• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL

D. Sanksi apabila ada pekerja/buruh yang tidak terdaftar mengikuti

Pemberi pekerja selain penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjaannya sebagai peserta kepada BPJS beserta para pekerjanya secara bertahap sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutinya. Apabila ada yang tidak memenuhi kewajiban mendaftar akan dikenakan sanksi administratif.

PTPN 3 yang merupakan perusahaan besar di Indonesia selaku pemberi kerja sudah mendaftarkan pekerjanya untuk mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. Pihak PTPN 3 merasa rugi apabila tidak mendaftarkan para pekerjanya. Apabila ada pekerja yang tidak terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan, maka perusahaan akan dikenakan sanksi administratif sesuai Undang-undang yang berlaku. PTPN 3 berkomitmen untuk selalu mendaftarkan pekerjanya di BPJS Ketenagakerjaan, sehingga sampai saat ini tidak ada satupun pekerja yang tidak terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan.

Adapun sanksi administratif sebagaimana dimaksud adalah;50

1. Teguran Tertulis

Sanksi teguran tertulis diberikan paling banyak dua kali masing-masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja oleh BPJS.

2. Denda

a. Sanksi denda diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari sejak berakhirnya pengenaan sanksi teguran tertulis kedua berakhir.

b. Sanksi denda dikenai oleh BPJS dan menjadi pendapatan lain dana

jaminan sosial.

3. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu

a. Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota atas permintaan BPJS.

50 Ibid, hal. 30

b. Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara seperti perizinan terkait usaha atau izin mendirikan bangunan.

c. Sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu yang dikenai

kepada setiap orang, selain pemberi kerja, dan pekerja yang memenuhi persyaratan kepersertaan dalam program jaminan sosial seperti surat izin mengemudi dan paspor.

BAB IV

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN BAGI TENAGA KERJA DI PTPN 3 SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN TENTANG

BPJS

A.Perubahan Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Setiap orang berhak mendapatkan jaminan sosial berupa kesehatan untuk memenuhi kesehatan mencakup fisik,mental dan sosial secara baik dan lengkap. Dimana jaminan sosial tersebut berupa pelayanan kesehatan, perawatan medis.

Pada Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1992, Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) yang ditawarkan oleh PT Jamsostek dahulu wajib diikuti oleh pekerja dan akan mendapat kartu pemeliharaan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan program ini memberikan pelayanan berupa rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan gawat darurat bagi pekerja dan keluarganya yang menderita sakit.

Dengan diberlakukannya peraturan perundang-undangan Republik

Indonesia tentang jaminan kesehatan, negara memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dibentuklah BPJS Kesehatan sebagai pelaksana program tersebut. Peserta jaminan kesehatan berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan nasional yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan kesehatan tingkat pertama (nonspesialistik) dan rujukan tingkat lanjutan (rawat jalan dan rawat inap)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah

untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan merupakan transformasi dari PT. Askes (Persero). Secara umum, karakter dasar PT Askes (Persero) adalah sebuah entitas milik negara (Badan Usaha Milik Negara) yang mencari profit di bidang asuransi kesehatan. Selama ini PT Askes (Persero) sudah menerapkan metode managed care dalam mengendalikan biaya dan mutu layanan kesehatan sehingga dapat mengurangi biaya pelayanan yang tidak perlu yang pada akhirnya dapat meningkatkan

kelayakan dan efisiensi pelayanan kesehatan.51

Pelayanan Jaminan sosial dalam BPJS Kesehatan di PTPN 3 sekarang lebih mudah dibanding JPK (Jaminan Pelayanan Kesehatan) PT Jamsostek dahulu karena adanya hubungan kerjasama antara BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Apabila terjadi kecelakaan kerja pihak BPJS Ketenagakerjaan tetap bisa bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit yang sudah di claim JKK. Contohnya, seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja, BPJS Kesehatan akan koordinasi ke BPJS Ketenagakerjaan. Jadi dalam mengelola pekerja untuk melayani kesehatannya sudah lebih dipermudah dibanding dahulu saat JPK (Jaminan Pelayanan Kesehatan) PT Jamsostek yang tidak seperti sekarang.

