BAB V PENUTUP
B. Saran-Saran
1. Saran Untuk Manajemen Perbankan Syariah Indonesia
Manajemen perbankan syariah harus mengontrol variabel-variabel kinerja pembiayaan dan volume transaksi untuk mencapai tingkat efisiensi fungsi intermediasi bank yang diharapkan. Dengan memperhatikan kondisi eksternal makro ekonomi dan kebijakan otoritas moneter, dan juga kondisi internal operasi usaha perbankan syariah. Walaupun inflasi tidak begitu mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan syariah, tetapi tidak ada salahnya apabila perbankan syariah selalu siap untuk menghadapi keadaan ekonomi yang paling buruk sekalipun.
Penyaluran dana dengan basis pembiayaan (partnership), hasilnya ditetapkan dengan menggunakan formula bagi hasil, relatif lebih fleksibel dibanding murabahah (jual beli). Sebagai ilustrasi, bila bunga kredit di pasar perbankan naik, maka para pengusaha (debitor) akan membebankan kenaikan bunga kredit tersebut kepada
75
konsumen dengan cara menaikkan harga barang/jasa yang dijualnya. Akibatnya, harga barang/jasa akan cenderung naik.
Kenaikan harga barang/jasa di pasar tentu akan direspons oleh nasabah pembiayaan bank syariah dengan menaikkan harga jual barangnya. Pendapatan nasabah pembiayaan yang meningkat, sebagai akibat kenaikan harga barang/jasa pada gilirannya akan meningkatkan return bank syariah, karena kinerja usaha nasabah akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja bank syariah melalui mekanisme bagi hasil. Pada akhirnya bagi hasil yang diterima nasabah danapun akan meningkat.
Untuk jangka panjang perlu dipikirkan kemungkinan pembentukan departemen/unit yang khusus menangani penyaluran/penempatan dana sesuai karakteristiknya masing-masing, mengingat beragamnya produk penyaluran dana bank syariah. Bank syariah boleh menyalurkan dana dalam jenis usaha yang selama ini merupakan core business lembaga keuangan bukan bank seperti leasing (ijarah), rahn (gadai) dan berbagai instrumen penyaluran dana lainnya. Akibatnya, mungkin staf bank syariah belum mempunyai keahlian di bisnis baru ini.
Mengacu pada karakteristik/anatomi bisnisnya, pembentukan departemen/unit tersebut dapat didasarkan menurut kategori sifat penyaluran dana seperti pembiayaan dengan basis bagi hasil (musyarakah dan mudharabah), piutang (murabahah, salam, istishna dan ijarah), invesment banking dan sebagainya. Sehingga ke depan mungkin akan terdapat departemen pembiayaan bagi hasil, departemen jual beli, departemen sewa guna (leasing), departemen gadai dan sebagainya. Dengan demikian bank
76
syariah akan mempunyai penguasaan yang dalam atas berbagai macam instrumen penyaluran dana. Hal ini akan selaras dengan kategorisasi pembiayaan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah.
2. Saran Untuk Para Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan parameter untuk menilai kinerja perbankan syariah, sehingga dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Disarankan bagi para investor untuk menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat efisiensi dari fungsi intermediasi perbankan syariah.
3. Saran Untuk Otoritas Moneter
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, dalam hal ini Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) harus mampu mengawasi kinerja perbankan syariah. Terlebih saat ini perbankan syariah sedang banyak diminati nasabah. Sehingga perkembangan perbankan syariah yang cukup cepat ini dapat dijadikan motivator bagi perbaikan perekonomian Indonesia.
77 4. Saran Untuk Penelitian Lebih Lanjut
a. Penggunaan sampel / objek penelitian yang lebih banyak. Hal ini agar hasil yang diperoleh menjadi lebih optimal.
c. Peneliatian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel baru agar penelitian ini lebih berkembang
d. Pemilihan variabel yang berbeda akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.
78
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim.
A. Karim, Adiwarman. 2004. Bejana Berhubungan Bank Syariah. Republika: Jakarta.
A. Samuelson, Paul, dan Nordhaus William D. 1995. Ekonomi, Terjemahan dari Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen. Oleh A. Jaka Wasana.
Edisi Keduabelas Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Bramantyo, Djohanputro. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. PPM: Jakarta. Dajan, Anto. 1996. Pengantar Metode Statistik. Jilid 2. Pustaka LP3ES Indonesia:
Jakarta.
Dornbus, R. dan Fischer, Stanley. 1997. Ekonomi Makro.Rineka Cipta : Jakarta. Faisal, Sanapsiah. 1992. Format-format Penelitian Sosial Rajawali press:
Bandung.
