DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan kajian Pembangunan), Depok: Rajawali Pers, 2013.
Budiman, Hikmat. Hak Minoritas ( Ethnos, Demos, dan Batas-Batas Multikulturalisme), ed. Hikmat Budiman, Jakarta : The Interseksi Foundation, 2009.
Hadikusuma, Hilman. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: P.T Alumni, 2010.
Irianto, Sulistyowati. “Kesejahteraan Sosial Dalam Sudut Pandang Pluralisme Hukum Suatu Tema Non-Sengketa dalam Perkembangan Terakhir Antropologi Hukum tahun 1980-1990-an” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Irianto, Sulityowati. Hukum yang bergerak: Tinjauaan Antropologi Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Kymlicka, Will. Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES, 2013.
LIPI. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, ed. Mita Noveria, Jakarta: LIPI Pers, 2011.
Lubis, Zulkifli B. “Kajian Awal tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial” Etnovisi: Jurnal Antropologi Sosial Budaya Vol i No.3 Desember 2005. Medan: USU press, 2005, Hal: 138-149.
Moore, Sally Folk. “Hukum dan Perubahan Sosial: Bidang Sosial Semi Otonom Sebagai Suatu Topik Studi Yang Tepat” Antropologi hukum: Sebuah Bunga Rampai, ed T.O Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Saidin. “Pluralisme Hukum dan Masalah Ekonomi” Hukum dan Kemajemukan Budaya¸ ed E.K.M.Masinambow. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.
Sccot, James C. Senjatanya orang-orang yang kalah, Terj. Prof.A.Rahman Zainuddin, Prof.Sayogyo, Ibu Mien Joebhar. Jakarta: Yayasan Obor Indoensia, 2000.
Spradley, James P. Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007
Sumber-Sumber Lain
Takari, Muhammad: Makalah, Mengenal Kebudayaan Masyarakat Tamil di Kota Medan. Di presentasikan di UNIMED Medan, 2013
Buku Panduan Program Keluarga Harapan. Kementrian Sosial 2012
James Danandjaja : Diskriminasi terhadap minoritas masih merupakan masalah aktual di indonesia sehingga perlu di taunggulangi segera (http://www.lfip.org/english/pdf/bali‐
Seminar/Diskriminasi%20terhadap%20minoritas%20‐ %20james%20danandjaja.pdf) diakses 9 juni 2014.
Sulistyowati Irianto : Pluralisme Hukum Sebagai Suatu Konsep Dan Pendekatan Teoretis Dalam Perspektif Global
(http://asslesi.wordpress.com/2011/07/11/pluralisme‐hukum‐sebagai‐suatu‐ konsep‐dan‐pendekatan‐teoretis‐dalam‐perspektif‐global/) diakses 9 juni 2014.
Kementrian Sosial :
https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p (akses pada 9 juni 2014.
Data statistik tahun 2013 Sumatera Utara berdasarkan Agama (http://ardi-
lamadi.blogspot.com/2013/07/jumlah-penduduk-berdasarkan-agama-di_9971.html) di akses 11 juni 2014.
Data penduduk kota medan
http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php) di akses pada 23 november 2014
Pengertian CSR (https://almirans.wordpress.com/2012/11/09/pengertian-corporate-social-responsibilities-dan-penerapannya/) di akses pada 23 Oktober 2014
http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)
http://www.pemkomedan.go.id/selayang_kependudukan.php di akses pada 23 november 2014
KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB)
Wikipedia.org diakses pada 25 Februari 2016 (pukul 13:00 WIB)
BAB III
ATURAN-ATURAN DASAR PENYELENGGRAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
3.1 Dasar Pelaksaanan Kesejahteraan Sosial
Pembangunan kesejahteraan sosial sebagaimana diatur dalam UU Nomor
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan
kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan
dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara
menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan27. Hal inilah yang menjadi aturan-aturan
dasar dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Pembangunan sebagai salah satu bentuk kesejahteraan sosial yang
merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sila
kelima Pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
27
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini
menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan
dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.
Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan
fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan
bermartabat.
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin
dan anak terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan
kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga
negara yang miskin dan tidak mampu.
Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukan peran masyarakat
yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan,
organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, maupun lembaga
kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga negara, serta untuk
menghadapi tantangan dan perkembangan kesejahteraan sosial di tingkat lokal,
Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Materi
pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini, antara lain, pemenuhan hak atas
kebutuhan dasar, penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara komprehensif dan
profesional, serta perlindungan masyarakat. Untuk menghindari penyalahgunaan
kewenangan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Undang-Undang ini
juga mengatur pendaftaran dan perizinan serta sanksi administratif bagi lembaga
yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dapat memberikan keadilan sosial bagi warga negara untuk
dapat hidup secara layak dan bermartabat.
3.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Upaya
untuk mewujudkan suatu kesejahteraan sosial, meliputi rehabilitasi sosial,
perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan sosial.
Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara
persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti
sosial.
Bentuk rehabilitasi sosial meliputi motivasi dan diagnosis psikososial,
bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling
psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan
resosialisasi, bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.
Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan
sosial dimaksudkan untuk:
Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar,
penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita
penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan
sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas
jasa-jasanya.
Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah
dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. Pemberdayaan Sosial
adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang
mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Perlindungan sosial ini dimaksudkan untuk mencegah dan menangani
risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
3.1.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial
Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 11/2009, Penyelenggaraan kesejahteraan
sosial bertujuan:
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup;
memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian;
meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial;
meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia
usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan;
meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan; dan
meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
3.1.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial
Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada: perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas
adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan
memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan,
keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bencana,
Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)
No Kementerian Negara/Lembaga 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Real Real Real Real APBN APBNP APBN
1 Kementerian Dalam Negeri 0.1 0.5 9.5 10.9 10.8 10.7 11.9
2 Kementerian Sosial 2.5 2.6 2.9 3.3 4.4 14.8 7.2
3 Kementerian Pertanian 5.1 5.4 0.5 1.3 0.6 0.5 0.8
4 KEMENDIKBUD 29.5 27.0 24.2 27.7 26.1 33.5 23.2
5 Kementerian Kesehatan 11.5 14.0 17.4 19.4 22.6 22.6 26.2
6 Kementrian Agama 4.6 3.8 3.7 5.1 6.6 6.6 17.1
7 Kementerian Koperasi dan UKM 0.6 0.5 0.7 0.8 1.5 1.5 1.2
K/L Kainnya 12.8 13.6 18.3 18.8 21.9 21.9 23.1
Jumlah 66.8 67.3 77.0 87.3 94.4 112.1 110.8
Melalui Non K/L 13.1 14.1 19.2 21.9 20.0 24.3 23.6
a.l Subsidi Pangan 13.0 13.9 16.5 19.1 17.2 21.5 18.8
Penyertaan Modal negara dalam rangka Mendukung KUR
2.0 2.0 2.0 2.0 2.0
Total 79.9 81.5 96.1 109.2 114.4 136.5 134.5
Tabel 3.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (dalam triliun rupiah)
Sumber : http://poskotanews.com/2013/05/24/program-keluarga-harapan-siap-jangkau-3-juta-keluarga/ (Diakses pada 26 September 2014)
3.2 Program Keluarga Harapan
PKH adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai
kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), selama keluarga tersebut memenuhi
kewajibannya. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban
RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai
kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari
perangkap kemiskinan.Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian
Lima Komponen Tujuan MDG’s yang akan terbantu oleh PKH yaitu:
Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan; Pendidikan Dasar;
Kesetaraan Gender;
Pengurangan angka kematian bayi dan balita; Pengurangan kematian ibu melahirkan.
