• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Variabel merek merupakan variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda beat pada mahasiswa FISIP USU namun bukan merupakan variabel yang dominan. Sehingga perusahaan Astra Honda yang memproduksi sepeda motor disarankan untuk lebih meningkatkan atau membangun merek Honda di benak konsumen dengan memberikan gambaran-gambaran atau kesan-kesan yang positif melalui media promosi atau event-event yang ada. Sehingga kedepannya diharapkan variabel merek menjadi variabel yang dominan dalam meningkatkan keputusan pembelian konsumen.

2. Variabel harga merupakan variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda beat pada mahasiswa FISIP USU serta merupakan variabel yang dominan. Oleh sebab itu, perusahaan Astra Honda sebaiknya memberikan harga yang mampu diterima konsumen karena semakin baik penerimaan konsumen mengenai harga, maka semakin besar keputusan pembelian yang diberikan oleh konsumen dan menjelaskan bahwa bagaimanapun, calon konsumen akan mempertimbangkan

seberapa besar uang yang akan dikeluarkannya dengan kebutuhan dan kepuasan atas produk yang akan dibelinya. Dengan kata lain jika ingin meningkatkan harga dari suatu produk harus dibarengi dengan peningkatan kualitas produk itu sendiri.

3. Variabel kualitas merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda beat pada mahasiswa FISIP USU. Oleh sebab itu, perusahaan Astra Honda harus memperhatikan dan meningkatkan kualitas sepeda motor Honda untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Sehingga kedepannya diharapkan variabel kualitas memiliki pengaruh yang dominan dalam meningkatkan keputusan pembelian konsumen. 4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan

penelitian ini. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menambah variabel bebas seperti promosi, jaminan, dan lain-lain yang menganalisis keputusan pembelian produk sepeda motor Honda beat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori tentang Perilaku Konsumen

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Mengenali prilaku konsumen sangatlah sulit, kadang mereka terus terang dalam menyatakan kebutuhan dan keinginaannya, namun sering kali mereka bertindak sebaliknya. Menurut Hawkins, et al. (2007:6) “Consumer behavior is the study if individuals, group or organizations, and the processes they use ti select, secure, use, and dispose of products, services, experiences or ideas to statisfy needs and the impdact that these processes have on the consumer and

society.”

Berdasarkan pendapat Hawkins, et al. ini berarti perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari keputusan pembelian konsumen didasarkan pada pertimbangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Disisi lain perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui strategi pemasaran yang terampil dan tepat karena hal ini dapat membangkitkan motivasi maupun perilaku

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2003:11), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut, yaitu:

1. Cultural Factors (Faktor Budaya) a) Culture (Budaya)

Budaya adalah faktor paling dasar yang membentuk keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kelompok masyarakat memiliki sebuah budaya, dan budaya tersebut memberikan pengaruh pada perilaku pembelian konsumen yang berbeda-beda.

b) Subculture (Sub Budaya)

Subculture terdiri dari suku bangsa, agama, ras, wilayah geografis. Subculture didefinisikan sebagai “pembedaan kelompok budaya yang ada

sebagai segmen yang tidak dapat diidentifikasi dalam masyarakat yang

kompleks dan lebih besar”.

c) Social Class (Kelas Sosial)

Social Class adalah pembagian masyarakat yang memiliki kesamaan nilai, ketertarikan, dan perilaku yang tersusun secara hierarki.

2. Social Factors (Faktor Sosial)

a) Reference Group (Kelompok Referensi)

Reference Group atau kelompok referensi adalah semua kelompok yang memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seseorang. Kelompok yang mempunyai pengaruh secara langsung disebut juga membership group.

Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling penting dalam suatu masyarakat. Dalam prilaku konsumen, anggota keluarga seringkali menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

c) Role and satus (Peran dan Status)

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status.

