• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan data fasilitas kesehatan di Kecamatan Bonggakaradeng, terdapat 12 unit Posyandu semua desa, Puskesmas 1 unit di Desa Ratte Battu, Polindes 4 unit terdapat di Desa Mappa 1 unit, Desa Bau 1 unut, Desa Bua Kayu 1 unit dan Desa Ratte Battu 1unit sedangkan Puskesmas Pembantu 2 unit berada di Desa Bua Kayu 1 unit dan Desa Ratte batu 1 unit.

Untuk tenaga medis 1 orang, tenaga keperawatan 7 orang, tenaga kebidanan 9 orang, tenaga kefarmasian 1 orang dan tenaga Kesehatan 1 orang. Lebih jelasnya mengenai jumlah fasilitas kesehatan sebagaimana table 4.10

Tabel 4.10

Jumlah fasilitas Kesehatan di Kecamatan Bonggakaradeng Tahun 2019

Rumah Rumah Puskesmas Posyandu Klini Polindes Puskesmas No Kelurahan Sakit Bersalin pembantu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Mappa - - - 2 - 1 -

2 Bau - - - 2 - 1 -

3 Bua Kayu - - - 2 - 1 1

4 Poton - - - 2 - - -

5 Ratte Battu

- - 1 2 - 1 1

6 Bauselata n

- - - 2 - - -

Total - - 1 12 - 4 2

Sumber: BPS Kecamatan Bonggakaradeng dalamang katahun 2020

c. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan tempat melakukan aktivitas peribatan. Keberadaan sarana peribadatan menyangkut kebutuhan hajat hidup masyarakat banyak terhadap kepentingan melaksanakan ibadah bagi pemeluk agama masing-masing.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah sarana peribadatan yang terdapat di Kecamatan Bonggakaradeng sebanyak 43 unit dengan rincian Mesjid 10 unit terdapat di Desabau 1 unit, Desa Bua Kayu 1 unit, Desa Poton 2 unit, Desa Ratte Battu 1 unit, dan Desa Bau Selatan 5 unit dan Mushollah 2 unit, kemudian Geraja Protestan 4 unit di

Desa Mappa, 4 unit di Desa Bau, 7 unit di Desa Buakayu, 5 unit di Desa Poton, 8 unit di Desa Ratte Battu, 2 unit di Desa Bau Selatan dan 1 unit Gereja Katolik sedangkan Pura Hindu dan Wihara Budha tidak ada. Jika ditinjau dari jumlah pemeluk agama, pada tahun 2019 di Kecamatan Bonggakaradeng tercatat 1.260 umat Islam, 6.509 umat Protestan, 463 umat Katolik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.11

Banyaknya tempat ibadah dirinci per kelurahan di Kecamatan Bonggakaradeng, Tahun 2019

No Kelurahan Masjid Langar Musholah

Gereja Pura Wihara Hindu Budha Protestan Katolik

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Mappa - - - 4 - - - 2 Bau 1 - - 4 - - - 3 Bua Kayu 1 - - 7 - - - 4 Poton 2 - - 5 1 - - 5 Ratte Battu 1 - - 8 - - - 6 Bauselatan 5 - 2 2 - - -

Total 10 - 2 30 1 - - Sumber: BPS Kecamatan Bonggakaradeng dalam angka tahun 2020

d. Sarana Olahraga

Sarana olahraga merupakan wadah yang berfungsi sebagai tempat beraktivitas dan tempat bersantai diwaktu senggang oleh masyarakat. Jumlah sarana olah raga sampai saat ini yang terdapat di lokasi penelitian yakni sebanyak 44 unit

dengan rincian 4 unit Lapangan sepak bola di Desa Bua Kayu 1 unit, Desa Poton1 unit, Desa Ratte Batu 1 unit dan Desa Bau Selatan 1 unit. Kemudian Lapangan bola Voli 14 unit yang terdapat di Desa Mappa 1 unit, Desa Bau 3 unit, Desa Bua Kayu 2 unit, Desa Poton 2 unit, Desa Ratte Battu 2 unit dan Desa Bau Selatan 4 unit. Lapangan Bulu Tangkis 9 unit terdapat di Desa Bau 1 unit, Desa Bua Kayu 2 unit, Desa Poton 1 unit, Desa Ratte Battu 2 unit, dan Desa Bau Selatan 3 unit. Sedangkan lapangan Tenis Meja17 unit yang terdapat di Desa Mappa 3 unit, Desa Bau 2 unit, Desa Bua Kayu 3 unit Desa Potton 3 unit, desa Ratte Battu 3 unit dan Desa Bau Selatan 3 unit.