PKH diarahkan untuk membantu kelompok sangat miskin dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada
keluarga untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi.
PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Keluarga Sangat Miskin untuk
memeriksakan ibu hamil / Nifas / Balita ke fasilitas kesehatan, dan
mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan.
Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai
kemiskinan antar-generasi.
3.2.1 Landasan Hukum
Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.
Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga
Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai
Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).
3.2.2 Dasar Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:
31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang "Tim Pengendali Program Keluarga Harapan"
tanggal 21 September 2007
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang
"Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008" tanggal 08
Januari 2008.
Keputusan Gubernur tentang "Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga
Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD".
Keputusan Bupati/Walikota tentang "Tim Koordinasi Teknis Program
Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD".
Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga
Harapan.
3.2.3 Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang
Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian
target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH
adalah:
a. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi
Peserta PKH
b. Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH
c. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah
lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM)/Keluarga Sangat Miskin (KSM).
3.2.4 Lokasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
Ketika awalnya dilaksanakan sebagai suatu kegiatan uji coba di tahun
2007, PKH dijalankan di 7 (tujuh) provinsi, 48 kabupaten/kota, dan melayani
387.928 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Pada tahun 2011, pelaksanaan
PKH telah dikembangkan di 25 provinsi, 118 kabupaten/kota, dan melayani
1,1juta RSTM.
Tabel: Peserta dan Jumlah Lokasi PKH Menurut Tahun Kepesertaan 2007-2008
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Target 500.000 641.000 720.000 816.000 1.116.000 1.516.000 2.400.000 3.200.00
Realisasi 387.974 620.844 726.376 774.293 1.052.201 1.492.473 2.326.523 -
Tambahan Peserta - 232.874 105.528 47.917 277.908 440.272 834.050 -
Provinsi 7 13 13 20 25 33 34 -
Kab/Kota 48 70 70 88 118 166 333 -
Kecamatan 337 637 781 964 1387 1787 1378 -
Pada tahap perluasan, PKH akan dilaksanakan di seluruh provinsi di
Indonesia. Jumlah penerima manfaat (beneficiaries), atau peserta PKH akan
ditingkatkan secara bertahap hingga menjangkau seluruh keluarga dalam rumah
tangga sangat miskin (RTSM), dengan menyesuaikan kemampuan negara. Hingga
tahun 2014 peserta PKH ditargetkan sebesar 3,2 juta Keluarga Sangat Miskin.
3.2.5 Proses PKH terdiri dari
a. Seleksi dan Penetapan lokasi PKH
b. Sosialisasi dan Rapat Koordinasi
c. Rekruitmen dan Diklat Pendamping- Operator PKH
d. Pembentukan Sekretariat UPPKH Kab/Kota (Perangkat SIM PKH)
e. Pertemuan Awal dan Validasi calon Peserta PKH
f. Pembayaran pertama kali dan Rekonsiliasi
g. Bimbingan Teknis (Reguler dan Service Provider)
h. Verifikasi komitmen peserta PKH pada layanan Kesehatan dan Pendidikan
i. Pembayaran berdasarkan verifikasi
3.2.6 Teknis Pelaksanaan
Program ini didasarkan pada 3 hal:
1. Verifikasi, yang merupakan esensi utama dari PKH. Kegiatan verifikasi
mengecek kepatuhan peserta memenuhi persayaratan yang telah
ditetapkan.
2. PKH melaksanakan pemotongan bantuan tunai bagi keluarga yang tidak
mematuhi kewajiban yang telah ditetapkanPeserta PKH mengetahui persis
bahwa mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat
menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program
ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan
perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan
kesehatan.
3. Peserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah
kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen
penting dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi
dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang
pendidikan dan kesehatan
3.2.7 Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan
Data keluarga yang dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data
Terpadu dan memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut,
yaitu:
2. Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak
pra sekolah)
3. Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun),
4. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),
Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk
anak dengan disabilitas.
3.2.8 Hak Peserta Program Keluarga Harapan
Mendapat bantuan tunai sesuai persyaratan
Mendapat pelayanan kesehatan di penyedia pelayanan kesehatan (Puskesmas,
Posyandu, Polindes, dsb)
Mendapat pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun dan anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan
pendidikan dasar, melalui program pendidikan formal, informal maupun non
formal
Peserta PKH diikutsertakan pada Program bantuan sosial lainnya (Jamkesmas,
BSM, Raskin, Kube, BLSM)
3.2.9 Kewajiban Peserta Program Keluarga Harapan
Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi
persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan
anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.
1. Kesehatan
PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan
dalam protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:
- Anak usia 0-6 tahun:
a. Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat
lahir, menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling
menyusui.
b. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3
kali: pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28
hari. Anak usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja).
c. Anak usia 0–11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap
bulan.
d. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2
(dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.
e. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan
ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.
f. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan
untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila
- Ibu hamil dan ibu nifas:
a. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di
fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia
kehamilan sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6
bulan, dua kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen
tablet Fe.
b. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan.
c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan
mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada
minggu I, IV dan VI setelah melahirkan.
Anak dengan disabilitas: Anak penyandang disabilitas dapat memeriksa
kesehatan di dokter spesialis atau psikolog sesudai dengan jenis dan
derajat kecacatan.
3.2.10 Penerima Bantuan
Ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada keluarga yang
bersangkutan
Jika tidak ada ibu, yang menerima adalah kakak perempuan dewasa
Yang berhak mengambil pembayaran adalah yang namanya tercantum di kartu
PKH dan bukan wakilnya
Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal
yang dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan cakupan PKH
adalah sebesar 3,2 juta keluarga.Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah
Tangga, terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga.
Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang
tua–ayah, ibu–dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab terhadap
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu keluarga
adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Beberapa
keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu
kesatuan pengeluaran konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).
PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM).
3.2.11 Indeks dan Komponen Bantuan tahun 2015
Skema Bantuan Indeks Bantuan Per-KSM/tahun
Bantuan tetap Rp. 500.000
Bantua bagi peserta PKH dengan Komponen :
a. Ibu hamil/Menyusui/Nifas/Anak uia di bawah 6 tahun
b. Anak SD dan yang sederajat c. Anak SMP dan yang sederajat d. Anak SMA dan yang sederajat
Rp. 1.000.000
Rp. 450.000
Rp. 750.000 Rp. 1.000.000
Bantua Minimum per KSM Rp. 950.000 Bantuan Maksimum per PKH Rp. 3.700.000
Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi keluarga dengan anak di bawah umur 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.
Untuk usia 6 tahun, masuk ke dalam layanan Kesehatan APRAS.
Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga Peserta PKH, maka besar bantuan yang diterima setiap Peserta PKH akan bervariasi. Contoh variasi besar bantuan, baik per tahun maupun per triwulan, berdasarkan komposisi anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel berikut:
Variasi Komposisi Anggota Keluarga dan Jumlah Bantuan
No Nominal Tabel 3.4 Komposisi Bantuan
(Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)
Seluruh anggota rumah tangga yang menjadi penerima bantuan PKH,
seperti yang tertera pada tabel 6 (Variasi Nominal Bantuan/tahun, berdasarkan
Komponen PKH) di atas, diharuskan menjalankan kewajiban sebagai peserta
PKH.
Bantuan tetap per RTSM/KSM per tahun sebesar Rp. 300.000,- dibayarkan
pada tahap penyaluran bantuan kedua. Sedangkan untuk peserta PKH lokasi baru
yang bantuannya hanya dibayarkan satu kali (di akhir tahun), besar bantuan tetap
per RTSM/KSM sebesar Rp 75.000,-
Apabila Peserta PKH tidak memenuhi kewajiban atas syarat kepersertaan
dalam tiga bulan, maka akan dilakukan pengurangan pembayaran bantuan tunai.
Pemotongan langsung dikenakan terhadap total bantuan pada periode tersebut.
Penggunaan bantuan tidak diatur dan ditentukan, tetapi diprioritaskan untuk
mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Penggunaan bantuan tidak
diperbolehkan untuk konsumsi yang merugikan hak anak seperti rokok, minuman
keras, judi dan lainnya.
Mengingat bahwa besaran bantuan PKH telah berjalan selama hampir 5
tahun, maka pada tahun-tahun mendatang besaran bantuan ini akan dievaluasi dan
disesuaikan dengan tingkat harga dan kemampuan keuangan negara.
Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program Bantuan Sosial
secara terintegrasi. Karena Peserta PKH merupakan kelompok yang paling
miskin, maka idealnya Peserta PKH juga secara otomatis mendapatkan program
lainnya seperti Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan bagi Siswa Miskin, Beras
Siswa dari Rumah Tangga Peserta PKH seharusnya mendapatkan program
Bantuan Siswa Miskin (BSM), Hal ini juga telah dicantumkan di dalam Pedoman
Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Selain itu sudah ada Surat Edaran dari
Dirjen Pendidikan Islam No: Dj.1/PP.04/51.2014, Kementerian Agama mengenai
Prioritas anak peserta PKH untuk memperoleh BSM dari Kemenag.
Tahapan Pembayaran PKH
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
Tahap I
Pencairan
Tahap II
Pencairan
Tahap III
Pencairan
Tahap IV
Pencairan
Tabel 3.5 Tahapan Pembayaran PKH (Sumber: Buku Pedoman PKH tahun 2012)
3.2.12 Resertifikasi
Pada tahun kelima kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi.
Resertifikasi adalah kegiatan pendataan ulang yang dilakukan pada tahun kelima
kepesertaan rumah tangga dengan menggunakan metode tertentu. Meski Program
Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH
tidak akan bersifat permanen.
Kepesertaan penerima bantuan PKH selama enam tahun selama mereka
masih memenuhi persyaratan yang ditentukan, apabila tidak ada lagi persyaratan
yang mengikat maka mereka harus keluar secara alamiah (Natural Exit). Untuk
peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam tahun diharapkan terjadi
dan peningkatan status sosial ekonomi.
3.2.13 Strategi Transformasi PKH
Dilakukan pelaksanaan Resertifikasi pada tahun kelima kepesertaan PKH
dengan melihat kondisi sosial ekonomi serta syarat kepesertaan rumah tangga
PKH. Rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan akan keluar dari program
(Lulus), sementara itu untuk mereka yang masih memenuhi persyaratan akan
menerima tambahan program selama tiga tahun dalam masa transisi.
Rumah Tangga Transisi diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Pertemuan
Peningkatan Kemampuan keluarga (P2K2) dengan memperoleh pengetahuan
mengenai; Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga. Rumah
Tangga yang Lulus (Graduasi) direkomendasikan untuk menerima program
perlindungan sosial lainnya.
BAB IV
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG AKTUAL PADA MASYARAKAT TAMIL
Pada saat ini program-program dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial
sangat banyak di tujukan untuk bantuan Charitry28 saja. Charitry itu sendiri
memiliki arti pemberian dan amal. Dalam kajian pemberdayaan masyarakat,
Charitry dapat di artikan sebagai pemberian bantuan kepada masyarakat, yang
mana masyarakat tersebut akan terselamatkan kehidupan ekonominya dalam
jangka pendek dan sementara. Apabila bila kondisi ekonomi masyarakat tersebut
melemah kembali, maka akan diberikan bantuan kembali oleh pihak-pihak yang
terkait.
Bantuan yang diberikan dalam bentuk charity ini akan membuat
masyarakat penerima bantuan menjadi malas berusaha. Mereka beranggapan
bahwa bantuan tersebut akan mereka terima kembali saat merek dalam keadaan
susah. Bantuan-bantuan yang berikan oleh pihak-pihak pemberi biasanya hanya
bersifat sementara dan memiliki jangka waktu tertentu.
4.1 Program Keluarga Harapan Dalam Kajian Antropologi Hukum
Negara Indonesia telah memiliki aturan sendiri tentang penyelenggaraan
Kesejahteraan sosial yang tertuang dalam aturan negara dan terformulasi secara
jelas dalam sistem hukum negara. Tetapi lembaga atau institusi diluar pemerintah
28
www.artikata.web.id/arti‐charitry‐antropologi‐kamus‐bahasa‐kbbi.html diakses pada 4 maret
memiliki aturan sendiri dalam melakukan penyelenggraan kesejahteraan sosial,
baik atas dasar hukum agama (aturan agama) maupun atas dasar hukum adat
(aturan adat).
