• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan fumed silica dalam usaha pembuatan lateks pravulkanisasi berprotein rendah. Teknik pembuatan dispersi fumed silica perlu dikaji untuk menghasilkan dispersi

fumed silica yang baik dan diduga berpengaruh terhadap kinerjafumed silica

bahan pendispersi yang lebih baik dan formulasinya maupun peningkatan konsentrasi dispersi fumed silica yang dihasilkan. Dalam pemilihan bahan pendispersi perlu diperhatikan karakteristiknya dalam hal jenis gugus aktif permukaannya, nilai HLB maupun ukuran partikelnya. Hal lain yang perlu dilihat adalah modifikasi proses pembuatan lateks pravulkanisasi berprotein rendah yang dilakukan serta penggunaanfumed silica dengan ukuran partikel yang lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Abednego, J.G. 1975. Dasar-dasar Teknologi Karet. Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor

Alfa, A.A. 2001. Bahan Kimia Untuk Kompon.di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi Karet Padat. Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor

. 2001. Pengembangan Proses Pembuatan Karet Alam Berprotein Sangat Rendah.Laporan Akhir Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor

Amdur, S. 1999. Removing Natural Latex Proteins From Dipped Rubber Goods With Fumed Silica Additives. Paper Presentation. Polymerim Corporation. Indianapolis, Indiana

Anand, J. dan M.D. Morris. 1997. Reinforcement of Latex With Fumed Silicas.

Rubber and Plastics News, March 10

Archer, B.L., B.G. Audley, G.P. Mc Sweeney and T.G. Hong. 1969. Studies of Composition of Latex Serum and Bottom Fraction Particles. J.Rubb.Res.Inst.Malaya, 21(4), 560-569. di dalam Soeseno, S.R. 1980. Studi Mengenai Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penggumpalan Lateks Skim dengan Serum Lateks serta Peningkat Mutu Karet Skim. Universitas Padjadjaran

Barron, H. 1947. Modern Rubber Chemistry. Hutchinson s Scientific and Technical Publication. London

Blackley, D.C. 1966. High Polymer Latices Their Science and Technology, Fundamental Principles, Vol. I. McLaren and Sons Ltd. London

. 1966. High Polymer Latices Their Science and Technology, Testing and Applications, Vol. II. McLaren and Sons Ltd. London

Cabot Corporation. 2000. Cab-O-Sil® Untreated Fumed Silica, Properties and Functions.Material Information Sheet. Cabot Corporation.

. 2005. Fumed Silica and Fumed Alumina in Coatings Applications.

Product Guidance. Cabot Corporation.

Dawson, T.R. dan B.D. Porritt. 1935. Rubber Physical and Chemical Properties. The Research Association of British Rubber Manufactures. England

Dzikowicz, B. 2003. Latexes. di dalam Delvecchio, R.J. Ed. 2003. Fundamentals of Rubber Technology. R.T. Vanderbilt Company, Inc. Norwalk

Freundlich, H. 1935. The Chemistry of Rubber. Methuen Co. LTD, London. Gorton, A. D. T. 1979. The Production and Properties of Prevulcanized Natural

Goutara, B, Djatmiko dan W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet I. Agroindustri Press. Bogor

Handoko, B. 2002. Pengolahan Lateks Pekat.di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi dari Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor

. 2002. Proses Pembuatan Barang Jadi Lateks. di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi dari Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor

Hong, T.N., N. Ichikawa, F.W. Kong, S. Nakade, Y. Miyamoto dan A. Kawasaki. 1997. Highly Deproteinized Natural Latex Examination Glove Production.

International Rubber Conference 1997, 331-334.

Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks. di dalam Kursus Pengolahan Barang Jadi Karet. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor.

Hum, L.E. 1975.Project Study on Latex Dipping and Glove Manufacture. Rubber Research Institute of Malaysia, 5-13. Kuala Lumpur.