Gunawan. 1995. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. Gramedia : Jakarta.
Iman, Hilman dkk. 2003. Perbankan Syariah Masa depan. Senayan Abadi Publishing: Jakarta.
Kelana, Said. 1996. Teori Ekonomi Makro. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
79
M. Rianto, Nur. 2010. Teori Makro Ekonomi Islam (Konsep, Teori, dan Analisis). CV. Alfabeta: Bandung.
Manurung, Mandala, dan Prathama Rahardja. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI: Jakarta.
Mardani. 2011. Ayat-ayat dan Hadist Ekonomi Syariah. Raja Grafindo persada: Jakarta.
Moh. Nazir. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia:Jakarta.
Pramuharjo. 2005. “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Deposito, Pembiayaan, dan Likuiditas Perbankan Syariah”. Universitas Indonesia. Depok.
Prawirohardjono, Soetrisno. 1988. Ekonomi Publik II. Kurnia: Jakarta.
Rochaeti, Eti, Ratih Tresnati,dan Abdul Madjid Latif. 2009. Metode Penelitian Bisnis : dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi. Mitra Wacana Media: Jakarta. Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisni. CV. Allfabeta:Bandung.
Sugiono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ketujuh. Alfabet: Bandung. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesatu. Allfabeta: Bandung. Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Supranto. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Edisi keenam. Erlangga: Jakarta Syafi’I Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema
80
Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. UIN Jakarta Press: Jakarta. Umar, Husein. 2003. Desain Penelitian. Raja Grafindo: Jakarta.
X
LAMPIRAN
a. Data Inflasi, Suku Bunga SBI dan Pembiayaan tahun 2009 - 2011
Tingkat Inflasi Periode Januari 2009 - Desember 2011
Persen Tahun Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009 9,17 8,60 7,92 7,31 6,04 3,65 2,71 2,75 2,83 2,57 2,41 2,78 2010 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 2011 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79
Sumber: Statistik Perbankan, Data Inflasi. Bank Indonesia, 2009-2011
Tingkat Suku Bunga SBI Periode Januari 2009 - Desember 2011
Persen Tahun Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009 9.86 8.78 8.29 7.78 7.28 6.97 6.77 6.59 6.51 6.47 6.48 6.46 2010 6.45 6.42 6.34 6.22 6.29 6.53 6.68 6.73 6.73 6.65 6.56 6.43 2011 6.29 6.71 6.72 7.18 7.36 7.36 7.27 6.77 6.28 5.77 5.22 5.04
XI
Tingkat pembiayaan Periode Januari 2009 - Desember 2011
Persen Tahun Bulan Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2009 87.85 86.76 86.85 86.29 86.53 87,03 91,47 90,45 87,93 87,11 87,96 83,07 87,44 2010 80,60 81,17 83,93 83,88 85,45 85,16 85,69 89,19 86,31 87.38 87,38 82,54 84.89 2011 84,59 88,53 84,06 88,13 89,09 88,52 86,75 91,57 89,86 91,52 89,57 86,03 88,18
Sumber: Statistik Perbankan, Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri 2009-2011.
b. Output SPSS Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N pembiayaan 86.8389 2.71839 36 SBI 6.7844 .87429 36 inflasi 5.1333 1.79178 36 Correlations
pembiayaan SBI inflasi Pearson Correlation pembiayaan 1.000 .076 -.023
SBI .076 1.000 .651 inflasi -.023 .651 1.000 Sig. (1-tailed) pembiayaan . .330 .447
SBI .330 . .000
inflasi .447 .000 .
N pembiayaan 36 36 36
SBI 36 36 36
XII
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.846 2 1.923 .249 .781b
Residual
254.791 33 7.721
Total
258.637 35
a. Dependent Variable: pembiayaan b. Predictors: (Constant), inflasi, SBI
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions (Constant) SBI inflasi 1 1 2.935 1.000 .00 .00 .01
2 .059 7.027 .07 .01 .66 3 .006 22.976 .93 .99 .33 a. Dependent Variable: pembiayaan
Model Summaryb R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Chang e df1 df2 Sig. F Change .122a .015 -.045 2.77866 .015 .249 2 33 .781 a. Predictors: (Constant), inflasi, SBI
XIII
c. Fatwa MUI
Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah(Qiradh)
Ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) ini adalah sebagai berikut :
XIV
Pertama : Ketentuan Pembiayaan:
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan
XV
dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10.Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
Kedua : Rukun dan Syarat Pembiayaan:
A. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum. B. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
XVI
3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
C. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
D. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
1. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.
2. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
XVII
3. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
E. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. 3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
Ketiga : Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
XVIII
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.