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibawahi pemerintah pasti
memiliki aturan main yang jelas, hal itu dapat dilihat dari sistem yang dimainkan
oleh para broker-broker yang ditugaskan pemerintah dalam menjalakan setiap
program-programnya. Setiap program pasti memiliki kelebihan dan kelemahan
yang, karena program-program itu dilaksanakan oleh manusia yang memang
memiliki kekuasaan atas diri mereka sendiri. Setiap individu memiliki kuasa
tertinggi terhadap tindakan, prilaku, nilai dan norma yang akan mereka jalankan
dan terapkan dalam pekerjaan, kegiatan maupun keseharian mereka.
Aturan aturan Ideal
Pelaksanaan Secara Aktual
Hubungan Antara Patron dan Client Hanya sebatas Bantuan
Gambar 4.1 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Pemerintah Client Masyarakat
Selaku Penerima
Bantuan Broker
(Agen-Agen Pemerintah) Patron
4.1.1 Penerapan Program Keluarga Harapan Pada Masyarakat Tamil
Program Keluarga Harapan memiliki kontribusi yang sangat besar bagi
keluarga yang mendapatkannya. Pemerintah pusat juga telah mengucurkan dana
yang cukup besar untuk program ini. Program di bawah Kementrian Sosial ini
juga memiliki akredikat yang baik dari pemerintah pusat karena input dan output
yang dihasilkan sangat memuaskan.
Pelaksaan program ini dalam masyarakat miskin sudah bisa kita pastikan
akan merubah hidup keluarga yang menerimanya.
Program ini merupakan program jangka panjang, karena pemberiannya dilaksanakan selama enam tahun lamanya. Pada tahun kelima maka kita akan melakukan resertifakisi pada tahun kelima. Fungsi resertifakisi itu untuk melihat apakah peserta PKH masih berhak menerima bantuan tersebut atau tidak.
Hal-hal yang dapat menyebabkan psesrta PKH tidak dilanjutkan pemberian dananya adalah
1. karena sudah mapan dan tidak perlu di bantu lagi, 2. Atau karna pola pikirnya telah berubah.
3. Karena dalam peserta PKH sudah tidak ada lagi anak sekolah atupun balita/ibu hamil maupun nifas.
Apabila nanti peserta PKH memang berhak menerima bantuan lanjutan, maka pada tahun keenam akan dilanjutkan pemberian dananya selama tiga tahun kedepan. Selama tiga tahun kedepan maka para peserta PKH di ajarkan agar dapat melakukan usaha mandiri baik kelompok maupun individu. Agar mereka tidak terlalu bergantung lagi pada program ini.
(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)
Program ini tidak mendapat dukungan penuh dari program pemerintah
yang lain seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah
Program Keluarga Harapan.
Setiap Kementerian yang memberikan bantuan kepada masyarakat miskin pernah melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana datanya terintegrasi dari data BPS dan berharap kordinasi yang dilakukan tidak ada kesalahan maupun timpang tindih antara satu lembaga dengan lembaga lain. Kementerian Pusat telah membuat kebijakan yang telah di sepakati oleh Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahwasanya setiap badan atau lembaga terkait di tingkat provinsi maupun kota agar melakukan kordinasi yang sama. Tujuan dari kordinasi itu sendiri untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Tingkat provinsi dan kota telah mengeluarkan surat keputusan untuk tiap-tipa lembaga terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kanwil Agama, dan dinas terkait lainnya. Untuk penyalur seperti Bank dan PT Pos berkewajiban untuk memnyalurkan dana sesui dengan ketentuan. Tetapi hal itu cuma sebagai harapan semata saja. Kordinasi dapat di ucap tapi susah di lakukan. Kota Medan sendiri pernah akan melakukan kordinasi lintas sektoral yang mana akan menghasilkan sebuah kerja sama yang memungkinkan tiap instansi bersenergi dan saling mendukung antara saru dengan yang lain. Tetapi harapan besar untuk membuat Bank Data yang akan digunakan untuk pusat data bersama-sama tidak terealisasi sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa setiap lembaga hanya ingin menjalankan program mereka masing-masing.
(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)
Bagi peserta Program Keluarga Harapan yang telah mendapatkan bantuan
dari pemerintah. Sangat sulit mendapatkan bantuan pemeritintah lain. Hal itu
terjadinya kurang kordinasi yang kurang baik dan tidak saling mendukung.
Dampak kurang kordinasi tersebut membuat masyarakat yang pantas
mendapatkan bantuan menjadi terhambat.
mengakhiri kondisi kehidupan miskin mereka dan menjadi mandiri dengan bantuan yang mereka terima.
(Wawancara dengan kak Ivo Nila Sari).
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa setiap lembaga memliki aturan main
sendiri (Self Regulation) meskipun telah membuat kesepakatan lintas sektoral,
tetapi tetap saja berjalan sesuai kepentingan masing-masing instansi. Pelaksana
tingkat daerah telah memainkan perannya sesuai dengan aturan yang mereka
pahami baik secara formal maupun non formal.
Berikut data penerima Program Keluarga Harapan di Kota Medan :
No Kecamatan Penerima
1 Medan Amplas 844
4.1.2 Patron dan Clien dalam Pemberian Bantuan PKH 4.1.2.1 Pemerintah Sebagai Patron
Pemerintah pusat sebagai pemilik dana dan anggaran dalam pelaksanaan
kegiatan ini membuat pemerintah pusat menjadi aktor penting dalam pembuat
kebijakan dan aturan main dalam setiap proses pelaksanaannya. Kebijakan
pemerintah pusat dalam pembuatan prosedur pemberian menjadikan pemerintah
sebagai Patron.
Patron sebagai pemberi dan pemilik dana memiliki haran besar terhadap
apa yang mereka danai. Pembuatan kebijakan apapun pasti akan dilakukan demi
khalayak peserta program yang mereka jalankan agar tidak ada kesalahan maupun
cacat yang dapat merugikan negara. Proses pengawasan selalu dilakukan dengan
memonitoring setiap langkah-langkah yang di ambil.
4.1.2.2 Pendamping sebagai Broker
Dalam pelaksanaanya, pemerintah pusat memiliki kaki tangan dalam
menjalankan kegiatanya yaitu dengan memilih penyalur atau tenaga sosial untuk
menjalankan programnya. Pemilihan tenaga sosial di pilih langsung oleh
pemerintah pusat dengan membuka kesempatan bagi putra-putri daerah untuk
menjadi Pendamping program PKH.
