• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara, maka penulis menyampaikan beberapa saran kepada semua pihak, antara lain;

1. Untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran metode Amtsilati, hendaknya tempat pembelajaran Amtsilati mempunyai ruangan masing-masing agar para santri/siswa dapat lebih fokus dalam pembelajaran. Saran ini tidak hanya penulis ajukan pada pengurus pesantren tapi juga kepada pemerintah terkait, agar dapat membantu dalam proses konstruksi bangunan, guna lebih mengkondusifkan lingkungan pembelajaran. Selain itu juga, dalam sosialisasi metode Amtsilati agar lebih merata dan berkelanjutan, supaya para siswa yang belum tahu akan metode ini dapat mepelajari dan mempraktekannya.

2. Untuk pengajar dan pengurus pesantren, agar lebih mengontrol para santri supaya lebih teratur dan kondusif, mungkin penulis sarankan untuk lebih memperbanyak pengurus supaya pengawasan berjalan berjalan optimal. Selain itu juga, pendidikan yang dilakukan oleh pengajar dan pengurus agar menggunakan pendekatan persuasif supaya santri tidak merasa tertekan dan betah berada di dalam pesantren.

3. Untuk pemerintah baik itu Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama, agar lebih peduli akan metode ini dan dijadikan sebagai kurikulum nasional atau lokal, karena metode ini bagus untuk diterapkan di negara kita ini yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Metode ini sudah dikenal di luar negeri khususnya negara-negara tetangga, dan banyak pelaku pendidikan dari luar yang sengaja untuk mempelajari metode ini untuk diterapkan dinegaranya. Mungkin banyak kekurangan dalam penerapan metode ini, tapi tidak mustahil metode ini

akan diperbaiki dan diperbaharui agar metode ini relevan dengan pembelajaran-pembelajaran di sekolah-sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1966.

Arifin, Zainal. “Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru”, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Azzet Akhmad, Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Dharma, Kesuma. dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di Sekolah,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Emzir, “Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Hakim, Lukman. “Pembelajaran gramatika bahasa Arab bagi pemula: studi terhadap penerapan metode amtsilati di Pondok Pesantren Darul Falah

Bangsri, Jepara.” .Tesis Pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Hakim, Taufiqul. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional Berbasis Kompetisi dan Kompetensi,Jepara: PP Darul Falah, 2004.

Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013.

Hidayat, Adi.“Ma’rifatul Insan (Bimbingan al-Qur’an Menuju Insan Paripurna)”, Jakarta: Quantum Adi Karya, 2012.

Isna Aunillah,Nurla. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, Jakarta: Transmedia, 2011.

Maknun, Johar. “Pengembangan aplikasi edukatif Amtsilati berbasis multimedia.

Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Muchlas, Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Muhammad Amin, Maswardi.Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011.

Muslim, Abu. 1001 Pertanyaan Soal Jawab Agama, Jakarta, PT Gramedia, 2010.

Muttamaqin, Alek. “Atsaru istikhdamu thariqah Amtsilati fi ta’lim al-qawaid al-arabiyah (dirasah muqaranah).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam “Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, Jakarta: Islamic Research Publishing, 2010.

Putra Daulay, Haidar. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007.

Rama K, Tri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Surabaya: Karya Agung, t.t.

Ramdhani Umarela, Dadan. Penerapan Metode Amtsilati dalam Meningkatkan Baca Kitab Kuning (Studi KasusTerhadapPembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren AsSalafiyah Sukabumi), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Rijal Hamid, Syamsul. Buku Pintar Islam, Bogor: Cahaya Islam, 2011

Rosyad, Abdul. “Metode Amtsilati Dalam Proses Penerjemahan (Studi analisis buku

“Program pemula membaca kitab kuning” karya H. Taufiqul Hakim Jepara)”Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Sudjiono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Radja Grafindo persada, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Sulaiman, Rusydi. Nilai-Nilai Karakter Islam: Berhulu Dari Akhlak, Berhilir Pada Rakhmat, Bandung: Marja, 2013.

