• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelenggaran Kesejahteraan Sosial Minoritas Tamil di Kota Medan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan kajian Pembangunan), Depok: Rajawali Pers, 2013.

Budiman, Hikmat. Hak Minoritas ( Ethnos, Demos, dan Batas-Batas Multikulturalisme), ed. Hikmat Budiman, Jakarta : The Interseksi Foundation, 2009.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: P.T Alumni, 2010.

Irianto, Sulistyowati. “Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang Pluralisme Hukum Suatu Tema Non-Sengketa dalam Perkembangan Terakhir Antropologi Hukum tahun 1980-1990-an” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.

Irianto, Sulityowati. Hukum yang bergerak: Tinjauaan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Kymlicka, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES, 2013.

LIPI. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, ed. Mita Noveria, Jakarta: LIPI Pers, 2011.

Lubis, Zulkifli B. “Kajian Awal tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial” Etnovisi: Jurnal Antropologi Sosial Budaya Vol i No.3 Desember 2005. Medan: USU press, 2005, Hal: 138-149.

Moore, Sally Folk. “Hukum dan Perubahan Sosial: Bidang Sosial Semi Otonom Sebagai Suatu Topik Studi Yang Tepat” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.

Saidin. “Pluralisme Hukum dan Masalah Ekonomi” Hukum dan Kemajemukan Budaya¸ ed E.K.M.Masinambow. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Sccot, James C. Senjatanya orang-orang yang kalah, Terj. Prof.A.Rahman Zainuddin, Prof.Sayogyo, Ibu Mien Joebhar. Jakarta: Yayasan Obor Indoensia, 2000.

Spradley, James P. Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007

(2)

Sumber-Sumber Lain

Takari, Muhammad: Makalah, Mengenal Kebudayaan Masyarakat Tamil di Kota Medan. Di presentasikan di UNIMED Medan, 2013

Buku Panduan Program Keluarga Harapan. Kementrian Sosial 2012

James Danandjaja : Diskriminasi terhadap minoritas masih merupakan masalah aktual di indonesia sehingga perlu di taunggulangi segera (http://www.lfip.org/english/pdf/bali‐

Seminar/Diskriminasi%20terhadap%20minoritas%20‐ %20james%20danandjaja.pdf) diakses 9 juni 2014.

Sulistyowati Irianto : Pluralisme Hukum Sebagai Suatu Konsep Dan Pendekatan Teoretis Dalam Perspektif Global

(http://asslesi.wordpress.com/2011/07/11/pluralisme‐hukum‐sebagai‐suatu‐ konsep‐dan‐pendekatan‐teoretis‐dalam‐perspektif‐global/) diakses 9 juni 2014.

Kementrian Sosial :

https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p (akses pada 9 juni 2014.

Data statistik tahun 2013 Sumatera Utara berdasarkan Agama (http://ardi-

lamadi.blogspot.com/2013/07/jumlah-penduduk-berdasarkan-agama-di_9971.html) di akses 11 juni 2014.

Data penduduk kota medan

http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php) di akses pada 23 november 2014

Pengertian CSR (https://almirans.wordpress.com/2012/11/09/pengertian-corporate-social-responsibilities-dan-penerapannya/) di akses pada 23 Oktober 2014

http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)

http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php di akses pada 23 november 2014

KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB)

Wikipedia.org diakses pada 25 Februari 2016 (pukul 13:00 WIB)

(3)

BAB III

ATURAN-ATURAN DASAR PENYELENGGRAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

3.1 Dasar Pelaksaanan Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam UU Nomor

11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan

kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan

dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara

menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara

terencana, terarah, dan berkelanjutan27. Hal inilah yang menjadi aturan-aturan

dasar dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Pembangunan sebagai salah satu bentuk kesejahteraan sosial yang

merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila

kelima Pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

27

(4)

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini

menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan

dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.

Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan

fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan

bermartabat.

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin

dan anak terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan

kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga

negara yang miskin dan tidak mampu.

Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat

yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan,

organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi

profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga

kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang

terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga negara, serta untuk

menghadapi tantangan dan perkembangan kesejahteraan sosial di tingkat lokal,

(5)

Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Materi

pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini, antara lain, pemenuhan hak atas

kebutuhan dasar, penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara komprehensif dan

profesional, serta perlindungan masyarakat. Untuk menghindari penyalahgunaan

kewenangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Undang-Undang ini

juga mengatur pendaftaran dan perizinan serta sanksi administratif bagi lembaga

yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan

kesejahteraan sosial dapat memberikan keadilan sosial bagi warga negara untuk

dapat hidup secara layak dan bermartabat.

3.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Upaya

untuk mewujudkan suatu kesejahteraan sosial, meliputi rehabilitasi sosial,

perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan sosial.

Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan

fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara

persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti

sosial.

Bentuk rehabilitasi sosial meliputi motivasi dan diagnosis psikososial,

(6)

bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling

psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan

resosialisasi, bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.

Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh

rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan

sosial dimaksudkan untuk:

 Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar,

penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita

penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan

sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

 Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas

jasa-jasanya.

Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah

dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. Pemberdayaan Sosial

adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang

mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak. Perlindungan sosial ini dimaksudkan untuk mencegah dan menangani

risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok,

dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan

(7)

3.1.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 11/2009, Penyelenggaraan kesejahteraan

sosial bertujuan:

 meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;

 memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;

 meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial;

 meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia

usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan;

 meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan; dan

 meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3.1.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan,

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas

adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan

memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan,

keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana,

(8)

Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)

No Kementerian Negara/Lembaga 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Real Real Real Real APBN APBNP APBN

1 Kementerian Dalam Negeri 0.1 0.5 9.5 10.9 10.8 10.7 11.9

2 Kementerian Sosial 2.5 2.6 2.9 3.3 4.4 14.8 7.2

3 Kementerian Pertanian 5.1 5.4 0.5 1.3 0.6 0.5 0.8

4 KEMENDIKBUD 29.5 27.0 24.2 27.7 26.1 33.5 23.2

5 Kementerian Kesehatan 11.5 14.0 17.4 19.4 22.6 22.6 26.2

6 Kementrian Agama 4.6 3.8 3.7 5.1 6.6 6.6 17.1

7 Kementerian Koperasi dan UKM 0.6 0.5 0.7 0.8 1.5 1.5 1.2

K/L Kainnya 12.8 13.6 18.3 18.8 21.9 21.9 23.1

Jumlah 66.8 67.3 77.0 87.3 94.4 112.1 110.8

Melalui Non K/L 13.1 14.1 19.2 21.9 20.0 24.3 23.6

a.l Subsidi Pangan 13.0 13.9 16.5 19.1 17.2 21.5 18.8

Penyertaan Modal negara dalam rangka Mendukung KUR

2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Total 79.9 81.5 96.1 109.2 114.4 136.5 134.5

Tabel 3.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)

Sumber : http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)

3.2 Program Keluarga Harapan

PKH adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai

kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), selama keluarga tersebut memenuhi

kewajibannya. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban

RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai

kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari

perangkap kemiskinan.Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian

(9)

Lima Komponen Tujuan MDG’s yang akan terbantu oleh PKH yaitu:

 Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan;  Pendidikan Dasar;

 Kesetaraan Gender;

 Pengurangan angka kematian bayi dan balita;  Pengurangan kematian ibu melahirkan.