Tabel 4.12

Banyaknya fasilitas lapangan olahraga per kelurahan di Kecamatan Bonggakaradeng, Tahun 2019

No Kelurahan Sepak Bola Tenis Bulu Tenis Lainnya Bola Voli Tangkis Meja

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Mappa - 1 - - 3 -

2 Bau - 3 - 1 2 -

3 Bua Kayu 1 2 - 2 3 -

4 Poton 1 2 - 1 3 -

5 Ratte Battu 1 2 - 2 3 -

6 Bauselatan 1 4 - 3 3

Total 4 14 - 9 17 --

Sumber: BPS Kecamatan Bonggakaradeng dalam angka tahun 2020

2. Ketersedian Prasarana

Prasarana merupakan segala kelengkapan dasar fisik suatu Kawasan, lingkungan, Kota atau wilayah yang memungkinkan ruang tersebut bias berfungsi sebagaimana mestinya. (Grigg:

1988). Prasarana juga dapat diartikan sebagai penunjang utama untuk mendukung kelancaran aktivitas manusia serta menunjang perkembangan suatu daerah, dalam hal ini Kecamatan Bonggakaradeng. Adapun ketersediaan prasarana pada lokasi studi sebagai berikut :

a. Prasarana Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana transportasi, yang tidak hanya digunakan sebagai jalur aliran barang dan penumpang tetapi juga berperan sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan terutama pada kawasan yang terbelakang. Selain itu fungsi jaringan jalan dalam lingkup local atau lingkungan dapat berfungsi dalam menata atau mengatur pola permukiman.

Kurangnya ketersediaan prasarana jalan pada suatu wilayah, kerap menjadikan wilayah tersebut terisolir dan mengalami kesenjangan terhadap wilayah lainnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, menunjukan bahwa prasarana jalan di Kecamatan Bonggakaradeng dibagi

berdasarkan jenis dan kondisi jalan yaitu jalan aspal dengan panjang 8,40 km, jalan tidak aspal 20,88 km, jalan lainnya 17,22 dengan kondisi baik 29,92 km, kondisi sedang 10,03 kemudian rusak dan rusak berat 31,75 km.

b. Prasarana Listrik

Jaringan listrik dibutuhkan untuk menunjang berbagai kegiatan seperti kebutuhan penerangan rumah tangga, kegiatan industri, penerangan jalan dan kegiatan lainnya. Oleh karenanya jaringan listrik memegang peranan sangat penting dalam suatu kota atau wilayah. Ketersediaan jaringan listrik PLN di Kecamatan Bonggakaradeng saat ini sudah ada dan cukup namun belum secara menyeluruh masyarakat setempat ngmenggunakan sumber energi listrik dari PLN. Berdasarkan hasil survey dilokasi studi menunjukan bahwa jumlah rumah tangga di Kecamatan Bonggakaradeng sebanyak 1.430 kk, dengan rincian pengguna listrik PLN sebanyak 1.109 kk, sedangkan pengguna listrik No PLN sebnyak 209 kk dan pengguna lainnya 115 kk.

c. Prasarana Air

Air minum merupakan kebutuhan pokok bagi setiap mahkluk hidup terutama bagi manusia, oleh sebab itu dalam penyediaannya perlu di tingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh, banyaknya rumah tangga di Kecamatan Bonggakaradeng yang menggunakan air minum yang bersumber dari PDAM yakni sebanyak 995 KK dan yang non PDAM yakni 435 KK.

d. Prasarana Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase perkotaan adalah prasarana drainase, berupa saluran atau sungai atau saluran buatan yang berada di dalam wilayah administrasi kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan ke badan air dan atau kebangunan resapan buatan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia serta penerapan drainase yang berwawasan lingkungan.