Syaodih Sukmadinata, Nana.“Metode Penelitian Pendidikan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Hidayatulloh, Saepul. http://idb4.wikispaces.com/file/view/an4003.pdf, 2 November 2013.

Ensiklopedia NU, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,40297-lang,id-c,nasional-t,Amtsilati++Metode+Baru+Ngaji+Nahwu-.phpx

78

A. Wawancara Sesi I (pertama)

Pewawancara : Aminudur Yusuf Putra Nara Sumber : Ustadz Malik, Ustadz Rifa’i

Hari/tanggal : Rabu, 19 Februari 2014/Selasa, 11 Februari 2014

Waktu : 17:15 WIB/21:27 WIB

Tempat : Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Jepara 1. Mengapa contoh-contoh dari kitab Amtsilati kebanyakan diambil

dari Al Qur’an? Apakah berhubungan juga agar para santri dapat

membaca, memahami, dan mengamalkan kandungan dari ayat-ayat tersebut!

2. Faktor apa saja yang mendukung dalam pembentukan akhlak/karakter pada pembelajaran Amtsilati ini!

3. Apa upaya para ustadz/guru dalam peningkatan akhlak/karakter santri di pesantren ini!

4. Bagaimana tindakan para ustadz dalam menghadapi perilaku santri yang melanggar terhadap peraturan pondok! Bagaimana juga menanggapi santri yang membandel atau yang sering melanggar tata tertib?

5. Bagaimana tanggapan ustadz dalam menaggapi santri yang berlatar belakang pendidikan umum atau sebelumnya belum pernah pesantren!

6. Kesulitan apa saja yang pernah dialami ustadz dalam menghadapi bermacam-macam santri yang berbeda karakter! 7. Mengenai metode Amtsilati sendiri, mengapa metode tersebut

dikatakan sebagai metode aktif, inovatif, dan kreatif dalam proses pembelajaran, jelaskanlah!

8. Bagaimana pendapat ustadz mengenai metode Amtsilati dalam penerapan pesan-pesan moral dan pembelajaran aktif!

9. Apakah ada dampak yang timbul dari pembelajaran dengan metode Amtsilati bagi keluarga, dan masyarakat sekitar? Jelaskanlah dampak tersebut!

10. Setelah tingkatan Amtsilati selesai selanjutnya santri masuk dalam program pasca Amtsilati, dalam program pasca Amtsilati materi apa sajakah yang diterapkan pada program tersebut, dan apa tujuan serta manfaatnya!

B. Wawancara Sesi II (ke-dua)

Pewawancara : Aminudur Yusuf Putra

Nara Sumber : Bapak H. Rabani (Warga sekitar pesantren) Hari/tanggal : Sabtu, 8 Februari 2014

Waktu : 19:17 WIB

Tempat : Kediaman bapak H. Rabani, Dk. Sidorejo, RT 03/12

1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai santri-santri Amtsilati, baik mengenai perilakunya, atau rasa sosialnya kepada masyarakat!

2. Bentuk perilaku sosial yang seperti apakah, dari santri Amtsilati kepada warga/masyarakat sekitar pesantren ini!

3. Bapak sebagai warga dan sekaligus pedagang yang sering berhadapan langsung dengan anak-anak santri, apakah bapak pernah mengalami atau menghadapi santri yang nakal, dan bentuk kenakalannya seperti apa? Serta tindakan apa yang bapak lakukan!

konstribusi yang telah warga dapat dari pesantren Amtsilati ini!

5. Dari sekian banyak santri, pernahkah bapak mengalami pengalaman yang sangat berkesan dari beberapa santri yang pernah bapak kenal/temui,? dan ceritakanlah pengalaman tersebut!