3. Personal Factors (Faktor Personal)

a) Age and Stage in the Life Cycle (Umur dan Tahap Siklus Hidup ) Seseorang akan membeli bermacam-macam barang dan jasa seumur hidupnya, dan tentunya macam barang dan jasa tersebut dipengaruhi oleh umur orang tersebut.

b) Occupation and Economic (Pekerjaan dan Ekonomi)

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsi. Pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai minat yang hampir sama terhadap produk atau jasa.

c) Personality and Self-Concept (Kepribadian)

Setiap orang memiliki karakter personal yang akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik dan menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya.

d) Life Style and Values (Gaya Hidup dan Nilai)

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan melalui aktivitas, kesenangan, dan opini mereka, sehingga gaya hidup ini merupakan potret interaksi seseorang dengan lingkungannya.

4. Psychological Factors (Faktor Psikologis) a) Motivation (Motivasi)

Pada dasarnya secara psikologis manusia memiliki keinginan-keinginan yang ingin dicapainya. Tetapi tidak semua keinginan tersebut dapat diarahkan untuk kepentingan-kepentingan lain di luar keinginannya. Untuk mengarahkannya perlu adanya suatu motivasi. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antar sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang. b) Perception (Persepsi)

Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengorganisasi, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambarang tentang kehidupan.

c) Learning process (Proses Belajar)

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

d) Beliefs and Attitudes (Kepercayaan dan Sikap)

Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang diyakini oleh seseorang terhadap suatu hal. Kepercayaan terhadap suatu produk akan mempengaruhi pendapat seseorang untuk membeli produk tersebut. Sikap juga sama pentingnya dengan kepercayaan karena tingkah laku akan menunjukan apakah konsumen menyukai suatu produk atau tidak

2.2 Teori tentang Produk 2.2.1 Pengertian Produk

Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menerima produk yang memberikan nilai yang terbaik dalam hal kualitas, penampilan dan ciri-ciri produk. Karena itu, perusahaan harus memutuskan usahanya untuk terus menerus menyempurnakan produknya. Konsep produk tidak hanya terbatas dengan objek fisik, melainkan segala sesuatu yang mampu memuaskan kebutuhan dapat disebut juga dengan produk.

Menurut Kotler (2007:69) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut Tjiptono (2008:95) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:266) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dibeli,

digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa produk adalah segala sesuatu ( lengkap dengan atribut produknya ) yang dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan konsumen.

2.2.2 Tingkatan Produk

Terdapat 5 tingkatan produk yaitu : 1. Manfaat dasar (Core benefit)

Manfaat yang diberikan oleh suatu produk yang dibeli konsumen agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya.

2. Manfaat Pasar (Generic product)

Pemasaran harus mengubah manfaat inti menjadi produk pasar. 3. Produk ekspektasi (Expected product)

Pemasar menyiapkan suatu produk yang diharapkan. Produk yang sudah dilengkapi dengan atribut sehingga kondisi produk dapat diterima oleh konsumen yang membelinya.

4. Produk yang ditingkatkan (Augment product)

Pemasar menyiapkan suatu produk yang sudah ditingkatkan dan lebih baik, kemudian dipasarkan dengan pelayanan dan manfaat tambahan kepada para konsumen.

Perusahaan berusaha mencari berbagai cara-cara baru untuk memuaskan konsumen dan membedakan produk yang mereka hasilkan dengan yang lainnya.

2.3 Teori tentang Atribut Produk 2.3.1 Pengertian Atribut Produk

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus memiliki ciri tertentu yang membedakan dari perusahaan lain, ciri, atau unsur tersebut adalah atribut produk. Menurut Tjiptono (2008:104) Atribut produk merupakan unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:272) Atribut produk merupakan pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan dan juga karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2012:160) Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat pada produk serta memberikan identitas kepada produk. Keputusan mengenai atribut produk ini sangat penting dalam mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk.