Jodingrer, A. 1996. Cab-O-Sperse for Proteins Reduction and Reinforcement of Latex Articles. di dalam Thiangchanya, A., C. Siri-upathum, N. Na-ranong and M. Sonsuk. 2003. Improvement of RVNRL Film Properties by Adding Fumed Silica and Hydroxy Apetite. J.Sci.Technol., 25(1), 53-61

Klinpituksa, P., P. Wongboontarig dan Y. Che-rong. 1999. http://www.clib.psu.-ac.th/academic/kapairo2.htm

McGlothin, M.W. 1998. Accelerator Free Curing of Dip Molded Latex Film. Medical Technologies Inc. San Diego.

Ng, K.P, E. Yip dan K.L. Mok. 1994. Production of Natural Rubber Latex Gloves with Low Extractable Protein Content: Some Practical Recomendations.

J.nat.Rubb.Res., 9(2), 87-95

Raghavan, S.R., H.J. Walls and S.A. Khan. 2000. Rheology of Silica Dispersions in Organic Liquids: New Evidence for Solvation Forces Dictated by Hidrogen Bonding.Langmuir 2000, 16, 7920-7930

Rahmawati, Y. 2005. Penurunan Kadar Protein Lateks Secara Enzimatis Dalam Pembuatan Lateks DPNR (Deproteinized Natural Rubber). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Said, M.MD., K.P. Ng, H. Hasma, K.L. Mok, M. Asrul, P.F. Lai dan S. Saadiah. 2004. Low Protein Natural Rubber Latices.J.Rubb.Res.,7(1), 30-55

Southron, W. A. 1969. Physiology of Hevea (Latex flow). J.Rubb.Res.Inst. Malaya., 21 (4), 496-504. Kuala Lumpur

Standar Nasional Indonesia. 1992.Lateks Pekat Karet Alam Pusingan dan Dadih Tipe Pengawet Amonia. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta

Suparto, D. 2002. Pengolahan Lateks Kebun. di dalam Kursus Teknologi Barang Jadi dari Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor

Suparto, D dan B. Handoko. 2006. Peluang Industri Lateks Pekat, Faktor Penentuan Mutu dan Diversifikasi. Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor Thiangchanya, A., C. Siri-upathum, N. Na-ranong and M. Sonsuk. 2003.

Improvement of RVNRL Film Properties by Adding Fumed Silica and Hydroxy Apetite.J.Sci.Technol., 25(1), 53-61

Webster, C. C dan W. J. Baulkwill. 1989. Rubber. John Wiley and Sons, Inc. New York

Wen, J. 2000. Fumed Silica Controls Rheology of Adhesives and Sealants. Cabot Corporation

Wikipedia. 2006. Vulcanization. di dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Vul-canization

Lampiran 1. Karakteristik fumed silica komersial Cab-O-Sil Tipe M-5 produksi Cabot Corporation

Spesifikasi Cab-O-Sil M-5

Luas permukaan 200 m2/g

pH (4% larutan) 3,7-4,3

Residu pada 325 mesh (44 mikron) maks. 0,02%

Densitas kamba 3,0 lb/ft2

Kehilangan pada pemanasan maks 1,5%

Specific gravity 50 g/l

Berat per gallon 8 oz.

Indeks refraktif 1,46

Bentuk pada sinar-x amorf

Kadar (%SiO2) >99.8%

Adsorpsi minyak 350 g/100 g minyak

Rata-rata ukuran partikel 0,2-0,3 mikron Sumber: Cabot Corporation (2006)

Lampiran 2. Prosedur pengujian sampel lateks

1. Penentuan Kadar Karet Kering (ASTM D-1076-97)

Penetapan kadar karet kering lateks diawali dengan penimbangan sampel lateks sebanyak 10 gram di dalam cawan alumunium. Bobot sampel tersebut dicatat sebagai nilai W1. Sampel lateks selanjutnya ditambahkan aseton dan diaduk hingga menggumpal yang ditandai dengan terbentuknya serum yang jernih. Gumpalan tersebut kemudian digiling hingga membentuk lembaran tipis krep dengan ketebalan sekitar 0,6-1 mm. Lembaran krep tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 70°C selama 1 jam. Lembaran krep yang sudah kering tersebut kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan selanjutnya ditimbang bobotnya yang dicatat sebagai nilai W2. Kadar karet kering (KKK) dihitung sebagai,

