• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

1. Terus meningkatkan program dan kegiatan pemberdayaan untuk kelompok disabilitas, agar kelompok disabilitas lebih kreatif dan terampil

2. Terus menambah jaringan, agar semakin bertambah masyarakat yang mengetahui dan sadar akan hasil keterampilan para disabilitas

3. Meningkatkan pelayanan agar hasil yang didapat akan semakin baik 4. Terus meningkatkan kreatifitas dalam hal keterampilan, agar hasil

1. Referensi Buku dan Skripsi

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan

Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001.

Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteaan

Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2002.

Amelia, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi

Handphone di Institu Kemandirian Dompet Dhuafa”. Skripsi S1 Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.

Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vacation Skills Pada Keluarga Nelayan. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011.

Aziz, Moh. Ali, ed. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2005.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif; Pendekatan Praktis Penulisan Proposal

dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press, 2010.

Kurniawa, Ari. Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalaui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara

Kecamatan Koja Jakarta Utara. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.

Kusmana dan Napsiyah, ed. Disabilitas Sebuah Pengantar. Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007.

Machendrawaty, Nanih. Dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat

Islam. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001.

Manullang, Sastrawan. dkk. ed. Community Development: Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2012.

Sarifudin. Strategi Panti Sosial Development Center For Children (SDC) Dalam

Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pelatihan Keterampilan. Skripsi

S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012.

Salam, Samsir dan Fadhilah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Soetomo. Pembangunan Masyarakat; Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Suhartini, Rr. Dkk. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT

Refika Aditama, 2005.

Usman, Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus IbuKota Jakarta. Profil Kelurahan Cilandak

Barat, Jakarta, 2013.

2. Referensi Arsif Dokumentasi dan Wawancara Pribadi

Wawancara Pribadi dengan Mas Fendo Parama Sardi, Jakarta 16 Mei 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Poniati, Jakarta 27 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Mba Echi Pramitasari, Jakarta 27 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Mba Maisty Akhdaniah, Jakarta 27 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Teguh Budi Warni, Jakarta 27 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Petty Eliot, Jakarta 16 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Heru Zainudin, Jakarta 24 Agustus 2014. Wawancara Pribadi dengan Sony Suheri, Jakarta 02 September 2014. Wawancara Pribadi dengan Pak Yono, Jakarta 02 September 2014. Yayasan Wisma Cheshire, Profil Yayasan Wisma Cheshire, Jakarta, 2013. Yayasan Wisma Cheshire, Guidelines, Jakarta, 2014.

3. Referensi Media Elektronik

ILO, “Mempromosikan Pekerjaan Layak Bagi Semua Orang: Membuka

Kesempatan pelatihan dan Kerja bagi Penyandang Disabilitas.” Artikel

diakses pada 23 April 2014.

Media Elektronik Sekretariat Negara.Artikel diakses pada tanggal 9 Februari 2014 dari http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_1997.pdf.

Nawir, Expose Data Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi ICF Tahun

2009, artikel di akses pada tanggal 27 September 2014, dari

http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1 013

Sekilas Tentang Disabilitas, artikel diakses pada 27 Oktober 2014 dari

http://www2.agendaasia.org/index.php/id/informasi/sekilas-tentang-disabilitas/102-sekilas-tentang-disabilitas

Nama : Fetty Elliot Jabatan dalam organisasi : Ketua

Jabatan dalam organisasi : Ketua Yayasan Wisma Cheshire

1. Apa yang dimaksud dengan Yayasan Wisma Cheshire?

YWC adalah Organisasi Non Pemerintah, didirikan oleh Captain Leonard Cheshire. yang memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan pada para penyandang disabilitas dalam mengembangkan potensi mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri dalam masyarakat.