C. Wawancara Sesi III (ke-tiga)

Pewawancara : Aminudur Yusuf Putra

Nara Sumber : Muhammad Ma'mun (Santri) Hari/tanggal : Minggu, 9 Februari 2014

Waktu :14:15 WIB

Tempat : Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Jepara

1. Mengapa anda memilih pondok pesantren darul falah "Amtsilati" ini sebagai pesantren pilihan anda untuk menuntut ilmu!

2. Apakah anda merasakan ada perubahan setelah pesantren disini, baik dalam bidang pengetahuan dan pengamalan ibadah!

3. Apakah anda selalu mentaati peraturan-peraturan pesantren?

4. Apa pesan Kyai yang sangat berkesan dan sangat anda pegang dalam kehidupan anda?

5. Bagaimana pendapat anda mengenai metode Amtsilati! Apakah dengan belajar Amtsilati anda merasa lebih memahami ayat-ayat Al

Qur’an dan lebih semangat lagi mempelajari ilmu-ilmu gramatikal Arab atau nahwu dan sharaf?

6. Setelah anda belajar pada tingkatan pasca Amtsilati, apa yang anda dapat dari kelas pasca Amtsilati tersebut? Dan apakah anda menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari!

7. Menurut anda setelah anda belajar Amtsilati sampai tingkatan pasca Amtsilati, apa manfaat yang dirasakan setelah mendalami semuanya!

Data Hasil Wawancara

Menurut ustadz Malik (Ketua Dewan Pembina Ponpes Darul Falah) dan

Ustadz Rifa’I (Ketua daerah/komplek Surga Ma’wa) menjelaskan:

1. Dalam pertanyaan pertama mereka menjelaskan bahwa, ada beberapa alasan mengapa contoh-contoh dari kitab Amtsilati

kebanyakan diambil dari Al Qur’an, diantaranya sebagai berikut: a. Karena kebenaran Al Qur’an yang sudah valid

b. Al Qur’an juga sumber utama gramatikal Arab

c. Bacaan Al Qur’an sudah masyhur bagi kita semua

d. Supaya lebih mudah dalam membaca/mempraktekan dalam membaca tulisan arab beserta arti dan kedudukannya

e. Serta untuk mempermudah siswa membuat contoh kata dari bahasa Arab sendiri

Disamping itu, pembelajaran tajwid(latihan membaca Al Qur’an

dengan benar) juga diikut sertakan dalam pembelajaran Amtsilati.

2. Adapun faktor yang menunjang pembentukan akhlak/karakter dalam pembelajaran metode Amtsilati antara lain:

a. Faktor pembelajaran meliputi;

1) Pengajian kitab Akhlakul Lilbaniin sebagai pembelajaran/materi akhlak.

2) Adanya kitab Hidayatul Muta’alim, kitab tersebut adalah kitab pegangan wajib bagi santri yang berisi tentang pelajaran akhlak, tauhid, dan adab yang disusun dengan bentuk syair-syair, yang dimaksudkan agar mudah dihafalkan, dan kitab tersebut wajib dihafalkan.

3) Adanya buku sadar, buku tersebut adalah buku pegangan wajib bagi santri untuk menyadarkan santri yang melanggar peraturan, artinya buku tersebut berisi peringatan, teguran dan penilaian akhlak apabila ada santri yang melanggar. Buku tersebut di periksa satu hari sekali oleh ketua kamar, ketua kelas, dan guru, serta setiap tiga hari sekali di periksa oleh keamanan pusat

4) Selain itu, pengajian kitab-kitab akhlak dan fiqih lainnya pun rutin diikuti oleh santri PP Darul Falah, untuk lebih memahami dan mengamalkan akhlak-akhlak terpuji.

b. Faktor lingkungan termasuk yang mempengaruhi, karena penerapan beberapa aturan dan kegiatan-kegiatan Islami membimbing mereka supaya taat sesuai ajaran Islam. Hal tersebut menciptakan lingkungan yang Islami dan mendidik santri mempunyai kepribadian yang berilmu

dan berakhlak mulia. Ustadz Rifa’I menambahkan,

bahwa akhlak santri juga dinilai dengan penilaian tertulis yakni 9,1. Indikator dari penilaian tersebut diantaranya penilaian dari buku sadar, perilaku sehari-hari, akhlak terhadap guru, pembimbing, dan perilaku di kelas, dan juga salah satu faktor yang membentuk karakter Islami ialah keteladanan para guru, ustadz, senior, pengurus, dan pengasuh PP Darul Falah.