Pendamping disini disebut dengan broker. Pendamping merupakan aktor
yang menentukan keluarga mana saja yang pantas menerima bantuan atau menjadi
peserta PKH dan berhak memberhentikan sesuai prosedur yang di tetapkan. Tetapi
dalam meskipun pendamping adalah orang yang menjalankan prosedur pemilihan
tergantung pada pemdamping meskipun pendamping telah memiliki data dari
BPS.
Pendamping adalah Instrumen paling penting dalam program ini. Hal ini membuat para pendamping mendapatkan gaji atau honor dari pemerintah pusat secara langsung. Pencairan honor tidak ada hubungannya denga pemerintah daerah ataupun kami penanggung jawab wilayah.
(Wawancara dengan Kak Ivo Nila Sari)
Seorang pendamping saat melakukan bimbingan pemantapan pernah
mengatakan bahwa pekerjaannya sebagai pendamping hanya sampingan saja,
karena masih banyak yang perlu di lakukannya di rumah. Honor yang pada saat
itu hanya sebatas UMR membuatnya menjadikan pekerjaan seorang pendamping
menjadi no dua, hal ini penulis dengar saat pendamping tersebut diskusi dengan
temannya.
4.1.2.3 Peserta sebagai Clien
Para peserta PKH adalah clien yang menerima bantuan dan tunduk pada
setiap prosedur dan aturan yang telah di tetapkan. Keluarga yang menjadi peserta
PKH tidak boleh melanggar aturan atau sanksi yang tegas akan mereka terima.
Pada posisi ini mereka berada di posisi yang lemah, karena mereka bergantung
kepada kinerja dari para pendamping selaku broker dan pemerintah selaku
pemberi dana.
4.1.2.4 Hubungan Patron dan Broker
Pendamping bertanggung jawab kepada penanggung jawab tinggka
menjalankan tugas, maka mereka akan di gantikan. Seandainya mereka
mengundurkan diri maka pihak UPPKH akan melaporkan kepada pihak
penanggung jawab tingkat provinsi yang mana tingka provinsi akan membuat
permohonan pergantian pendamping di wialayahnya.
Gambar 4.2 Perbincangan Pendamping dengan Koordinator wilayah Sumatera Utara dan Perwakilan dari Dinas Kesejahteraan Sosial
4.1.2.5 Hubungan Broker dan Clien
Hubungan yang terjalin antara pendamping dan peserta penerima bantuan
tidak hanya sebatas administrasi bantuan saja, melainkan sampai program itu
berakhir habis setela restifikasi yang berjalan di tahun kelima sampai tahun
kedelapan. Selama progra tersebut berjalan, maka pendamping akan terus
memperhatikan peserta yang menjadi tanggung jawabnya untuk melihat keaktifan
dalam menjalankan program tersebut. Perhatian yang di berikan dapat berupa
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pendamoing memiliki kuasa
untuk melakukan pendataan tentang kemajuan, hal ini dapat menyangkut
oemberhentian penyaluran bantuan kepada peserta penerima bantuan, dan dapat
juga berupa oemberian sangsi tegas maupun ringan. Pendaming juga memberikan
fasilitas berupa akses menuju sekolah untuk sektor pendidikan dan posyandu
untuk sektor kesehatan.
Pada saat pencairan dana dari kantor POS, pendamping juga harus
mendata ulang kembali dan melohat peserta yang berada di bawah tanggung
jawabnya serta harus mendampingi sampai peserta menerima haknya sebagai
penerima bantuan.
Pendampingan yang dilakukan oleh para pendamping sangat bagus, mereka sangat memperhatikan dengan baik kondisi kami. Contohnya saya sendiri dek, saya sebagai ibu-ibu yang memiliki anak balita selalu di ingatkan untuk hadir ke posyandu tepat waktu. Pendamping saya mengatakan kalau hal itu baik untuk anak saya kelak. Dia juga mengatakan kalau anak saya kurang gizi, amak saya sendiri yang akan repot. Do posyandu kami juga mendapatkan perhatian khusus dari pihak posyandu dek, karena kami memang di prioritaskan oleh pihak posyandu, meskipun memang kami haarus antri menunggu giliran juga. Pendamping kami selalu menemami kemanapun asal berhubungan dengan program ini. Tetapi apabila kami lalai, maka pendamping kami selalu mengingatkan akan sangsi tentang pencabutan dana bantuan dek. Kalau dana itu di cabut, maka kami sekeluarga akan kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan dek.
4.2 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Non Pemerintah/Lembaga Agama.
Beda halnya dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang didasari
hukum negara. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang di dasari Hukum Non
Formal lebih mengacu kepada hukum agama dan hukum adat. Salah satu bentuk
penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan hukum non formal adalah dengan
diadakannya kegiatan yang memang membantu orang miskin, baik dalam bentuk
kesehatan, pendidikan, maupun sandang dan pangan tanpa mengacu pada data
yang di peroleh dari lembaga maupun instansi lain.
Data penerima bantuan dapat di lihat dari kehidupan ekonomi tanpa harus
melakukan proses administratif seperti yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
Esensi dari pelaksanaan kesejahteraan sosial yang di dasari hukum sendiri (Self
Regualation), membuat pihak penyelenggara dapat melakukan proses tersebut
tanpa ada tekanan dari pihak lain. Proses pelaksaan kesejahtraan sosial yang
dilakukan secara mandiri oleh lembaga atau yayasan di luar pemerintah bersifat
sementara dan tidak mengikat. Sehingga membuat penerima bantuan tidak bisa
bergantung terhadapat bantuan tersebut untuk jangka waktu panjang.
Bantuan yang di terima masyarakat Tamil dalam bentuk Kesejahteraan
Sosial dapat berupa Subsidi Sembako (Pasar Murah/Pasar Rakyat), Fasilitas
Kesehatan, Bantuan Administrasi dari masyarakat, Kuil, Parisada Hindu Dharma
Aturan-Aturan Sendiri
Pelaksanaan Secara Aktual
Patron dan client tidak memiliki Hubungan (Rasa Peduli)
Gambar 4.3 Diagram Proses Pemberian Bersifat Langsung Non
Pemerintah
4.2.1 Pasar Murah/Pasar Rakyat.
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumatera Utara setiap
tahun melakukan program atau kegiatan yang membantu masyarakat
miskin Hindu yang mayoritas penerimannya adalah masyarakat Tamil.