Berdasarkan defenisi – defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa atribut produk merupakan bagian dari strategi produk yang dianggap penting dalam memuaskan kebutuhan konsumen dan perlu diperhatikan oleh konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

2.3.2 Komponen Atribut Produk

Komponen atribut produk menurut Simamora (2004:79) menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu produk, seperti harga, ketersediaan produk, harga jual kembali, ketersediaan suku cadang, layanan setelah penjualan dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Tjiptono komponen atribut produk adalah meliputi merek, harga, kualitas, style dan jaminan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:272) komponen atribut produk diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Produk

Kualitas/mutu merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian yang utama dari perusahaan, mengingat kualitas/mutu suatu produk berkaitan erat dengan masalah kepuasan pelanggan sehingga menciptakan ketergantungan dari pelanggan akan suatu produk. Kotler Amstrong

(2008:272) “kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk menjalankan fungsi-fungsinya”. Kebanyakan produk disediakan pada satu

diantara empat tingkatan kualitas : 1. Kualitas rendah

2. Kualias rata-rata sedang 3. Kualitas baik

4. Kualitas sangat baik 2. Fitur produk

Fitur produk merupakan saran kompetitif untuk membedakan produk satu perusahaan dengan produk-produk pesaing. Sesuai pendapat yang di

kemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008:272) : bahwa “feature are

competitive tool for differentiating the company’s product from

competitor’s product”, yaitu artinya fitur adalah alat untuk bersaing yang

membedakan produk suatu perusahaan dengan produk perusahaan-perusahaan pesaing.

3. Desain Produk

Cara lain untuk menambahkan kekhasan suatu produk adalah melalui desain produk. Kotler dan Amstrong (2008:272) “Cara lain untuk menambah nilai konsumen adalah melalui desain atau rancangan produk

yang berbeda dari yang lain”. Menurut Kotler dan Amstrong (2008 : 272)

“Desain merupakan totalitas keistimewaan yang mempengaruhi

penampilan dan fungsi suatu produk dari segi kebutuhan konsumen”. Berdasarkan pendapat diatas,maka atribut yang digunakan dalam penelitian dan disesuaikan dengan produk yang diteliti berupa sepeda motor Honda Beat adalah merek, harga, kualitas. Selain itu merek, harga, kualitas merupakan atribut produk yang diperhatikan konsumen sebagai pertimbangan dalam membeli produk.

2.4 Teori tentang Merek 2.4.1 Pengertian Merek

Merek merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu produk. Merek juga dapat menjadi suatu nilai tambah bagi produk baik itu produk yang berupa

barang atau jasa. Menurut Tjiptono (2008:104) menyatakan merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut

–atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.

Menurut Kotler & Keller (2012:330) merek adalah nama, istilah, lambing, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari pesaing.

Berdasarkan definisi diatas, maka merek adalah suatu dimensi (nama kata, huruf, warna, lambang, atau kombinasi dari dimensi-dmensi tersebut) yang mendeferensiasikan barang atau jasa dari para pesaingnya yang dirancang sedemikian rupa sebagai identitas perusahaan

2.4.2 Unsur-Unsur Merek

Kotler & Keller (2012:335) mengungkap tentang unsur yang harus ada di dalam merek adalah:

1. Harus menyatakan sesuatu tentang manfaat produk

2. Harus menyatakan mutu produk. Seperti tindakan atau warna

3. Harus mudah diucapkan, dikenal, diingat, nama yang pendek akan lebih baik

4. Harus berbeda

5. Tidak boleh memiliki makna yang buruk di negara atau bahasa lain.

2.4.3 Tujuan Merek

Tjiptono (2008:106) menyatakan bahwa penggunaan merek memiliki berbagai macam tujuan, yaitu:

1. Sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan produk pesaing, sehingga pelanggan mudah mengenali dan melakukan pembelian ulang.

2. Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk (misalnya dengan bentuk desain dan warna-warni yang menarik).

3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta citra prestise tertentu kepada konsumen.

4. Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Artinya, dengan membangun merek yang terkenal, bercitra baik, dan dilindungi hak eksklusif berdasarkan hak cipta / paten, maka perusahaan dapat meraih dan mempertahankan loyalitas konsumen.