51 Novijan Janis, BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan, 2014, Hal. 7

B.Prosedur dan Mekanisme Kepesertaan BPJS Kesehatan

Dalam peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No.1 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, prosedur kepersertaan BPJS Kesehatan adalah :

1. Kepersertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan

Peserta BPJS Kesehatan terdiri atas :

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan, terdiri atas:

1) Orang yang tergolong fakir miskin; dan

2) Orang tidak mampu.52

b. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan53,

terdiri atas:

1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga

negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya;

2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya termasuk

warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya;

3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya.54

52 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggara Jaminan Kesehatan Pasal 5

53 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 4

54 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 6

Peserta pekerja penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya terdiri atas :

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah Non-Pegawai Negeri;

f.Pegawai Swasta;

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang

menerima upah.55

Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota keluarganya terdiri atas :

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah.56

Bukan pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas :

a. Investor;

b. Pemberi kerja;

c. Veteran;

d. Perintis kemerdekaan;

e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis

Kemerdekaan; dan

f.Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e

yang mampu membayar iuran. Penerima pensiun terdiri atas :

a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b. Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak

pensiun;

c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

55 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 7

56 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, Pasal 8

d. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a,b, dan c yang mendapat hak pensiun;

e. Penerima pensiun selain huruf a,b, dan c;

f.Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf e yang mendapat hak

pensiun.57

2. Prosedur Pendaftaran Peserta BPJS Kesehatan

a. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan

Pemerintah.58

Pendaftaran fakir miskin dan orang tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang stastik (Badan Pusat Stastik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementrian Sosial.

Selain itu penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur/ Bupati/ Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

57 Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, Pasal 9

58 http://www.panduanbpjs.com/pendaftaran-pbi-bpjs-kesehatan-untuk-keluarga-miskin/ diakses pada tanggal 10 April 2016

b. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU)

Prosedur khusus bagi pekerja penerima upah berbeda dengan peserta lainnya. Adapun prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut :59

1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta

anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :

a) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya.

b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai

format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

2. Perusahaan/ Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA)

untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

3. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan

untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.

c. Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan

Bukan Pekerja

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja

59 http://www.panduanbpjs.com/prosedur-pendafataran-bagi-peserta-pekerja-penerima-upah/ diakses pada tanggal 10 April 2016

mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain.60

1. Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

a) Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS

Kesehatan

b) Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu

Keluarga

c) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan

melampirkan :

1) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

2) Fotokopi KTP/ Paspor, masing-masing 1 lembar

3) Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada

didalam Kartu Keluarga

4) Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.

d) Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual

Account (VA)

e) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama

(BRI/Mandiri/BNI)

f) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan

untuk dicetakkan kartu JKN.

60http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/program/Bukan-Penerima-Upah-html diakses pada tanggal 10 April 2016

g) Pendaftaran juga dapat dilakukan melalui website BPJS Kesehatan.

2. Pendaftaran Bukan Pekerja melalui entitas berbadan hukum

(Pensiunan BUMN/BUMD)

Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entisitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir

registrasi dan formulir migrasi data peserta.61

Saat ini PTPN 3 telah mengikuti dan mendaftarkan pekerjanya sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku. Adapun hambatan atau kesulitan saat melaksanakan prosedur dan mekanisme kepersertaan BPJS Kesehatan itu berasal dari pihak BPJS Kesehatan sendiri dimana pihak mereka lambat untuk memberi kartu pelayanan kesehatan.Selain itu terdapat pula keluhan bahwa adanya berita terkait pasien akan dipulangkan sebelum benar-benar sembuh atau pulih dan adanyamemberikan batas jangka waktu ketika dirawat di Rumah Sakit yaitu hanya dalam waktu 7 (Tujuh) Hari atau seminggu.