3. Berikut ini merupakan beberapa upaya pengurus pesantren dalam membimbing santri supaya berkarakter Islami:

a. Pengawasan terhadap santri/siswa oleh pengasuh pondok, dewan pembina, dan pengurus.

c. Memberikan contoh yang baik/teladan bagi santri/siswa pondok pesantren.

4. Tindakan para ustadz dalam menghadapi perilaku santri yang melanggar terhadap peraturan pondok diantaranya; melalui peringatan dengan lisan, skors selama 40 hari, dan dikeluarkan dari pesantren, adapun hukuman-hukuman yang lebih lengkapnya tercantum pada tata tertib pondok pesantren.

5. Tindakan para ustadz dalam menaggapi santri yang berlatar belakang pendidikan umum adalah dengan cara memberi motivasi, tidak terlalu menekankan akan peraturan yang ketat, membuat santri merasa nyaman berada di pesantren, misalnya seperti mengajak santri jalan-jalan, bermain sepak bola, mengadakan latihan hadrah, dll. Hal tersebut dilakukan pada saat libur mingguan. Setelah semua itu dilakukan maka tindakan selanjutnya diarahkan untuk kembali pada tujuan semula yakni mempelajari Amtsilati dengan system semula.

6. Kendala-kendala yang dihadapi para ustadz antara lain:

a. Menghadapi santri/siswa yang tidak betah tinggal di pesantren, karena santri tersebut biasanya santri tersebut sering melanggar peraturan. Solusinya adalah santri tersebut diperintahkan untuk membaca surat Yaasin di tengah lapangan.

b. Menghadapi santri/siswa yang tidak bisa membaca Al Qur’an karena syarat utama mempelajari Amtsilati ialah

bisa membaca Al Qur’an. Solusinya adalah santri

tersebut ditempatkan di kelas dasar, kelas tersebut adalah kelas bagi tahap pemula yang belum bisa membaca Al

c. Menghadapi santri/siswa yang tidak bisa berbahasa Jawa, karena dalam pembelajaran Amtsilati santri diharuskan menghafal syair-syair Jawa.

7. Metode Amtsilati termasuk metode yang aktif, inovatif, dan kreatif dalam proses pembelajaran karena santri/siswa dan ustadz/guru terlibat secara aktif dalam pembelajaran, melalui dialog yang terjadi antara santri dengan ustadz, serta santri dengan santri. Disamping itu santri juga diarahkan secara aktif untuk berkompetisi dalam kenaikan kelas, yakni kompetisi dalam tes lisan dan tes tulisan, siapa yang sudah menguasai materi maka boleh untuk melaksanakan tes. Metode ini dikatakan inovatif karena metode ini adalah metode baru dalam pembelajaran tata bahasa Arab yang di kembangkan dan dikolaborasikan dari metode klasik ala pesantren dan metode pembelajaran aktif. Metode ini juga dikatakan metode yang kreatif karena metode ini mengarahkan santri/siswa untuk kreatif membuat contoh-contoh dari kata bahasa Arab yang benar atau sesuai kaidah tata bahasa Arab. Selain itu, santri yang mempelajari metode Amtsilati tidak hanya faham dengan penjelasan ustadz, tapi juga hafal dan lancar dalam materi Amtsilati.

8. Dalam metode Amtsilati terdapat penerapan pesan-pesan moral kepada santri, diantaranya adalah pada kitab Amtsilati tercantum

ayat Al Qur’an yang sudah diberi arti, dan arti tersebut

mengandung nasihat dan peringatan. Dalam proses pembelajaran Amtsilati, para ustadz juga sering memberikan nasihat atau saling sharing/tukar pikiran ditujukan supaya santri dapat termotivasi dan bersemangat kembali untuk belajar.

