• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ORANG TUA ASUH

DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH

DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

Dina Fitriana

NIM: 11113213

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

ُناَسْحِ ْلْا الِْا ِناَسْحِ ْلْا ُءآَزَج ْلَه

“Tidak ada balasan untuk

kebaikan selain

kebaikan (pula).”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku Bazari dan Siti Anipah, yang selalu membimbing, memberikan doa, motivasi, dukungan moril serta materiil kepada penulis. 2. Saudara kandung ku dan juga saudara-saudara ku yang lainnya yang telah

memberi motigvasi dan juga semangat.

3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Abdul Syukur, M.Si yang telah memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai.

4. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Rukhayati, M.Ag.

5. Sahabat dan teman-teman dekat ku yang selalu memberikan semangat, motivasi dan selalu membantu menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul Peran Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag, ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

4. Bapak Rovi’in, M.Pd, selaku pembimbing akademik.

5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing skripsi.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai ilmu, serta karyawan IAIN Salatiga.

7. Keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, Kab. Semarang. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian

(9)

ix

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Segala kritik, masukan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.

Salatiga, 1 September 2017

(10)

x ABSTRAK

Fitriana, Dina. 2017. Peran Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si

Kata kunci : Peran, Orang Tua Asuh, Pembinaan Kepribadian, Panti Asuhan Orang tua yang tidak dapat membina dan membentuk kepribadian anaknya, maka anak berhak diasuh, dibina dan dibentuk kepribadiannya oleh orang tua asuh. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan berikut: Bagaimana peran orang tua asuh, apa saja faktor pendukung dan penghambat, dan bagaimana hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan orang tua dan beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh. Untuk analisis data menggunakan metode reduksi data, menyusun kategorisasi, dan sintesisasi.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 7

(12)

xii

B. Pembinaan Kepribadian Anak ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

E. Analisis Data... 35

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 37

G. Tahap – Tahap Penelitian ... 38

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data ... 39

B. Analisis Data... 54

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh ... 41

Tabel 4.2 Daftar Anak Asuh ... 42

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh ... 46

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Anak Asuh ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakuukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakkan Penelitian

5. Lembar Konsultasi 6. Hasil Observasi 7. Pedoman Wawancara 8. Hasil Wawancara 9. Keterangan Inisial 10.Daftar Anak Asuh 11.Dokumentasi

(15)

1 orang tua yang harus dididik dan dibimbing dengan baik karena anak juga menjadi generasi penerus orang tuanya maupun menjadi generasi penerus bagi agama, nusa dan bangsa. Karena orang tua merupakan guru pertama bagi anak, maka orang tua mempunyai tugas utama. Tugas utama dan pertama orang tua adalah menjadi teladan bagi anaknya karena anak belajar dengan meniru (Setyawan, 2015: 24).

ْوُنَمَا َنْيِذَّلا اَهُّيَآَي

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

(16)

2

Orang tua mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan juga kebutuhan rohani anak yang hanya dapat dipenuhi dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak yang baik, yaitu sebuah pendidikan yang akan menjaga anak agar tidak keluar dari jalan yang benar, serta pendidikan yang berguna untuk pembentukan kepribadian anak.

Pada hakikatnya, orang tua adalah pembimbing dan pendidik dalam keluarga yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Unsur-unsur keterikatan batin, keakraban pergaulan, dan pengenalan terhadap individu anak merupakan beberapa faktor pendukung kuat atas keberhasilan pendidikan terhadap anak dalam keluarga, dan hal itu hanya dimiliki oleh seorang ibu (Syafei, 2006: 85).

(17)

3

tua kandung diambil alih oleh orang tua asuh dengan persyaratan dan ketentuan tertentu.

Tugas orang tua asuh dalam hal ini adalah membesarkan hati anak-anak asuhnya dan membina dalam pembentukan akhlak dan kepribadian anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik dan mempunyai pribadi yang baik pula sesuai dengan harapan orang tua. Karakter yanag kuat dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai ini di bangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan jijik yang sangat kuat, bukan menyibukkan diri dengan pengetahuan (Adhim, 2008: 272). Hal tersebut dapat dilakukan oleh orang tua yang mengasuh anaknya.

Agar anak asuh memiliki kepribadian yang baik, tentunya orang tua asuh harus memiliki kepribadian yang baik pula dimana akan dicontoh atau dijadikan suri tauladan bagi anak-anak asuhnya, baik dalam perbuatan, ucapan maupun sikap, sehingga pembentukan kepribadian setiap anak asuh mudah dilakukan.

(18)

4

Dengan latar belakang masalah diatas, penulis mengadakan penelitian dengan judul “PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

DARUL HADLONAH, SURUH, KAB. SEMARANG”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini.

Adapun beberapa masalah itu adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

2. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

3. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

4. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

(19)

5

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

4. Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pembentukan kepribadian anak baik umum maupun anak asuh di panti asuhan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap orang tua dalam membentuk kepribadian anak, baik anak asuh di panti asuhan maupun bagi anak.

(20)

6 E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul penelitian diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 854), kata peran diartikan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

2. Orang Tua Asuh

Orang tua asuh dapat diartikan sebagai komponen orang tua yang terdiri dari para pengurus panti asuhan. Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anak asuhnya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Syafei, 2006: 34).

3. Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152), pembinaan adalah proses atau cara untuk mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan dilakukan bertujuan agar yang dibina menjadi lebih baik sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang membina.

4. Kepribadian Anak

(21)

7

deskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Freud berpendapat bahwa, kepribadian sebenarnya pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar pengalaman-pengalamannya dalam meakukan psikoanalisis (Sumadi, 1990: 163).

F. Penelitian Terdahulu

Rujukan penelitian yang pertama yaitu skripsi dari Rohmatul Wahidah mahasiswi IAIN Raden Intan Lampung dengan judul Peran Orang Tua Asuh dalam Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Panti Asuhan Roudhotus Sibyan Bandar Lampung). Dalam penelitiannya peneliti menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dengan dokumen, rekaman dan catatan arsip, wawancara, observasi langsung, dan observasi partisipan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh orang tua asuh. Subyek penelitian yang diteliti yaitu orang tua asuh dan juga anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.