Setelah ditelusuri ke pihak BPJSternyata proses pembuatan kartu BPJS kesehatan langsung dikerjakan pendaftaran, tidak sampai berhari-hari. Namun yang membuat lama adalah pengaktifan dan keluar virtual account sehingga dibayar iuran yang membutuhkan waktu dua minggu. Hal tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku karena terkoneksi dengan program lainnya. Pihak BPJSKesehatan juga menyatakan tidak ada batasan waktu untuk rawat

inapkepada pasien BPJS karena seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan medis nya. Kalau adapun yang seperti itu dengan alasan administrasi harus dilaporkan ke pihak BPJS Kesehatan mengenai nama rumah sakit, nama pasien, waktu pasien opname secara detil, agar bisa dicek kebenaran klaimnya.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta BPJS Kesehatan dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 21 Ayat 1, salah satu manfaat pelayanan promotif preventif meliputi penyuluhan kesehatan perorangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, diharapkan fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tidak hanya sebagai tempat berobat, namun juga sebagai tempat masyarakat memperoleh edukasi kesehatan sebelum sakit.

Pelayanan rujukan bisa dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan jika perujuk (fasilitas kesehatan) tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.Sedangkan rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari

tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi,

atau sebaliknya.62

Peserta BPJS Kesehatan bisa dirujuk dari fasilitas kesehatan yang lebih rendah jika:

1. Permasalahan kesehatan peserta dapat ditangani oleh tingkatan

fasilitaskesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya,

2. Kompetensi dan kewenangan fasilitas tingkat pertama atau tingkat

kedua lebih baik dalam menangani peserta

3. Peserta membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh

fasilitas kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi, dan pelayanan jangka panjang,

4. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan peserta karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan, dan atau ketenagaan.

Bagi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKTRL), sistem

pembayaran yang digunakan adalah sistem tarif paket INA CBG’s. Sistem

INA CBG’s adalah tarif paket pelayanan kesehatan yang mencakup seluruh

komponen biaya RS, mulai dari pelayanan non medis hingga tindakan

medis.Tarif paket dalam INA CBG’s dihitung berdasarkan data di berbagai

RS di Indonesia (pemerintah atau swasta). Data meliputi tindakan medis yang dilakukan, obat-obatan,jasa dokter, dan barang medis habis pakai kepada

pasien, termasuk profit yang diperoleh RS. Data tersebut kemudian dihitung dalam rumus yang berlaku secara internasional dan diambil besaran rata-rata. Dengan paket biaya itu, RS dan dokter dituntut efektif dan efisien dalam

memberikan pelayanan kepada pasien.63

C.Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan

Dalam UU nomor 40 tahun 2004, dinyatakan bahwa program jaminan sosial bersifat wajib untuk mengakomodasi seluruh penduduk. Pencapaiannya dilakukan secara bertahap. Lalu seluruh rakyat wajib menjadi peserta tanpa kecuali. Jaminan sosial yang diprioritaskan adalah program jaminan kesehatan.

BPJS sebagai pelaksana JKN Jaminan Kesehatan Nasional harus memberikan informasi yang paling mudah dipahami bagi pekerja mengenai program jaminan kesehatan tersebut. Adapun hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan sampai saat ini juga banyak yang belum diketahui oleh pendaftar. Dan

hak yang akan didapatkan oleh peserta BPJS adalah sebagai berikut:64

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan.

2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta

prosedur pelayanan kesehatan BPJS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas yang bekerja sama dengan

BPJS kesehatan dalam waktu 24 jam.

4. Menyampaikan keluhan / pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau

tertulis ke kantor BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara resmi JKN.

63 Ibid,diakses pada tanggal 26 April 2014

Setelah mengetahui hak-hak dari Peserta BPJS Kesehatan, pekerja

berkewajiban melakukan beberapa hal sebagai berikut:65

1. Mendaftarkan diri sebagai peserta, dan membayar iuran yang besarnya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Apabila ada perubahan data peserta, baik karena pernikahan,

penceraian, kematian, kelahiran pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat 1, maka segera lakukan pelaporan.

3. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh

orang yang tidak berhak mendapatkan fasilitas JKN.

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan mulai

dari pendaftaran, alur pelayanan dan pembayaran iuran.

Empat jenis pelayanan kesehatan yang diperoleh dan yang dijamin untuk

pekerja yaitu:66

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan

kesehatannon spesialistik yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pelayanan promotif dan preventif;

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun nonoperatif;

e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

65Ibid, Hal. 5

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkatpratama; dan

h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi

pelayanankesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik olehdokter

spesialis dan subspesialis

c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedahsesuai

dengan indikasi medis;

d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai denganindikasi

medis;

f. Rehabilitasi medis;

g. Pelayanan darah;

h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawatinap

di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk petimati dan mobil jenazah;

j. Perawatan inap non intensif; dan

k. Perawatan inap di ruang intensif.

Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalahpersalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.

4. Ambulan

Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dariFasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatanlainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.

Sedangkan jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu:67

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui

prosedursebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yangtidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaandarurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program

jaminankecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaankerja atau hubungan kerja sampai nilai yang ditanggung olehprogram jaminan kecelakaan kerja;

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program

jaminankecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yangditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

67Ibid, Hal. 34-35

8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau

alkohol;

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atauakibat

melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional,

termasukakupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan

efektifberdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health

technologyassessment);

12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagaipercobaan

(eksperimen);

13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggapdarurat,

kejadian luar biasa/wabah; dan

16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan denganmanfaat

jaminan kesehatan yang diberikan.

17. Klaim perorangan.

Adapun Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan terdiri dari:

1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :68

68Ibid, Hal. 26

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Non Perawatan danPuskesmas Perawatan (Puskesmas dengan Tempat Tidur).

b. Fasilitas Kesehatan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI)

1)TNI Angkatan Darat : Poliklinik kesehatan dan Pos

Kesehatan.

2)TNI Angkatan Laut : Balai kesehatan A dan D,

BalaiPengobatan A, B, dan C, Lembaga Kesehatan Kelautandan Lembaga Kedokteran Gigi.

3)TNI Angkatan Udara : Seksi kesehatan TNI AU,

LembagaKesehatan Penerbangan dan Antariksa

(Laksepra) danLembaga Kesehatan Gigi & Mulut (Lakesgilut).

c. Fasilitas Kesehatan milik Polisi Republik Indonesia (POLRI),

terdiridari Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik lain milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara (TPS) POLRI.

d. Praktek Dokter Umum / Klinik Umum, terdiri dari Praktek

DokterUmum Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, KlinikDokter Umum / Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama,RS Pratama.

2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan :69

69Ibid, Hal. 27-28

a. Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum (RSU), RS Umum PemerintahPusat (RSUP), RS Umum Pemerintah Daerah (RSUD), RS UmumTNI, RS Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum Swasta, RSKhusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker(Onkologi), RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin,RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain yang telahterakreditasi, RS Bergerak dan RS Lapangan.

b. Balai Kesehatan, terdiri dari : Balai Kesehatan Paru

Masyarakat,Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anakdan Balai Kesehatan Jiwa.

3. Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak bekerjasama secaralangsung

dengan BPJS Kesehatan namun merupakan jejaring darifasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkatlanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, meliputi :

a. Laboratorium Kesehatan

b. Apotek

c. Unit Transfusi Darah

d. Optik

Aturan baru dalam pelaksanaan jaminan kesehatan saat ini ternyata lebih memudahkan PTPN 3 dan pekerjanya dalam mendapatkan layanan kesehatan. Adapun Rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak PTPN 3 dalam memperoleh pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Royal Prima Medan, Rumah

Sakit Murni Teguh Medan, Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan, Rumah Sakit Permata Bunda, Rumah Sakit Malahayati. Kelima Rumah Sakit ini telah bekerjasama dengan pihak BPJS Kesehatan.

D.Jaminan Pemeriksaan Kesehatan Pada Pekerja

Istilah kesehatan merujuk pada kondisi fisik,mental dan stabilitas emosi. Menurut Undang-undang kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Dimana kesehatan tersebut diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan. Didalam UU No. 36 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3 fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Sesuai Peraturan Pemerintah Presiden Nomor 111 Tahun 2013 dalam pasal

Dokumen terkait