2. Bagaimana sejarah yang melatar belakangi berdirinya Wisma Cheshire?

Yang menjadi inisiator pertama adalah Captain Leonard Cheshire, seorang tentara kebangsaan Inggris, yang pada awalnya merasa ingin membangun rumah sebagai tempat beraktivitas untuk para penyandang disabilitas akibat korban perang supaya mereka termotivasi kembali untuk menjalani

kehidupan mereka. Dalam perkembangannya Leonard Cheshire

mendapatkan dukungan dari banyak stakeholder dan akhirnya berhasil

menginisiasi pendirian “Cheshire Home” (sebutan untuk organisasi /

rumah yang didirikannya) di berbagai wilayah di dunia (ada di 56 negara). Salah satunya di Indonesia, yaitu di Jalan Wijaya Kusuma No 15 A Cilandak, Jakarta dengan nama Yayasan Wisma Cheshire (YWC) yang didirikan pada tahun 1974. Lahan / tanah yang ditempati adalah sebuah donasi dari Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, sedangkan untuk pendirian bangunannya merupakan bantuan dari Leonard Cheshire sendiri dan dalam perkembangannya, renovasi-renovasi bangunan dan fasilitas banyak disuport oleh donatur individual maupun dari organisasi atau perusahaan. Kini YWC dikelola secara independen oleh sebuah komite yang terdiri dari pimpinan komite dan anggota dimana komite ini sekaligus merupakan

sukarelawan. Banyak juga anggota sukarelawan dari komunitas expatriate, orang asing yang tinggal di Jakarta sementera waktu. Baik ketua komite / ketua yayasan maupun anggota komite adalah para sukarelawan / volunteer yang bekerja menjalankan program YWC.

3. Apa maksud didirikannya Yayasan Wisma Cheshire?

Untuk memberikan kesempatan kepada PWD, terutama dengan keterbatasan tubuh, untuk mengembangkan dirinya dan memberikan rasa percaya diri yang tinggi melalui program keterampilan kerajinan tangan dan keterampilan hidup lainnya yang diselenggarakan secara residensial / berasrama, dengan tujuan akhir supaya para PWD dapat hidup mandiri di dalam masyarakat melalui keterampilan di YWC. Pada tahun 2012, YWC mulai menjalankan inisiatif baru yaitu Young Voice Indonesia dimana kami bekerja sama dengan pemuda-pemudi disabilitas yang berumur dari 16 sampai dengan 25 untuk mengkampanyekan hak-hak disabilitas lewat seminar, lagu, pentas seni dan terjun langsung di satu kelompok masyrakat.

4. Dari mana sumber dana Yayasan Wisma Cheshire diperoleh?

- Dari donatur baik individual maupun organisasi sosial atau

perusahaan.

- Fund raising oleh Komite YWC.

- Dari hasil penjualan produk kerajinan tangan.

- Dari pemerintah (Subsidi Kementerian Sosial) dengan prosentase yang

tidak besar.

5. Dengan pihak apa saja Yayasan Wisma Cheshire bekerjasama?

Kami bekerjasama dengan para volunteer, sukarelawan individual yang sebagian besar adalah para expatriat yang sedang tinggal di Jakarta, organisasi expatriat (seperti BWA, ANZA AWA), LSM pemerhati disabilitas, dan organisasi internasional (seperti Leonard Cheshire Disabilities, European Union, dan United Nation seperti ILO, dsb.)

tubuh, misalnya para penyandang paraplegia, polio, amputasi, dan CP dengan level tertentu. Para PWD tersebut berasal dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi, dan hal yang paling penting adalah mereka memiliki semangat untuk mau belajar, kerja keras, dan keinginan yang kuat untuk hidup mandiri.

7. Bagaimana pola dan pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Wisma Cheshire dalam program keterampilan?

Kami memanfaatkan potensi para volunteer yang ada dalam network YWC. Setiap divisi, misalnya handicraft dan woodwork dipimpin oleh seorang

volunteer yang menjadi “head” dari divisi tersebut. Para volunteer akan

memberikan ide-ide mengenai produk apa yang menarik untuk dibuat dan laku di pasaran, menggunakan material apa, dan sebagainya. Kemudian ide-ide tersebut diteruskan kepada para residen untuk dicoba direalisasikan dalam bentuk produk kerajinan tangan.Pelatihan kami dilakukan dengan