9. Manfaat dari metode Amtsilati ialah santri/siswa akan terbentuk akhlaknya, terbiasa dengan perilaku yang baik, dan mempunyai

pengetahuan syariat yang cukup matang. Selain itu, kepribadian santri juga akan berdampak positif bagi lingkungan sekitar, baik itu dalam lingkungan keluarga atau lingkungan yang lebih luas lagi.

10.Berikut ini merupakan program pasca Amtsilati, antara lain;

 Program Bahasa Inggris, dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan

 Program Bahasa Arab, dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan

 Fan Thoharoh, dengan jangka waktu 6 (enam) bulan.

Kitab yang dikaji meliputi Fathul Mu’in, Fathul Qarib,

Fathul Wahab, Mukhtashar.

 Fan Ubudiyah(Ibadah), dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah menghafalkan kitab Fathul Qarib.

 Fan Mu’amalah(Jual-beli), dengan jangka waktu 9 (sembilan) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar

dari kitab Fathul Mu’in.

 Fan Munakahat(Nikah), dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul

Mu’in.

 Fan Jinayat(Hukum) dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul

Mu’in.

 Fan Tafsir, dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya

Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak H. Rabani. Bapak H. Rabani atau sering disapa bapak Bani adalah warga sekitar pesantren yang bekerja sebagai pedangang di pondok pesantren Darul Falah.

1. Menurut beliau perilaku santri Darul Falah bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang kurang baik, tapi mayoritas santri memiliki perilaku yang baik. Disamping itu, santri juga aktif bersosialisasi dengan masyarakat.

2. Berikut merupakan contoh peran sosial yang dilakukan santri Amtsilati terhadap lingkungan masyarakat. Diantaranya melakukan kerja bakti bersama warga, mengadakan pengurusan jenazah apabila ada warga yang meninggal dunia, dan disamping itu santri juga turut andil dalam kegiatan peringatan hari besar Islam, seperti maulid

Nabi Muhammad SAW, Idhul Qurban, Isra’ Mi’raj Nabi

Muhammad SAW, dll.

3. Menurut beliau kenakalan-kenakalan yang dilakukan santri masih dianggap berada dalam batas kewajaran/normal, adapun kenakalannya seperti mengambil jajan tanpa membayarnya atau yang sering disebut dengan istilah mengutil. Tindakan yang beliau lakukan apabila mengetahui hal tersebut adalah menasihati santri tersebut.

4. Kontribusi yang telah diberikan oleh Pondok Pesantren Darul Falah kepada masyarakat desa diantaranya sumbangan dalam pembangunan jembatan, perbaikan jalan, perbaikan saluran air, pembangunan masjid, dan musholla. Selain itu bantuan juga diberikan tidak hanya pada aspek pembangunan, tapi dalam bentuk sosial kemanusiaan, seperti bantuan kepada fakir, miskin, anak yatim, dan lansia.

5. Menurut baliau, pengalaman yang paling berkesan dengan santri Amtsilati, itu belum pernah beliau temui, tapi kebanyakan santri Amtsilati berkepribadian baik, suka membantu, sopan, dan ramah. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan

Muhammad Ma'mun. Ma’mun adalah santri Darul Falah, dia sudah 6

(enam) tahun menuntut ilmu di pondok pesantren Darul Falah, dan sekarang dia menjabat sebagai pengurus pesantren.

1. Menurut penuturannya, dia masuk ke pondok pesantren Darul Falah pada saat masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Dia mondok di Darul Falah Amtsilati karena kehendak orang tuanya, dan pada saat itu dia hanya menuruti keinginan orang tuanya tanpa berfikir untuk memilih pesantren atau menolak keinginan dari orang tuanya. Ternyata setelah dia belajar di pesantren Darul Falah, dia merasa sangat bersyukur mendapatkan banyak manfaat, baik manfaat bagi diri sendiri maupun bagi keluarga.

2. Selama menuntut ilmu di pesantren Darul Falah, Muhammad

Ma’mud merasa banyak sekali manfaat, ilmu, serta pengalaman yang sudah di dapatnya. Tapi dibalik itu semua, dia mengatakan

dengan bijaknya “walaupun kita sudah lama belajar tapi kita tidak boleh merasa sudah pintar, dan dalam persoalan ibadah saya tidak berani menilai diri saya sendiri, bahwa saya sudah merasa cukup dalam ibadah saya”.