KKK =

2. Penentuan Kadar Jumlah Padatan (ASTM D-1076-97)

Penetapan kadar jumlah padatan dilakukan dengan mempersiapkan sejumlah sampel lateks dalam botol timbang dan dicatat bobot keseluruhannya. Sebanyak 2-3 gram sampel leteks tersebut kemudian dituangkan di dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobotnya (W3). Bobot botol timbang dan sampel lateks yang tersisa ditimbang kembali dan dicatat. Sampel lateks analisis dihitung sebagai selisih bobot botol timbang dan sampel lateks awal dan akhir serta dicatat sebagai nilai W1. Sampel lateks di dalam cawan selanjutnya ditambahkan aquades dan digoyangkan untuk meratakan sampel lateks pada permukaan cawan. Cawan dan sampel lateks tersebut kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 2 jam. Selanjutnya cawan dan sampel yang telah kering didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Cawan dan sampel kering tersebut ditimbang dan dicatat bobotnya sebagai nilai W2. Kadar jumlah padatan (KJP) sampel lateks dihitung sebagai berikut.

W1 W2

Lampiran 2. (lanjutan)

KJP =

3. Penentuan Kadar Nitrogen (SNI 06-1903-2000)

Sampel lateks kering ditimbang sebanyak ± 0,1 gram dengan ketelitian 0,1 mg dan dicatat sebagai nilai A. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan di dalam labu mikroKjeldahl dan ditambahkan ± 0.65 gram katalis selenium serta 2,5 ml larutan H2SO4 pekat. Sampel kemudian didestruksi hingga bewarna hijau atau bening. Kemudian sampel didinginkan dan diencerkan dengan 10 ml aquades. Larutan dipindahkan ke dalam alat destilasi dan dibilas dua atau tiga kali dengan 3 ml air suling, selanjutnya ditambahkan 5 ml NaOH 67 persen.

Uap air dialirkan melewati alat destilasi dan destilat ditampung ke dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 2 persen dan dua sampai tiga tetes indikator. Destilat dititrasi menggunakan larutan H2SO4 0,01 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna destilat dari hijau menjadi ungu muda dan volume titrasi dicatat sebagai Vs. Blanko dibuat dengan cara yang sama menggunakan semua pereaksi tanpa sampel karet dan volume titrasinya dicatat sebagai Vb. Kadar nitrogen dihitung sebagai berikut.

Kadar nitrogen =

4. Penentuan Bilangan KOH (ASTM D-1076-97)

Sejumlah lateks setara 50 gr padatan ditimbang di dalam gelas piala 400 ml dan dicatat sebagai W. Sampel lateks ditentukan pH-nya menggunakan pHmeter dan suhu pengukuran dicatat (23 ± 1°C untuk penentuan pH). Formaldehida 5 persen ditambahkan ke dalam sampel lateks hingga kadar amonia sampel lateks mencapai 0,5 persen terhadap fasa air dan volume penambahan tersebut dicatat sebagai Vf. Selanjutnya air suling ditambahkan hingga KJP lateks 30 persen dan volume penambahan dicatat sebagai Va. A (mgr) (Vs-Vb) x 0,01 x 14 x 100% W1 W2 W3 x 100%

Lampiran 2. (lanjutan)

Sampel lateks kemudian diukur pH-nya dengan pHmeter dan perlahan-lahan ditambahkan 5 ml larutan KOH sambil diaduk, setelah 10 detik pH diukur kembali. Pengukuran diulang pada setiap penambahan 1 ml larutan KOH dan penambahan diakhiri pada saat perubahan pH mencapai nilai maksimum, serta dicatat volumenya sebagai V. Rumus yang digunakan dalam penentuan bilangan KOH, yaitu

Penimbangan lateks W = 100 x 50/KJP

Volume formaldehida yang dibutuhkan

Vf =

Volume aquades yang dibutuhkan

Va =

Bilangan KOH

Bilangan KOH =

5. Penentuan Kadar Koagulum (ASTM D-1076-97)

Sebelum digunakan penyaring dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dibakar pada nyala bunsen. Kemudian penyaring dicuci kembali dengan aquades hingga benar-benar bersih dan dikeringkan di dalam lemari pengering. Penyaring selanjutnya didinginkan di dalam desikator dan ditimbang pada neraca dengan ketelitian 0,1 mg, serta dicatat sebagai Wp.

