• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran kepada:

1. Orang Tua Asuh

Orang tua asuh memberikan tambahan kegiatan positif yang dapat menunjang perkembangan kepribadian anak. Misalnya, memberikan tambahan pelatihan keterampilan kepada anak-anak asuh untuk meniingkatkan kemandirian anak asuh dan juga akan bermanfaat dikemudian hari.

2. Anak Asuh

Untuk menjadi pribadi yang lebih baik hormati dan patuhilah orang tua asuh dan peraturan-peraturan yang ada. Karena sesungguhnya peraturan-peraturan itu dibuat untuk kebaikan anak asuh. Dan tingkatkan rasa solidaritas antar teman, saling menyayangi.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ghuddah, Abd Al-Fattah. 2005. 40 Strategi Pembelajaran Rasulullah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Adhim, Muhammad Fauzil. 2008. Positive Parenting: Cara-Cara Islami Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Kepribadian Paradigma Filosofis, Tipologis, Psikodinamik dan Organismik-Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam

Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kartini, Sri. 2009. Gangguan Kepribadian. Semarang: Aneka Ilmu. Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco.

LN, Syamsu Yusuf, A Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugraha, Ali, Badru Zaman, A. Sy. Dina Dwiyana. 2016. Program Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.

Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.

Setyawan, Angga. 2015. Kenali Anakmu. Jakarta: Noura Books.

Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua untuk Membangun Anak Mengembangkan Displin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatit, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukandarumidi. 2004. Metode penelitian. Yogakarta: Gadjah Mada University Press.

Suryabrata, Sumadi. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Syafei, Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ulfatin, Nurul. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Malang: Bayumedia.

Yusuf, Syamsu, Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosda Karya.

HASIL OBSERVASI

Disaat hari pertama peneliti menyambangi panti asuhan Darul Hadlanah Suruh guna menyampaikan surat ijin penelitian kepada orang tua asuh mereka dengan senang hati dan ramahnya bersedia memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

Kemudian peneliti mengadakan penelitian dengan mengobservasi anak-anak asuh dan juga orang tua asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh. Pada saat sore hari peneliti melihat beberapa anak asuh yang mendapatkan jadwal piket memasak sedang melaksanakan tugasnya. Peneliti pun melakukan observasi sembari mewawancarai anak asuh tersebut.

Dihari yang lain peneliti datang di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh melihat anak-anak yang sedang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat berjamaah. Sesudah itu peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anak asuh yang berbeda. Peneliti juga melakukan observasi dengan melihat-lihat sarana dan prasarana yang tersedia di panti asuhan tersebut.

Di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh ada dua orang tua asuh, sepasang suami istri, yaitu Bapak M Sudaryanto dan Ibu Ririn Sundari. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Ririn Sundari sebagai orang tua asuh yang lebih memahami keseharian anak-anak asuh di bandingkan dengan Bapak, karena Bapak Sudaryanto lebih paham dalam urusan kegiatan di sekolah formal anak-anak asuh.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan pengurus panti yang memahami sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh untuk mengetahui asal mula berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.

PEDOMAN WAWANCARA

1. Wawancara dengan Orang Tua Asuh

a. Apakah ada perbedaan/ perkembangan kepribadian anak sebelum masuk panti dan setelah masuk panti asuhan Darul Hadlanah Suruh? b. Bagaimana metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian

anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

c. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

d. Apa saja faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

e. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pembinaan anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

2. Wawancara dengan Anak Asuh

a. Apakah ada perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah Anda masuk panti asuhan?

b. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian?

c. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak panti?

HASIL WAWANCARA

A. Wawancara dengan Orang Tua Asuh

Nama : Ririn Sundari

Alamat : Reksosari RT 09 RW 01, Suruh, Kab. Semarang Waktu Wawancara : 16 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB

Uraian Wawancara :

1. Apakah ada perbedaan/ perkembangan kepribadian anak sebelum masuk panti dan setelah masuk panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

“Jelas ada. Jauh. Misalkan dulu kalo masuk rumah nggak salam mulai

diajari salam sekarang setiap kali mau ambil apa-apa masuk rumah ucap salam. Dari rumah tidak basa krama terkadang kebawa sampai sini. Terus maem wae diambilke sama ibunya. Biasanya dulu pas daftar itu banyak ceritanya gitu kalau makan ndadak diladeni walaupun

dalam tanda kutip kurang mampu tapi si anak pasti manja.”