 PKH diarahkan untuk membantu kelompok sangat miskin dalam memenuhi

kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada

keluarga untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi.

 PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk

memeriksakan ibu hamil / Nifas / Balita ke fasilitas kesehatan, dan

mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan.

 Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai

kemiskinan antar-generasi.

3.2.1 Landasan Hukum

 Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

 Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.

 Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

 Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga

(10)

 Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan

Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai

Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

3.2.2 Dasar Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:

31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang "Tim Pengendali Program Keluarga Harapan"

tanggal 21 September 2007

 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang

"Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008" tanggal 08

Januari 2008.

 Keputusan Gubernur tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga

Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD".

 Keputusan Bupati/Walikota tentang "Tim Koordinasi Teknis Program

Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD".

 Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga

Harapan.

3.2.3 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang

(11)

Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian

target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH

adalah:

a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi

Peserta PKH

b. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH

c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah

lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).

3.2.4 Lokasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

Ketika awalnya dilaksanakan sebagai suatu kegiatan uji coba di tahun

2007, PKH dijalankan di 7 (tujuh) provinsi, 48 kabupaten/kota, dan melayani

387.928 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Pada tahun 2011, pelaksanaan

PKH telah dikembangkan di 25 provinsi, 118 kabupaten/kota, dan melayani

1,1juta RSTM.

Tabel: Peserta dan Jumlah Lokasi PKH Menurut Tahun Kepesertaan 2007-2008

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Target 500.000 641.000 720.000 816.000 1.116.000 1.516.000 2.400.000 3.200.00

Realisasi 387.974 620.844 726.376 774.293 1.052.201 1.492.473 2.326.523 -

Tambahan Peserta - 232.874 105.528 47.917 277.908 440.272 834.050 -

Provinsi 7 13 13 20 25 33 34 -

Kab/Kota 48 70 70 88 118 166 333 -

Kecamatan 337 637 781 964 1387 1787 1378 -

(12)

Pada tahap perluasan, PKH akan dilaksanakan di seluruh provinsi di

Indonesia. Jumlah penerima manfaat (beneficiaries), atau peserta PKH akan

ditingkatkan secara bertahap hingga menjangkau seluruh keluarga dalam rumah

tangga sangat miskin (RTSM), dengan menyesuaikan kemampuan negara. Hingga

tahun 2014 peserta PKH ditargetkan sebesar 3,2 juta Keluarga Sangat Miskin.

3.2.5 Proses PKH terdiri dari

a. Seleksi dan Penetapan lokasi PKH

b. Sosialisasi dan Rapat Koordinasi

c. Rekruitmen dan Diklat Pendamping- Operator PKH

d. Pembentukan Sekretariat UPPKH Kab/Kota (Perangkat SIM PKH)

e. Pertemuan Awal dan Validasi calon Peserta PKH

f. Pembayaran pertama kali dan Rekonsiliasi

g. Bimbingan Teknis (Reguler dan Service Provider)

h. Verifikasi komitmen peserta PKH pada layanan Kesehatan dan Pendidikan

i. Pembayaran berdasarkan verifikasi

(13)

3.2.6 Teknis Pelaksanaan

Program ini didasarkan pada 3 hal:

1. Verifikasi, yang merupakan esensi utama dari PKH. Kegiatan verifikasi

mengecek kepatuhan peserta memenuhi persayaratan yang telah

ditetapkan.

2. PKH melaksanakan pemotongan bantuan tunai bagi keluarga yang tidak

mematuhi kewajiban yang telah ditetapkanPeserta PKH mengetahui persis

bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat

menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program

ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan

perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan

kesehatan.

3. Peserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah

kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen

penting dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi

dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang

pendidikan dan kesehatan

3.2.7 Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan

Data keluarga yang dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data

Terpadu dan memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut,

yaitu:

(14)

2. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak

pra sekolah)

3. Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun),

4. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),

Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk

anak dengan disabilitas.

3.2.8 Hak Peserta Program Keluarga Harapan

 Mendapat bantuan tunai sesuai persyaratan

 Mendapat pelayanan kesehatan di penyedia pelayanan kesehatan (Puskesmas,

Posyandu, Polindes, dsb)

 Mendapat pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan

dasar 9 tahun dan anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan

pendidikan dasar, melalui program pendidikan formal, informal maupun non

formal

 Peserta PKH diikutsertakan pada Program bantuan sosial lainnya (Jamkesmas,

BSM, Raskin, Kube, BLSM)

3.2.9 Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan

Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi

persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan

anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.

1. Kesehatan

(15)

PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan

dalam protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:

- Anak usia 0-6 tahun:

a. Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat

lahir, menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling

menyusui.

b. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3

kali: pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28

hari. Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja).

c. Anak usia 0–11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,

Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap

bulan.

d. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2

(dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.

e. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan

ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

f. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan

untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila

(16)

- Ibu hamil dan ibu nifas:

a. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di

fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia

kehamilan sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6

bulan, dua kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen

tablet Fe.

b. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas

kesehatan.

c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan

mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada

minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.

 Anak dengan disabilitas: Anak penyandang disabilitas dapat memeriksa

kesehatan di dokter spesialis atau psikolog sesudai dengan jenis dan

derajat kecacatan.

3.2.10 Penerima Bantuan

 Ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada keluarga yang

bersangkutan

 Jika tidak ada ibu, yang menerima adalah kakak perempuan dewasa

 Yang berhak mengambil pembayaran adalah yang namanya tercantum di kartu

PKH dan bukan wakilnya

Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal

(17)

yang dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan cakupan PKH

adalah sebesar 3,2 juta keluarga.Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah

Tangga, terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga.

Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang

tua–ayah, ibu–dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab terhadap

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu keluarga

adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Beberapa

keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu

kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).

PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM).

3.2.11 Indeks dan Komponen Bantuan tahun 2015

Skema Bantuan Indeks Bantuan Per-KSM/tahun

Bantuan tetap Rp. 500.000

Bantua bagi peserta PKH dengan Komponen :

a. Ibu hamil/Menyusui/Nifas/Anak uia di bawah 6 tahun

b. Anak SD dan yang sederajat c. Anak SMP dan yang sederajat d. Anak SMA dan yang sederajat

Rp. 1.000.000

Rp. 450.000

Rp. 750.000 Rp. 1.000.000

Bantua Minimum per KSM Rp. 950.000 Bantuan Maksimum per PKH Rp. 3.700.000

(18)

 Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi keluarga dengan anak di bawah umur 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.

