BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia tidak terlepas dari aktivitas bekerja. Ada orang yang bekerja untuk
mencari uang, ada yang bekerja untuk mengisi waktu luang, ada pula yang bekerja
untuk mencari identitas. Apapun alasan manusia bekerja, semuanya adalah untuk
memenuhi kebutuhanya. Menurut Maslow (dalam Alwisol 2008) kebutuhan manusia
secara garis besar dapat dibagi atas: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Alasan seseorang
bekerja bisa memenuhi salah satu kebutuhan yang diutarakan oleh Abraham Maslow.
Bila ditelusuri lebih jauh, suatu pekerjaan lebih berkaitan dengan kebutuhan
psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi semata.
Secara materi, orang bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan melalui bekerja.
Namun, secara psikologis arti bekerja adalah menimbulkan rasa identitas, status,
ataupun fungsi sosial Steers and Porter (dalam Eliana, 2003). Seseorang bisa
menjawab bahwa “Saya dosen di Fakultas Psikologi”. “Saya praktek dokter di RS.
X....” , ”Saya seorang Pegawai Negei di ...”. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja
merupakan bagian dari identitas diri. Dengan kata lain, orang merasa berharga jika
bisa mengatakan posisi dan pekerjaannya. Semakin lama orang bekerja tentunya
identitas itu akan semakin melekat pula.
Kondisi fisik manusia untuk bekerja ada batasannya, semakin tua seseorang,
semakin menurun kondisi fisiknya, maka beriringan dengan hal itu produktivitas
kerja pun menurun. Pada waktunya seseorang akan diminta untuk berhenti bekerja,
yang awamnya dikenal dengan istilah pensiun. Masa pensiun ini dapat menimbulkan
masalah karena tidak semata orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan
seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu
akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang
paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu
lama Warr (dalam Eliana, 2003). Tidak heran masa pensiun menimbulkan masalah
psikologis bagi yang baru menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap
2
Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya
kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Perubahan yang
diakibatkan oleh massa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Atchley (dalam
Eliana, 2003) mengatakan bahwa proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah
masa pensiun. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe (dalam
Eliana, 2003) mengungkapkan bahwa pensiun menempati rangking 10 besar untuk
posisi stress.
Dengan memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosialnya
dimasyarakat, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan berubah juga karena
kehilangan peran Eyde (dalam Eliana, 2003). Bahkan akibat yang paling buruk pada
pensiun adalah bisa mengakibatkan depresi dan bunuh diri Zimbardo (dalam Eliana,
2003). Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Liem & Liem (dalam Eliana,
2003) dikatakan bisa menyebabkan masalah terutama gastrointentinal, gangguan
saraf, berkurangnya kepekaan.
Dampak pensiun bukan hanya berdampak negatif saja, namun juga dapat
berdampak positif, yakni seseorang bisa terbebas dari rutinitas kerja. Ada perasaan
puas karena telah berhasil menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Bahkan
Perlmutter (dalam Eliana, 2003) mengatakan bahwa sebagian besar kaum pensiun
menunjukkan parasaan puas, tetap merasa dirinya berguna dan dapat
mempertahankan rasa identitasnya. Rasa depresi dan kecemasan yang timbul
biasanya berada pada tingkat ringan dan sifatnya hanya sementara. Kalaupun depresi
bertambah hal itu disebabkan oleh gangguan fisik dan bukan karena masa pensiun itu
sendiri.
Walaupun reaksi seseorang terhadap masa pensiun bisa berbeda-beda, tetapi
dampak yang paling nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah berkurangnya jumlah
pendapatan keluarga. Di Indonesia, khususnya pensiunan Pegawai Negeri Sipil
kondisi keuangan lebih menyedihkan. Data yang diperoleh dari Kompas bahkan ada
pensiunan golongan I yang menerima rapel kenaikan pensiunan dari bulan Januari
sampai dengan Juli 2001 hanya sebesar Rp. 700, 00 (tujuh ratus rupiah saja). Artinya
kenaikan yang diterima hanya sebesar Rp.100, 00 (seratus rupiah) per bulannya.
Sebagai seorang kepala keluarga tentunya hal ini bisa menimbulkan strees kepada
3
bahkan masih kuliah, sementara istripun tidak bekerja. Oleh Kompas (2001) (dalam
Eliana, 2003).