Kegiatan itu biasanya lebih mengacu kepada pemberian bantuan berupa
sembako dan keperluan sehari-hari dan biasanya disebut pasar murah.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum
acara Deepavali atau sering di sebut hari raya Hindu Tamil.
4.2.1.1 Pengertian Pasar Murah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pasar Murah atau dikenal Pasar Rakyat adalah pasar yang diselenggarakan pada
waktu-waktu tertentu dengan harga di bawah harga pasaran pada umumnya29.
Biasanya pasar murah ini mendapat dukungan dari individu, kelompok,
29
KBBI.web.id/kupon diakses pada 30 desember 2015 (pukul 22:00 WIB)
lembaga/instansi maupun pemerintah yang mana dukungan tersebut dapat
berupa barang-barang pokok maupun uang yang digunakan untuk membeli
barang-barang yang akan di guanakan dan di jual pada pasar murah.
Pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan pasar murah ini hanya
mendapat bantuan dari para-para umat Hindu yang memang sudah
memiliki kehidupan yang layak maupun masyarakat dari agama lain.
Selama sepuluh tahun terakhir selalu saja pihak PHDI melaksanakan pasar murah. Tetapi dengan jumlah yang berbeda-beda, tergantung bantuan yang di terima pihak PHDI tiap tahunnya. Ada juga teman-teman dari agama lain yang membantu. Sekitar tiga tahun yang lalu kita di bantu oleh saudara kita yang beragama Kristen.
(Wawancara dengan Bapak Naraim Sami)
Hasil penuturan dari Bapak Narain Sami menjelaskan bahwa
pelaksanaan kegiatan pasar murah yang diadakan sebelumnya, mendapat
bantuan dari beberapa tokoh masyarakat dan masyarakat Tamil yang
berkehidupan mapan dengan jumlah tiga ratus paket sembako yang
ditujukan untuk masyarakat Tamil yang memang berkehidupan kurang
mampu atau miskin.
Selain bantuan dari umat-umat Hindu dan umat agama lain
membantu, pihak PHDI hampir setiap tahun mengajukan permohonan
bantuan kepada pemerintah agar mendapat bantuan untuk pelaksanaan
kegiatan ini, namum belum ada tanggapan baik dari pemerintah kota,
provinsi maupun pusat.
permohonan kembali kepada pemerintah, akhirnya permohonan tersebut
mendapat tanggap dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM).
Bantuan yang kita terima sekarang adalah hasil dari proses setelah beberapa kali mengajukan permohonan, kita patutt bersyukur karena telah mendapatkan bantuan itu untuk masyarakat Hindu Dharma. Bantuan yang di terima dari Kementerian Koperasi karena pasar murah yang sebelumnya mendapat perhatian dari dinas koperasi provinsi Sumatera Utara. Sebenarnya bantuan tersebut karena mendapat support dan dukungan dari teman kita yaitu Pak Haikal agar mengajukan permohonan kembali kepada Kementerian. Bantuan yang di terimanya tidak lepas dari rasa hubungan bantin yang kita rasakan. Hubungan batin yang saya maksudkan adalah bahwa Menteri Koperasinya adalah orang Hindu seperti kita. Tetapi bantuan tersebut tidak hanya diberikan kepada umat Hindu, melainkan kepada teman-teman dan saudara kita dari umat lain juga.
(Wawancara dengan bapak Naraim Sami)
Sebelumnya pihak PHDI yang telah melaksanakan kegiatan
pasar murah dengan jumlah tiga ratus paket. Maka pada saat
pelaksanaannya yang di bantu oleh Kementerian Koperasi dan UKM
di beri bantuan sebanyak 1250 paket dari 1500 paket yang di ajukan
kepada pihak Kementerian.
4.2.1.2 Kupon/Voucher
Terbatasnya jumlah paket yang diterima membuat PHDI harus
mensiasati agar yang mendapatkan paket tersebut tepat sasaran. Pihak
PHDI menyediakan Kupon untuk masyarakat, kupon tersebut disebar
diseluruh wilayah Sumatera Utara dan berfokus pada Kota Medan.
kecil atau karcis yang dapat ditukarkan dengan barang atau untuk membeli
barang dan sebagainya atau surat kecil tanda mendapat bunga uang dan
dapat juga disebut juga surat kecil yang dapat disobek dari buku atau
majalah untuk memesan barang dan sebagainya untuk memperoleh
hadiah30 .
Gamber 4.4 Voucher (Sumber PHDI Sumatera Utara)
Kupon yang dibagikan tersebut di hargai dengan nilai seharga
barang Rp.15.000 dan dapat ditukarkan pada saat pengambilan di tempat
yang telah di tentukan. Oktober lalu pemberian dan pelaksaan Pasar
Rakyat ini berlangsung di kantor Kecamatan Petisah. Pemilihan lokasi
tersebut menurut pihak PHDI karena lokasi yang mudah di jangkau dan
akses kendaraan umum yang banyak melewati daerah tersebut.
Kupon-kupon itu hanya di berikan kepada para
perwakilan-perwakilan tiap daerah dan wilayah di kota Medan. Setiap perwakilan-perwakilan
bertanggung jawab memegang dan menjual kupon-kupon tersebut di
wilayah mereka. Setiap perwakilan di berikaan 100-150 kupon saja.
Saya hanya mendapatkan 100 kupon saja, jadi saya bisa menjualnya kepada orang-orang yang tidak mampu di wilayah tempat tinggal saya. Bagi mereka yang menginginkannya bisa menghubungi saya secara langsung untuk mendapatkan kupon dengan sayarat membayar uang sebesar Rp.15.000,-.
(Wawancara dengan Bapak Manugren)
4.2.1.3 Proses Pembagian Paket
Pada saat bantuan yang berjumlah tiga ratus paket, PHDI di bantu
oleh Satuan Komando Trisula yang berada dibawah kordinasi TNI AU.
Proses pelaksanaan pembagian di dasarkan berdasarkan data penerima
kupon/voucher. Peminat yang cukup banyak untuk pembagian paket
bantuan membuat proses pembagian berjalan dengan lancar.
Paket yang di terima dari Kementerian Koperasi dan UKM
mengalami sedikit perbedaan penyaluran. Perbedaan penyaluran terjadi
karena pihak Kementerian hanya mau memberikan bantuan berupa barang
sesuai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Melihat perbedaan yang
signifikan dapat kita lihat pada saat proses pembagian kupon. Pembagian
kupon dilaksanakan dengan cara mewakili kepada beberapa orang untuk
menyebarkan dan menjual kupon tersebut sebanyak 1250 lembar kepada
masyarakat miskin dengan harga Rp.15.000.