 Untuk usia 6 tahun, masuk ke dalam layanan Kesehatan APRAS.

 Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga Peserta PKH, maka besar bantuan yang diterima setiap Peserta PKH akan bervariasi. Contoh variasi besar bantuan, baik per tahun maupun per triwulan, berdasarkan komposisi anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel berikut:

Variasi Komposisi Anggota Keluarga dan Jumlah Bantuan

No Nominal Tabel 3.4 Komposisi Bantuan

(Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)

(19)

Seluruh anggota rumah tangga yang menjadi penerima bantuan PKH,

seperti yang tertera pada tabel 6 (Variasi Nominal Bantuan/tahun, berdasarkan

Komponen PKH) di atas, diharuskan menjalankan kewajiban sebagai peserta

PKH.

Bantuan tetap per RTSM/KSM per tahun sebesar Rp. 300.000,- dibayarkan

pada tahap penyaluran bantuan kedua. Sedangkan untuk peserta PKH lokasi baru

yang bantuannya hanya dibayarkan satu kali (di akhir tahun), besar bantuan tetap

per RTSM/KSM sebesar Rp 75.000,-

Apabila Peserta PKH tidak memenuhi kewajiban atas syarat kepersertaan

dalam tiga bulan, maka akan dilakukan pengurangan pembayaran bantuan tunai.

Pemotongan langsung dikenakan terhadap total bantuan pada periode tersebut.

Penggunaan bantuan tidak diatur dan ditentukan, tetapi diprioritaskan untuk

mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Penggunaan bantuan tidak

diperbolehkan untuk konsumsi yang merugikan hak anak seperti rokok, minuman

keras, judi dan lainnya.

Mengingat bahwa besaran bantuan PKH telah berjalan selama hampir 5

tahun, maka pada tahun-tahun mendatang besaran bantuan ini akan dievaluasi dan

disesuaikan dengan tingkat harga dan kemampuan keuangan negara.

Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program Bantuan Sosial

secara terintegrasi. Karena Peserta PKH merupakan kelompok yang paling

miskin, maka idealnya Peserta PKH juga secara otomatis mendapatkan program

lainnya seperti Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan bagi Siswa Miskin, Beras

(20)

Siswa dari Rumah Tangga Peserta PKH seharusnya mendapatkan program

Bantuan Siswa Miskin (BSM), Hal ini juga telah dicantumkan di dalam Pedoman

Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Selain itu sudah ada Surat Edaran dari

Dirjen Pendidikan Islam No: Dj.1/PP.04/51.2014, Kementerian Agama mengenai

Prioritas anak peserta PKH untuk memperoleh BSM dari Kemenag.

Tahapan Pembayaran PKH

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

Tahap I

Pencairan

Tahap II

Pencairan

Tahap III

Pencairan

Tahap IV

Pencairan

Tabel 3.5 Tahapan Pembayaran PKH (Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)

3.2.12 Resertifikasi

Pada tahun kelima kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi.

Resertifikasi adalah kegiatan pendataan ulang yang dilakukan pada tahun kelima

kepesertaan rumah tangga dengan menggunakan metode tertentu. Meski Program

Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH

tidak akan bersifat permanen.

Kepesertaan penerima bantuan PKH selama enam tahun selama mereka

masih memenuhi persyaratan yang ditentukan, apabila tidak ada lagi persyaratan

yang mengikat maka mereka harus keluar secara alamiah (Natural Exit). Untuk

peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam tahun diharapkan terjadi

(21)

dan peningkatan status sosial ekonomi.

3.2.13 Strategi Transformasi PKH

Dilakukan pelaksanaan Resertifikasi pada tahun kelima kepesertaan PKH

dengan melihat kondisi sosial ekonomi serta syarat kepesertaan rumah tangga

PKH. Rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan akan keluar dari program

(Lulus), sementara itu untuk mereka yang masih memenuhi persyaratan akan

menerima tambahan program selama tiga tahun dalam masa transisi.

Rumah Tangga Transisi diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Pertemuan

Peningkatan Kemampuan keluarga (P2K2) dengan memperoleh pengetahuan

mengenai; Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga. Rumah

Tangga yang Lulus (Graduasi) direkomendasikan untuk menerima program

perlindungan sosial lainnya.

(22)

BAB IV

PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG AKTUAL PADA MASYARAKAT TAMIL

Pada saat ini program-program dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial

sangat banyak di tujukan untuk bantuan Charitry28 saja. Charitry itu sendiri

memiliki arti pemberian dan amal. Dalam kajian pemberdayaan masyarakat,

Charitry dapat di artikan sebagai pemberian bantuan kepada masyarakat, yang

mana masyarakat tersebut akan terselamatkan kehidupan ekonominya dalam

jangka pendek dan sementara. Apabila bila kondisi ekonomi masyarakat tersebut

melemah kembali, maka akan diberikan bantuan kembali oleh pihak-pihak yang

terkait.

Bantuan yang diberikan dalam bentuk charity ini akan membuat

masyarakat penerima bantuan menjadi malas berusaha. Mereka beranggapan

bahwa bantuan tersebut akan mereka terima kembali saat merek dalam keadaan

susah. Bantuan-bantuan yang berikan oleh pihak-pihak pemberi biasanya hanya

bersifat sementara dan memiliki jangka waktu tertentu.

4.1 Program Keluarga Harapan Dalam Kajian Antropologi Hukum

Negara Indonesia telah memiliki aturan sendiri tentang penyelenggaraan

Kesejahteraan sosial yang tertuang dalam aturan negara dan terformulasi secara

jelas dalam sistem hukum negara. Tetapi lembaga atau institusi diluar pemerintah

28

www.artikata.web.id/arti‐charitry‐antropologi‐kamus‐bahasa‐kbbi.html diakses pada 4 maret 

(23)

memiliki aturan sendiri dalam melakukan penyelenggraan kesejahteraan sosial,

baik atas dasar hukum agama (aturan agama) maupun atas dasar hukum adat

(aturan adat).

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibawahi pemerintah pasti

memiliki aturan main yang jelas, hal itu dapat dilihat dari sistem yang dimainkan

oleh para broker-broker yang ditugaskan pemerintah dalam menjalakan setiap

program-programnya. Setiap program pasti memiliki kelebihan dan kelemahan

yang, karena program-program itu dilaksanakan oleh manusia yang memang

memiliki kekuasaan atas diri mereka sendiri. Setiap individu memiliki kuasa

tertinggi terhadap tindakan, prilaku, nilai dan norma yang akan mereka jalankan

dan terapkan dalam pekerjaan, kegiatan maupun keseharian mereka.

