• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2009: 12).

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Menurut Winkel (dalam Hamdani, 2002: 136), prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

22

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam simbol, huruf maupun kalimat.

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Baharuddin (2008: 19), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu dan dapat mempengaruhi prestasi belajar individu.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu yaitu berupa keadaan tonus jasmani (tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu) dan keadaan fungsi jasmani yang terkait dengan fungsi panca indera. 2) Faktor Psikilogis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Kecerdasan/Inteligensi

Kecerdasan merupakan kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis

23

yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.

b) Motivasi

Menurut Slavin, motivasi adalah dorongan dari diri individu untuk memberikan arah dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik (dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (dari luar diri individu).

c) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yangs esuai dengan keinginan.

d) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya baik sikap positif maupun negatif.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari.

24

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman

b) Sekolah dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seorang siswa.

c) Lingkungan sosial masyarakat disekitar tempat tinggal siswa.

d) Lingkungan sosial keluarga yaitu hubungan antara anggota

keluarga yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah: a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, sinar yang

tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar berupa hardware seperti gedung sekolah, alat-alat sekolah, fasilitas belajar dll dan software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku-buku panduan.

25

3. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdapat beberapa fungsi, yaitu :

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan” (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama

26

yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran (Arifin, 2009: 12).

B.Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Pengetahuan alam disingkat menjadi IPA dan sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains. IPA merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mempelajari dan memahami alam semesta.

Menurut Lord Bullock, IPA merupakan suatu proses terbuka sehingga imaginasi, hipotesis, kritik dan kontroversi berperan penting di dalamnya. Kemudian Bullock juga memandang IPA sebagai suatu studi yang banyak berkaitan dengan manusia dan masyarakat, suatu studi yang memerlukan imaginasi, perasaan, pengamatan dan juga analisis (Departemen Agama RI, 2002: 2)

2. Fungsi Mata Pelajaran IPA

a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis peran lingkungan alam

dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan memanfaatkannya bagi kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan keterampilan proses.

c. Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

27

d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatanya bagi kehidupan sehari-hari.

e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berbguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat pendidikan yang lebih tinggi (Departemen Agama RI, 2002: 253)

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

28

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan SMP (Susanto, 2013: 171).

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA

Ruang lingkup ilmu pengetahuan alam meliputi dua aspek, yaitu: a. Kerja ilmiah yang mencakup penyelidikan/penelitian, berkomunikasi

ilmiah, pengembangan kreatifitas dan memecah masalah, sikap dan nilai ilmiah.

b. Pemahaman konsep dan penerapannya:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi, padat, cair

dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan, benda-benda langit.

5) Pengetahuan alam dan teknologi, lingkungan, masyarakat, merupakan

penerapan konsep pengetahuan alam dan saling keterkaitan (Departemen Agama RI, 2004: 206)

29

5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA

Standar kompetensi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam adalah: a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu,

bertanya, bekerja sama dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan.

b. Mampu menerjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitar rumah dan madrasah.

c. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan inkuiri

ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam lingkungan pengalaman.

d. Mampu memanfaatkan pengetahuan alam dan merancang/membuat

produk teknologi sederhana dengan menerapkan prisip pengetahuan alam dan mampu mengelola lingkungan di sekitar (Departemen Agama RI, 2004: 208).

6. Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit

Menurut Sulistyanto (2008: 151), bumi merupakan anggota tata surya yang dihuni oleh makhluk hidup termasuk manusia. Permukaan bumi berbentuk bulat walaupun pada zaman dahulu orang mengira bahwa bumi itu datar. Selain bumi, matahari merupakan benda langit yang setiap hari menyinari bumi dengan cahayanya. Matahari terbit pada pagi hari dan terbenam pada petang hari.

30

a. Perubahan Kenampakan pada Bumi

Bumi yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan akan mengalami perubahan kenampakan. Kenampakan pada bumi selalu berubah-ubah. Perubahan kenampakan ini terjadi dikarenakan oleh air, udara, dan kebakaran hutan.

1) Perubahan Daratan yang Disebabkan oleh Air

Daratan dapat berubah karena adanya pasang surut air dan erosi. Pada saat tertentu air laut akan meninggi, di saat yang lain air laut akan surut. Pasang merupakan peristiwa naiknya air laut sedangkan surut adalah peristiwa turunnya air laut.