Pada prinsipnya drainase yang ada di wilayah pusat Kecamatan Bonggakaradeng dialirkan kearah laut melalui jalur Sungai yang melintasi wilayah Kecamatan sekitar. Dilihat dari kondisi eksisiting bahwa umumnya saluran drainase yang ada di Kecamatan Bonggakaradeng bersifat terbuka dengan mengikuti arah pengembangan jalan, yang dimana fungsi saluran drainasenya sebagai limpasan air hujan dan juga air limbah

rumah tangga. Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Bonggakaradeng yang telah ada saat ini adalah saluran primer, sekunder, dan tersier.

e. Prasarana Persampahan

Kondisi prasarana persampahan di Kecamatan Bonggakaradeng sebagian besar belum terlayani dengan baik.

Belum adanya tersedianya TPS sehingga masyarakat sekitar dalam membuang sampahnya hanya dilakukan secara individu dengan membakar didepan rumah masing-masing. Perlunya direncanakan system persampahan untuk masyarakat Kecamatan Bonggakaradeng agar dapat diantisipasi pola hidup masyarakat dalam mebuang sampah sembarangan.

E. Kunjungan Wisatawan

Berdasarkan data kunjungan wisatawan ke wisata Bukit Ollon, dapat dilihat bahwa perkiraan jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke destinasi wisata ini setiap hari minggu dan hari libur tertentu bisa mencapai 100 pengunjung. Data yang ada merupakan nilai perkiraan yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan pengurus wisata dan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan wisata Bukit Ollon hal ini disebabkan karena tidak adanya sistem administrasi atau pencatatan atas pengunjung yang datang.

F. Faktor–faktor yang Menyebabkan Belum Berkembangnya Wisata Bukit Ollon Sebagai Wisata Alam

Dalam pengembangan suatu kawasan wisata sangat berkaitan erat dengan adanya kebijakan pemeritah diantaranya promosi, aksesbilitas, sumber daya manusia (Gamal Suswantoro 2004: 56).

Sementara itu menurut Oka A. Yoeti (2002: 21) mengemukakan pengembangan wisata setidaknya memperhatikan kondisi lingkungan, budaya, dan sosial (masyarakat). Mengacu pada kedua pendapat diatas sebagai dasar (variabel) dari penelitian tetang pengembangan wisata Bukit Ollon sebagai wisata alam terkait dengan faktor–faktor yang menyebapkan belum berkembangnya wisata Bukit Ollon sebagai wisata ala. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa faktor–faktor yang menyebapkan belum berkembangnnya wisata Bukit Ollon adalah sebagi berikut :

1. Faktor Atraksi dan Obyek Wisata

Hasil survei lapangan yang dilakukan bahwa obyek wisata Bukit Ollon memiliki keindahan alam dan daya tarik untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Daya tarik utama kawasan wisata Bukit Ollon adalah bentuk bentang alam yang unik, gunung–gunung yang membetuk piramida, pepohonan yang hijau dan asri, sungai yang mengalir dibawah kaki gunung dan hamparan padang rumput yang hijau orang–orang menyebutnya taman teletabis. Jenis atraksi wisata yang ada saat ini; mandi – mandi di sungai, naik kuda

berkeliling lokasi wisata, menikmati keindahana alam, dan berkemah. Selain itu terdapat seni tari budaya masyarakat setempat. Minimnya pengetahuan tetang pengelolaan wisata sehingga semua potensi wisata yang ada belum dapat dikelolah dengan baik.

Tabel 4.13

Atraksi Dan Objek Wisata Bukit Ollon No Hasil Observasi Ada Tidak

Ada

Keterangan 1 Keindahan Alam, Unik,

Alami

 Keindahan alam berupa bukit-bukit berbentuk piramida dan hamparan padang rumput

2 Jenis-jenis Kegiatan Berkeliling Lokasi wisata dengan kuda

 Disediakan oleh

masyarakat setempat

Berkemah 

Mandi di kali  Terdapat kali mengalir di bawah kaki gunung Sepeda Gunung  Belum di buat jalur dan

tempat ataksinya

Motor Gunung 

Sumber : hasil survei Lapangan 2. Faktor Sarana dan Prasarana

a. Faktor Sarana

Tinjauan aspek sarana yang menyebapkan belum berkembangnya wisata Bukit Ollon saat ini terdiri dari beberapa indikator yaitu : Belum memiliki sarana akomodasi seperti penginapan, villa, dan hotel, restuaran, rumah makan, warung/kios kelontongan dll.

b. Faktor Prasarana

Aspek prasarana merupakan faktor paling utama dalam pengembangan kawasan obyek wisata, dalam hal ini wisata Bukit Ollon, dari hasil survei dan analisis mengenai ketersediaan prasarana di kawasan wisata ini belum tersedia dengan baik seperti jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan drainase, saluran persampahan, telekomunikasi.