Aturan aturan Ideal

Pelaksanaan Secara Aktual

Hubungan Antara Patron dan Client Hanya sebatas Bantuan

Gambar 4.1 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Pemerintah Client Masyarakat

Selaku Penerima

Bantuan Broker

(Agen-Agen Pemerintah) Patron

(24)

4.1.1 Penerapan Program Keluarga Harapan Pada Masyarakat Tamil

Program Keluarga Harapan memiliki kontribusi yang sangat besar bagi

keluarga yang mendapatkannya. Pemerintah pusat juga telah mengucurkan dana

yang cukup besar untuk program ini. Program di bawah Kementrian Sosial ini

juga memiliki akredikat yang baik dari pemerintah pusat karena input dan output

yang dihasilkan sangat memuaskan.

Pelaksaan program ini dalam masyarakat miskin sudah bisa kita pastikan

akan merubah hidup keluarga yang menerimanya.

Program ini merupakan program jangka panjang, karena pemberiannya dilaksanakan selama enam tahun lamanya. Pada tahun kelima maka kita akan melakukan resertifakisi pada tahun kelima. Fungsi resertifakisi itu untuk melihat apakah peserta PKH masih berhak menerima bantuan tersebut atau tidak.

Hal-hal yang dapat menyebabkan psesrta PKH tidak dilanjutkan pemberian dananya adalah

1. karena sudah mapan dan tidak perlu di bantu lagi, 2. Atau karna pola pikirnya telah berubah.

3. Karena dalam peserta PKH sudah tidak ada lagi anak sekolah atupun balita/ibu hamil maupun nifas.

Apabila nanti peserta PKH memang berhak menerima bantuan lanjutan, maka pada tahun keenam akan dilanjutkan pemberian dananya selama tiga tahun kedepan. Selama tiga tahun kedepan maka para peserta PKH di ajarkan agar dapat melakukan usaha mandiri baik kelompok maupun individu. Agar mereka tidak terlalu bergantung lagi pada program ini.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Program ini tidak mendapat dukungan penuh dari program pemerintah

yang lain seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah

(25)

Program Keluarga Harapan.

Setiap Kementerian yang memberikan bantuan kepada masyarakat miskin pernah melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana datanya terintegrasi dari data BPS dan berharap kordinasi yang dilakukan tidak ada kesalahan maupun timpang tindih antara satu lembaga dengan lembaga lain. Kementerian Pusat telah membuat kebijakan yang telah di sepakati oleh Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahwasanya setiap badan atau lembaga terkait di tingkat provinsi maupun kota agar melakukan kordinasi yang sama. Tujuan dari kordinasi itu sendiri untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Tingkat provinsi dan kota telah mengeluarkan surat keputusan untuk tiap-tipa lembaga terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kanwil Agama, dan dinas terkait lainnya. Untuk penyalur seperti Bank dan PT Pos berkewajiban untuk memnyalurkan dana sesui dengan ketentuan. Tetapi hal itu cuma sebagai harapan semata saja. Kordinasi dapat di ucap tapi susah di lakukan. Kota Medan sendiri pernah akan melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana akan menghasilkan sebuah kerja sama yang memungkinkan tiap instansi bersenergi dan saling mendukung antara saru dengan yang lain. Tetapi harapan besar untuk membuat Bank Data yang akan digunakan untuk pusat data bersama-sama tidak terealisasi sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa setiap lembaga hanya ingin menjalankan program mereka masing-masing.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Bagi peserta Program Keluarga Harapan yang telah mendapatkan bantuan

dari pemerintah. Sangat sulit mendapatkan bantuan pemeritintah lain. Hal itu

terjadinya kurang kordinasi yang kurang baik dan tidak saling mendukung.

Dampak kurang kordinasi tersebut membuat masyarakat yang pantas

mendapatkan bantuan menjadi terhambat.

(26)

mengakhiri kondisi kehidupan miskin mereka dan menjadi mandiri dengan bantuan yang mereka terima.

(Wawancara dengan kak Ivo Nila Sari).

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa setiap lembaga memliki aturan main

sendiri (Self Regulation) meskipun telah membuat kesepakatan lintas sektoral,

tetapi tetap saja berjalan sesuai kepentingan masing-masing instansi. Pelaksana

tingkat daerah telah memainkan perannya sesuai dengan aturan yang mereka

pahami baik secara formal maupun non formal.

Berikut data penerima Program Keluarga Harapan di Kota Medan :

No Kecamatan Penerima

1 Medan Amplas 844

(27)

4.1.2 Patron dan Clien dalam Pemberian Bantuan PKH 4.1.2.1 Pemerintah Sebagai Patron

Pemerintah pusat sebagai pemilik dana dan anggaran dalam pelaksanaan

kegiatan ini membuat pemerintah pusat menjadi aktor penting dalam pembuat

kebijakan dan aturan main dalam setiap proses pelaksanaannya. Kebijakan

pemerintah pusat dalam pembuatan prosedur pemberian menjadikan pemerintah

sebagai Patron.

Patron sebagai pemberi dan pemilik dana memiliki haran besar terhadap

apa yang mereka danai. Pembuatan kebijakan apapun pasti akan dilakukan demi

khalayak peserta program yang mereka jalankan agar tidak ada kesalahan maupun

cacat yang dapat merugikan negara. Proses pengawasan selalu dilakukan dengan

memonitoring setiap langkah-langkah yang di ambil.

4.1.2.2 Pendamping sebagai Broker

Dalam pelaksanaanya, pemerintah pusat memiliki kaki tangan dalam

menjalankan kegiatanya yaitu dengan memilih penyalur atau tenaga sosial untuk

menjalankan programnya. Pemilihan tenaga sosial di pilih langsung oleh

pemerintah pusat dengan membuka kesempatan bagi putra-putri daerah untuk

menjadi Pendamping program PKH.

Pendamping disini disebut dengan broker. Pendamping merupakan aktor

yang menentukan keluarga mana saja yang pantas menerima bantuan atau menjadi

peserta PKH dan berhak memberhentikan sesuai prosedur yang di tetapkan. Tetapi

dalam meskipun pendamping adalah orang yang menjalankan prosedur pemilihan

(28)

tergantung pada pemdamping meskipun pendamping telah memiliki data dari

BPS.

Pendamping adalah Instrumen paling penting dalam program ini. Hal ini membuat para pendamping mendapatkan gaji atau honor dari pemerintah pusat secara langsung. Pencairan honor tidak ada hubungannya denga pemerintah daerah ataupun kami penanggung jawab wilayah.