2. Bagaimana metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

“Pengenalan dari awal dikasih tahu, mungkin di rumah nggak ada aturan mulai sekarang belajar. Intinya ngandanilah. Belajar di sini muali dari awal misal ra iso boso yo pake bahasa Indonesia itu lebih sopan dari pada ngoko. Yang kedua nek tiap mau masuk salam. Ya tapi secara halus, pokoknya intinya jangan sampai anak itu di doktrin kayane aku disalah-salahke. Dikasih tahu sedikit-sedikit. Selalu diajak melakukan sesuatu itu bareng-bareng sekalian nyontoni. Terus bukan hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah setiap malam Kamis misalnya. Dzikir, wirid, doa bersama selalu dilakukan setiap

setelah shalat. Terus misalkan ada yang melakukan kesalah gitu ya saya tegur. Kalu melanggar sesuatu yang agak berat gitu saya panggil ke sini, tak kandani. Pertama yang ngandani itu aku nanti misal masih melanggar yang kedua yang ngandani itu bapak, kadang orang tua saya panggil. Ketiga buat surat pernyataan. Kalau masih nekat mengulangi sampai yang keempat nanti saya konsultasikan ke semua pengurus. Nanti kalau misalkan tidak bisa dipertahankan ya

dikembalikan ke orang tua atau walinya.”

3. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

“Yang jelas mujahadah itu insyaallah lebih gampang. Anak-anak kan setiap hari diajak mujahadah. Setiap habis shalat itu diajak dzikir, wirid, minta sama yang kuasa yang terbaik. Saya di sini itu bukan menganggap itu anak asuh, tapi sudah saya anggap anak sendiri. Insyaallah itu juga ada efeknya.”

4. Apa saja faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

“Karena memang sudah terbiasa nggak ada aturan di rumah. Biasanya tidak pernah masak saiki di suruh masak, nyapu, nyuci piring, semua kegiatan ibu rumah tangga, lanang wedok kan sekarang saya kei kabeh. Jadi wajarlah kalau diawal-awal itu biasanya rada susah ya mbak untuk mendisiplinkannya. Karena memang mereka belum terbiasa.

5. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pembinaan anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?

“Kalau menurut saya alhamdulillah efektif, sudah ada kelihatan hasilnya. Soalnya kan bukan hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah itu. Dulu pertama saya masuk sini anak-anak itu ada yang pakai celana pendek, anak putri tidak pakai jilbab, main HP pakai headset, masuk rumah nggak salam, sekarang sudah mulai berkembang, ada perubahan. Anak-anak wajib pakai jilbab. Di atas (kamar) pun kalau pintu dibuka wajib pakai jilbab. Putra juga gitu. Kalau turun (keluar kamar) harus pakai celana panjang atau sarung, pakai kaos. Itu contoh dilihat dari cara berpakaian. Kedua tata bahasa sudah baik. Kalo dulu ngomong masih suka ada yang sembarangan sekarang sudah mulai basa krama, meskipun kadang masih dicampur satu dua kata pakai bahasa Indonesia yang nggak tahu krama ne. Masalah pendidikan juga begitu. Yang dulunya nilainya masih kurang-kurang sekarang sudah ada peningkatan, paling tidak rata-ratalah. Nggak sampai dibawah rata-rata. Insyaallah kalau sering berdoa itu ya apa-apa semua itu kan dasarnya itu mbak. Walaupun kita mungkin sikapnya gini mendidik anak harus sesuai peraturan, tapi kalau dasar rohani, doanya itu kurang ya sepertinya akan kosong. Mungkin kalau saya bengak-bengok ngasih tahu ya tetap nggak akan ada hasilnya. Semuakan yang mbuka Yang Kuasa. Anak-anak itu setiap malam

Habis shalat kalau bapak longgar tidak ada acara ya diajak wirid dzikir bareng-bareng. Walaupun anak-anak cuma sekedar bilang aamiin kan ya insyaallah itu tetap sudah doa kita bareng-bareng.”