3. Dalam persoalan tata tertib pondok pesantren, dia mengutarakan bahwa sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, adakalanya dia melanggar beberapa peraturan pesantren. Tapi sebagaimana manusia yang sudah mengetahui baik dan buruk suatu keadaan dia selalu berusaha untuk dapat menaati peraturan yang ada di pondok pesantren Darul Falah.

4. Menurut saudara Ma’mun selama di pondok pesantren Darul Falah

Amtsilati ada pesan dari Romo Yai(KH. Taufiqul Hakim) yang selalu diingat dan dijadikan sebagai prinsip dalam kehidupannya, pesannya ialah masa depan yang hakiki adalah waktu sekarang, karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa diulang kembali dan waktu kemudian belum tentu mengalaminya. Inti dari pesan tersebut ialah supaya kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin, gunakan waktu untuk hal yang bermanfaat dan beribadah kepada Allah SWT. 5. Menurut saudara Ma’mun, mengenai program Amtsilati adalah

program paling baik bagi pemula untuk memahami tata bahasa Arab(nahwu dan shorof). Disamping itu, mempelajarinya juga dapat mengatahui ilmu-ilmu keislaman lain, contohnya tajwid, karena mempelajari ilmu nahwu dan shorof dapat menjadikan kunci untuk membuka ilmu-ilmu keislaman yang lain.

6. Berikut merupakan keterangan saudara Ma’mun mengenai pelajaran

yang ia dapat setelah menempuh pendidikan lanjutan program Amtsilati atau pada program pasca Amtsilati. Diantaranya mendapat pengetahuan di bidang Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Tarikh Islam, Akhlak, Tauhid, dan Tafsir. Saudara Ma’mun juga menambahkan

bahwa semakin dia tahu akan ilmu maka akan semakin termotivasi dalam mempelajari ilmu-ilmu tersebut dan dia akan mencoba berusaha dalam mengaplikasikan pada kehidupannya.

7. Menurut saudara Ma’mun, manfaat yang di dapat selama belajar di pondok pesantren Darul Falah ialah menjadi lebih mengetahui tentang ajaran Islam, lebih termotivasi dalam beribadah, lebih banyak pengetahuan, dan pengalaman.

Data Angket Pembentukan Karakter

a. Aspek Kejujuran

Tabel lamp.1

1. Mengenai kejujuran pada saat ujian No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1 Selalu 12 60% 2 Sering 7 35% 3 Kadang-kadang 1 5% 4 Tidak Pernah - - Jumlah 20 100%

Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 60% menyatakan selalu bertindak jujur atau tidak mencontek pada saat ujian. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering, artinya mereka pernah sesekali berbuat curang dalam ujian. Sebagian kecil yakni 5% menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas santri/siswa bersikap jujur pada saat ujian.

Tabel lamp.2

2. Mengenai perkataan santri/siswa pada saat transaksi membeli barang No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1 Selalu 14 70% 2 Sering 3 15% 3 Kadang-kadang 3 15% 4 Tidak Pernah - -

Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas respondenyakni 70% menyatakan selalu bersikap jujur terhadap transaksi pembelian suatu barang, artinya santri/siswa tidak melakukan kecurangan dalam proses pembelian barang. Hanya sebagian kecil responden yakni 15% menyatakan sering, dan kadang-kadang, serta 0% menyatakan tidak pernah. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa mayoritas santri/siswa bersikap jujur dalam transaksi pembelian suatu barang, yang pada umumnya kebiasaan santri melakukan tindakan curang dalam pembelian barang.

Tabel lamp.3

3. Mengenai pernyataan santri/siswa pada saat meminjam barang No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1 Selalu 13 65% 2 Sering 5 25% 3 Kadang-kadang 2 10% 4 Tidak Pernah - - Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden

Dokumen terkait