(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)

Seorang pendamping saat melakukan bimbingan pemantapan pernah

mengatakan bahwa pekerjaannya sebagai pendamping hanya sampingan saja,

karena masih banyak yang perlu di lakukannya di rumah. Honor yang pada saat

itu hanya sebatas UMR membuatnya menjadikan pekerjaan seorang pendamping

menjadi no dua, hal ini penulis dengar saat pendamping tersebut diskusi dengan

temannya.

4.1.2.3 Peserta sebagai Clien

Para peserta PKH adalah clien yang menerima bantuan dan tunduk pada

setiap prosedur dan aturan yang telah di tetapkan. Keluarga yang menjadi peserta

PKH tidak boleh melanggar aturan atau sanksi yang tegas akan mereka terima.

Pada posisi ini mereka berada di posisi yang lemah, karena mereka bergantung

kepada kinerja dari para pendamping selaku broker dan pemerintah selaku

pemberi dana.

4.1.2.4 Hubungan Patron dan Broker

Pendamping bertanggung jawab kepada penanggung jawab tinggka

(29)

menjalankan tugas, maka mereka akan di gantikan. Seandainya mereka

mengundurkan diri maka pihak UPPKH akan melaporkan kepada pihak

penanggung jawab tingkat provinsi yang mana tingka provinsi akan membuat

permohonan pergantian pendamping di wialayahnya.

Gambar 4.2 Perbincangan Pendamping dengan Koordinator wilayah Sumatera Utara dan Perwakilan dari Dinas Kesejahteraan Sosial

4.1.2.5 Hubungan Broker dan Clien

Hubungan yang terjalin antara pendamping dan peserta penerima bantuan

tidak hanya sebatas administrasi bantuan saja, melainkan sampai program itu

berakhir habis setela restifikasi yang berjalan di tahun kelima sampai tahun

kedelapan. Selama progra tersebut berjalan, maka pendamping akan terus

memperhatikan peserta yang menjadi tanggung jawabnya untuk melihat keaktifan

dalam menjalankan program tersebut. Perhatian yang di berikan dapat berupa

(30)

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pendamoing memiliki kuasa

untuk melakukan pendataan tentang kemajuan, hal ini dapat menyangkut

oemberhentian penyaluran bantuan kepada peserta penerima bantuan, dan dapat

juga berupa oemberian sangsi tegas maupun ringan. Pendaming juga memberikan

fasilitas berupa akses menuju sekolah untuk sektor pendidikan dan posyandu

untuk sektor kesehatan.

Pada saat pencairan dana dari kantor POS, pendamping juga harus

mendata ulang kembali dan melohat peserta yang berada di bawah tanggung

jawabnya serta harus mendampingi sampai peserta menerima haknya sebagai

penerima bantuan.

Pendampingan yang dilakukan oleh para pendamping sangat bagus, mereka sangat memperhatikan dengan baik kondisi kami. Contohnya saya sendiri dek, saya sebagai ibu-ibu yang memiliki anak balita selalu di ingatkan untuk hadir ke posyandu tepat waktu. Pendamping saya mengatakan kalau hal itu baik untuk anak saya kelak. Dia juga mengatakan kalau anak saya kurang gizi, amak saya sendiri yang akan repot. Do posyandu kami juga mendapatkan perhatian khusus dari pihak posyandu dek, karena kami memang di prioritaskan oleh pihak posyandu, meskipun memang kami haarus antri menunggu giliran juga. Pendamping kami selalu menemami kemanapun asal berhubungan dengan program ini. Tetapi apabila kami lalai, maka pendamping kami selalu mengingatkan akan sangsi tentang pencabutan dana bantuan dek. Kalau dana itu di cabut, maka kami sekeluarga akan kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan dek.

(31)

4.2 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Non Pemerintah/Lembaga Agama.

Beda halnya dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang didasari

hukum negara. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang di dasari Hukum Non

Formal lebih mengacu kepada hukum agama dan hukum adat. Salah satu bentuk

penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan hukum non formal adalah dengan

diadakannya kegiatan yang memang membantu orang miskin, baik dalam bentuk

kesehatan, pendidikan, maupun sandang dan pangan tanpa mengacu pada data

yang di peroleh dari lembaga maupun instansi lain.

Data penerima bantuan dapat di lihat dari kehidupan ekonomi tanpa harus

melakukan proses administratif seperti yang dilakukan oleh pihak pemerintah.

Esensi dari pelaksanaan kesejahteraan sosial yang di dasari hukum sendiri (Self

Regualation), membuat pihak penyelenggara dapat melakukan proses tersebut

tanpa ada tekanan dari pihak lain. Proses pelaksaan kesejahtraan sosial yang

dilakukan secara mandiri oleh lembaga atau yayasan di luar pemerintah bersifat

sementara dan tidak mengikat. Sehingga membuat penerima bantuan tidak bisa

bergantung terhadapat bantuan tersebut untuk jangka waktu panjang.

Bantuan yang di terima masyarakat Tamil dalam bentuk Kesejahteraan

Sosial dapat berupa Subsidi Sembako (Pasar Murah/Pasar Rakyat), Fasilitas

Kesehatan, Bantuan Administrasi dari masyarakat, Kuil, Parisada Hindu Dharma

(32)

Aturan-Aturan Sendiri

Pelaksanaan Secara Aktual

Patron dan client tidak memiliki Hubungan (Rasa Peduli)

Gambar 4.3 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Non

Pemerintah

4.2.1 Pasar Murah/Pasar Rakyat.

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatera Utara setiap

tahun melakukan program atau kegiatan yang membantu masyarakat

miskin Hindu yang mayoritas penerimannya adalah masyarakat Tamil.

Kegiatan itu biasanya lebih mengacu kepada pemberian bantuan berupa

sembako dan keperluan sehari-hari dan biasanya disebut pasar murah.

Waktu pelaksanaan kegiatan ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum

acara Deepavali atau sering di sebut hari raya Hindu Tamil.

4.2.1.1 Pengertian Pasar Murah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pasar Murah atau dikenal Pasar Rakyat adalah pasar yang diselenggarakan pada

waktu-waktu tertentu dengan harga di bawah harga pasaran pada umumnya29.

Biasanya pasar murah ini mendapat dukungan dari individu, kelompok,

29

KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB)

(33)

lembaga/instansi maupun pemerintah yang mana dukungan tersebut dapat

berupa barang-barang pokok maupun uang yang digunakan untuk membeli

barang-barang yang akan di guanakan dan di jual pada pasar murah.

Pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan pasar murah ini hanya

mendapat bantuan dari para-para umat Hindu yang memang sudah

memiliki kehidupan yang layak maupun masyarakat dari agama lain.