Sebanyak ± 200 gr sampel lateks (W) dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml dan ditambahkan 200 ml larutan kalium oleat 5 persen, serta diaduk hingga homogen. Campuran tersebut disaring dengan penyaring yang telah disiapkan dan cuci bagian yang tidak tersaring dengan kalium oleat hingga bersih dari lateks. Koagulan yang tersaring kemudian dicuci dengan aquades 189 {(0,5 x KJP) + (100 x %NH3) 50} x W 30 100 x 50 - (W + Vf) W x KJP 561 x V x N

Lampiran 2. (lanjutan)

hingga air cucian tidak merubah warna kertas lakmus. Penyaring berisi koagulum dikeringkan di dalam oven pengering pada suhu 70°C. Penyaring dan koagulum yang telah kering didinginkan di dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Pengeringan diulangi selama 15 menit dan ditimbang kembali hingga bobot tetap (perubahan bobot tidak lebih dari 1 mg), serta dicatat sebagai Wk. Perbedaan bobot penyaring berisi koagulum kering dan bobot penyaring awal merupakan bobot dari koagulum.

Kadar jumlah koagulum =

6. Penentuan Bilangan Asam Lemak Eteris (ALE) (ASTM D-1076-97)

Sampel ditimbang sebanyak 50 ± 0,2 gr lateks dalam gelas piala 250 ml. Kemudian ditambahkan 50 ml larutan amonium sulfat 35% dan diaduk. Campuran tersebut dipanaskan pada penangas air dengan suhu 70°C selama 3-5 menit hingga terbentuk gumpalan sempurna. Saring serum ke dalam erlenmeyer 50 ml kemudian diambil sebnyak 25 ml ke dalam erlenmeyer 50 ml yang telah berisi 5 ml asam sulfat (2 + 5) dan diaduk. Pipet 10 ml campuran tersebut dimasukkan ke dalam tabung penyuling Markham dan ditambahkan 1 tetes silikon antibusa.

Tabung Markham ditutup dan dialirkan uap air 100°C dari pembangkit uap ke dalam penyuling Markham. Sulingan ditampung ke dalam erlenmeyer berskala hingga didapatkan 100 ml sulingan, kemudian dialirkan udara bebas CO2 selama 3 menit. Indikator brom timol biru ditambahkan sebanyak 1 tetes ke dalam sulingan tersebut dan dititar dengan larutan Ba(OH)2 hingga berubah warna menjadi biru muda dan tidak berubah selama 10-20 detik. Volume penitar dicatat sebagai Vs. Blanko dibuat dengan aquades 20 ml dan semua pereaksi yang digunakan, serta volume titrasi dicatat sebagai Vb. Bilangan ALE ditentukan menggunakan persamaan berikut.

W Wp - Wk

Lampiran 2. Prosedur pengujian sampel lateks (lanjutan)

S =

Bilangan ALE =

dimana,

N = normalitas barium hidroksida

7. Penentuan Waktu Kemantapan Mekanik (WKM) (ASTM D-1076-97)

Sebanyak 100 ml lateks yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kadar jumlah padatan sampel kemudian diturunkan menjadi 55 ± 0,2 persen dengan penambahan amonia 1,6% (untuk lateks amonia tinggi) atau amonia 0,6% (untuk lateks amonia rendah). Sampel lateks dipanaskan hingga suhunya mencapai 36-37°C kemudian disaring dengan penyaring 180 ke dalam kontainer hingga diperoleh 80 gr filtrat. Kontainer berisi sampel diletakkan pada alat Klaxon dan diaduk pada laju 14 000 ± 200 rpm, bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch. Sambil tetap diaduk, setiap 15 detik sampel diambil dengan menyentuhkan kaca pengaduk ke dalam lateks kemudian diteteskan ke dalam pinggan petri yang telah berisi air. Keadaan lateks diamati pembentukan flokulatnya, apabila telah terbentuk flokulat berupa bintik putih yang tidak terpecahkan oleh goyangan, maka pengujian dihentikan bersama-sama dengan mematikan stopwatch. Penentuan ini dikerjakan duplo dengan perbedaan hasil kurang dari 5%. Waktu yang tercatat kemudian di rata-rata dan ditentukan sebagai WKM. Volume penambahan amonia (V)