G. Sistematika Penulisan

(22)

8

adanya sistematika penulisan yang baik yang terdiri dari 3 bagian dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal ini mencakup sampul, lembar berlogo IAIN Salatiga, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan.

2. Bagian Inti

Bagian inti terdiri dari 5 bab dengan rinciannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini membicarakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II Landasan Teori

Pada bab landasan teori ini, berisi bagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan orang tua asuh dalam membina kepribadian anak panti asuhan.

Bab III Metode Penelitian

(23)

9

sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV Paparan Data dan Analisis

Berisi paparan data yang diperoleh dari pengamatan, hasil wawancara, dan deskripsi informasi lainnya yang disajikan dengan topik pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan. Dan juga menguraikan gagasan peneliti terhadap teori-teori dan temuan-temuan yang diungkap dari lapangan.

Bab V Penutup

Dalam bab penutup ini diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.

3. Bagian Akhir

(24)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Orang Tua Asuh

Pengertian orang tua asuh adalah warga masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, yang secara sukarela memberi bantuan pendidikan kepada anak sekolah dari keluarga tidak mampu agar mereka dapat menyelesaikan pendidikan formalnya. Orang tua asuh juga dapat diartikan sebagai komponen orang tua yang terdiri dari para pengurus panti asuhan. Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anak asuhnya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Secara tradisional, orang tua asuh diartikan sebagai adopsi yang memiliki tempat tinggal bersama. Namun secara dinamis individu yang membentuk orang tua asuh dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.

Orang tua asuh kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual (Syafei, 2006: 34).

(25)

11

lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak bergantung pada

orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan “pengasuh pengganti”. Dalam

konteks Konvensi Hak Anak, anak berhak untuk mendapatkan keluarga atau keluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya dapat dipenuhi dengan baik. Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Sedangkan negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal. Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam kelompok lingkungan keluarga atau pengasuh pengganti meliputi antara lain: tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi anak-anak yang terpisah dari keluarganya, misalnya anak yatim piatu, terlantar dan sebagainya (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal dalam hukum Islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka (Nugraha dan Zaman, 2016: 33-34).

B. Pembinaan Kepribadian Anak

1. Kepribadian

Kepribadian atau dalam bahasa Inggrisnya “personality” berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu prosopon atau persona yang

berarti ‘topeng’ dan biasa digunakan dalam pertunjukan teater. Para

(26)

12

bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya. Seolah-olah, topeng itu mewakili ciri karakter tertentu, seperti halnya topeng dalam pementasan drama. Menurut Schultz (2005) dalam Hidayat konsep awal dari personaliti adalah tingkah laku yang ditunjukkan kepada lingkungan sosial dan kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang lain (2011:6).

Gordon Allport dalam Hidayat mengklarifikasi lebih dari lima puluh definisi kepribadian yang berbeda. Menurutnya (dalam Engler, 1995), kepribadian adalah sesuatu yang nyata dalam seorang individu yang mengarah pada karakteristik perilaku. Sementara itu, menurut

Carl Rogers, seorang ahli kepribadian, kepribadian ataau “diri” adalah

sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi tentang “aku” (self)

atau “aku yang menjadi pusat pengalaman individual” (Engler, 1995).

Menurut B. F Skinner, seorang psikolog behavioral dari Amerika,

istilah “kepribadian” tidak diperlukan untuk memahami perilaku

manusia. Adapun menurut Sigmud Freud, bapak psikonalisis, kepribadian sebagian besar terdiri dari ketidaksadaran, tersembunyi, dan tidak diketahui (2011:6).

(27)

13

Kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Menurut pengertian sehari-hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya (Koswara, 1991: 10).

Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor hereditas (pembawaan) dan lingkungan. a. Faktor Hereditas (Pembawaan)

Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah:

1) sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan temperamen,

2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas), dan mempengaruhi keunikan kepribadian (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 21).

b. Faktor Lingkungan (Environment)

(28)

14

dan pengasuhan sebagi fungsi dari perluasan perbedaan usia antara saudara kandung. Dalam pandangan Adler, perbedaan lingkungan rumah akan memberikan pengaruh kepada perbedaan kepribadian (2011:9).

Sementara Karen Horney dalam Hidayat percaya bahwa kebudayaan dan periode waktu tertentu memberikan pengaruh terhadap kepribadian, misalnya neurosis yang diderita oleh pasien-pasiennya yang kebetulan orang Jerman dan orang Amerika, didapati memiliki perbedaan. Horney pun menyoroti perbedaan lingkungan sosial diantara anak laki-laki dan perempuan. Dia berpendapat bahwa perkembangan inferioritas perempuan disebabkan oleh perlakuan tertentu pada anak perempuan dalam budaya yang didominasi laki-laki (patriarki). Sementara perempuan yang dibearkan dalam budaya matriarki akan memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda dan harga diri (self esteem) yang lebih tinggi (2011: 9).

Menurut Erich From dalam Hidayat percaya bahwa pengaruh kekuatan dan kejadian dalam sejarah memberi pengaruh yang lebih luas dalam membentuk kepribadian seseorang. Misalnya, setiap periode dalam sejarah, baik zaman pertengahan, renaissance, reformasi protestan, maupun zaman revolusi industri akan membentuk kepribadian yang berbeda atau tipe karakter yang lebih sesuai dengan kebutuhan pada zaman tersebut (2011: 10).

Menurut Allport dan Cattel dalam Hidayat faktor lingkungan penting terhadap pembentukan kepribadian. Menurut Allport, meskipun faktor genetik merupakan dasar kepribadian, tetapi lingkungan sosiallah yang membentuk bahan dasar tersebut menjadi produk akhir. Cattel berpendapat bahwa hereditas adalah faktor penting pembentuk kepribadian, tetapi faktor lingkungan yang pada akhirnya memberikan pengaruh dalam perluasan kepribadian (2011: 10).