Selama sepuluh tahun terakhir selalu saja pihak PHDI melaksanakan pasar murah. Tetapi dengan jumlah yang berbeda-beda, tergantung bantuan yang di terima pihak PHDI tiap tahunnya. Ada juga teman-teman dari agama lain yang membantu. Sekitar tiga tahun yang lalu kita di bantu oleh saudara kita yang beragama Kristen.

(Wawancara dengan Bapak Naraim Sami)

Hasil penuturan dari Bapak Narain Sami menjelaskan bahwa

pelaksanaan kegiatan pasar murah yang diadakan sebelumnya, mendapat

bantuan dari beberapa tokoh masyarakat dan masyarakat Tamil yang

berkehidupan mapan dengan jumlah tiga ratus paket sembako yang

ditujukan untuk masyarakat Tamil yang memang berkehidupan kurang

mampu atau miskin.

Selain bantuan dari umat-umat Hindu dan umat agama lain

membantu, pihak PHDI hampir setiap tahun mengajukan permohonan

bantuan kepada pemerintah agar mendapat bantuan untuk pelaksanaan

kegiatan ini, namum belum ada tanggapan baik dari pemerintah kota,

provinsi maupun pusat.

(34)

permohonan kembali kepada pemerintah, akhirnya permohonan tersebut

mendapat tanggap dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(UKM).

Bantuan yang kita terima sekarang adalah hasil dari proses setelah beberapa kali mengajukan permohonan, kita patutt bersyukur karena telah mendapatkan bantuan itu untuk masyarakat Hindu Dharma. Bantuan yang di terima dari Kementerian Koperasi karena pasar murah yang sebelumnya mendapat perhatian dari dinas koperasi provinsi Sumatera Utara. Sebenarnya bantuan tersebut karena mendapat support dan dukungan dari teman kita yaitu Pak Haikal agar mengajukan permohonan kembali kepada Kementerian. Bantuan yang di terimanya tidak lepas dari rasa hubungan bantin yang kita rasakan. Hubungan batin yang saya maksudkan adalah bahwa Menteri Koperasinya adalah orang Hindu seperti kita. Tetapi bantuan tersebut tidak hanya diberikan kepada umat Hindu, melainkan kepada teman-teman dan saudara kita dari umat lain juga.

(Wawancara dengan bapak Naraim Sami)

Sebelumnya pihak PHDI yang telah melaksanakan kegiatan

pasar murah dengan jumlah tiga ratus paket. Maka pada saat

pelaksanaannya yang di bantu oleh Kementerian Koperasi dan UKM

di beri bantuan sebanyak 1250 paket dari 1500 paket yang di ajukan

kepada pihak Kementerian.

4.2.1.2 Kupon/Voucher

Terbatasnya jumlah paket yang diterima membuat PHDI harus

mensiasati agar yang mendapatkan paket tersebut tepat sasaran. Pihak

PHDI menyediakan Kupon untuk masyarakat, kupon tersebut disebar

diseluruh wilayah Sumatera Utara dan berfokus pada Kota Medan.

(35)

kecil atau karcis yang dapat ditukarkan dengan barang atau untuk membeli

barang dan sebagainya atau surat kecil tanda mendapat bunga uang dan

dapat juga disebut juga surat kecil yang dapat disobek dari buku atau

majalah untuk memesan barang dan sebagainya untuk memperoleh

hadiah30 .

Gamber 4.4 Voucher (Sumber PHDI Sumatera Utara)

Kupon yang dibagikan tersebut di hargai dengan nilai seharga

barang Rp.15.000 dan dapat ditukarkan pada saat pengambilan di tempat

yang telah di tentukan. Oktober lalu pemberian dan pelaksaan Pasar

Rakyat ini berlangsung di kantor Kecamatan Petisah. Pemilihan lokasi

tersebut menurut pihak PHDI karena lokasi yang mudah di jangkau dan

akses kendaraan umum yang banyak melewati daerah tersebut.

Kupon-kupon itu hanya di berikan kepada para

perwakilan-perwakilan tiap daerah dan wilayah di kota Medan. Setiap perwakilan-perwakilan

bertanggung jawab memegang dan menjual kupon-kupon tersebut di

wilayah mereka. Setiap perwakilan di berikaan 100-150 kupon saja.

(36)

Saya hanya mendapatkan 100 kupon saja, jadi saya bisa menjualnya kepada orang-orang yang tidak mampu di wilayah tempat tinggal saya. Bagi mereka yang menginginkannya bisa menghubungi saya secara langsung untuk mendapatkan kupon dengan sayarat membayar uang sebesar Rp.15.000,-.

(Wawancara dengan Bapak Manugren)

4.2.1.3 Proses Pembagian Paket

Pada saat bantuan yang berjumlah tiga ratus paket, PHDI di bantu

oleh Satuan Komando Trisula yang berada dibawah kordinasi TNI AU.

Proses pelaksanaan pembagian di dasarkan berdasarkan data penerima

kupon/voucher. Peminat yang cukup banyak untuk pembagian paket

bantuan membuat proses pembagian berjalan dengan lancar.

Paket yang di terima dari Kementerian Koperasi dan UKM

mengalami sedikit perbedaan penyaluran. Perbedaan penyaluran terjadi

karena pihak Kementerian hanya mau memberikan bantuan berupa barang

sesuai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Melihat perbedaan yang

signifikan dapat kita lihat pada saat proses pembagian kupon. Pembagian

kupon dilaksanakan dengan cara mewakili kepada beberapa orang untuk

menyebarkan dan menjual kupon tersebut sebanyak 1250 lembar kepada

masyarakat miskin dengan harga Rp.15.000.

Kementerian meminta pihak PHDI menunjuk sebuah CV untuk

menyediakan barang-barang tersebut. Pihak Kementerian akan

membayarkan langsung dan pihak PHDI tinggal melaksankan proses

pembagian. Proses pembagian juga menunggu pihak Kementerian yang

(37)

untuk membeli voucher digunakan untuk administrasi dan hal-hal yang

berhubungan dengan kegiatan seperti pembiayaan perwakilan

Kementerian.

Gambar 4.5 Pemberian Bantuan Paket kepada Masyarakat Tamil

Kegiatan dan bantuan ini sangat menguntungkan bagi kami selaku masyarakat miskin. Bantuan yang di berikan berupa sembako lebih berharga dari pada pemberian uang tunai. Pemberian uang tunai akan sangat sulit mengendalikannya. Mesikupun di beri uang tunai tetapi harga bahan pokok kita beli dengan harga normal, maka akan sama saja. Lebik baik kami mendapatkan pasar murah dengan harga bahan pokok yang sangat murah ketimbang harus membeli di luar. Ini sungguh sangat membantu kami, apalagi kegiatan ini di lakukan sebelum Deepavali.