Tabel 4.14

Sarana Dan Prasarana Kawasan Wisata Bukit Ollon No Hasil Observasi Ada Tidak

Ada

Keterangan 1 Prasarana

Jaringan Listrik  Belum terlayani Jaringan Air Bersih  Ada kali yang bisa di

manfatkan sebagai sumber air bersi

Jaringan Komunikasi  Belum terlayani Pengelolaan Limbah  Belum terrencana

2 Sarana Belum terlayani

Vila/Penginapan  Terdapat rumah warga yang bisa disewahkan

Rumah makan  Tidak ada yang menjual

makanan dan minuman Toilet/kamar mandi  Belum terencana

Loket karcis  Belum terencana

Tempat parkir  Parkir tidak teratur pada lahan kosong/belum terencana

Gapura pintu masuk Belum terrencana

Fasilitas tempat sampah

 Belum terrencana Fasilitas pejalan kaki  Belum terrencana Fasilitas

kesehatan/toko obat

 Belum terrencana

gazebo  Belum terrencana

Sumber : Hasil survei lapangan

3. Aksesbilitas (Accessibility)

Faktor aksesbilitas merupakan aspek yang paling mendasar dalam mengembangkan wisata Bukit Ollon sebagi wiata alam karena berkaitan dengan tingkat kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung. Masalah jarak, waktu, moda angkutan yang digunakan untuk menuju destinasi wisata Bukit Ollon, biaya, serta keamanan dan kenyamanan harus terjangkau. Berdasarkan hasil survei langsung di lokasi studi bahwa, kondisi jalan menuju tempat Wisata Bukit Ollon saat ini masih berupa jalan tanah dengan kondisi yang tidak baik. Moda transportasi yang biasa digunakan oleh pengunjung adalah kendaraan pribadi berupa kendaraan roda dua dan roda empat, karena belum ada kendaraan umum atau kendaraan khusus wisata yang dioperasikan saat ini. Masalah jarak dari lokasi wisata ke pusata Ibu Kota Kecamatan yaitu 16 km sedangkan ke Ibu Kota Kabupaten 46 km, waktu tempuh dari Kecamatan ke lokasi wisata selama 1 jm sedangkan dari Ibu Kota Kabupaten salama ± 2,5 jam. Waktu tempuh yang lama karena kondisi jalan menuju lokasi yang kurang memadai dan sebaliknya jika kondisi jalan mendukung maka akan lebih cepat waktu perjalanan.

Tabel 4.15

Tingkat Kemudahan Dari Segi Aksesbilitas Ke Kawasan Wisata Bukit Ollon

No Hasil Observasi Ada Tidak Ada

Keterangan 1 Jalan Menuju Lokasi  Belum terrencana/

kondisi jalan buruk, medan jalan berbukit, dan bergelombang 2 Jenis Transportasi

Angkutan umum  Tidak terjangkau

Bus wisata  Tidak terjangkau

Kendaraan pribadi 

Motor/mobil sewah  Tidak ada

3 Sarana Transportasi 

Penunjuk arah  Belum terrencana

Terminal Belum terrencana

Jarak dan waktu Jarak terjangkau dari

pusat ibu kota Kec. (1 jam), daripusat ibu kota Kab (2,5 jam)

Sumber : hasil survei lapangan 4. Faktor Sumber daya Manusia

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pengembangan wiasata Bukit Ollon sebagai Wisata alam. Tumbuh kembangnya destinasi wisata ini tergantung dari pengetahunan yang dimiliki oleh penduduk setempat dalam pengelolaanya. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dari aspek SDM yaitu tingkat pendidikan khususnya dibidang kepariwisataan. Hasil pengamatan langsung yang dilakukan dilokasi studi bahwa saat ini sumber daya manusia yang ada di

Desa Buakayu cukup memadai namun dibidang kepariwisataan masih sangat minim.