Menurut Erik Erikson dalam Hidayat delapan tahapan perkembangan bersumber dari pembawaan (innate), tetapi lingkunganlah yang menentukan cara untuk tahapan yang berbasis genetik dicapai. Erikson percaya pengaruh dari kekuatan sejarah dan sosial terhadap pembentukan identitas ego. Maslow dan Rogers menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang bersifat dari dalam (innate), tetapi mereka mengakui bahwa faktor lingkungan akan mendorong atau sebaliknya menghambat kebutuhan aktualisasi diri (2011: 10).

(29)

15

dijadikan sebagai pembeda individu. Artinya, kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan kepribadian orang lain.

Menurut Elizabeth dalam Kartini kepribadian ada yang sehat dan tidak sehat. Asumsi sehat di sini dapat dipersamakan dengan hal-hal yang positif. Berikut ini ciri-ciri kepribadian yang sehat (positif): a. Mampu menilai diri sendiri apa adanya, baik tentang kelebihan dan

kekurangan secara fisik, pengetahuan, maupun keterampilan.

b. Mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami apa adanya secara wajar dan tidak mengharapkan situasi atau kondisi kehidupan dengan sesuatu yang sempurna.

c. Mampu menilai keberhasilan dan menanggapinya secar rasional (masuk akal).

d. Mau menerima tanggung jawab dan mempunyai keyakinan terhadap kemampuan untuk memecahkan dan mengatasi masalah kehidupan yang dialaminya.

e. Mempunyai sifat mandiri, baik dalam berpikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

f. Mampu mengendalikan emosi, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stres secara positif dan tidak destruktif (merusak). g. Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan dan

kehidupannya berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan atas dasar paksaan dari luar.

h. Peduli lingkungan, fleksibel (luwes) dalam berpikir, terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya menjadi orang lain. i. Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial.

j. Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang dianutnya.

k. Kehidupan penuh kebahagiaan.

Dan ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa kepribadian seseorang itu tidak sehat atau negatif:

a. Mudah tersinggung atau marah. b. Mudah cemas atau khawatir.

c. Merasa tertekan (stres atau depresi).

d. Senang mengganggu orang lain, terutama yang usianya lebih muda. e. Perilakunya sering menyimpang meskipun sudah diperingatkan. f. Terbiasa berbohong.

(30)

16 k. Pemarah.

l. Memusuhi semua bentuk kekuasaan (otoritas) (2009: 13-29).

Teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa

Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur sistem, yakni id, ego, dan super ego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi,

kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas.

1) Id

Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang

paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk duasistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (Koeswara, 1991: 32).

Fungsi dari das Es sebagai suatu sistem dari sistem total kepribadian adalah:

(31)

17

menjalankan sistem Ego dan sistem Super Ego, dalam membangun tingkah laku manusia.

b) Berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah (metabolisme) untuk memperoleh energinya.

Sifat-sifat das Es adalah sebagai berikut:

a) Asli, kodrati, yakni sebagai sistem kepribadian pembawaan. b) Sebagai rahim atau medan, ataupun kancah, yaitu tempat

Ego dan Super Ego berkembang.

c) Secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak bayi lahir. d) Sebagai sumber energi yang bersifat primitif, asli, kodrati,

impulsif, imaginatif.

e) Freud mengatakan, bahwa das Es sebagai kenyataan psikis yang sebenarnya, karena das Es mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif.

Das Es mempunyai komponen sebagai berikut:

a) Das Es berisi segala sesuatu yang bersifat pembawaan, yakni nafsu-nafsu, dorongan-dorongan, dan insting-insting. b) Das Es berisi juga kompleks-kompleks terdesak.

(32)

18

a) Kerja yang efektif, mencari kenikmatan dan menolak penderitaan.

b) Prinsip kerja das Es juga disebut prinsip reduksi tegangan agar kembali kpada keseimbangan, dapat disebut prinsip reduksi untuk keseimbangan.

Dinamisme kerja das Es adalah sebagai berikut:

a) Das Es dapat memperbesar tegangan yang menyebabkan dorongan atau nafsu-nafsu menjadi kuat.

b) Das Es dapat memperkecil tegangan, sehinga tenaga

doronganmenjadi lemah.

c) Da Es membuat keseimbangan setelah kenikmatan tercapai.

d) Das Es juga menggerakkan kompleks-kompleks terdesak untuk muncul dalam kesadaran.

e) Das Es memobilisir energi psikis sehingga hidup manusia berlangsung.

Mekanisme kerja das Es adalah sebagai berikut:

a) Tindakan-tindakan refleks, yakni semua refleks termasuk perbuatan-perbuatan salah yang tidak disengaja.

(33)

19

mimpi sering dapat menimbulkan kenikmatan atau kelegaan.

c) Menghadirkan Ego untuk menghubungkan keinginan das Es dengan dunia riil. Proses pengoperan energi dan tugas

kepada Ego inilah yang disebut proses sekunder.

d) Energi jiwa dalam das Es juga menggerakkan semua kompleks terdesak, untuk mencari jalan-jalan keluar (Fudyartanta, 2012: 135-137).

2) Ego

Ego adalah sistem sistem kepribadain yang bertindak

sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the reality princieple).

Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan atau tidak.

(34)

20

menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidaklah ditunjukkan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak sebagai peranara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi fungsi yang palinga dasar dari ego itu tidak lain sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu (Koswara, 1991: 33-34).

Ego mempunyai fungsi atas amanat das Es akan

berfungsi sebagai translator, eksekutor, organisator dan regulator dalam mengelola tugas-tugas dari das Es untuk

berhubungan dengan dunia nyata.

Karena ego harus menghadapi dunia nyata, maka sifatnya harus realistis, rasional, etis, regulatif. Jadi, harus memfungsikan cipta, rasa, karsa dan tindakan yang tepat.