(Wawancara dengan Ibu Aigra)

Meskipun pemberian kupon dilakukan oleh agen-agen dari

Shri Mariaman kuil, pemberian bantuan paket tetap terfokus pada

satu titik. Tempat pembagian paket ditentukan oleh panitia pelaksana

yang mana dalam hal ini terlibat pihak kuil. Pembagian kupon yang

(38)

sebanyak 100 kupon. Bapak Manugren membagikan kupon-kupon

tersebut kepada orang-orang yang berada dekat dengan tempat

tinggalnya, dalam hal ini harus orang-orang Tamil yang berada

dalam garis kemiskinan. Kupon-kupon yang telah dibagian tersebut

lalu di bayar dengan nominal yang tertera pada kupon tersebut.

4.2.2 Fasilitas Kesehatan

Di bidang kesehatan PHDI juga memiliki bentuk bantuan lain yang

terfokus untuk membantu masyarakat Tamil khusunya mereka yang meliki

kehidupan ekonomi lemah. PHDI kota Medan mendapat bantuan dari

pemerintah yang mana anggarannya di peruntukan juga untuk alat

transportasi kesehatan seperti ambulan.

Anggaran tersebut di gunakan untuk biaya perawatan kendaraan

yang pada dasarnya kendaraan teersebut menjadi modal awal bagi

masyarakat Tamil untuk mendapat akses kesehatan yang lebih cepat. Pada

dasarnya pihak PHDI kota Medan lebih mendahulukan masyarakat miskin

untuk menggunakan sarana tersebut.

Saat ada kemalangan baik berupa sakit maupun meninggal dunia, ambulan rumah sakit biasanya sangat sibuk. Sehingga sangat sulit bagi kami untuk mendapatkan akses transportasi yang cepat. Tetapi Parisada Kota mapun Provinsi mau membantu meminjamkan mobil ambulan kepada kita secara gratis asalkan kita umat Hindu Dharma. Bagi kami selaku orang Tamil sangat sulit mendapatkan kepercayaan orang pribumi, sehingga Cuma kepada kuil saja kami bisa meminta tolong karena sesama orang seumat Hindu.

(39)

4.2.3 Bantuan Administrasi

PHDI juga menfasilitasi bagi masyarakat miskin yang akan

mengurus administrasi kependudukan tanpa membayar, seperti

administrasi pernikahan dan administrasi kependudukan. Untuk

pernikahan akan di tanggung oleh Kuil bersangkutan.

Menurut bapak Manugren untuk pernikahan sendiri tidak dapat

kita paksakan, karena untuk acara pemberkatan di kuil oleh pendeta itu

dilakukan secara gratis dan di tanggung oleh kuil asalkan pasangan

tersebut memang berasal dari keluarga tidak mampu.

Bapak Chandra Bose juga membenarkan hal tersebut selaku ketua

perhimpunan kuil Shri Mariaman. Penerbitan surat pernikahan yang akan

di jadikan sebagau rujukan untuk mendapat buku nikah juga di berikan

secara gratis oleh kuil. Beliau juga menjelaskan bahwa memang inti dari

kuil itu sendiri membatu orang yang tidak mampu, jika benar-benar tidak

mampu jadi apa salahnya kalau kita bantu.

4.3 SeribuTangan

PHDI kota Medan di bantu dengan PHDI provinsi Sumatera Utara sebagai

pusat untuk penyaluran bantuan untuk masyarakat Tamil yang kurang mampu.

Menjadikan Pengurus PHDI sebagai penerima bantuan (accepting help). Bapak

Narain Sami selaku ketua PHDI Sumatera Utara menjadi pusat penerima bantuan

(40)

sebutan Seribu Tangan.

Pada dasarnya bantuan yang akan di dapat dan disalurkan kepada

masyarakat Tamil tidak terlepas dari arahan dan campur tangan seorang ketua. Hal

tersebut dapat menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat Tamil karena sangat

banyak masyarakat Tamil yang merasa tidak nyaman dengan posisi jabatan yang

sedang beliau emban.

4.4 Pengaruh Kekerabatan dan Relasi dalam Pemberian Bantuan

Bantuan yang diberikan oleh para broker-broker dalam pelaksanaan

kesejahteraan sosial di PHDI tidak lepas dari hubungan relasi dan pengaruh

kekererabatan. Peninjauan dalam data penerima kupon Pasar Murah yang

dilakukan pada saat pasca penerimaan sangat terlihat orang-orang terdekat dari

pihak broker saja yang menerima.

Pemberian voucher/kupon seharusnya harus di tujukan kepada orang yang

benar-benar miskin. Kebanyakan voucher diterima oleh para broker-broker lebih

di tujukan kepada kerabat dekat dan tetangga-tetangga sekitar rumah tempat para

(41)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bantuan –bantuan dari pemerintah sangat di butuhkan oleh masyarakat

khusunya masyarakat minoritas yang tidak memiliki relasi untuk menyentuh dan

mendapatkan bantuan-bantuan yang terkait kesejahteraan sosial bagi kehidupan

mereka. Bantuan yang di kelola pemerintah memiliki aturan main yang jelas

karena telah di dasari Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi dalam pelaksanaanya

hukum formal yang ada hanya menjadi acuan dasar pelaksaannan saja, tetapi tidak

pada pelaksanaan aktualnya.

Temuan dalam penelitian ini terhadap penyelenggaraan kesejahteraan

sosial. Dimana ada agen-agen pemerintah ataupun lembaga non pemerintah yang

menjadi broker memainkan peran mereka masing-masing. Agen-agen pemerintah

mendapat perintah dari pemerintah untuk melaksanakan program-program yang

telah di rencanakan. Tetapi di lapangan mereka melakukan sesuai dengan kondisi

lapangan yang mereka hadapai.

Para peserta penerima bantuan pemerintah berupa Program Keluarga

Harapan lebih takut kepada pendamping yang merupakan broker. Ketakutan

tersebut membuat para peserta yang merupakan client lebih menyegani

pendamping. Pendamping memang menghabiskan waktu lebih lama dengan

(42)

bandingkan hubungan peserta (client) dengan pemerintah selaku pemberi bantuan

(Patron).

Memang ada masyarakat Tamil yang mendapatkan Program Keluarga

Harapan tersebut. Tetapi hanya sedikit dan sangat sulit mencarinya. Pada

umumnya masyarakat Tamil yang berada di garis kemiskinan tidak banyak

mendapatkan bantuan pamerintah. Mereka juga tidak tahu banyak

program-program pemerintah dalam memberantas kemiskinan di Indosnesia.

Berbeda dengan bantuan pemerintah, bantuan yang di berikan dan

disalurkan oleh lembaga keagamaan seperti PHDI lebih fokus kepada

masyarakatnya saja. Bantuan yang mereka terima bisa dalam bentuk apapun dan

di himpun lalu bagikan kepada masyarakat Tamil yang membutuhkan. Dalam

pelaksaannya sendiri, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PHDI lebih bersifat sementara dantidak

mengikat seperti bantuan-batuan pemerintah yang mengikat.