system “learning by doing” artinya banyak praktik yang harus dilakukan

supaya bisa. Bila ada residen baru, dia akan dimentoring oleh residen yang sudah berpengalaman secara bertahap sampai akhirnya bisa menghasilkan banyak ragam produk handicraft maupun woodwork. Masukan dan perbaikan mengenai kerajinan tangan yang telah dibuat diberikan oleh volunteer yang berperan dalam quality control, dan residen akan terus memperbaiki hasil karyanya sampai benar-benar maksimal hasilnya, baru setelah itu produk bisa dimasukkan di toko yang selanjutnya akan dipasarkan. Ketika produk sudah masuk di toko, maka residen tersebut akan

mendapatkan “reward” dalam bentuk uang sesuai dengan harga per satuan

dari berapa banyak yang bisa dihasilkan.

8. Apa tujuan adanya program keterampilan (woodwork dan

Untuk memberikan residen keterampilan dalam membuat kerajinan tangan dari kayu (woodwork) dan kerajinan tangan yang berhubungan dengan jahit-menjahit (handicraft).Dengan keterampilan tersebut, residen dilatih untuk berkontribusi kepada Yayasan melalui produksi yang dihasilkan untuk dijual di event-event bazaar di Jakarta. Melalui keterampilan yang mereka miliki, mereka akan memiliki pengalaman mempraktikkan kemampuannya dalam menghasilkan woodwork dan handicraft selama

tinggal di YWC – dengan itu mereka akan mendapatkan ketrampilan dan

income walaupun income bukan gaji. Karena tujuannya adalah resident bisa belajar ketrampilan dan sekaligus belajar untuk mandiri dan lebih percaya diri dimana merupakan modal besar untuk terjun dan menjadi warga yang aktif di dalam komunitasnya.

9. Adakah pelatihan khusus yang diberikan kepada para resident dalam program keterampilan?

Tidak memerlukan metode khusus, hanya saja sarana kerjanya perlu disesuaikan dengan kondisi fisik para residen. Misalnya, mesin jahit harus dimodifikasi menggunakan elektrik yang bisa dikontrol dari tangan, karena sebagian besar paraplegia kurang maksimal dalam menggunakan kaki untuk mengayuh mesin jahit secara konvensional. Ketinggian mesin potong kayupun harus disesuaikan dengan rata-rata ketinggian kursi roda dalam menjangkau meja kerja.

10. Apa manfaat yang diterima oleh para resident dari kegiatan keterampilan tersebut?

Manfaat yang diperoleh adalah, selain skill yang melekat pada diri mereka, mereka juga belajar bagaimana untuk bekerja dalam tim work, belajar mengenai administrasi sederhana, belajar mengenai pengutamaan kualitas yang baik dalam bekerja, belajar mengenai disiplin diri terutama bagaimana mengelola waktu terkait dengan perencanaan kerja dan produksi. Kesemuanya itu, ujungnya adalam memberikan bekal skill dan mental yang sangat penting untuk kehidupan mandiri mereka kelak, karena

11. Adakah kemajuan yang terlihat dari para anggota setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan di Yayasan Wisma Cheshire?

Tentunya ada, meskipun level dan kecepatan kemajuannya berbeda antara residen yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dapat dilihat ketika mereka pada masa-masa awal bergabung dengan YWC, masih terlihat tidak percaya diri, tidak memiliki skill yang memadai, dan masih berada pada masa-masa trauma. Setelah bergabung dengan YWC dan terlibat aktif dalam program dan aktivitas di sini, banyak di antara mereka yang percaya dirinya meningkat, lebih disiplin, memiliki berbagai keterampilan hidup, dan mau berusaha untuk meningkatkan taraf hidup dan mengejar cita-cita mereka. Beberapa dari mereka kemudian keluar dari YWC karena mendapatkan pekerjaan, berwirausaha, menikah, dan kembali ke keluarga atau komunitas asal mereka.