Tabel 4.16

Sumber Daya Manusia Kawasan Wisata Bukit Ollon berdasarkan tingkat pendidikan

No Hasil Observasi Ada Tidak Ada

Keterangan 1 Tingkat Pendidikan Fasilitas pendidikan belum

memadai. Tingkat kesadaran akanpendidikan masih

rendah. Faktor geografis jau dari pusat kota, alam yang subur dan sosial masyarakat mayoritas bekerja petani

SD 

SMP 

SMS/SMK 

Perguruan Tinggi 

2 Tenaga Profesional Belum memiliki tenaga ahli dan professional di bidang pariwisat

Pengelolah wisata 

Pemandu wisata 

Sumber : hasil survei lapangan

5. Faktor Kelembagaan

Faktor kelembagaan juga merupakan aspek yang turut berpengaruh terhadap pengembangan wisata Bukit Ollon karena didalamnya terdapat unsur – unsur regulasi dan pengambilan keputusan terkait dengan pengembangan atraksi dan obyek wisata sarana/prasaran aksesbilitafs dan promosi. Faktor kelembagaan meliputi pemerintah, swasta, LSM dan lain–lain. Hasil pengamatan langsung di lokasi studi bahwa saat ini wisata Bukit Ollon belum dikelolah dengan baik oleh pemerintah, dan masyarakat serta belum ada kerja sama dengan pihak swasta.

Tabel 4.18

Tanggapan Responden Tentang Kelambagaan Kawasan Wisata Bukit Ollon

No Hasil Observasi Ada Tidak Ada

Keterangan

1 Kelembagaan Belum mnejalin kerja sama

dengan pemerintah dan pihak swasta. dalam hal ini swasta sebagai penyedia sarana akomodasi bagi kebutuhan wisatawan. Belum ada lembaga LSM seperti pokdarwis atau kelompok masyarakat lainnya untuk mengelolah dan

mengembangkan wisata Bukit Ollon

Pemerintah 

Swasta 

Pokdarwis 

Masyarakat Adat  Intervensi masyarakat adat sangat mendominasi dalam pengelolaan wisata sehingga pihak swasta sulit untuk berinfestasi.

Sumber : hasil survei lapangan

6. Faktor Promosi

Destinasi wisata Bukit Ollon merupakan daerah tujuan wisata yang baru di Kecamatan Bonggakaradeng, belum lama ini dikenal oleh masyarakat luas melalui akun media sosial dari kelompok mahasiswa pecinta alam. Dari hasil pengamatan langsung dilapangan bahwa promosi dalam skala kecil telah dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Bukit Ollon sedangkan dalam skala besar belum dilakukan, karena saat ini belum ada lembaga khusus

nasional dan internasional.

Tabel 4.18

Tanggapan Responden Tentang Promosi Kawasan Wisata Bukit Ollon No Hasil Observasi Ada Tidak

Ada

Keterangan

1 Lembaga promosi Belum ada lembaga khusus

yang di bentuk baik oleh pemerintah, swasta dan masyrakat. Belum juga ada kerja sama dengan lembaga swasta di bidang layanan jasa biro perjalanan

Pemerintah 

Swasta 

LSM/Masyarakat 

2 Media Promosi Belum memiliki akses

jaringan komunikasi dan informasi di kawasan wisata Bukit Ollon. Promosi yang dilakukan masi dalam skala kecil, yaiitu dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung di Bukit Ollon lewat akun media sosialnya