Naik dan turunnya air laut ini disebabkan karena perputaran bumi dan gaya gravitasi bulan. Gaya gravitasi bulan ini terjadi karena kedudukan bulan sangat dekat dengan bumi. Pada saat terjadi pasang, gelombang air laut sangat besar. Hal ini dapat menyebabkan terkikisnya pasir atau tanah ketika air laut sampai ke tepi pantai.

Karena bumi berputar, bagian bumi yang menghadap ke bulan akan berputar dan menjauhi bulan. Hal ini mengakibatkan gaya gravitasi bulan berkurang sehingga air akan surut kembali. Enam jam kemudian, air pada bagian laut ini turun sampai rendah sekali sehingga terjadilah apa yang disebut surut. Dalam sehari pasang surut terjadi dua kali.

Pasang dan surutnya air laut ini mempengaruhi kapal-kapal yang akan masuk ke dermaga. Pada saat pasang, kapal akan mudah masuk

31

ke dermaga, sedangkan pada saat surut kapal akan sulit merapat ke dermaga.

Gambar 2.1 kapal mudah merapat saat pasang dan kapal sulit merapat saat surut.

2) Perubahan Daratan yang Disebabkan Erosi

Selain akibat peristiwa pasang dan surut air laut, daratan dapat mengalami perubahan karena terjadinya erosi akibat hujan dan tanah longsor. Hujan yang cukup besar di daerah yang tanahnya gundul akan mengakibatkan terjadinya longsor. Erosi atau pengikisan tanah menyebabkan tanah yang mengandung humus akan kehilangan lapisan humusnya karena terbawa oleh air dan tanah longsor.

Hal ini tentu sangat merugikan makhluk hidup. Tanah yang pada awalnya subur akibat erosi menjadi hilang kesuburannya, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan mati. Apabila tumbuhan mati, maka makhluk hidup yang memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan makanannyapun akan terancam kelangsungan hidupnya.

Erosi disebabkan karena banyaknya gunung yang gundul akibat penebangan yang berlebihan. Air laut juga dapat menyebabkan

32

terjadinya erosi. Erosi yang disebabkan oleh air laut disebut abrasi. Abrasi biasanya terjadi di pantai dan menyebabkan pantai semakin lebar.

Gambar 2.2 tanah longsor dan abrasi

3) Perubahan Daratan yang Disebabkan oleh Udara

Selain oleh air, daratan dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh udara atau angin. Badai merupakan angin yang bertip sangat kencang. Pada saat terjadi badai biasanya diikuti perubahan cuaca secara tiba-tiba serta gemuruh petir yang sangat kencang disertai dengan kilatan.

Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa saja yang ada di permukaan tanah. Pohon yang besarpun bisa tumbang karena badai. Bangunan rumah hancur, genting-genting rumah beterbangan dan lahan pertanian akan rusak.

33

4) Perubahan Daratan yang Disebabkan oleh Kebakaran

Daratan juga dapat mengalami perubahan akibat terjadinya kebakaran. Kebakaran hutan diakibatkan karena ulah manusia yang semena-mena melakukan pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar.

Selain itu, kemarau yang cukup panjang mengakibatkan ranting-ranting dan daun kering mudah sekali terbakar. Kebakaran hutan juga mengakibatkan terganggunya berbagai jenis hewan yang tinggal di dalan hutan. Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan juga dapat menyebabkan polusi udara serta mengganggu penglihatan pengguna kendaran bermotor.

Gambar 2.4 kebakaran hutan dan polusi udara

b.Perubahan Kenampakan pada Benda Langit

Di pagi hari kita dapat merasakan hangatnya pancaran sinar matahari yang merupakan sumber utama energi bagi kehidupan makhluk hidup. Di sore hari kita dapat melihat bagaimana matahari terbenam. Pada saat malam hari, kita dapat melihat indahnya bulan dan benda langit

34

lainnya seperti bintang. Benda-benda langit tersebut juga mengalami perubahan kedudukan setiap saatnya.

1) Kenampakan Benda Langit

Apabila diamati dengan cermat dari pagi hingga menjelang petang, posisi matahari senantiasa berubah setiap saat. Matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Jika di pagi hari kita menemukan benda langit berupa matahari maka di malam hari kita dapat melihat bulan.

a) Matahari

Pada saat matahari terbit di pagi hari maka kita akan melihat bentuknya bulat seperti bumi. Langit akan berwarna jingga kemerahan pada saat matahari terbit, sedangkan pada saat terbenam di sore hari langit akan berwarna merah tembaga. Pemandangan yang sangat indah apabila dapat melihat matahari terbit dan terbenam di pagi dan sore hari.