B. Wawancara dengan Anak Asuh

Nama : Faris, Agus, Mahasin, Devi, Warimah,Muyas Waktu Wawancara : 13 Agustus 2017 pukul 17.00 WIB

Uraian Wawancara :

1. Apakah ada perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah Anda masuk panti asuhan?

Faris : “Di rumah saya tidak bisa masak, tidak suka bantu-bantu pekerjaan rumah. Kalau bangun tidur jam setengah 7, jadi suka tidak shalat subuh. Ada perbedaan banyak sekali. Sekarang bangunnya jam 4 kalau pas jatah piket malah lebih pagi lagi. Di sini juga jadi bisa masak. Suka

bersih-bersih.”

Agus : “Kalau di rumah jam 6 baru bangun. Kadang shalat

subuh kadang ya tidak soalnya sudah kesiangan. Kalau di rumah suka bantu masak, bersih-bersih, bantu mbah buat kandang ayam. Alhamdulillah ada perubahan. Setelah masuk panti jadi lebih disiplin. Bangunnya jam 4 jadi bisa

shalat subuh terus, berjamaah lagi.”

Mahasin : “Saya kalau jam 6 baru bangun itu saja harus dibungunin

mbah. Di rumah juga jarang bantu-bantu mbah, apa lagi masak saya nggak bisa. Perubahan ya ada, mbak. Di sini jadi tertib, disiplin, bisa masak, bersih-bersih. Bisa nabung juga pas udah di sini, mbak.”

Devi : “Di rumah suka masak, bersih-bersih, mengerjakan pekerjaan rumah. Soalnya ibu sudah nggak ada, mbah sudah sepuh. Terus sebelum disini nilainya kadang-kadang ada yang dibawah rata-rata gitu, suka malas kalau belajar. Yang sangat berubah di sini itu kedisiplinan saya mbak. Terus nilai-nilai sekolah itu lebih baik pas udah di sini. Soalnya kalau di sini kan belajarnya bareng-bareng ada temannya banyak, terus kalau nggak bisa bisa nanya ke mbak-mbaknya. Jadi belajarnya itu lebih semangat.”

Warimah : “Bangunnya rada kesiangan sekarang lebih pagi. Jadi di

panti itu saya lebih disiplin, mbak.”

Muyas : “Ya alhamdulillah baik, tp disini lebih baik. Termasuk ngomong, sekarang saya bisa pakai basa krama dulu nggak bisa. Jadi ya sudah jelas lebih baik pas udah di

sini.”

2. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian?

Agus : “Kalau pada keset bangun itu suka dibel pas jam 4 gitu. Jadi bangunnya nggak kesiangan lagi. Kadang belum dibel sudah dibangunin sama yang piket. Kan yang piket masak itu bangunnya pasti lebih pagi.”

Mahasin : “Dari awal pas mau masuk itu udah di kasih tahu aturan-aturannya jadi kita udah tahu. Terus kalau misalnya kita melakukan kesalahan itu dikasih hukuman biar nggak diulangi. Kalau untuk masak, bersih-bersih, bangun pagi, shalat jamaah, itu kan kita diajak ngerjainnya bareng-bareng. Jadi di kasih contoh gitu kan sama bapak, ibu, sama mas-mas dan mbaknya.”

Muyas : “Kalau tidak tertib dihukum. Misalnya telat atau nggak

Warimah : “Waktu awal masuk diberi tahu tata tertibnya. Kalau

melanggar ya dikasih hukuman. Tapi ya nggak langsung dihukum juga sih. Pertama itu di nasehati terus kalau tetep

melanggar dikasih hukuman.”

3. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak panti?

Mahasin : “Orang tua asuh ya sangat berperan. Kalau nggak mau

nurut dihukum. Misalnya kalau shalat jamaah telat uang saku di potong, itu kan berpengaruh banget, mbak dalam

mendisiplinkan kami.”

Warimah : “Ya berperan, karena merubah sikap saya menjadi lebih

disiplin yang tadinya agak males-malesan gitu.”

Muyas : “Sangat berperan, biasanya disana (dirumah) agak nakal di sini enggak. Bahasanya lebih baik di sini, diajari basa krama jadi lebih sopan.”