Media Masa 

Media Cetak 

Media Sosial 

Sumber : hasil survei lapangan

No Kebutuhan Pengembangan Tanggapan Resonden

SM M KM TM STM

1 Keindahan Alam, Unik, Alami 35 35 15 10 9 98

Jenis-jenis Kegiatan 23 46 16 7 6 98

Jumlah 58 81 31 17 15

Presentase% 29% 40,5% 15,5% 8,5% 7,5% 100%

2 Sarana Dan Prasarana Prasaran

Jaringan Listrik 60 38 98

Jaringan Air Bersih 24 29 10 15 12 98

Jaringan Komunikasi 5 43 49 98

Pengelolaan Limbah 33 40 25 98

Jumlah 24 29 48 158 124

Presentase% 6%% 7,25% 12% 39,5% 31% 100%

Sarana

Vila/Penginapan 48 29 21 98

Rumah makan 66 19 13 98

Toilet/kamar mandi 38 40 20 98

Loket karcis 42 33 23 98

Tempat parkir 50 28 20 98

Gapura pintu masuk 65 19 13 98

Fasilitas tempat sampah 28 40 30 98

Fasilitas pejalan kaki 40 30 28 98

Gazebo 60 38 98

Jumlah 377 298 206

Presentase% 0% 0% 41,88% 33,11% 22,88% 100%

Promosi Dalam Pengembangan Wisata Bukit Ollon

No Kebutuhan Pengembangan Wisata Tanggapan Resonden Jumal

SM M KM TM STM

3 Aksesbilitas

Jalan Menuju Lokasi  45 30 24 98

Angkutan umum  60 38 98

Bus wisata  55 43 98

Kendaraan pribadi 38 60 98

Motor/mobil sewah  28 45 25 98

Penunjuk arah  38 25 35 98

Terminal dan Tempat peristirahan  18 50 30 98

Jarak 20 38 15 14 11 98

Waktu 25 29 19 15 10 98

Biaya 23 35 15 14 11 98

Jumlah 106 162 178 308 227

Presentase % 10,6% 16,2% 17,8% 30,8% 22,7% 100%

4 Sumber Daya Manusia Tingkat Pendidikan

SD  - 20 60 18 98

SMP 15 55 28 98

SMS/SMK 38 30 25 98

Perguruan Tinggi  68 30 98

Tenaga Profesional

Pemandu wisata  70 28 98

Jumlah 63 283 129

Presentase% 12,6 56,6 25,8 100%

Dalam Pengembangan Wisata Bukit Ollon

Tabel 4.19

Tanggapan Responden Terhadap Variabel Atraksi, Sarana/Prasarana, Aksesbilitas, SDM, Kelembagaan, Dan Promosi Dalam Pengembangan Wisata Bukit Ollon

No Kebutuhan Pengembangan Wisata Tanggapan Resonden (98 orang)

SM M KM TM STM

5 Kelembagaan

Pemerintah 60 20 18 98

Swasta 70 28 98

Pokdarwis 58 40 98

Masyarakat Adat 17 27 22 18 14 98

17 27 88 166 108

Persentase% 4,25% 6,75% 22% 41,5% 27% 100%

6 Lembaga Promosi

Pemerintah 15 60 13 10

Swasta 68 30

LSM/Masyarakat 68 30

Media Promosi

Media Masa 53 46

Media Cetak 62 36

Media Sosial 20 35 15 12 8

Jumlah 20 50 75 276 160

Presentase% 3,33% 8,33% 12,5% 46% 26,66%

Sumber : Hasil Analisis Data

Dalam Pengembangan Wisata Bukit Ollon

Dari hasil analisis data pada tabel 4.19 diatas terkait dengan faktor-faktor yang menyebapkan belum berkembangnya wisata Bukit Ollon sebagai wisata alam, yaitu :

1. Faktor atraksi dan objek wisata, ditinjau dari keindahan alam,tingkat keunikan, tingkat kealamian serta jenis-jenis kegiatan yang ada seperti berkemah, berkeliling lokasi wisata dengan kuda, mandi di kali, berdasarkan hasil akumulasi data yang di peroleh dari responden, yang mengatakan sangat mendukung sebanyak 58 orang (29%), yang mengatakan kurang mendukung sebanyak 31 orang 15,5%, yang mengatakan tidak mendukung sebanyak 17 orang (8,5%), dan yang mengatakan sangat tidak mendukung sebanyak (7,5%). Secara keseluruhan jika di jumlahkan (SM 58 + M 81 = 139 dengan presentase 69,5%). Sedangkan (KM 31 + TM 17 + STM 15 = 63 dengan presentase (31,5%). Jadi dapat disimpulkan dari segi atraksi dan objek wisata sangat mendukung.