Seseorang memutuskan untuk pensiun berdasarkan beberapa alasan, seperti
bertambahnya usia, kebijakan perusahaan, atau keinginan sendiri. Menurut Price
(dalam Saragih, 2006 ) keputusan untuk pensiun didasarkan oleh beberapa hal, antara
lain:
1. Keamana Finansial
Evaluasi mengenai keadaan keuangan seringkali menjadi faktor pertama yang
diperhatikan ketika mengambil keputusan untuk pensiun. Beberapa orang memilih
untuk pensiun bila dana pensiunnya telah tersedia, sedangkan yang lain memilih
untuk terus bekerja karena merasa tidak mampu untuk pensiun.
2. Kondisi Kesehatan
Menderita suatu penyakit secara signifikan memperngaruhi keputusan
seseorang untuk pensiun. Individu yang sehat mungkin memutuskan untuk pensiun
supaya dapat menyalurkan hobi atau melakukan hal- hal yang belum pernah
dilakukan sebelumnya sebelum terganggu oleh masalah kesehatan.
3. Tanggung jawab keluarga
Keputusan untuk pensiun didasari oleh keputusan anggota keluarga, misalnya
cucu atau orang tua yang memerlukan perawatan. Berdasarkan alasan ini yang lebih
memungkinkan untuk pensiun adalah wanita.
4. Waktu pensiun pasangan
Pensiun pada masa ini lebih menjadi pengalaman bersama daripada masa dulu
karena lebih banyak wanita yang bekerja di luar rumah. Wanita lebih mungkin
memutuskan untuk pensiun sejalan dengan pensiun suaminya.
Schwartz (dalam Saragih, 2006 ) berpendapat bahwa pensiun merupakan akhir
pola hidup atau masa transisi kepola hidup yang baru. Pensiun selalu menyangkut
perubahan peran, perubahan keinginan, nilai dan perubahan secara keseluruhan
terhadap pola hidup setiap individu. Apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya
merupakan hal yang penting bagi identitas mereka, apabila mereka kehilangan
pekerjaan, maka aspek kehidupan tersebut akan menimbulkan masalah, yaitu
seseorang melabel dirinya dengan hal selain istilah pensiun Kail & Cavanaugh
4
dapat menimbulkan dampak yang baik pada sebagian individu, dan juga dampak
yang buruk bagi yang lainnya Sulistyorini (dalam Saragih, 2006 ).
Pensiun dapat berupa sukarela atau kewajiban yang terjadi secara reguler atau
lebih awal. Beberapa pekerja menjalani pensiun secara sukarela sebelum tiba masa
pensiun wajib bagi mereka. Hal ini biasanya disebabkan karena masalah kesehatan
atau keinginan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan hal- hal yang
lebih berarti daripada pekerjaannya. Bagi yang lain, pensiun dilakukan karena
terpaksa atau wajib, karena organisasi yaitu mereka bekerja menetapkan batasan usia
untuk pensiun, tanpa mempertimbangkan apakah pegawai senang atau tidak. Bagi
mereka yang lebih suka bekerja tapi terpaksa pensiun sering menunjukkan kebencian
dan akibatnya motivasi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap pensiun sangat
rendah Hurlock (dalam Saragih, 2006 ).
Sikap sesorang terhadap pensiun mempunyai pengaruh besar terhadap
penyesuaian. Sikap ini bervariasi dari sikap yang senang karena merasa akan bebas
dari tugas dan tanggung jawab sampai pada sikap yang gelisah karena memikirkan
sesuatu yang akan dilepaskan, padahal sesuatu itu sangat berarti, yaitu pekerjaan
Hurlock (dalam Saragih, 2006).
Individu yang penyesuaian dirinya baik dalam menghadapi masa pensiun
memiliki kesehatan yang baik, memiliki pendapatan yang layak, aktif dilingkungan
sosial, memiliki relasi yang luas, dan sangat puas dengan kehidupan sebelum pensiun
Palmore dkk (dalam Santrock, 1995).
Sedangkan individu yang pendapatannya rendah dan kesehatannya buruk serta
harus menyesuaiakan diri pada masalah- masalah lain yang dapat memunculkan
stress, misalnya kematian pasangan, akan lebih sulit menyesuiakan diri (Zarit &
Knight (dalam Saragih, 2006).