Semua proses psikis yang nyata dan rasional untuk mewujudkan tindakan nyata yang dapat diterima oleh dunia objektif. Maka komponennya adalah cipta, rasa, karsa dan performan.

(35)

21

menerima, menunda atau menolak keinginan-keinginan das Es sesuai dengan dunia riil. Sedangkan mekanisme kerjanya adalah melaksanakan dengan tindakan-tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Fudyartanta, 2012: 138).

3) Superego

Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem

kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau

aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru (Koswara, 1991: 35).

Superego berperan sebagai berikut:

a) Memegang wewenang moral dalam kepribadian. b) Mencerminkan yang ideal dan bukan yang riil.

c) Memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. d) Super Ego terutama memerhatikan untuk memutuskan

apakah sesuatu itu benar atau salah agar dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.

(36)

22

respons terhadap hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman yang diberikan oleh orang tua.

Super Ego mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

a) Merintangi impils-impuls dari das Es, terutama impuls-impuls seksual dan agesif, kaena pernyataan-pernyataan impuls-impuls tersebutlah yang dikutuk oleh masyarakat.

b) Super Ego mendorong Ego untuk menggantikan

tujuan-tujuan yang realistis dengan tujuan-tujuan-tujuan-tujuannya yang moralitas.

c) Super Ego mengejar kesempurnaan. Jadi, super ego

cenderung untuk menentang das Es dan Ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri. Hal ini sedikit banyak super ego lalu bersifat subjektif dan irasional (Fudyartanta, 2012: 141-142).

b. Kepribadian dalam Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang di dasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Watson mengemukakan bahwa psikologi harus meninggalkan fokus kajian yang terkait dengan proses mental, dan mengalihkan fokus kajiannya kepada tingkah laku yang tampak (overt behavior).

(37)

23

memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan

respon yang terkait dengan sebagai situasi rangsangan yang

beragam” (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 123).

Behaviorisme memandang manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai stimulus-respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus.

Skinner adalah salah satu ahli waris behaviorisme yang dikembangkan Watson. Bagi Skinner, istilah “kepribadian” tidak ada, yang ada adalah perilaku, karena perilaku sepenuhnya dapat dipahami karena merupakan tanggapan terhadap faktor-faktor dari lingkungan. Upaya untuk memahami atau menjelaskan perilaku sebagai struktur internal, seperti kepribadian atau ego hanya merupakan fiksi,karena istilah ini tidak cukup membantu (Hidayat, 2011: 127).

(38)

24

khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

Bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. Dalam memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan (operant). Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons. Contoh tingkah laku responden itu antara lain menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulasi cahaya, menggigil karena kedinginan, dan keluarnya air liur karena melihat makanan. Orang yang pertama menemukan bahwa tingkah laku responden itu bisa dikondisikan adalah Ivan Pavlov, dengan percobaannya yang benama pengondisian klasik (classical conditioning), dengan menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1991: 77-78).

(39)

25

stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning (Sobur, 2003: 227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum-hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons di lain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons. Dalam pengkondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam percobaan tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat kumulatif (Koswara, 1991: 82).

c. Kepribadian dalam Humanistik

Maslow yakin bahwa banyak tingkah laku manusia yang bisa diterangkan dengan memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan (Koswara, 1991: 118). Maslow memaparkan teori tentang basic needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan. Maslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari kebutuhan terendah atau kebutuhan dasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Lima jenis kebutuhan dari Maslow tersebut adalah:

1) Physiological Need

(40)

26

manusia melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang berada diatasnya. Bila kebutuhan fisiologi tidak dipenuhi, maka individu tidak akan bergerak untuk meraih kebtuhan yang lebih tinggi.

2) Safety Need

Yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi. Apabila pemenuhan kebutuhan akan merasa terhambat pemenuhannya, akan menimbulkan gangguan kepribadian yang serius. Walaupun begitu, kebutuhan ini hanya akan tercapai setelah seseorang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan akan rasa aman terlihat dari orang yang mendambakan suasana tenang, aman jauh dari gangguan dan kekacauan, nyaman dan bebas dari tekanan atau ancaman.

Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua yaitu aman secara fisik dan aman secara psikologis. Aman secara fisik ditandai dengan keadaan bebas rasa sakit, bebas dari gangguan dan kekacauan sedangkan aman secara psikis terlihat dari tiadanya rasa takut, cemas dan ada perlindungan.

3) Love and Belongingness

Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan, merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan kelompok sebaya dan akhirnya menuju pada kelompok sosial yang lebih luas. Kurangnya kasih sayang menyebabkan perkembangan seseorang terlambat.

4) Self Esteem

Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, prestasi, kebebasan dan tidak ketergantungan atau independent. Sementara kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan penghargaan.

Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang bersangkutan dihantui kehampaan, keraguan dan keputusasaan menghadapi hidup.

5) Self-Actualization

(41)

27

ini akan muncul dan terpuaskan bila kebutuhan lain di bawahnya sudah terpenuhi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk mengekspresikan , mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki. Juga merupakan dorongan dalam diri untuk menjadi diri sendiri seperti apa yang dikehendaki. Bisa juga dikatakan sebagai pengungkapan hasrat untuk menyempurnakan keberadaannya (Sriyanti, 2013: 81-83).

2. Metode Pembinaan Kepribadian

Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Metode ini bertujuan agar obyek atau sasaran dari pembinaan ini mengerti, menghayati dan kemudian mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh pembimbing.

Sedangkan metode atau cara yang dilakukan oleh Rasulullah dalam pengajaran adalah sebagai berikut:

a. Metode pengajaran Rasulullah dengan keteladanan dan akhlak mulia

Diantara metode-metod terpenting, agung dan nyata yang ditempuh oleh Rasulullah dalam proses pengajaran adalah dengan teladan dan akhlak (budi pekerti) yang baik. Beliau adalah orang pertama yang melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain (muridnya) melakukan sesuatu itu. Sehingga, orang lain pun akan dapat mengikuti dan melakukan sebagaimana yang mereka lihat dari beliau.