2. Faktor sarana dan prasarana

a) Analisis Prasarana, ditinjau dari ketersediaan prasarana, jaringan listrik, jaringan air bersih,jaringan komunikasi, dan pengelolaan limbah, berdasarkan hasil akumulasi data yang di peroleh dari responden yang mengatakan sangat mendukung sebanyak 24 orang (6%), mendukung sebanyak 29 (7,25%), yang menatakan kurang mendukung 48 orang (12%), yang mengatakan tidak mendukung 158 orang (39,5%), dan yang

(31%). Jika dijumlahkan (SM 24 + M 29 = 53 dengan presentase 13,25%). Sedangkan yang menatakan (KM 48 + TM 158 + STM 124 = 366 dengan presentase 91,5%). Jadi dapat disimpulkan dari segi prasarana belum cukup mendukung perkembang wisata Bukit Ollon.

b) Analisis Sarana, tinjauan dari segi sarana akomodasi, vila/penginapan, rumah makan, toilet/kamar mandi, loker karcis, tempat parkir, gazebo, fasilitas pejalan kaki, fasilitas sampah.

Berdasarkan hasil akumulasi data yang diperoleh dari responden yang menatakan sangat mendukung dan mendukung tidak ada 0%, sedangkan yang mengatakan kurang mendukung 337 orang (41,88%), yang mengatakan tidak mendukung 158 orang (39,5%), yang menatakan sangat tidak mendukng sebanyak 124 orang (31%). Secara keseluruhan dijumlahkan yang mengtakan (SM 0 + M 0 = 0). Sedangkan yang mengatakan (KM 377 + TM 298 + STM 206 = 881 dengan presentase 97,88%). Jadi dapat disimpulkan dari segi sarana belum mendukung pengembangan wisata bukit Ollo.

3. Faktor aksesbilitas, dinilai dari kondisi jalan, moda transportasi, penunjuk arah, terminal dan tempat peristirahatan, jarak, waktu, dan biaya, berdasarkan hasil akumulasi data yang diperoleh dari responden yang menatakan sangat setuju sebanyak 106 orang (10,6%), yang menagatakan mendukung sebanyak 162 orang (16,2%), yang mengatakan kurang mendukung sebanyak 178

orang (30,8%), yang mengatakan sangat tidak mendukung sebanyak 227 orang (22,7%). Jika di jumlahkan yang mengatakan (SM 106 + M 162 = 268 dengan presentase 26,8%), sedangkan yang mengatakan (KM 178 + TM 308 + STM 227 = 713 dengan presentase 71,3%). Dengan demikian dapat di simpulkan nahwa, dari segi aksesbilitas belum mendukung perkembangan wisata Bukit Ollon.

4. Faktor sumber daya manusia, dinilai dari segi tingkat pendidikan dan tenaga professional/pemandu wisata. berdasarkan hasil akumulasi data yang di peroleh dari responden yang menatakan sangat mendukung dan mendukung 0 orang (0%), sedangkan yang menatakan kurang mendukung sebanyak 63 orang (12,6%), yang menagatakan tidak mendukung sebanyak 283 orang (56,6%) sedangkan yang mengatakan sangat tidak mendukung sebanyak 129 orang (25,8%). Secara keseluruhan dijumlahkan yang menatakan (KM 63 + TM 283 + STM 129 = 475 dengan presentase 79.16%). Dapat disimpulkan bahwa dari segi sumber daya manusia merupaka faktor yang menyebapkan belum berkembangnya wisata Bukit Ollon.

5. Faktor kelembagaan, dinilai dari keterlibatan lembag pemerintah, swasta, pokdarwis/LSM dan lembaga adat. Berdasarkan hasi akumulasi data yang di peroleh dari responden, yang mengatakan sangat setuju sabanyak 17 orang (4,25%), yang menatakan mendukung sebanyak 27 orang (6,75%), yang mengatakan kurang

sebanyak 166 orang (41,5%), yang mengatakan sangat tidak mendukung sebanyak 108 orang (27%). Secara keseluruhan dijumlahkan yang mengatakan (SM 17 + M 27 = 44, dengan presentase 11%), sedangkan yang mengatakan (KM 87 + TM 165 + STM 107 = 359 sengan presentase 89,75%). Jadi dapat di simpulkan bahwa kelembagaan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan wisata Bukit Ollon.

6. Faktor promosi, indikator yang dinilai dari lembaga promosi oleh pemerintah, lembaga promosi oleh pihak swasta, lembaga promosi oleh masyrakat/LSM dan yang dilakukan oleh wisatawan.

Berdasarkan hasil akumulasi data yang di peroleh dari responden, yang mengatakan sangat mendukung sebanyak 17 orang (4,25%), yang menatakan mendukung sebanyak 27 orang (6,75%), yang mengatakan kurang mendukung sebanyka (20,5%), yang mengatakan tidak mendukung sebanyak 166 (41,5%), yang menatakan sangat tidak mendukung sebanyak 108 orang (27%).

