Signifikan < 0.05 maka jenis starter dan konsentrasi substrat memberikan perbedaan yang berbeda nyata terhadap efisiensi pemanfaatan substrat

Uji Duncan pada interaksi konsentrasi substrat dan jenis inokulum terhadap efisiensi pemanfaatan substrat

Interaksi Rata-rata Kelompok Duncan

( = 0.05)* 8S 94.71 A 8R 94.35 B 14S 75.15 C 14R 62.18 D 20S 57.45 E 20R 53.24 E Keterangan :

* : Berpengaruh sangat nyata

8 S : Konsentrasi gula 8 % (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 S : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 S : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8 % menggunakan Ragi roti

14 R : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Ragi roti 20 R : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Ragi roti

Lampiran 13. Analisis Keragaman Terhadap Nilai pH

Sumber Jumlah Kuadrat

Tengah Derajat Kebebasan Kuadrat Tengah

F-Hitung Signifikan Jenis starter .003 1 .003 2.842 .030 Konsentrasi .025 2 .012 13.088 .003 Interaksi 133.200 1 133.200 14021 0.561 .000 Error .010 8 .001 Total 133.235 12

F hitung > Ftabel atau Signifikan < 0.05 maka jenis starter dan konsentrasi substrat memberikan perbedaan yang berbeda nyata terhadap nilai pH.

Uji Duncan pada interaksi konsentrasi substrat dan jenis inokulum terhadap nilai pH

Interaksi Rata-rata Kelompok Duncan

( = 0.05)* 8R 3.41 A 8S 3.38 B 20R 3.30 C 20S 3.29 C 14R 3.28 C 14S 3.28 C Keterangan :

* : Berpengaruh sangat nyata

8 S : Konsentrasi gula 8 % (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 S : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 S : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8 % menggunakan Ragi roti

14 R : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Ragi roti 20 R : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Ragi roti

Lampiran 14. Volume CO2 yang terbentuk CO2 selama fermentasi dengan berbagai perlakuan jam ke 8S 14S 20S 8R 14R 20R 0 0 0 0 0 0 0 3 5 17 13 10 15 10 6 100 150 120 75 130 100 12 350 480 470 355 480 410 18 325 475 460 300 300 300 24 150 410 300 50 250 200 30 10 260 200 5 100 50 36 0 29 120 0 50 5 42 0 10 5 0 10 0 48 0 1 0 0 0 0 54 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 66 0 0 0 0 0 0 72 0 0 0 0 0 0 Keterangan :

* : Berpengaruh sangat nyata

8 S : Konsentrasi gula 8 % (b/v) menggunakan Saccharomyces cerevisiae 14 S : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 20 S : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Saccharomyces cerevisiae 8 R : Konsentrasi gula 8 % menggunakan Ragi roti

14 R : Konsentrasi gula 14 % menggunakan Ragi roti 20 R : Konsentrasi gula 20 % menggunakan Ragi roti

Lampiran 15. Hasil Analisa Cairan Fermentasi pada Fermentor 2 L Waktu

(jam) Substrat S (g/l) P (g/l) Biomassa X (g/l) X-Xo ln X (jamµ -1) So-S

0 100.60 0.00 0.67 -0.405 3 93.10 4.18 0.73 0.063 -0.315 -0.105 96.42 6 69.20 23.84 1.87 1.200 0.624 0.104 76.76 12 37.40 32.05 2.80 2.133 1.030 0.086 68.55 18 30.30 35.44 3.27 2.600 1.184 0.066 65.16 24 17.30 37.10 3.87 3.206 1.354 0.056 63.50 30 10.90 37.65 4.07 3.400 1.403 0.047 62.95 36 10.70 38.41 4.33 3.660 1.465 0.041 61.85 42 6.50 38.41 4.40 3.733 1.482 0.035 61.85 48 6.44 38.41 4.41 3.740 1.483 0.031 61.85 54 6.39 38.97 4.41 3.740 1.483 0.027 61.85 60 6.36 38.97 4.31 3.646 1.462 0.024 61.85 66 4.02 38.97 4.21 3.539 1.449 0.022 61.85 72 3.80 38.97 4.21 3.540 1.437 0.020 61.85

Lampiran 16. Perhitungan Parameter Kinetika Fermentasi

Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum

y = 0.1882x + 0.5544 R2 = 0.9015 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 0 1 2 3 4 5 6 Waktu (jam) ln X (g /l) Perhitungan Yx/s y = 0.0386x - 0.0989 R2 = 0.9808 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 S-So (g/l) X -X o (g /l)

Perhitungan Yp/s y = 0.2459x + 16.598 R2 = 0.9716 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 S-So (g/l) P -P o (g /l) Perhitungan Yp/x y = 6.2275x + 17.599 R2 = 0.9451 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 X-Xo (g/l) P -P o (g /l)

Dokumen terkait