(42)

contoh-28

contoh perbuatan (teladan) sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah akan lebih kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan pemahaman serta ingatan.

b. Pengajaran Rasulullah secara bertahap

Rasulullah dalam melakukan aktivitas pengajaran, beliau senantiasa memperhatikan pentahapan (graduasi) belajar. Beliau mengajarkan hal-hal yang penting sedikit demi sedikit (bertahap) hingga semua materi yang beliau ajarkan dapat diterima (dipahami) dengan mudah dan tersimpan di dalam setiap hati orang yang belajar kepada beliau, baik secara hafalan maupun pemahaman. c. Pengajaran Rasulullah dilakukan dengan memperhatikan situasi

dan kondisi peserta didik

Rasulullah dalam memberikan pengajaran (kepada para sahabat), beliau senantiasa memperhatikan waktu dan kondisi yang tepat, dan disesuaikan dengan waktu dan kondisi mereka. Hal ini beliau lakukan agar mereka tidak bosan. Beliau juga selalu berusaha menjaga tujuan dan keseimbangan (dalam proses pengajarannya).

d. Rasulullah mengajar dengan memberikan nasihat dan peringatan Metode pengajaran beliau yang sangat penting adalah dengan memberikan nasihat dan peringatan. Hal ini sebagaimana firman Allah di dalam al-quran al-karim:

َنْيِنِمْؤُمْلا ُعَفْنَت ى َرْك ِ ذلا َّنِاَف ْرِ ك َذ َّو

:تايراذلا(

(43)

29 Artinya:

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.”

(al-Dzariyat: 55).

e. Rasulullah mengajar dengan memberikan dorongan (motivasi) dan menakut-nakuti (memberi peringatan)

Metode pengajaran Rasulullah SAW yang lain adalah memberikan dorongan (motivasi) kepada para pendengar (para sahabat) untuk mencintai (melakukan) amal kebaikan dan menjauhkan diri dari berbuat kejahatan. Dalam memberikan dorongan (untuk berbuat kebajikan), biasanya beliau menyebutkan pahala dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh apabila kebajikan tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, dalam hal memberi peringatan (agar menjauhi perbuatan tercela), beliau juga menyebutkan siksa dan bahaya yang akan diterima bila perbuatan keji yang dilakukan (Abu Ghuddah, 2005: 59-181).

3. Anak

(44)

30

Hak-hak anak dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara eksplisit menyebutkan, bahwa setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut:

a. Hak untuk hidup.

b. Hak anak untuk dilindungi orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.

c. Hak anak untuk beribadah.

d. Hak anak untuk dilindungi secara hukum dari kekerasan fisik, mental, dan penelantaran.

e. Hak pendidikan.

f. Hak untuk beristirahat dan berekspresi. g. Hak memperoleh kesehatan.

(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ini diperoleh dari lapangan, sedangkan sifat penelitian ini adalah diskriptif-kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, berupa kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif, dilakukan pada penelitian sosial dan hasilnya bersifat objektif (Sukandarrumidi, 2002:13). B. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh, yang bertempat di Desa Reksosari RT 09 RW 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Tempat dipilih karena pihak sekolah memberikan keluasan kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan tersedia sumber informasi yang dibutuhkan peneliti. Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, mulai dari tanggal 7 Agustus 2017 sampai dengan 30 Agustus 2017.

C. Sumber Data

(46)

32 1. Data Primer

Data primer menurut Suryabrata (1995: 84) merupakan data yang langsung dikumpulkan dari peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penggalian data dari panti suhan Darul Hadlonah Suruh dengan mencari keterangan orang yang terlibat secara langsung terutama anak-anak asuh, orang tua asuh dan para pengurus panti asuhan Darul Hadlanah Suruh sebagai sumber untuk menggali informasi terkait penelitian. Untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencangkup data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan dari data yang ada di panti asuhan, yaitu daftar anak asuh, tata tertib, jadwal kegiatan, struktur pengurus panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, foto-foto dan lainnya.

(47)

33

dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti menggunakan data sekunder untuk memperkut penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung berupa.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang di tetapkan. (Sugiyono, 2010:193).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis memperolehnya dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Observasi

Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Menurut Nasution dalam Satori dan Komariah observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenal dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (2010: 105).

Teknik observasi digunakan untuk menggali data sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, serta rekaman gambar. Peneliti menggunakan teknik observasi langsung dengan melakukan pengamatan secara langsung di tempat penelitian.

2. Wawancara

(48)

34

antara dua orang atau lebih dengan maksud memperoleh informasi. Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneiti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informasi yang lebih mendalam.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak terstuktur dan bersifat terbuka. Hal ini dimaksud untuk menggali kedalaman informasi berdasarkan pandangan subyek yang diteliti dengan menciptakan suasana akrab sehingga informasi yang diteliti lebih rinci, jujur, dan mendalam.

Wawancara penelitian ini, peneliti langsung menanyakan kepada beberapa anak asuh dan orang tua asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh untuk menanyakan peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, dan juga kepada salah satu pengurus panti untuk menanyakan sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.

3. Dokumentasi

(49)

35

pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya. (Sukandarrumidi, 2004: 101).

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari anak-anak asuh, orang tua asuh, dokumen atau arsip panti dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintes, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2013: 89).

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses sistematis untuk mencari dan mengatur transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain untuk menemukan apa yang penting dilaporkan kepada orang lain sebagai temuan penelitian (Nurul Ulfatin, 2014: 241).

(50)

36 1. Reduksi Data

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).

Reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara ataupun informasi lain dari hasil observasi. Hasil data ataupun informasi yang diperoleh disusun secara sistematis dan identifikasi secara sederhana agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Menyusun Kategorisasi

Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan kedalam bagain-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009: 288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah berdasarkan kategori masing-masing menurut fokus masalahnya. 3. Sintesisasi

(51)

37

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data dari informan primer dengan informan lain, hingga data benar-benar dapat teruji kebenarannya.

Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain: 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain para anak asuh, orang tua asuh, dan para pengurus panti lainnya.

2. Triangulasi Teknik

(52)

38 3. Triangulasi Waktu

Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang berbeda. G. Tahap-tahap Penelitian

1. Penelitian Pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian, kemudian menyusun kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.

2. Pengembangan Desain

Setelah data-data dari buku terkumpul, penulis melaksanakan observasi ke lapangan untuk mencocokkan hasil temuan pustaka dengan realita di lapangan.

3. Penelitian Lapangan

(53)

39 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh

a. Sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah

Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh tidak lepas dari peran ibu-ibu pengajian Muslimat cabang Suruh pada tahun 1992. Berawal dari kegiatan ibu-ibu pengajian Muslimat cabang Suruh yang kerap memberikan santunan kepada anak-anak

yatim, piatu, dan dhuafa’ yang dilakukan secara berkala, kemudian

dari ibu-ibu Muslimat ini muncullah gagasan untuk mengasramakan anak-anak yatim, piatu dan dhuafa’ yang menerima santunan rutin tersebut.

Kemudian, pada tahun 1994 sekitar 9 anak yatim, piatu

dan dhuafa’ dari Kecamatan Suruh dan sekitarnya diasramakan di

(54)

40

dapat membeli tanah persis di depan bangunan lama dan langsung di bangun dua lantai dan dapur. Lantai satu untuk aula dan lantai dua untuk asrama putri.

b. Letak geografis panti asuhan Darul Hadlanah Suruh

Panti asuhan Darul Hadlanah terletak di Desa Reksosari RT 09 RW 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Tepat berada di samping TK Muslimat Reksosari dan juga berbatasan dengan gedung sekolah MAN Suruh.

c. Visi dan misi panti asuhan Darul Hadlanah Suruh

1) Visi panti asuhaan Darul Hadlanah

Terbentuknya insan yang mandiri, berprestasi, berbudi pekerti luhur, sejahtera lahir batin.

2) Misi panti suhan Darul Hadlanah

Dalam mewujudkan visinya, panti asuhan Darul Hadlanah memiliki misi berikut:

a) Menyediakan kebutuhan dasar anak yang baik dan layak. b) Memfasilitasi pendidikan formal, nonformal, dan pelatihan

keterampilan yang berkualitas.

c) Membimbing anak menjadi insan yang berbudi pekerti

luhur dengan amalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

(55)

41

e) Memberikan bimbingan mental spiritual kepada anak untuk bekal keselamatan hidup dunia dan akhirat.

d. Susunan pengurus

Tabel 4.1

Susunan Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh

NO. JABATAN NAMA

1. Ketua Badarudin

2. Wakil Ketua H. Muzayin Arifin

3.

Sekretaris 1. Dra. Hj. Aisyah Syukur 2. Drs. M. Wazir

4. Bendahara Hj. Robiyah

5. Seksi-Seksi

1. Pendidikan dan Keterampilan

1. Maksum 2. H. Mahasin Munir

2. Kebersihan Ja’far

3. Usaha Ekonomi Produktif

1. Hj. Salamah 2. Muzayin S.Ag 4. Rumah Tangga Hj. Faizah

(56)

42

Sumber: Dokumentasi PA Darul Hadlanah Suruh tahun 2017

e. Sumber dana panti asuhan

Dalam memenuhi kebutuhan anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh ini memiliki donatur-donatur tetap yang rutin memberikan santunan dan juga ada donatur insiden yang sifatnya tidak rutin.

(57)
(58)
(59)
(60)

46

33. R R L

Kab. Semarang, 4 November 2003

Dhuafa’

Sumber: Arsip P A Darul Hadlanah Suruh tahun 2017

g. Jadwal Kegiatan Anak Asuh

Tabel 4.3

Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh Panti Asuhan Darul

Hadlanah Suruh

NO. WAKTU KEGIATAN

1.

03.00 Bangun tidur, masak (bagi yang piket)

2. 04.00 Bangun tidur

3. 04.30 Shalat subuh berjamaah

4. 05.00 Mandi, persiapan sekolah

5. 06.00 Sarapan

6. 06.30 Berangkat sekolah

7. 14.00 Makan siang

8. 14.30 Diniyah

9. 16.30 Mengaji al-Qur’an dan tajwid

(61)

47

11. 18.00 Shalat maghrib berjamaah

12. 18.30 Mengaji al-Qur’an

13. 19.00 Shalat isya’ berjamaah

14. 19.30 Belajar

15. 21.00 Tidur

Sumber: Wawancara dengan orang tua asuh tanggal 16 Agustus 2017

Tabel 4.4

Jadwal Kegiatan Mingguan Anak Asuh Panti Asuhan Darul

Hadlanah Suruh

NO.

WAKTU

KEGIATAN HARI JAM

1. Minggu 08.00

Kerja bakti membersihkan lingkungan

2. Rabu 19.30 Mujahadah bersama

3. Kamis 19.30 Membaca surat Yasin dan Tahlil

Sumber: Wawancara orang tua asuh tanggal 16 Agustus 2017

(62)

48

Terdapat beberapa sarana dan prasarana dalam menujang kegiatan anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah ini, yaitu:

Tabel 4.5

Daftar Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Darul Hadlanah

Suruh

NO. Nama Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Ruang pengasuh 1

2. Kamar tidur putra 5

3. Kamar tidur putri 5

4. Kamar mandi pengasuh 1

5. Kamar mandi putra 2

6. Kamar mandi putri 2

7. Musola 1

8. Ruang tamu 1

9. Dapur 1

10. Ruang makan 1

11. Aula 1

(63)

49

13. Ruang menjahit 1

Sumber: Observasi di P A Darul Hadlanah Suruh tanggal 13 Agustus 2017

2. Temuan Penelitian

Untuk menggali informasi dan mendapatkan data yang tepat penulis melakukan wawancara dengan pengasuh (orang tua asuh) dan juga beberapa anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh dan memperoleh data sebagai berikut:

a. Peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di pati asuhan Darul Hadlanah