V = KJP x W 561 x (Vs Vb) x N 1,02 x 2 100 - KKK (50 + S) x 3 50 - 25 W = 55 (100 x KJP) - 100

Lampiran 2. (lanjutan)

8. Viskositas Brookfield (BPTK Bogor)

Viskositas lateks ditetapkan dengan alat viskosimeter Brookfield

model LVF. Sebanyak 200 ml contoh dituang dalam gelas piala 250 ml, kemudian diletakkan pada alat viskosimeter. Spindle yang sesuai dipasang pada viskosimeter kemudian alat viskosimeter dijalankan dengan kecepatan putaran tertentu. Kekentalan dapat dibaca setelah alat dikunci dan dihentikan. Penetapan viskositas dilakukan melalui persamaan berikut.

= a x f dimana,

= viskositas Brookfield sampel lateks a = hasil pembacaan pada alat

f = faktor pengali berdasarkan nomorspindle dan kecepatan putar

Faktor pengali (f) untuk setiapspindle dan rpm yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Faktor pengali pada uji viskositas Kecepatan Putaran (rpm) Nomor Spindle 6 12 30 60 1 10 5 2 1 2 50 25 10 5 3 200 100 40 20 4 100 500 200 100

Lampiran 2. (lanjutan)

9. Kadar Alkalinitas

Sebanyak ± 5 g lateks dimasukkan ke dalam erlenmeyer asah 50 ml kemudian dilakukan penimbangan. Lateks dituangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml berisi 100 ml aquades. Erlenmeyer asah berisi lateks ditimbang kembali untuk mengetahui bobot sampel yang diukur dan dicatat sebagai W. Indikator metil merah 0,10% (dalam alkohol) ditambahkan sebanyak 6 tetes. Selanjutnya sampel dalam erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan HCL 0,1N hingga berubah warna dari kuning muda menjadi merah muda seulas. Volume titrasi dicatat sebagai V. Kadar alkalinitas dihitung dengan persamaan berikut.

Kadar NH3 (%) = dimana, N = normalitas larutan HCl W (mg) 17 x V x N x 100%

Lampiran 3. Rekapitulasi hasil penelitian Fumed silica, % (b/b) 0 1 3 Penganceran, % TP 50 30 20 50 30 20 50 30 20 Ulangan 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Kadar nitrogen, % 0,47 0,42 0,29 0,17 0,18 0,21 0,50 0,38 0,18 0,17 0,20 0,17 0,40 0,4 0,16 0,18 0,16 0,23 Kadar jumlah padatan, % 51,36 51,45 58,65 58,02 57,89 55,25 47,23 48,14 61,11 61,18 60,06 53,25 44,25 42,11 65,08 63,57 56,00 56,12 Kadar alkalinitas, % 0,61 0,61 0,17 0,17 0,12 0,11 0,57 0,57 0,13 0,15 0,11 0,11 0,53 0,49 0,12 0,08 0,1 0,07 Bilangan KOH, gr KOH per 100 jumlah padatan 0,565 0,508 0,236 0,26 0,246 0,23 0,67 0,635 0,268 0,224 0,128 0,273 0,804 0,735 0,222 0,217 0,243 0,273 Kadar koagulum, 0,1 0,58 0,26 0,29 0,057 0,05 0,06 0,19 0,16 0,18 0,074 0,04 0,1 0,18 0,43 0,33 0,066 0,08 Viskositas, cP 221 185 7.670 1.136 1.152 2.980 306,5 222 3.000 6.190 790 960 421,5 272,5 3.100 7.830 1.010 1.690 Waktu Kemantapan mekanik, detik 1.800 1.800 1.800 1.800 1.530 1.500 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800 58

Lampiran 4. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai kadar nitrogen

Hasil analisis ragam (ANOVA) kadar nitrogen

df SS MS F P Konsentrasi 2 0,003811 0,001906 0,89 0,444 Pengenceran 2 0,224044 0,112022 52,37 0,000 Konsentrasi*Pengenceran 4 0,003189 0,000797 0,37 0,823 Galat 9 0,019250 0,002139 Total 17 0,250294