2.4.4 Tipe Merek

Whitwell, dalam Tjiptono (2008:539) menerangkan bahwa pemahaman mengenai peran merek tidak bisa dipisahkan dari tipe-tipe utama merek, karena masing – masing tipe memiliki citra merek yang berbeda. Ketiga tipe tersebut meliputi:

Yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan keyakinan / kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerap kali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara objektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung memiliki merek – merek yang dipersepsikan sesuai dengan kualitasnya.

2. Aspirational Brands

Yaitu merek – merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek yang bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak mengandung produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakian yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek semacam ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu. Dalam hal ini, status, pengakuan sosial, dan identitas jauh lebih penting daripada sekedar nilai fungsional produk.

3. Experience Brands

Mencerminkan merek – merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared associations and emotionals). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenaan dengan kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual. Kesuksesan sebuah experience brands ditentukan oleh kemampuan merek bersangkutan dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal.

2.5 Teori tentang Harga 2.5.1 Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:51) harga adalah sejumlah uang yang dibebasnkan atas satu produk atau jasa dari nilai yang di tukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Menurut Tjiptono (2008:151) harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2012:25) harga adalah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan konmunikasi membutuhkan banyak waktu.

Berdasarkan defenisi diatas diketahui bahwa harga merupakan unsur penting dalam sebuah perusahaan dan merupakan alat yang nantinya dijadikan proses pertukaran terhadap suatu barang atau jasa oleh konsumen.

Dalam menetapkan harga, faktor-faktor yang berpengaruh dalam penetapan harga tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Biaya menjadi batas bawah

2. Harga pesaing dan harga barang pengganti menjadi titik orientasi yang perlu dipertimbangkan perusahaan

3. Penilaian pelanggan terhadap tampilan produk yang unik dari penawaran perusahaan menjadi batas atas harga

Harga merupakan salah satu faktor penentu konsumen dalam menentukan suatu keputusan pembelian terhadap suatu produk maupun jasa. Apalagi apabila produk atau jasa yang akan dibeli tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan kebutuhan pokok lainnya, konsumen akan sangat memperhatikan harganya. Pengusaha perlu memperhatikan hal ini, karena dalam persaingan usaha, harga yang ditawarkan oleh pesaing bisa lebih rendah dengan kualitas yang sama atau bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga dalam penentuan harga produk atau jasa yang dijual, baik perusahaan besar maupun usaha kecil sekalipun harus memperhatikan konsumen dan para pesaingnya.

2.5.2 Tujuan Penetapan Harga

Mengacu pada pendapat Kotler dan Keller (2012 : 26) yang diterjemahkan oleh Molan, terdapat lima tujuan utama penetapan harga, antara lain:

1. Kelangsungan Hidup

Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi kelebihan kapasitas, persaingan yang sengit, atau keinginan konsumen yang berubah-ubah. Sejauh harga dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan tersebut dapat terus menjalankan bisnisnya.

2. Laba Maksimum Sekarang

Banyak perusahaan yang mencoba untuk menetapkan harga yang akan memaksimalkan laba sekarang. Perusahaan tersebut memperkirakan permintaan dan biaya yang terkait dengan harga laternatif dan memilih

harga yang menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat pengembalian investasi yang maksimum.

3. Pangsa Pasar Maksimum

Beberapa perusahaan yakin dengan volume penjualan yang tinggi akan menghasilkan biaya perunit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Perusahaan tersebut menetapkan harga yang paling rendah, dengan berasumsi bahwa pasar tersebut peka terhadap harga.Sehingga perusahaan dapat merebut pangsa pasar yang besar.