Scara keseluruhan dijumlahkan yang mengatakan (SM 17 + M 27

= 44 dengan presentase 11%). Sedangkan yang mengatakan (KM 82 + TM 166 + STM 108 = 356 degan presentase 89%). Dapat disimpulkan bahwa faktor promosi belum mendukung perkembangan wisata Bukit Ollon.

G. Analisis Kebutuhan Sarana Dan Prasaran Pengembangan Wisata Bukit Ollon Sebagai Wisata Alam

Tabel 4.20

Analisis Kebutuhan pengembangan Wisata Bukit Ollon Sebagai Wisata Alam Berasarkan Konsep 3A, Atraksi, Ameniti, Dan Aksesbilitas

No Fasilitas Jenisnya

1. Atraksi Wisata Alam

 Tempat berkemah Lahan terbuka

 Lapangan Balapan Motor, Sepeda Gunung

Sirkuit

 Tempat Permandia Kolam

 Spot Foto -

 Menikmati Lokasi Wisata Dengan Naik kuda

Lapangan Kuda 2 Amenitas

Sarana

Fasilitas Akomodasi Vila/penginapan, Restauran,Kios kelontong dan toko obat 24 jam, warung internet, telepon umum, toko cindera mata Fasilitas sanitasi dan kebersihan Toilet umum, dan tempat sampah

Fasilitas rekreasi Fasilitas peristirahatan, fasilitas bermain, fasilitas olah raga, dan fasilitas pejalan kaki Fasilitas keamanan fasilitas tanggap bencana di destinasi yang

rawan bencana

Fasilitas Ibadah --

Fasilitas Parkir --

Prasarana

Jaringan Listrik/penerangan --

Jaringa Air bersi --

Jaringan telekomunikasi -- System pembuangan air limbah -- 3 aksesbilitas

Jalur trekking Motor,Sepeda, dan Mobil Gunung Rambu-rambu jalan Penunjuk arah

Jalan umum Kendaraan roda empat,roda dua dan

peajalan kaki, Sumber : Hasil analisis Data

G. Strategi Pengembangan Wisata Bukit Ollon Sebagai Wisata Alam Pengembangan wisata Bukit Ollon sebagai wisata alam di dasarkan pemanfaatan potensi yang ada dengan secara maksimal dengan tetap memperhatikan faktor ekternal yang bisa di gunakan sebagai bahan evalusai dalam pengembangan Bukit Ollon kedepannya. Untuk lebih jelasnya, berikut akan di jelaskan faktor internal dan ekternal sebagai berikut :

Eksternal

panorama alam

 Jarak jokasi wisata cukup mudah dijangkau

 Warga setempat sangat ramah

 Memiliki Ripda Kabupaten

 Promosi terbatas, dalam skala kecil

 SDM yang profesional masih minim

 Atraksi wisata masih terbatas

 Sarana dan prasarana tidak memadai Peluang (O)

 Banyak wisatawan yang berkunjung

 Membuka lapangan bagi masyarakat

 Biaya cukup terjangkau

 Membuka peluang investasi/swasta

Strategi S-O (Aggresive Strategies)

 Meningkatkan potensi wisata Bukit Ollon dengan tetap mempertahankan kealamian lingkungan wisata.

 Melibatkan pihak swasta dalam pengembangan wisata

Strategi W-O

(Turn Arround Strategies)

 Mengembangkan akses jalan ke lokasi wisata

 Melibatkan swasta dalam pengembangan wisata

 Mengembangkan sarana dan prasarana wisata

Ancaman (T)

 Kerusakan lingkungan dan hutan sekitar kawasan wisata

 Daerah Wisata lain berkembang dengan pesat

 Keamanan nasional belum kondusif

Strategi S-T (Divensification Strategies)

 Meningkatkan daya saing dengan objek wisata lai

 Pengembangan wisata berwawasan lingkungan

Strategi W-T (Defensive Strategies)

 Pengembangan wisata Bukit Ollon mengacu pada RIPDA Kabupaten Tana Toraja

 Mengoptimalkan pormosi

 Pelatihan tenaga professional wisata

Dokumen terkait