Lampiran 5. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai kadar jumlah padatan

Hasil analisis ragam (ANOVA) kadar jumlah padatan

df SS MS F P Konsentrasi 2 2,645 1,322 0,39 0,690 Pengenceran 2 592,399 296,200 86,75 0,000 Konsentrasi*Pengenceran 4 101,551 25,388 7,44 0,006 Galat 9 30,729 3,414 Total 17 727,324

Lampiran 6. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai kadar alkalinitas

Hasil analisis ragam (ANOVA) kadar alkalinitas

df SS MS F P Konsentrasi 2 0,01361 0,00681 26,63 0,000 Pengenceran 2 0,78951 0,39476 1544,70 0,000 Konsentrasi*Pengenceran 4 0,00249 0,00062 2,43 0,123 Galat 9 0,00230 0,00026 Total 17 0,80791

Lampiran 7. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai bilangan KOH

Hasil analisis ragam (ANOVA) bilangan KOH

df SS MS F P Konsentrasi 2 0,017368 0,008684 4,60 0,042 Pengenceran 2 0,698435 0,349218 185,14 0,000 Konsentrasi*Pengenceran 4 0,041342 0,010335 5,48 0,016 Galat 9 0,016977 0,001886 Total 17 0,774122

Lampiran 8. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai kadar koagulum

Hasil analisis ragam (ANOVA) kadar koagulum

df SS MS F P Konsentrasi 2 0,0003643 0,0001822 1,23 0,337 Pengenceran 2 0,0014169 0,0007084 4,79 0,038 Konsentrasi*Pengenceran 4 0,0006573 0,0001643 1,11 0,409 Galat 9 0,0013320 0,0001480 Total 17 0,0037705

Lampiran 9. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi penambahanfumed silica

dan pengenceran terhadap nilai viskositas

Hasil analisis ragam (ANOVA) viskositas

df SS MS F P Konsentrasi 2 701766 350883 0,08 0,924 Pengenceran 2 67076834 33538417 7,63 0,012 Konsentrasi*Pengenceran 4 2038038 509509 0,12 0,974 Galat 9 39552839 4394760 Total 17 109369476

Lampiran 10. Karakteristik lateks pravulkanisasi rendah protein hasil percobaan dan karakteristik lateks pravulkanisasi rendah protein produksi RRIM Karakteristik Lateks Pravulkanisasi Berprotein Rendah Kadar Nitrogen, % Kadar Jumlah Padatan, % Kadar Alkalinitas, % WKM, detik Bil.KOH, gr KOH dlm 100 gr JP Kadar Koagulum, % Viskositas Lateks, cP 05 0,45 51,41 0,61 >1.800 0,537 0,340 203 15 0,44 47,69 0,57 >1.800 0,653 0,125 264,3 35 0,40 42,32 0,51 >1.800 0,770 0,140 347 03 0,23 58,34 0,17 >1.800 0,248 0,275 4.403 13 0,18 61,15 0,14 >1.800 0,246 0,170 4.595 33 0,17 64,33 0,10 >1.800 0,220 0,380 5.465 02 0,20 56,66 0,12 1.515 0,238 0,054 2.066 12 0,19 56,06 0,11 >1.800 0,201 0,057 875 32 0,20 58,34 0,09 >1.800 0,258 0,073 920 RRIM 0,20 65,40 0,71 840 - 0,070 -Keterangan:

05 = penambahanfumed silica 0% dan tanpa pengenceran 15 = penambahanfumed silica1% dan tanpa pengenceran 35 = penambahanfumed silica 3% dan tanpa pengenceran 03 = penambahanfumed silica 0% dan pengenceran 30% 13 = penambahanfumed silica 1% dan pengenceran 30% 33 = penambahanfumed silica 3% dan pengenceran 30% 02 = penambahanfumed silica 0% dan pengenceran 20% 12 = penambahanfumed silica 1% dan pengenceran 20% 32 = penambahanfumed silica 3% dan pengenceran 20% RRIM =Rubber Research Institute of Malaysia

Dokumen terkait