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MANAGER PROGRAM YAYASAN

Nama : Fendo Parama Sardi

Jabatan dalam organisasi : Manager Program Tanggal, waktu wawancara : Jakarta 16 Mei 2014 Tempat wawancara : Yayasan Wisma Cheshire

1. Apa yang dimaksud dengan Yayasan Wisma Cheshire?

Yayasan Wisma Cheshire merupakan Yayasan yg bergerak dalam bidang pmberdayaan yang memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas khususnya tuna daksa trutama paraplegia, polio, dan amputasi. Memberikan kesempatan dan peluang agar dapat hidup mandiri setelah diberi bekal selama di yayasan. Selain itu yayasan ini lebih fokus pada pemandirian anggota dan memaksimalkan potensi anggota untuk lebih mandiri. dari segi produk yg lebih ditonjolkan adalah keterampilan yaitu keterampilan menjahit dan woodwork untuk ajang bagaimana bekerja dan bagaimana belajar berbisnis.

2. Bagaimana sejarah yang melatarbelakangi berdirinya Wisma Cheshire?

Awalnya yayasan ini didirikan seperti panti, sehingga banyak para disabilitas yang tinggal semaunya bahkan selamanya sampai selesai, namun setelah 10 tahun belakangan ini yayasan berubah menjadi training center sehingga mereka tidak tinggal di yayasan selamanya mereka Cuma bisa tinggal 1-2 tahun, kemudian kita merekrut yang baru sehingga dampaknya meluas kepada yang lainnya.

3. Apa maksud didirikannya Yayasan Wisma Cheshire?

Tujuannya Lebih pada memandirikan anggota dan memaksimalkan potensi anggota untuk lebih mandiri. dari segi produk yg lebih ditonjolkan adalah keterampilan menjahit dan woodwork untuk ajang bagaimana bekerja dan bagaimana belajar berbisnis

tambahan yaitu English language dan Computer and IT. Selain itu ada Supporting program, Personal development plan, Formal Education or Course, Halfway home program, serta Comminity program.

5. Apa tujuan adanya program keterampilan?

Memberikan kesempatan dan peluang agar dapat hidup mandiri setelah diberi bekal selama di yayasan. Selain itu yayasan ini lebih fokus pada pemandirian anggota dan memaksimalkan potensi anggota untuk lebih mandiri

6. Produk apa saja yang dihasilkan dari kegiatan keterampilan yang ada di Yayasan Wisma Cheshire?

Untuk keterampilan Woodwork produk yang dihasilkan ada doll house, advance calendar, panggung kecil untuk boneka tangan, miniature bath tub, miniature chair, miniature wastafle, miniature bed, miniature dressing table, miniature tree, Furniture, dll.

Untuk keterampilan handicraft ada small stars, casserole carrier, short ang long oven gloves, pot holder, batik shopping bag, napkin, coaster, pouch, tea cozy, gift bag for all size, lingerie, santa sacks, ipad case, songket wine bag, tree skirt, bon-bon, apron, runner, bread basket, banana bag.

7. Kemana saja sasaran pemasaran produk yang sudah jadi?

a. Toko Red Feather Shop

Toko Red Feather Shop ini merupakan sebuah toko yang masih berlokasi di dalam YWC. Barang yang sudah di produksi akan di stor oleh para resident ke toko tersebut untuk di pasarkan.

b. Bazar-bazar organisasi ekspatriat,

diantaranya organisasi: AWA (American Woman Association), BWA (British Woman Association), ANZA (Australian and New Zeland Association), IWA (Indian Woman Association) dan Hiland

Gethering.Masing-masing organisasi tersebut biasa menyelenggarakan bazaar ini 3-4 kali dalam satu tahun. Jadi jumlah pelaksanaan bazaar yang di selenggarakan oleh organisasi ekspatriat mencapai 11-14 kali pelaksanaan dalam setiap tahunnya. Selain bazaar yang diselenggarakan oleh organisasi ekspatriat, kadang YWC menyelenggarakan bazaar di sekolah-sekolah, seperti Binus, dll.

c. Bazaar tahunan khusus yang di-organize oleh YWC sendiri

Selain bazar yang diselenggarakan dari organisasi, instansi dll, YWC pun rutin menyelenggarakan bazaar setiap 1 tahun sekali. Untuk bazaar tahunan ini, biasanya dilaksanakan pada akhir bulan Oktober. Bazaar tahunan ini pun biasa diselenggarakan oleh pemerintah seperti Kementeraian Sosial/Departemen Sosial pada bulan Desember sekaligus untuk memperingati hari disabilitas.

8. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan adanya kegiatan keterampilan untuk para disabilitas?

Kegiatan keterampilan sangat bagus untuk dikembangkan. Dengan adanya program tersebut, kita bisa memberikan bekal kepada mereka supaya bisa menigkatkan taraf hidup dan mendapatkan penghasilan, dan yang juga penting adalah melalui program tersebut kita menumbuhkan rasa percaya diri bagi mereka karena mereka merasa bisa melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, tidak lagi merasa perlu dikasihani, tetapi mereka bisa mengembangkan potensinya dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Jabatan dalam organisasi : Ibu Asrama

Tanggal, waktu wawancara : 15:55, Jumat 27 Juni 2014 Tempat wawancara : Yayasan Wisma Cheshire

1. Apa yang dimaksud dengan Yayasan Wisma Cheshire?

Kalo yayasan wisma Cheshire ini kan memang kita membantu penyandang disabilitas dari semua kalangan, namunyang diutamakan sih para pengguna kursi roda yang paraphlegia yang memang mereka beraktifitas sehari-harinya menggunakan kursi roda. Disinikan ada kegiatan jahit-menjahit dan pelatihan juga jadi mereka bisa megikuti kegiatan itu. Jadi Yayasan Wisma Cheshire itu adalah lembaga untuk para penyandang disabilitas dan diutamakan bagi penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga kurang mampu.

2. Bagaimana sejarah yang melatarbelakangi berdirinya Wisma Cheshire?

Kalo sejarah Wisma Cheshire ini kan dilihat dari namanya juga kan Wisma Cheshire, nah Cheshire itu pendiri awalnya, namanya itu Leonard Cheshire orang Inggris makanya wisma Cheshire ini Cheshire Home itu di seluruh dunia memang ada, dan yang di Indonesia hanya satu ini saja.

Awal-awal didirikannya itu karena si Mister Cheshire itu memang tentara jadi beliau itu pilot pesawat Bomber yang perang itu dan dia melihat banyak korban-korban perang yang bergeletakan dan dari mereka ituh kebanyakan cacat ga ada kaki jadi mereka ada inisiatif bahwa harus didirikannya ini Cheshire home jadi memang rumah yang memang untuk menampung mereka para penyandang disabilitas. Jadi awal mula ide Cheshire Home itu karena melihat banyak korban-korban perang. Dan ini sangat bermanfaat sekali untuk para penyandang disabilitas, jika di rumahnya ga bisa maka di wisma ini di bikinin akses sehingga kebanyakan

para resident merasakan aman dan nyaman karena segala sesuatunya dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Begitupun didirikannya wisma di Indonesia karena ingin menolong para disabilitas.

3. Sebagai pengelola, bagaimana perkembangan Yayasan sampai sekarang?

Terlihat perkembangannya semakin baik. Para resident masuk wisma dengan sistim batas waktu jadi mereka tidak bisa tinggal di wisma selamanya, jadi disini untuk pelatihan sehingga mereka harus bisa mandiri, bisa bersosialisasi di masyarakat, dan diharapkan bisa dapet kerja di luar seperti disini juga banyak yang sudah mendapatkan kerja. Perkembangan yang terlihat ya kalo dulu kegiatannya masih kayu dan handycraft, mengikuti training, dll. Sehingga jika kedepannya mereka nanti ada kapasitas untuk bekerja diluar jadi mereka tidak gerogi, karena melalui berbagai kegiatan tersebut mereka dilatih untuk percaya diri, bisa ngomong.