35

Pada pagi, siang, dan sore hari kita akan merasakan perbedaan panas yang diakibatkan oleh matahari. Pada saat pagi dan sore hari, posisi matahari tidak tepat di atas kepala kita tetapi agak miring. Di siang hari kita kan merasa panasnya terik matahari karena pada saat itu matahari tepat berada di atas kepala kita.

Gambar 2.6 posisi matahari pagi, siang, dan sore hari

b) Bulan

Bulan merupakan benda langit yang tidak bercahaya. Pada saat malam hari bulan terlihat sangat indah bersama bintang-bintang yang ada di sekitarnya. Cahaya bulan sebenarnya merupakan hasil pemantulan cahaya yang berasal dari matahari. Cahaya bulan hanya dapat dilihat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena pada siang hari cahaya matahari memancar sangat kuat dan cahaya bulan jauh lebih redup sehingga bulan tidak tepat memantulkan cahaya ke bumi. Jika diamati setiap malam, bentuk bulan ternyata mengalami perubahan setiap harinya. Bulan mengitari bumi dalam jangka waktu 29.5 hari (satu bulan). Selama bulan bergerak, terjadi perubahan sudut antara matahari, bumi dan bulan. Hal inilah yang menyebabkan perubahan kenampakan pada

36

bulan setiap harinya. Perubahan bentuk bulan ini dikenal dengan fase bulan.

Gambar 2.7 kedudukan bumi, bulan, matahari pada fase bulan

Pada saat bulan berada sejajar dengan bumi dan matahari maka bulan hampir tidak dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena bagian bulan yang tidak terkena cahaya matahari menghadap ke bumi. Fase ini disebut fase bulan baru (gambar A). Selanjutnya bulan bergerak mengelilingi bumi. Setelah satu hingga dua hari, bulan bergerak sehingga dapat kita lihat walaupun hanya sebagaian kecil saja (gambar B). Fase ini dikenal dengan sebutan fase bulan sabit. Setelah hari ketujuh, kita dapat melihat setengah sisinya yang terkena cahaya matahari (gambar C). Fase ini dikenal dengan fase bulan separuh.

37

Gambar 2.8 fase bulan

Fase selanjutnya adalah fase bulan bungkuk. Pada fase ini bulan terlihat berbentuk ¾ lingkaran (gambar D). Setelah melakukan putaran selama dua minggu, bulan kini terlihat kembali ke bentuk semula (gambar E). Fase ini disebut fase bulan purnama. Gambar F-H menunjukkan perjalanan sebelumnya. Bentuknya kembali seperti benntuknya di setengah perjalanan pertama.

38

Gambar 2.9 fase bulan

2) Kedudukan Benda Langit

Jika kita perhatikan dengan cermat, pada saat kita memandang langit di malam hari, terlihat antara bintang yang satu dengan bintang yang lainnya tidak berubah kedudukannya. Bintang-bintang yang saling berdekatan tersebut digabungkan menjadi rasi bintang.

a) Rasi bintang layang-layang b) Rasi bintang kalajengking c) Rasi bintang biduk

d) Rasi bintang waluku

C.Strategi Contectual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian CTL

Strategi pembelajaran kontekstual (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktifitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar dengan mengalami secara langsung. Melalui proses mengalami itu diharapkan perkembangan siswa

39

terjadi secara utuh, tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik (Hamruni, 2012: 133).

Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Trianto, 2009: 107).

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadi pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya atau cara siswa belajar. Konteks memberi arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.

Materi pelajaran akan bertambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan,

40

selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara pribadi maupun kelompok.

Jelas bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.

2. Karakteristik pembelajaran kontekstual (CTL)

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajarn kontekstual (CTL), yaitu bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk: a. Mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge).

Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran

41

dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian

memperhatikan detailnya.

c. Memahami pengetahuan (understanding knowledge). Artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. Misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut pengetahuan tersebut dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge). Artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (areflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik proses perbaikan dan penyempurnaan strategi (Hamruni, 2012: 137). 3. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL)

Sesuai dengan asumsi yang mendasari bahwa pengetahuan diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan mengkonstruksikannya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri. Walaupun guru memberikan informasi

42

kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki langkah-langkah. Langkah-langkah inilah yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL), yaitu:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan berasal dari luar tetapi dikonstruksikan oleh dan dari dalam diri seseorang. Karena itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginteprestasikan objek tersebut. Dengan demikian, pengetahuan tidak bersifat statis tetapi dinamis, tergantung individu yamng melihat dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut: 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan saja,

tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

Dokumen terkait