Data diperoleh penulis melalui wawancara dengan beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh sebagai berikut:

1) Perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah masuk panti a) F menjawab : “Di rumah saya tidak bisa masak, tidak suka

bantu-bantu pekerjaan rumah. Kalau bangun tidur jam setengah 7, jadi suka tidak shalat subuh. Ada perbedaan banyak sekali. Sekarang bangunnya jam 4 kalau pas jatah piket malah lebih pagi lagi. Di sini juga jadi bisa masak. Suka bersih-bersih.”

b) A menjawab : “Kalau di rumah jam 6 baru bangun. Kadang shalat subuh kadang ya tidak soalnya sudah kesiangan. Kalau di rumah suka bantu masak, bersih-bersih, bantu mbah buat kandang ayam. Alhamdulillah ada perubahan. Setelah masuk panti jadi lebih disiplin. Bangunnya jam 4 jadi bisa shalat subuh terus, berjamaah lagi.”

(64)

50

d) D menjawab : “Di rumah suka masak, bersih-bersih, mengerjakan pekerjaan rumah. Soalnya ibu sudah nggak ada, mbah sudah sepuh. Terus sebelum disini nilainya kadang-kadang ada yang dibawah rata-rata gitu, suka malas kalau belajar. Yang sangat berubah di sini itu kedisiplinan saya mbak. Terus nilai-nilai sekolah itu lebih baik pas udah di sini. Soalnya kalau di sini kan belajarnya bareng-bareng ada temannya banyak, terus kalau nggak bisa bisa nanya ke mbak-mbaknya. Jadi belajarnya itu lebih semangat.”

e) W menjawab : “Bangunnya rada kesiangan sekarang lebih pagi. Jadi di panti itu saya lebih disiplin, mbak.”

f) My menjaawab : “Ya alhamdulillah baik, tp disini lebih baik. Termasuk ngomong, sekarang saya bisa pakai basa krama dulu nggak bisa. Jadi ya sudah jelas lebih baik pas udah di sini.”

2) Metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh

Pembinaan kepribadian tersebut, orang tua asuh tentu mempunyai metode atau cara yang dianggap efektif sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan. Metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh adalah sebagai berikut, sesuai dengan yang dipaparkan oleh beberapa anak asuh:

a) A mengatakan : “Kalau pada keset bangun itu suka dibel pas jam 4 gitu. Jadi bangunnya nggak kesiangan lagi. Kadang belum dibel sudah dibangunin sama yang piket. Kan yang piket masak itu bangunnya pasti lebih pagi.” b) M mengatakan : “Dari awal pas mau masuk itu udah di

kasih tahu aturan-aturannya jadi kita udah tahu. Terus kalau misalnya kita melakukan kesalahan itu dikasih hukuman biar nggak diulangi. Kalau untuk masak, bersih-bersih, bangun pagi, shalat jamaah, itu kan kita diajak ngerjainnya bareng-bareng. Jadi di kasih contoh gitu kan

sama bapak, ibu, sama mas-mas dan mbaknya.”

(65)

51

d) W : “Waktu awal masuk diberi tahu tata tertibnya. Kalau melanggar ya dikasih hukuman. Tapi ya nggak langsung dihukum juga sih. Pertama itu di nasehati terus kalau tetep melanggar dikasih hukuman.”

3) Peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak panti Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh, penulis menggali informasi dari beberapa anak asuh dengan pernyataan mereka seperti berikut ini:

a) M mengatakan : “Orang tua asuh ya sangat berperan. Kalau nggak mau nurut dihukum. Misalnya kalau shalat jamaah telat uang saku di potong, itu kan berpengaruh banget, mbak dalam mendisiplinkan kami.”

b) W mengatakan : “Ya berperan, karena merubah sikap saya menjadi lebih disiplin yang tadinya agak males-malesan gitu.”

c) My mengatakan : “Sangat berperan, biasanya disana (dirumah) agak nakal di sini enggak. Bahasanya lebih baik di sini, diajari basa krama jadi lebih sopan.”

b. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh penulis melakukan wawancara dengan orang tua asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, yaitu dengan Ibu Ririn sebagai berikut:

(66)

52

“Jelas ada. Jauh. Misalkan dulu kalo masuk rumah nggak salam mulai diajari salam sekarang setiap kali mau ambil apa-apa masuk rumah ucap salam. Dari rumah tidak basa krama terkadang kebawa sampai sini. Terus maem wae diambilke sama ibunya. Biasanya dulu pas daftar itu banyak ceritanya gitu kalau makan ndadak diladeni walaupun dalam tanda kutip kurang mampu tapi si anak pasti manja.”

2) Metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh

Tercapainya hasil dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh tidak lepas dari metode /cara yang diterapkan oleh orang tua asuhnya. Metode/ cara yang diterapkan oleh Ibu Ririn selaku orang tua asuh adalah sebagai berikut:

“Pengenalan dari awal dikasih tahu, mungkin di rumah nggak ada aturan mulai sekarang belajar. Intinya ngandanilah. Belajar di sini muali dari awal misal ra iso boso yo pake bahasa Indonesia itu lebih sopan dari pada ngoko. Yang kedua nek tiap mau masuk salam. Ya tapi secara halus, pokoknya intinya jangan sampai anak itu di doktrin kayane aku disalah-salahke. Dikasih tahu sedikit-sedikit. Selalu diajak melakukan sesuatu itu bareng-bareng sekalian nyontoni. Terus bukan hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah setiap malam Kamis misalnya. Dzikir, wirid, doa bersama selalu dilakukan setiap setelah shalat. Terus misalkan ada yang melakukan kesalah gitu ya saya tegur. Kalu melanggar sesuatu yang agak berat gitu saya panggil ke sini, tak kandani. Pertama yang ngandani itu aku nanti misal masih melanggar yang kedua yang ngandani itu bapak, kadang orang tua saya panggil. Ketiga buat surat pernyataan. Kalau masih nekat mengulangi sampai yang keempat nanti saya konsultasikan ke

semua pengurus. Nanti kalau misalkan tidak bisa

dipertahankan ya dikembalikan ke orang tua atau walinya.” 3) Faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak

(67)

53

Proses pembinaan kepribadian anak asuh tentulah terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung terlaksananya pembinaan kepribadian sehingga tercapai hasil yang diharapkan. Menurut pemaparan Ibu Ririn faktor pendukung dalam prmbinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh adalah sebagai berikut:

“Yang jelas mujahadah itu insyaallah lebih gampang. Anak -anak kan setiap hari diajak mujahadah. Setiap habis shalat itu diajak dzikir, wirid, minta sama yang kuasa yang terbaik. Saya di sini itu bukan menganggap itu anak asuh, tapi sudah saya anggap anak sendiri. Insyaallah itu juga ada efeknya.”

4) Faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh

Tidak dapat dipungkiri, pasti ada pula faktor-faktor yang menghambat proses pembinaan kepribadian. Di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh terdapat hambatan sebagaimana pernyataan Ibu Ririn:

“Karena memang sudah terbiasa nggak ada aturan di rumah. Biasanya tidak pernah masak saiki di suruh masak, nyapu, nyuci piring, semua kegiatan ibu rumah tangga, lanang wedok kan sekarang saya kei kabeh. Jadi wajarlah kalau diawal-awal itu biasanya rada susah ya mbak untuk mendisiplinkannya. Karena memang mereka belum terbiasa. Tapi nanti kalau sudah beradaptasi, sebulan gitu mereka sudah baik.”

(68)

54

Sudah tentu dari semua proses pasti ada hasil yang selalu diharapkan. Dalam pembinaan kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh telah mencapai beberapa hasil yang sesuai dengan harapan orang tua asuh. Ibu Ririn menyatakan hasil pembinaan kepribadian anak dengan metode yang telah diterapkan sebagai berikut:

“Kalau menurut saya alhamdulillah efektif, sudah ada kelihatan hasilnya. Soalnya kan bukan hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah itu. Dulu pertama saya masuk sini anak-anak itu ada yang pakai celana pendek, anak putri tidak pakai jilbab, main HP pakai headset, masuk rumah nggak salam, sekarang sudah mulai berkembang, ada perubahan. Anak-anak wajib pakai jilbab. Di atas (kamar) pun kalau pintu dibuka wajib pakai jilbab. Putra juga gitu. Kalau turun (keluar kamar) harus pakai celana panjang atau sarung, pakai kaos. Itu contoh dilihat dari cara berpakaian. Kedua tata bahasa sudah baik. Kalo dulu ngomong masih suka ada yang sembarangan sekarang sudah mulai basa krama, meskipun kadang masih dicampur satu dua kata pakai bahasa Indonesia yang nggak tahu krama ne. Masalah pendidikan juga begitu. Yang dulunya nilainya masih kurang-kurang sekarang sudah ada peningkatan, paling tidak rata-ratalah. Nggak sampai dibawah rata-rata. Insyaallah kalau sering berdoa itu ya apa-apa semua itu kan dasarnya itu mbak. Walaupun kita mungkin sikapnya gini mendidik anak harus sesuai peraturan, tapi kalau dasar rohani, doanya itu kurang ya sepertinya akan kosong. Mungkin kalau saya bengak-bengok ngasih tahu ya tetap nggak akan ada hasilnya. Semuakan yang mbuka Yang Kuasa. Anak-anak itu setiap malam Jum’at di ajak baca Yasin dan tahlil, setiap malam Kamis mujahadah. Habis shalat kalau bapak longgar tidak ada acara ya diajak wirid dzikir bareng-bareng. Walaupun anak-anak cuma sekedar bilang aamiin kan ya insyaallah itu tetap sudah doa kita bareng-bareng.”

B. Analisis Data

1. Peran Orang Tua Asuh Dalam Pembinaan Kepribadian Anak

(69)

55

Berdasarkan Konvensi Hak Anak dijelaskan bagi anak-anak yang hidup dan berkembang di luar keluarga alami, diberikan ketentuan-ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak bergantung pada orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan

“pengasuh pengganti”. Dalam konteks Konvensi Hak Anak, anak

(70)

56

Hak-hak anak dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara eksplisit menyebutkan, bahwa setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut:

Hak untuk hidup.

a. Hak anak untuk dilindungi orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.

b. Hak anak untuk beribadah.

c. Hak anak untuk dilindungi secara hukum dari kekerasan fisik, mental, dan penelantaran.

d. Hak pendidikan.

e. Hak untuk beristirahat dan berekspresi. f. Hak memperoleh kesehatan.

g. Hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial (Nugraha dan Zaman, 2016: 15).

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Daftar Anak Asuh
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis pengamatan pada lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I belum mencapai

Gambar diatas menunjukkan bahwa pada Juli 2017 terjadi peningkatan impor nonmigas, hal tersebut dikarenakan bulan sebelumnya Papua Barat tidak melakukan

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kesadaran merek, sikap dan nilai yang dirasa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap niat pembe- lian ulang produk mie instan

Berdasarkan data data yang penulis peroleh dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran fiqih dan beberapa siswa kelas VII Mts Negeri 2 Bandar

Dari data tersebut akan didapatkan ukuran femoral head bone yang sering muncul, kemudian peneliti membuat suatu rancangan komponen acetabular berdasarkan data tersebut

Dalam pembelajaran bahasa asing ada tingkatan pembelajaran, yaitu tingkat pemula (mubtadi’), menengah (mutawassitah), lanjut (mutaqaddim), dan tentunya setiap tingkat

Aspek sosial dilihat dari tingkat partisipasi petani kopi dalam kegiatan kelompok tani, petani mampu memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam setiap

Bab ini berisikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,