Kementerian meminta pihak PHDI menunjuk sebuah CV untuk
menyediakan barang-barang tersebut. Pihak Kementerian akan
membayarkan langsung dan pihak PHDI tinggal melaksankan proses
pembagian. Proses pembagian juga menunggu pihak Kementerian yang
untuk membeli voucher digunakan untuk administrasi dan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan seperti pembiayaan perwakilan
Kementerian.
Gambar 4.5 Pemberian Bantuan Paket kepada Masyarakat Tamil
Kegiatan dan bantuan ini sangat menguntungkan bagi kami selaku masyarakat miskin. Bantuan yang di berikan berupa sembako lebih berharga dari pada pemberian uang tunai. Pemberian uang tunai akan sangat sulit mengendalikannya. Mesikupun di beri uang tunai tetapi harga bahan pokok kita beli dengan harga normal, maka akan sama saja. Lebik baik kami mendapatkan pasar murah dengan harga bahan pokok yang sangat murah ketimbang harus membeli di luar. Ini sungguh sangat membantu kami, apalagi kegiatan ini di lakukan sebelum Deepavali.
(Wawancara dengan Ibu Aigra)
Meskipun pemberian kupon dilakukan oleh agen-agen dari
Shri Mariaman kuil, pemberian bantuan paket tetap terfokus pada
satu titik. Tempat pembagian paket ditentukan oleh panitia pelaksana
yang mana dalam hal ini terlibat pihak kuil. Pembagian kupon yang
sebanyak 100 kupon. Bapak Manugren membagikan kupon-kupon
tersebut kepada orang-orang yang berada dekat dengan tempat
tinggalnya, dalam hal ini harus orang-orang Tamil yang berada
dalam garis kemiskinan. Kupon-kupon yang telah dibagian tersebut
lalu di bayar dengan nominal yang tertera pada kupon tersebut.
4.2.2 Fasilitas Kesehatan
Di bidang kesehatan PHDI juga memiliki bentuk bantuan lain yang
terfokus untuk membantu masyarakat Tamil khusunya mereka yang meliki
kehidupan ekonomi lemah. PHDI kota Medan mendapat bantuan dari
pemerintah yang mana anggarannya di peruntukan juga untuk alat
transportasi kesehatan seperti ambulan.
Anggaran tersebut di gunakan untuk biaya perawatan kendaraan
yang pada dasarnya kendaraan teersebut menjadi modal awal bagi
masyarakat Tamil untuk mendapat akses kesehatan yang lebih cepat. Pada
dasarnya pihak PHDI kota Medan lebih mendahulukan masyarakat miskin
untuk menggunakan sarana tersebut.
Saat ada kemalangan baik berupa sakit maupun meninggal dunia, ambulan rumah sakit biasanya sangat sibuk. Sehingga sangat sulit bagi kami untuk mendapatkan akses transportasi yang cepat. Tetapi Parisada Kota mapun Provinsi mau membantu meminjamkan mobil ambulan kepada kita secara gratis asalkan kita umat Hindu Dharma. Bagi kami selaku orang Tamil sangat sulit mendapatkan kepercayaan orang pribumi, sehingga Cuma kepada kuil saja kami bisa meminta tolong karena sesama orang seumat Hindu.
4.2.3 Bantuan Administrasi
PHDI juga menfasilitasi bagi masyarakat miskin yang akan
mengurus administrasi kependudukan tanpa membayar, seperti
administrasi pernikahan dan administrasi kependudukan. Untuk
pernikahan akan di tanggung oleh Kuil bersangkutan.
Menurut bapak Manugren untuk pernikahan sendiri tidak dapat
kita paksakan, karena untuk acara pemberkatan di kuil oleh pendeta itu
dilakukan secara gratis dan di tanggung oleh kuil asalkan pasangan
tersebut memang berasal dari keluarga tidak mampu.
Bapak Chandra Bose juga membenarkan hal tersebut selaku ketua
perhimpunan kuil Shri Mariaman. Penerbitan surat pernikahan yang akan
di jadikan sebagau rujukan untuk mendapat buku nikah juga di berikan
secara gratis oleh kuil. Beliau juga menjelaskan bahwa memang inti dari
kuil itu sendiri membatu orang yang tidak mampu, jika benar-benar tidak
mampu jadi apa salahnya kalau kita bantu.
4.3 SeribuTangan
PHDI kota Medan di bantu dengan PHDI provinsi Sumatera Utara sebagai
pusat untuk penyaluran bantuan untuk masyarakat Tamil yang kurang mampu.
Menjadikan Pengurus PHDI sebagai penerima bantuan (accepting help). Bapak
Narain Sami selaku ketua PHDI Sumatera Utara menjadi pusat penerima bantuan
sebutan Seribu Tangan.
Pada dasarnya bantuan yang akan di dapat dan disalurkan kepada
masyarakat Tamil tidak terlepas dari arahan dan campur tangan seorang ketua. Hal
tersebut dapat menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat Tamil karena sangat
banyak masyarakat Tamil yang merasa tidak nyaman dengan posisi jabatan yang
sedang beliau emban.
4.4 Pengaruh Kekerabatan dan Relasi dalam Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan oleh para broker-broker dalam pelaksanaan
kesejahteraan sosial di PHDI tidak lepas dari hubungan relasi dan pengaruh
kekererabatan. Peninjauan dalam data penerima kupon Pasar Murah yang
dilakukan pada saat pasca penerimaan sangat terlihat orang-orang terdekat dari
pihak broker saja yang menerima.
Pemberian voucher/kupon seharusnya harus di tujukan kepada orang yang
benar-benar miskin. Kebanyakan voucher diterima oleh para broker-broker lebih
di tujukan kepada kerabat dekat dan tetangga-tetangga sekitar rumah tempat para
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bantuan –bantuan dari pemerintah sangat di butuhkan oleh masyarakat
khusunya masyarakat minoritas yang tidak memiliki relasi untuk menyentuh dan
mendapatkan bantuan-bantuan yang terkait kesejahteraan sosial bagi kehidupan
mereka. Bantuan yang di kelola pemerintah memiliki aturan main yang jelas
karena telah di dasari Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi dalam pelaksanaanya
hukum formal yang ada hanya menjadi acuan dasar pelaksaannan saja, tetapi tidak
pada pelaksanaan aktualnya.
Temuan dalam penelitian ini terhadap penyelenggaraan kesejahteraan
sosial. Dimana ada agen-agen pemerintah ataupun lembaga non pemerintah yang
menjadi broker memainkan peran mereka masing-masing. Agen-agen pemerintah
mendapat perintah dari pemerintah untuk melaksanakan program-program yang
telah di rencanakan. Tetapi di lapangan mereka melakukan sesuai dengan kondisi
lapangan yang mereka hadapai.