KETERANGAN INISIAL 1. F : Faris 2. A : Agus 3. M : Mahasin 4. D : Devi 5. W : Warimah 6. My : Muyas

DAFTAR ANAK ASUH

NO. Nama Anak

Jenis Kela

min (L/P)

Tempat dan Tanggal Lahir Status

1. A. Nur Alim L Kab. Semarang, 10 Februari 1998 Terlantar 2. Siti N. Habibah P Kab. Semarang, 12 November 1997 Piatu 3. M. Muhlisin L Kab. Semarang, 16 Desember 1994 Terlantar 4. Aprilia Dewi P Kab. Semarang, 19 April 1997 Dhuafa’ 5. Romadliyah P Kab. Semarang, 14 Januari 1999 Dhuafa’ 6. Lilik Fitriyani P Demak, 2 Februari 1997 Dhuafa’ 7. Sri Dariyati P Kab. Semarang, 10 September 1999 Terlantar

8. Dimas Eko Saputra L

Kab. Semarang, 24 Januari 1997

9. Hilwatun Niswah P Kab. Semarang, 24 November 1995 Dhuafa’ 10. M. Faizin L Kab. Semarang, 17 Mei 1995 Dhuafa’ 11. Suci Puryani P Kab. Semarang, 9 September 1998 Terlantar 12. Slamet Ariadi L Kab. Semarang, 6 Juni 1998 Dhuafa’ 13. Muhlisin L Kab. Semaarang, 13 September 2001 Dhuafa’ 14. Dian Septiana Zulmia L

Juku Batu Way Kanan, 13 September 2000 Yatim 15. Adi Rahmawan L Kab. Semarang, 21 Desember 2000 Dhuafa’ 16. Alfian Fatkur Rahman L Kab. Semarang, 27 Juli 2000 Dhuafa’ 17. Devi Indrawati P Kab. Semarang, 22 JUNI 2002 Piatu

18. Dwi Ali Mahfud L

Kab. Semarang, 23 Mei 2001 Dhuafa’ 19. Joko Prasetyo L Kab. Semarang, 20 Oktober 2001 Dhuafa’

20. M. Agus Suprihatin L Kab. Semarang, 16 Februari 2001 Terlantar 21. M. Makhasin L Kab. Semarang, 3 Agustus 2003 Dhuafa’ 22. Sri Sundari P Kab. Semarang, 28 Juli 2004 Dhuafa’ 23. Nur Aisyah P Kab. Semarang, 10 Oktober 2000 Dhuafa’ 24. Siti Riyadhoh P Kab. Semarang, 15 April 2003 Dhuafa’ 25. Agus Priyanto L Kab. Semarang, 3 April 2003 Dhuafa’ 26. Afiyan Khoirul Mustain L Kab. Semarang, 2 April 2003 Dhuafa’ 27. Slamet Khoiri L Kab. Semarang, 24 Juli 2002 Dhuafa’ 28. Faris Ramadhan L Kab. Semarang, 15 November 2002 Dhuafa’ 29. Nasriyatul Muyas Saroh P Kab. Boyolali, 27 Mei 2003 Dhuafa’ 30. Warimah P Kab. Magelang, 24 Mei 2002 Dhuafa’

31. M. Rizai Ainur Rofiq L Kab. Semarang, 12 Agustus 2003 Dhuafa’

32. Dimas Nur Saifudin L

Kab. Semarang, 18 September 2003 Dhuafa’ 33. Rama Ramadhan L Kab. Semarang, 4 November 2003 Dhuafa’

DOKUMENTASI

Papan penunjuk Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh

Asrama Putra dan Aula

Susunan pengurus Panti Asuhan

Aula

Visi dan Misi Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dina Fitriana

Tempat/tanggal Lahir : Kab. Semarang, 20 Februari 1996 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kepundung , Reksosari, Suruh, Kab. Semarang Nama Ayah : Bazari

Nama Ibu : Siti Anipah

Latar Belakang Pendidikan Formal

2003-2005 : TK Islam Pertiwi Reksosari 2005-2007 : SD Negeri Reksosari 1 2007-2010 : SMP Negeri 1 Suruh 2010-2013 : SMA Negeri 1 Tengaran

Dokumen terkait