4. Apa saja sarana dan prasarana yang tersedia di Yayasan Wisma Cheshire?

Kalau sarananya memang seperti ini segala sesuatunya tinggal disini tanpa membayar apapun, makan semuanya gratis dan kita sudah urusin, para residen mendapatkan fasilitas kamar, lemari pakaian, kamar mandi, tempat mencuci pakaian.dan dapur. Selain itu juga bisa memanfaatkan fasilitas umum seperti TV, meja tenis meja untuk olahraga, dan beberapa fasilitas umum lainnya seperti meja untuk makan bersama, tempat latihan berjalan, ruang fisioterapi untuk program fisioterapi, dan ruang computer, ada juga mobil. Sarana untuk kegiatan keterampilan kerajinan tangan adalah ruang workshop menjahit dan ruang workshop untuk pemotongan kayu untuk keterampilan woodwork, sekaligus tokonya. Selain itu ada juga ruang kantor. Kami juga menyediakan pelayanan kesehatan dimana kami berkerja sama dengan RS Fatmawati. Kami menyediakan perawat yang datang

5. Sampai saat ini berapa jumlah keseluruhan anggota (resident) yang mengikuti pelatihan keterampilan di YayasanWisma Cheshire?

Untuk isi kapasitas asrama bisa sampai 30 orang, namun berhubung bulan-bulan lalu banyakyang sudah keluar jadi saat ini resident yang ada berjumlah 14 orang

6. Apa saja kegiatan sehari-hari para resident di Yayasan Wisma Cheshire?

Kegiatan kterampilan dilakukan melalui jadwal yang sudah ditetapkan, namun untuk peraturan itu sendiri kembali pada diri masing-masing. Keterampilan ini merupakan pekerjaan rutin bagi para disabilitas yang berlangsung dari hari senin sampai jumat dan sabtu setengah hari. Pekerjaan ini dilakukan dari jam 09-12 kemudian istirahat sampai jam 14.00 dari jam 14.00-16.30 melanjutkan pekerjaan kembali.Karena mereka disini kan tidak hanya makan dan tidur yah, kalo disni para resident dibuat aktif, jadi disini kita berdayakan mereka karena mereka dapat menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan menghasilkan pula untuk mereka sendiri gitu, selain itu mereka juga ada uang saku dari penghasilan kerjanya, jika mereka bekerja dan mengerjakannya banyak maka mereka pun akan menghasilkan uang saku banyak pula.

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN RESIDENT YAYASAN

Nama : Echi PramitaSari

Jabatan dalam organisasi : Resident/Shop manager Tanggal, waktu wawancara : 12:37, Jumat 27 Juni 2014 Tempat wawancara : red feather shop

1. Sudah berapa lamakah saudara/i tinggal di Yayasan Wisma Cheshire? Saya tinggal di Yayasan sudah 9 bulan. Awalnya saya mengalami kecelakaan ketika masih kelas 3 SMA, waktu itu saya pulang les bersama adik saya dengan menggunakan kendaraan bermotor. Saya mengalami cidera tulang belakang sama rahang kemudian di bawa ke salah satu rumah sakit dilampung, namun pihak rumah sakit angkat tangan karena ga bisa, terus dibawa ke Cipto dioperasi rahang dan tulang belakang 2 bulan, kemudian saya menyelesaikan sekolah dulu dilampung dengan kondisi seperti ini, setelah lulus baru saya masuk fatmawati untuk menjalani rehab medic.

2. Apa alasan saudara/i tinggal/ikut bergabung di YayasanWisma Cheshire?

Untuk belajar juga untuk memandirikan diri sendiri agar tidak ketergantungan kepada orang lain. Karena memang di wisma ini melakukan segalanya dengan sendiri mulai dari bangun tidur, mandi, dll, dari situ saya tidak takut untuk mencoba belajar mandiri. Awalnya ketika saya masih sekolah dengan kondisi seperti ini baik itu orang tua ataupun teman-saya itu mereka care banget, mereka bantuin dorong bantuin dan ngangkatin kalau saya ada perlu apa mereka yang bantuin. Kalau untuk teman-teman sekitar atau teman sekolah sih masih biasa aja ga melihat

Dokumen terkait