Di Indonesia sendiri, batas usia pensiun bagi pegawai negeri diatur dalam
Peraturan Pemerintah yang berlaku yaitu usia 56 tahun (PP RI No. 32 tahun 1979
dalam Saragih, 2006). Batas usia tersebut dapat melonggar menjadi 58, 60, atau 65
tahun apabila seseorang menduduki jabatan tertentu yang telah diatur dalam PP
tersebut. Batas usia pensiun 56 tahun dimaksudkan pemerintah untuk memberikan
kesempatan bagi tenaga- tenaga muda untuk menempati kedudukan- kedudukan yang
5
negeri yang berstatus guru, usia pensiun adalah 60 tahun sedangkan untuk dosen
adalah 65 tahun. Bagi anggota ABRI, batas usia untuk pensiun adalah 48 tahun untuk
golongan Tamtama dan Bintara, sementara untuk golongan Perwira adalah 56 tahun
Sulistyorini (dalam Saragih, 2006 ).
Untuk usia pensiun 56 tahun dan 60 tahun terdapat perbedaan jarak yang cukup
jauh yaitu 4 tahun. Sehingga dengan jarak yang cukup jauh itu tentunya ada
perbedaan dalam penyesuaian dirinya. Usia pensiun yang berbeda, menuntut
penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Metropolis menurunkan berita tentang pro
dan kontra pensiun di Gresik. Diberitakan para pejabat eselon II di lingkungan
Pemkab Gresik ramai-ramai mengajukan perpanjangan usia pensiun. Mereka
menginginkan masa kerjanya diperpanjang sampai dengan usianya mencapai 60
tahun. Dasarnya adalah pasal mengenai perpanjangan batas usia pensiun yang tertera
pada Peraturan Pemerintah (PP) 65/2008. Di pihak lain, badan kepegawaian daerah
(BKD) bersikukuh juga berdasar peraturan yang sama bahwa batas usia pensiun bagi
seluruh PNS adalah 56 tahun. Tidak terkecuali bagi yang memiliki eselon maupun
yang tidak. PP yang dijadikan acuan tersebut sebenarnya merupakan revisi atas
peraturan sebelumnya, yaitu PP 32/1979 tentang Pemberhentian PNS. Dalam PP
32/1979 itu diatur, batas usia pensiun bagi PNS adalah 56 tahun. Kemudian, oleh PP
65/2008 diatur juga, batas usia pensiun tersebut dapat diperpanjang bagi PNS yang
memangku jabatan tertentu. PNS yang menjabat eselon I dan II termasuk di
dalamnya dengan batas perpanjangan usia pensiun sampai 60 tahun. Oleh Metropolis
(18/ 6 ) (dalam Purwanto, 2010).
Dari berita di atas dapat dikatakan seseorang yang usia pensiun di bawah 60
tahun menginginkan perpanjangan usia pensiun menjadi 60 tahun. Selain
permasalahan mengenai usia pensiun, pada usia pensiun 56 tahun pada saat masih
bekerja memiliki jabatan, kekuasaan dan biasa memerintah. Jenis pekerjaan untuk
usia pensiun 56 tahun contohnya seperti: Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Ada permasalahan psikologis pada usia
pensiun 56 tahun seperti yang dikatakan Metropolis (18/ 6 ) (dalam Purwanto, 2010)
bahwa seseorang yang usia pensiun di bawah 60 tahun menginginkan perpanjangan
usia pensiun menjadi 60 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan masih banyaknya
6
jabatan, kekuasaan dan biasa memerintah, saat mereka pensiun pasti akan
membutuhkan penyesuaian diri yang ekstra dibanding seseorang yang semasa
bekerjanya tidak memiliki jabatan, kekuasaan dan tidak biasa memerintah.
Secara psikologi perkembangan, seseorang yang memasuki usia 60 keatas
termasuk usia manula atau dewasa akhir (late adulthood) dan dapat dikatakan usia
lanjut. Mereka yang memasuki usia ini, mengalami berbagai penurunan yaitu
penurunan fungsi kognitif, pengelihatan, pendengaran, perasa, pembau, dan peraba
selain itu mengalamai penurunan kesehatan. Sehingga dengan usia seperti itu,
mereka sudah waktunya untuk istirahat dari dunia pekerjaannya dan menikmati masa
tuanya. Selain itu mereka tidak cemas akan anak-anak mereka, karena sudah tumbuh
besar dan mandiri.