4. Menguasai Pasar Secara Maksimum

Perusahaan-perusahaan yang memperkenalkan teknologi baru lebih menyukai penetapan harga yang tinggi untuk menguasai pasar. Penguasaan pasar masuk akal dalam kondisi berikut: (1) sejumlah pembeli yang memadai memiliki permintaan sekarang yang tinggi; (2) biaya per unit untuk memproduksi volume yang kecil tidak terlalu tinggi sehingga dapat menunda keuntungan dengan mengenakan harga yang dapat diserap pasar; (3) harga awal yang tinggi tersebut tidak menarik lebih banyak pesaing ke pasar; (4) harga yang tinggi tersebut mengkomunikasikan citra suatu produk yang unggul.

5. Kepemimpinan Mutu Produk

Suatu perusahaan mungkin bermaksud untuk menjadi pemimpin mutu produk di pasar. Banyak merek berusaha keras untuk menjadi “barang

mewah yang dihasilkan”- produk-produk atau jasa yang bercirikan tingkatan yang tinggi soal mutu, selera, dan status yang dapat dirasakan, dengan harga yang cukup tinggi yang tidak di luar jangkauan konsumen.

2.6 Teori tentang Kualitas Produk 2.6.1 Pengertian Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2008:20), kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.

Kotler dan Keller (2012:153). “Kualitas produk (product quality) adalah kecocokan untuk digunakan, pemenuhan tuntutan.” Sedangkan menurut The American Society for Quality dalam Kotler dan Keller (2012:153) mendefinisikan kualitas adalah totalitas fitur produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu, kualitas berhubungan serat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Kualitas suatu barang atau jasa biasanya mengukur bagaimana barang atau jasa itu bekerja dengan baik dan berapa lama daya tahannya.

Dalam arti yang lebih sempit, kualitas bisa didefinisikan sebagai “bebas dari kerusakan.” Tetapi sebagian besar perusahaan yang berpusat pada pelanggan

melangkah jauh melampaui definisi sempit ini. Justru, mereka mendefinisikan kualitas berdasarkan penciptaan nilai dan kepuasaan pelanggan.

Kotler dan Keller (2012:198) berpendapat bahwa kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi. Dalam mengembangkan sebuah produk, mula-mula pemasar harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung positioning produk. Disini, kualitas produk berarti kualitas kinerja

kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya.

Di samping tingkat kualitas, kualitas tinggi juga berarti tingkat konsistensi kualitas yang tinggi. Disini, kualitas produk berarti pemastian kualitas—bebas dari kerusakan dan konsisten dalam menghantarkan tingkat kinerja yang ditargetkan. Semua perusahaan harus berusaha untuk mencapai tingkat kualitas kepastian yang tinggi.

2.6.2 Dimensi Kualitas

Menurut Tjiptono (2008:25) untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut:

1. Kinerja Produk

Kualitas produk yang berkaitan langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Ciri-ciri Produk

Merupakan aspek perfomansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3. Kehandalan

Berkaitan dengan kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu.

4. Kesesuaian Produk

Berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Daya Tahan Produk

Merupakan refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

6. Kualitas yang dipersepsikan

Merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.

7. Estetika

Daya tarik yang dimiliki produk terhadap panca indera 8. Kemampuan melayani

Meliputi kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan penanganan keluhan yang memuaskan.

2.7 Teori tentang Keputusan Pembelian 2.7.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Keller (2012:184 ) Keputusan Pembelian merupakan suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif. Keputusan pembelian menurut Schiffman Kanuk (2007:136) Pemilihan dari dua atau lebih alternatif pemilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang harus membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.

Keputusan pembelian merupakan suatu penentuan apa yang akan dibeli atau tidaknya oleh konsumen, keputusan didasarkan kepada hasil yang diperoleh

dari kegiatan atau aktivitas sebelum pembelian. Keputusan pembelian akan hadir dalam suatu proses pembelian setelah mempertimbangkan adanya kebutuhan yang dirasa konsumen dan adanya kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan sebelum pembelian serta besarnya jumlah kemampuan dana yang dimiliki.

Pemahaman mengenai keputusan pembelian konsumen meliputi bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan tidak menggunakan barang atau jasa.Memahami konsumen tidaklah mudah

Dokumen terkait