Bantuan-bantuan yang di terima oleh PHDI lebih bersifat swadaya dari

tokoh masyarakat maupun umat agama lain yang membutuhkan. Tetapi pada

pelaksanaanya juga terdapat aturan main yang membuat orang-orang yang pantas

menerima bantuan mejadi tidak mendapatkan sama sekali. Adanya permainan di

tingkat Perhimpunan membuat pembagian tidak merata. Hubungan dan relasi juga

mempegaruhi siapa-siapa orang yang berhak menerima bantuan. Meskipun

demikian, PHDI juga melakukan bantuan di lintas sektor seperti bantuan

(43)

5.2 Saran

Dalam tulisan ini peneliti menyarankan agar agen-agen pemerintah yang

yang berkiprah di dalam dunia penyelenggaraan kesejahteraan sosial khususnya

bantuan, agar lebih memperhatikan masyarakat minoritas. Kurangnya perhatian

pemerintah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhapat negaranya.

Pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan kesejahteraan seharusnya juga mau

berkordinasi antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan

kecemburuan di kalangan masyarakat minoritas karena yang mendapat bantuan

hanya-hanya orang pribumi saja.

Sosialisasi yang baik juga harus dilakukan oleh pemerintah dalam

pelaksaan program-program bantuan. Selama ini program bantuan hanya dapat di

ketahui apabila penerima bantuan termasuk nominasi calon penerima. Sedangkan

masyarakat umum tidak tahu. Hal ini juga sangat merugikan bagi masyarakat

minoritas yang memang meiliki sedikit akses untuk mengetahui

informasi-informasi berupa bantuan yang di selenggarakan oleh pemerintah.

Selain bantuan dari pemerintah, pihak-pihak terkait dalam peyelenggaraan

kesejahteraan sosial seperti PHDI dan perhimpunan kuil, agar terbuka dalam

memberi informasi secara luas kepada masyarakat Tamil. Pada dasarnya sasran

dari pemberian bantuan oleh PHDI dan Perhimpunan kuil adalah masyarakat

Tamil yang miskin. Akses dalam informasi mereka juga sangat sedikit, karena

pemberian bantuan dalam skala besar biasanya hanya melalui perwakilan saja.

(44)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Kota Medan

Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya

berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota

Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei

Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan

dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan

Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman

penjajahan orang sering merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah

zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur

lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli

mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat

sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya

tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah

pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini

merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh

penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi

ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan

(45)

Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu

pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni :

Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada

bulan-bulan Oktober s/d bulan-bulan Desember sedang Maksimal Tambahan antara bulan-bulan

Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun

dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba

dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman

penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863

orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat

menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang

sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera

Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama

"Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari

posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai

Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada

zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai,

sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal

(46)

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan

isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang

pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di

Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani

menanam lada.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang

berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut

ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian

memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan

bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang

mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate.

Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini

merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis

berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai

Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari

kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di

Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP

IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan,

Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama

Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin

(47)

baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan

memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas

wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan

Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung

Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas

Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli

dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah

terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah

Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya

Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan

Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di

Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan

tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera

bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang

tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai

tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of

Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke

dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit

berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di

(48)

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari

perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang

merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan

Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van

Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara

erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli.

Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji

kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi

untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys

mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi

perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan

Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada

tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas

dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke

Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi

semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal

(49)

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi

Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan

strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota

Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan

penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab

berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat

dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,

Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan

diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak

terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007

diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis

dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota

Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan

(50)

2.2 Kota Medan Secara Geografis

Gambar 2.2 Peta Kecamatan di Kota Medan

Kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara dan

merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan yang

merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat

perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga menjadi

pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya seperti Aceh, Sumatera

(51)

dengan keadaan wilayahnya sangat strategis. Sebab berada pada berbatasan

langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan

kota-kota/ negara maju seperti Pulau Penang Malaysia dan Singapura. Kalau kita

melihat kondisi sumber daya alam yang melimpah dari sektor pertanian,

perikanan dan perkebunan sehingga memungkinkan dapat berpotensi menjadi

pusat perdagangan.

Sedangkan secara geografis kota medan terletak di antara 3° 30' – 3° 43'

Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5- 37,5

meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 265, 10 km2.Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan kelembaban udara di wilayah ini

rata-rata 82-84% dan kecapatan angin rata-rata-rata-rata sebesar 1,38 m/sec.

Kalau melihat secara keseluruhan kota medan berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara

Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7

Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan

(52)

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan secara

administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang

mencakup 151 Kelurahan. Kecamatan-keacamatan yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Amplas Kecamatan Medan Denai

Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan Kota

Kecamatan Medan Maimun Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Baru Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Petisah Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Tembung Kecamatan Medan Deli

Kecamatan Medan Labuhan Kecamatan Medan Marelan

Kecamatan Medan Belawan

Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, untuk saat ini masyarakat

Tamil sangat dominan menempati wilayah di Kecamatan Medan Polonia dan

Kecamatan Medan Petisah. Basis masyarakat Tamil yang banyak tersebut di

buktikan dengan banyaknya bangunan kuil-kuil yang berada pada daerah

pemerintahan Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah

administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun

Gambar

Tabel 3.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)
Tabel 3.2 Peserta Program Keluarga harapan tahun Kepesertaan 2007-2008 (Sumber: UPPKH-Kemensos, 2014)
Tabel 3.3 Komponen Bantuan
Tabel 3.4 Komposisi Bantuan (Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan dan memvalidasi sebuah sistem informasi penjadwalan mata kuliah pada Fakultas Teknik UNM (Universitas Negeri

Dalam mengelola Pantai wisata Lampuuk terlebih dahulu melakukan kontrak kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dan Badan Pengelola Pantai Wisata Lampuuk

Secara alamiah air akan memberikan tekanan dari permukaan air yang lebih tinggi ( concentrated solution ) menuju ke permukaan air yang lebih rendah ( dilute

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap.. pernyataan bahwa nasabah BRI syariah tidak akan terpengaruh oleh produk Perbankan lain

Wajib Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan

Salah satunya adalah untuk menyampaikan Informasi seputar pembuatan KTP, Pada Pekon Sridadi, masyarakat yang hendak membuat KTP harus datang ke Balai Pekon untuk

kesimpulannya seperti berikut. Apa pun keadaan awalnya, perekonomian akan menuju keseimbangan. Ketika keseimbangan tercapai kapital akan tumbuh pada tingkat yang sama

Desain arsitektur pada gambar 3.3 menjelaskan aliran data atau proses yang berhubungan antar aktor dari aplikasi pencatatan penjualan suku cadang dan jasa service yang dibuat