Para peserta penerima bantuan pemerintah berupa Program Keluarga
Harapan lebih takut kepada pendamping yang merupakan broker. Ketakutan
tersebut membuat para peserta yang merupakan client lebih menyegani
pendamping. Pendamping memang menghabiskan waktu lebih lama dengan
bandingkan hubungan peserta (client) dengan pemerintah selaku pemberi bantuan
(Patron).
Memang ada masyarakat Tamil yang mendapatkan Program Keluarga
Harapan tersebut. Tetapi hanya sedikit dan sangat sulit mencarinya. Pada
umumnya masyarakat Tamil yang berada di garis kemiskinan tidak banyak
mendapatkan bantuan pamerintah. Mereka juga tidak tahu banyak
program-program pemerintah dalam memberantas kemiskinan di Indosnesia.
Berbeda dengan bantuan pemerintah, bantuan yang di berikan dan
disalurkan oleh lembaga keagamaan seperti PHDI lebih fokus kepada
masyarakatnya saja. Bantuan yang mereka terima bisa dalam bentuk apapun dan
di himpun lalu bagikan kepada masyarakat Tamil yang membutuhkan. Dalam
pelaksaannya sendiri, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi PHDI lebih bersifat sementara dantidak
mengikat seperti bantuan-batuan pemerintah yang mengikat.
Bantuan-bantuan yang di terima oleh PHDI lebih bersifat swadaya dari
tokoh masyarakat maupun umat agama lain yang membutuhkan. Tetapi pada
pelaksanaanya juga terdapat aturan main yang membuat orang-orang yang pantas
menerima bantuan mejadi tidak mendapatkan sama sekali. Adanya permainan di
tingkat Perhimpunan membuat pembagian tidak merata. Hubungan dan relasi juga
mempegaruhi siapa-siapa orang yang berhak menerima bantuan. Meskipun
demikian, PHDI juga melakukan bantuan di lintas sektor seperti bantuan
5.2 Saran
Dalam tulisan ini peneliti menyarankan agar agen-agen pemerintah yang
yang berkiprah di dalam dunia penyelenggaraan kesejahteraan sosial khususnya
bantuan, agar lebih memperhatikan masyarakat minoritas. Kurangnya perhatian
pemerintah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhapat negaranya.
Pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan kesejahteraan seharusnya juga mau
berkordinasi antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan
kecemburuan di kalangan masyarakat minoritas karena yang mendapat bantuan
hanya-hanya orang pribumi saja.
Sosialisasi yang baik juga harus dilakukan oleh pemerintah dalam
pelaksaan program-program bantuan. Selama ini program bantuan hanya dapat di
ketahui apabila penerima bantuan termasuk nominasi calon penerima. Sedangkan
masyarakat umum tidak tahu. Hal ini juga sangat merugikan bagi masyarakat
minoritas yang memang meiliki sedikit akses untuk mengetahui
informasi-informasi berupa bantuan yang di selenggarakan oleh pemerintah.
Selain bantuan dari pemerintah, pihak-pihak terkait dalam peyelenggaraan
kesejahteraan sosial seperti PHDI dan perhimpunan kuil, agar terbuka dalam
memberi informasi secara luas kepada masyarakat Tamil. Pada dasarnya sasran
dari pemberian bantuan oleh PHDI dan Perhimpunan kuil adalah masyarakat
Tamil yang miskin. Akses dalam informasi mereka juga sangat sedikit, karena
pemberian bantuan dalam skala besar biasanya hanya melalui perwakilan saja.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Kota Medan
Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya
berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota
Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei
Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan
dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan
Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman
penjajahan orang sering merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah
zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur
lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli
mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat
sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya
tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah
pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini
merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh
penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi
ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan
Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu
pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni :
Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada
bulan-bulan Oktober s/d bulan-bulan Desember sedang Maksimal Tambahan antara bulan-bulan
Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun
dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba
dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863
orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat
menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang
sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera
Utara.
Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama
"Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari
posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai
Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada
zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai,
sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal
Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan
isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang
pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di
Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani
menanam lada.
Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang
berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut
ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian
memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan
bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang
mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N.Ten Cate.
Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini
merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis
berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai
Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak diseberang sungai dari
kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di
Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP
IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan,
Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama
Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin
baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan
memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan
Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung
Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas
Percut dan Sigara-gara.
Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli
dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah
terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah
Pahlawan. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di
Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan
tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera
bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang
tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai
tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of
Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke
dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit
berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di
Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari
perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan
Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van
Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara
erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli.
Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji
kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi
untuk pembungkus cerutu.
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys
mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi
perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan
Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada
tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas
dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke
Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi
semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Medan
Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi
Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan
strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota
Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat
dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
2.2 Kota Medan Secara Geografis
Gambar 2.2 Peta Kecamatan di Kota Medan
Kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara dan
merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan yang
merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat
perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga menjadi
pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya seperti Aceh, Sumatera
dengan keadaan wilayahnya sangat strategis. Sebab berada pada berbatasan
langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara sehingga relatif dekat dengan
kota-kota/ negara maju seperti Pulau Penang Malaysia dan Singapura. Kalau kita
melihat kondisi sumber daya alam yang melimpah dari sektor pertanian,
perikanan dan perkebunan sehingga memungkinkan dapat berpotensi menjadi
pusat perdagangan.
Sedangkan secara geografis kota medan terletak di antara 3° 30' – 3° 43'
Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5- 37,5
meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 265, 10 km2.Kota
Medan mempunyai iklim tropis dengan kelembaban udara di wilayah ini
rata-rata 82-84% dan kecapatan angin rata-rata-rata-rata sebesar 1,38 m/sec.
Kalau melihat secara keseluruhan kota medan berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang:
Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang
Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara
Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7
Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan secara
administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan. Kecamatan-keacamatan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Amplas Kecamatan Medan Denai
Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Maimun Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Baru Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Helvetia
Kecamatan Medan Petisah Kecamatan Medan Barat
Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Tembung Kecamatan Medan Deli
Kecamatan Medan Labuhan Kecamatan Medan Marelan
Kecamatan Medan Belawan
Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, untuk saat ini masyarakat
Tamil sangat dominan menempati wilayah di Kecamatan Medan Polonia dan
Kecamatan Medan Petisah. Basis masyarakat Tamil yang banyak tersebut di
buktikan dengan banyaknya bangunan kuil-kuil yang berada pada daerah
pemerintahan Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun