• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Dalam tulisan ini peneliti menyarankan agar agen-agen pemerintah yang yang berkiprah di dalam dunia penyelenggaraan kesejahteraan sosial khususnya bantuan, agar lebih memperhatikan masyarakat minoritas. Kurangnya perhatian pemerintah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhapat negaranya. Pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan kesejahteraan seharusnya juga mau berkordinasi antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan kecemburuan di kalangan masyarakat minoritas karena yang mendapat bantuan hanya-hanya orang pribumi saja.

Sosialisasi yang baik juga harus dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksaan program-program bantuan. Selama ini program bantuan hanya dapat di ketahui apabila penerima bantuan termasuk nominasi calon penerima. Sedangkan masyarakat umum tidak tahu. Hal ini juga sangat merugikan bagi masyarakat minoritas yang memang meiliki sedikit akses untuk mengetahui informasi- informasi berupa bantuan yang di selenggarakan oleh pemerintah.

Selain bantuan dari pemerintah, pihak-pihak terkait dalam peyelenggaraan kesejahteraan sosial seperti PHDI dan perhimpunan kuil, agar terbuka dalam memberi informasi secara luas kepada masyarakat Tamil. Pada dasarnya sasran dari pemberian bantuan oleh PHDI dan Perhimpunan kuil adalah masyarakat Tamil yang miskin. Akses dalam informasi mereka juga sangat sedikit, karena pemberian bantuan dalam skala besar biasanya hanya melalui perwakilan saja. Sehingga tidak menyentuh lini masyarakat Tamil yang miskin.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kota Medan

Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang sering merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau

Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan- bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksimal Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri

baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

2.2 Kota Medan Secara Geografis

Gambar 2.2 Peta Kecamatan di Kota Medan

Kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan yang merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga menjadi pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya seperti Aceh, Sumatera Barat. Sehingga Kota Medan menjadi salah satu kota penting di luar jawa

dengan keadaan wilayahnya sangat strategis. Sebab berada pada berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota/ negara maju seperti Pulau Penang Malaysia dan Singapura. Kalau kita melihat kondisi sumber daya alam yang melimpah dari sektor pertanian, perikanan dan perkebunan sehingga memungkinkan dapat berpotensi menjadi pusat perdagangan.

Sedangkan secara geografis kota medan terletak di antara 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5- 37,5 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 265, 10 km2.Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan kelembaban udara di wilayah ini rata- rata 82-84% dan kecapatan angin rata-rata sebesar 1,38 m/sec.

Kalau melihat secara keseluruhan kota medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Kecamatan-keacamatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Amplas Kecamatan Medan Denai

Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan Kota

Kecamatan Medan Maimun Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Baru Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Petisah Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Tembung Kecamatan Medan Deli Kecamatan Medan Labuhan Kecamatan Medan Marelan Kecamatan Medan Belawan

Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, untuk saat ini masyarakat Tamil sangat dominan menempati wilayah di Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah. Basis masyarakat Tamil yang banyak tersebut di buktikan dengan banyaknya bangunan kuil-kuil yang berada pada daerah pemerintahan Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29

September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

2.3 Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung

untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

2.4 Kota Medan Secara Kultural

Kota Medan sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

Masyarakat Tamil memperlihatkan budaya (cultere) mereka dengan cara ritual religi yang sering mereka lakukan di kuil-kuil. Ritual religi yang mereka lakukan selalu mengarah kepada penyembahan Dewa-Dewa pada setiap perayaan hari besar. Meskipun ritual religi yang mereka lakukan jarang di ketahui masyarakat umum, ritual tersebut dapat berjalan dengan baik.

2.5 Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .

Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 34 153 35 919 70 073 2. Medan Johor 57 495 58 725 116 220 3. Medan Amplas 57 127 58 029 115 156 4. Medan Denai 69 746 70 194 139 939 5. Medan Area 53 866 55 386 109 253 6. Medan Kota 41 298 42 994 84 292 7. Medan Maimun 28 212 29 646 57 859 8. Medan Polonia 26 389 27 038 53 427 9. Medan Baru 20 822 23 394 44 216 10. Medan Selayang 42 434 43 244 85 678 11. Medan Sunggal 54 452 56 216 110 667 12. Medan Helvetia 71 713 73 662 145 376 13. Medan Petisah 32 795 35 325 68 120 14. Medan Barat 38 513 40 585 79 098 15. Medan Timur 56 201 57 673 113 874 16. Medan Perjuangan 51 752 53 950 105 702 17. Medan Tembung 70 628 71 158 141 786 18. Medan Deli 75 246 74 830 150 076 19. Medan Labuhan 53 522 53 399 106 922 20. Medan Marelan 64 183 62 436 126 619 21. Medan Belawan 48 908 47 791 96 700 Kota Medan 1 049 457 1.071.596 2.121.053

Tabel 2.1 Penduduk Kota Medan per Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2009 per Kecamatan

2.6 Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Polonia terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

Kecamatan Medan Polonia dengan luas wilayahnya 8.92 Km2 Kecamatan Medan Polonia adalah daerah pintu gerbang Kota Medan, yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya baik Regional maupun Internasional melalui transportasi udara, dengan penduduknya berjumlah : 53.427 Jiwa (2012).

Gambar 2.3 Peta Kecamatan Medan Polonia (sumber Foto Pribadi)

Kecamatan Medan Polonia ini terdapat Bandara Internasional Polonia sebagai pelabuhan udara yang mampu dilandasi jenis pesawat berbadan lebar seperti Air Bus dan mempunyai jalur penerbangan keberbagai daerah/Kota secara Regional maupun Internasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Polonia ini juga terdapat beberapa jenis usaha industri seperti : Industri Perabot rumah tangga dari kayu, Houlding & Komponen Bahan bangunan, Sepatu, Konveksi, Pengolahan kopi, Kerupuk ubi / kue-kue.

Sebagai informasi bagi investor dan masyarakat pada Kecamatan Medan Polonia ini terdapat : 2 (dua) buah Hotel (Hotel Polonia & Hotel Tiara); Taman Hiburan/Rekreasi di Tugu Ahmad Yani serta 1 (satu) unit Lapangan Golf Polonia dan 1 (satu) buah Universitas Swasta (PT Harapan).

Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan : - Golongan IV : 0 Org. - Golongan III : 10 Org - Golongan II : 14 Org - Golongan I : 1 Org - Lainnya : 0 Org Jumlah Pegawai : 25 Org

2.7 Potensi Wilayah Kecamatan Medan Polonia

A.Data Umum

No Data Umum Keterangan

1 Luas 8,92 Km2

2 Jumlah Kelurahan 5 Kelurahan 3 Jumlah Penduduk 53.427 Jiwa 4 Panjang Jalan Aspal

B.Pelayanan Umum.

No Jenis Pelayanan Keterangan 1 Air Bersih 5684 Pelanggan

2 Listrik 11592 Pelanggan

3 Telepon

4 Gas 1274 Pelanggan

5 Lapangan Olahraga 6 Buah 6 Rumah Sakit 3 Buah 7 Rumah Ibadah 59 Buah

8 Puskesmas 1 Buah

C.Pendidikan

No Jenis Pendidikan Keterangan 1 SD/Sederajat 19 Buah 2 SLTP/sederajat 8 Buah 3 SMU/Sederajat 9 Buah 4 Akademi 5 Universitas 1 buah D.Perdagangan

No Jenis Perdagangan Keterangan 1 Pasar Tradisional 3 Buah

2 Plaza/Mall 1 Buah

3 Pasar Grosir 7 Buah

2.8 Kelurahan Sari Rejo

Kelurahan Sari Rejo merupakan salah satu bagian dari pemerintahan kecamatan kota medan yang mana merupakan sebagian kecil dari wilayah kota medan. Kelurahan Sari Rejo merupakan pemekaran dari kelurahan Polonia. Pada awalnya termasukdalam kecamatan Medan baru dimekarkan sesuai SK Gubsu No.821:4/1991 tanggal 31 oktober 1991. Kecamatan Medan baru di mekarkan menjadi kecamatan Medan Polonia, dan kecamatan Medan maimun kota Metropolitan Medan.

Kelurahan Sari Rejo terletak di bagian paling selatan dari wilayah teritorial kecamatan Medan Polonia. Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sari Rejo pada umumnya adalah masyarakat yang bekerja pada sektor informal yang mana masyarakat kelurahan Sari Rejo memrupakan masyarakat yang multietnis dan multikultural.

Kelurahan Sari Rejo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan lapangan Golf kelurahan Suka Damai (Bandara Polonia dan Pangkalan TNI AU Soewondo Kecamatan Medan Polonia).

- Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan jalan Rel kereta Api Kecamatan Medan Johor.

- Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan Malibu Kelurahan Suka Damai (Kecamatan Medan Polonia).

- Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Sei Babura Kecamatan Medan Selayang.

Gambar 2.4 Peta Kelurahan Sari Rejo (Foto Pribadi)

Letak yang strategis di wilayah kecamatan Medan polonia membuat kelurahan Sari Rejo memiliki beberapa komplek perumahan dan pusat pertokoan yang masih dalam tahap pembangunan dan pengembangan.

Jarak tempuh dari kota Medan sangat dekat yakni posisi kelurahan Sari Rejo lebih kurang 5 (lima) kilometer (KM) dari kantor Pos Besar medan sehingga masih dalam lingkup pusat kota. Akan tetapi siapa saja yang belum pernah berkunjung ke kelurahan Sari rejo maka akan sulit mencari kelurahan tersebut karena berada di bagian dalam (cincin kota), jika melewati jalan SMA II seolah- olah kita berada di sekitar hutan belukar, sedangkan jika kita lewat dari Asrama

Dokumen terkait