Berbeda pada usia pensiun 56 tahun. Dalam psikologi perkembangan seseorang
yang memasuki usia 56 tahun termasuk pada tahapan dewasa menengah (middle
adulthood). Masa dewasa menengah ini masih dapat dikatakan cukup produktif.
Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental seseorang pada masa ini mulai
menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai prestasi puncak baik
itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal sehingga dengan hal ini
menimbulkan konsekuensi psikologis tertentu. Disatu pihak masih mampu bekerja
tetapi dipihak lain harus berenti bekerja karena peraturan perusahaan. Selain itu
mereka juga harus memikirkan anak-anak yang sudah dewasa, tetapi belum mandiri.
Sehingga pengeluaran akan kebutuhan masih tinggi.
Penyesuaian diri di masa pensiun terjadi saat seorang baru saja menginjak 1- 4
tahun usia pensiun, namun saat menginjak tahun ke-5, umumnya seseorang sudah
mampu menganggap pensiun sebagai suatu hal yang biasa, bukan suatu hal yang
istimewa. Dengan kata lain, seseorang yang sudah menjalani pensiun lebih dari lima
tahun dapat dianggap sudah terbiasa dengan situasi pensiun.
Penyesuaian diri pada masa pensiun adalah suatu bentuk perubahan perilaku
individu di masa pensiun yang memenuhi karakteristik seperti, persepsi akurat
terhadap realita, kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, citra diri yang positif,
kemampuan mengekpresikan perasaan, dan mempunyai hubungan interpersonal yang
baik, agar terjalin hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
7
pensiun. Adapun baik-buruknya penyesuaian diri akan mempengaruhi kondisi
psikologis seorang pensiunan.
Menurut teori psikososial Erikson, pada tahap dewasa akhir seorang individu
berada pada fase integrity (integritas) dan despair (putus asa). Integritas (integrity)
adalah perasaan utuh, kemampuan untuk menyatukan perasaan keakuan. Putus asa
(despair) adalah keputusan ketika mendapat tekanan, yang salah satunya bisa
dikarenakan ketidaksiapan mental. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada
usia lanjut adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan
atau konflik akibat perubahan-perubahan fisik, maupun sosial – psikologis yang
dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa usia pensiun bagi seseorang
yang bekerja di instansi pemerintah baik itu usia pensiun 60 tahun maupun usia 56
tahun bisa menjadi permasalahan yang kompleks. Sehingga berangkat dari pemikiran
tersebut peneliti tertarik untuk mengungkap lebih jauh tentang penyesuaian diri yang
dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul “Perbedaan Penyesuaian Diri PNS
Pada Tahun Pertama Pensiun Ditinjau Dari Usia Pensiun”.
B.Rumuan Masalah
Apakah ada perbedaan penyesuaian diri PNS pada tahun pertama pensiun
ditinjau dari usia pensiun?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri PNS pada tahun pertama
pensiun ditinjau dari usia pensiun?
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai studi dalam rangka
pengembangan konsep ilmu psikologi, khususnya pada bidang psikologi industri
8
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran yang jelas mengenai perbedaan penyesuaian diri
PNS pada tahun pertama pensiun ditinjau dari usia pensiun.
b. Bagi institusi terkait, diharapkan dengan adanya pengetahuan mengenai
perbedaan penyesuaian diri PNS pada tahun pertama pensiun ditinjau dari
usia pensiun diharapkan dapat memberikan pelatihan mengenai persiapan
sebelum pensiun selain itu dapat memberikan pelatihan mengenai cara
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PNS PADA TAHUN PERTAMA PENSIUN DITINJAU DARI USIA PENSIUN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Anggi Hap Sari NIM: 08810090
FAKULTAS PSIKOLOGI
i
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PNS PADA TAHUN PERTAMA PENSIUN DITINJAU DARI USIA PENSIUN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Anggi Hap Sari NIM: 08810090
FAKULTAS PSIKOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Skripsi : Perbedaan Penyesuaian Diri PNS pada Tahun Pertama
Pensiun ditinjau dari usia pensiun
2. Nama Peneliti : Anggi Hap Sari
3. Nim : 08810090
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 4 Februari- 23 Februari 2012
7. Tanggal Ujian : 16 Maret 2012
Malang, 29 Februari 2012
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 17 Maret 2012
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Zakarija Achmat, S.Psi., M.Si ( )
Anggota Penguji : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si ( )
2. Hudaniah, S.Psi., M.Si ( )
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi., M.Psi ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
SURAT PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anggi Hap Sari
NIM : 08810090
Fakultas/ Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul:
Perbedaan Penyesuaian Diri PNS Pada Tahun Pertama Pensiun Ditinjau Dari Usia Pensiun
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali
dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan
sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan undang- undang yang berlaku.
Mengetahui Malang, 29 Februari 2012
Ketua program studi Yang Menyatakan,
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam dan dengan mengucap
syukur Alhamdulillah atas rahmat NYA sehingga saya mampu menyelesaikan studi
ini serta memperoleh hasil yang diharapkan. Hasil studi dan gelar ini saya
persembahkan untuk Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendidik, memberikan kasih
sayang, nasehat serta supportnya sehingga saya mampu berjuang demi mencapai
masa depan.
Penelitian dengan judul Perbedaan Penyesuaian Diri PNS Pada Tahun Pertama
Pensiun Ditinjau Dari Usia Pensiun ini dibuat sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan studi tingkat strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Meskipun sudah melakukan penelitian secara cermat namun penelitian ini tidak
luput dari kesalahan semata karena keterbatasan penulis sebagai manusia. Karenanya
penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan penelitian ini tidak lepas dari
dukungan, bantuan dan dukungan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih yangtak terhingga kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Zakarija Achmat, S.Psi., M.Si dan Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Hudaniah, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan
4. Kepala BAKESBANGPOL DAN LINMAS Kota Malang yang telah
memberikan pelayanan pemberian rekomendasi pelaksanaan penelitian yang
berlokasi di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang.
5. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang yang telah memberikan ijin
dan memberikan data yang diperlukan bagi penulis untuk melakukan
penelitian.
6. Kepada Bapak dan Ibu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
7. Ayah dan Ibu yang selalu memberi dukungan, do’a dan kasih sayang
sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Okky Rahmat Hidayat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dari
awal sampai akhir.
9. Daeng yang menjadi inspirasi dalam mengerjakan skripsi dan siap membantu
kapanpun.
10.Pakde Badrus, Dr. Haifa, Tika, Yuda, Om Sugeng, Mbak Rahma yang telah
membantu dalam pelaksanaan pengumpulan data.
11.Teman- teman ku tersayang Agy, Ratih, Nene, Risma..I love u all.
12.Para sahabat ku Girang, Ipang, Reza.
13.Teman- teman angkatan 2008 khususnya Kelas B yang selalu memberikan
semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaiakn skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sahingga kritik
dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Malang, 29 Februari 2012
Penulis
vii INTISARI
Anggi. (2012). Perbedaan Penyesuaian Diri PNS Pada Tahun Pertama Pensiun Ditinjau Dari Usia Pensiun. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1). Zakarija Achmat, S. Psi, M.Si. (2). Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si
Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Usia Pensiun
Kata Kunci : Penyesuaian Diri Pada Tahun Pertama Pensiun, Usia Pensiun
Penyesuaian diri pada tahun pertama pensiun merupakan tinggi rendahnya kemampuan dalam penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan ditahun pertama pensiun. Usia Pensiun batas usia yang telah diatur Pemerintah sebagai batas maksimum dalam bekerja. Seperti pegawai negeri sipil nonguru batas usia pensiun adalah 56 tahun, untuk guru 60 tahun untuk dosen 65 tahun, bahkan bagi dosen yang guru besar bisa diperpanjang sampai 70 tahun bilamana dibutuhkan. Disamping itu ada ketentuan batas usia pensiun bagi para PNS yang menduduki eselon tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri PNS pada tahun pertama pensiun ditinjau dari usia pensiun.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pensiunan PNS yang terdapat dikota Malang Raya dan masa pensiun 1 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah usia pensiun 60 tahun dan usia pensiun 56 tahun. Metode pengumpulan data adalah skala, yaitu dengan menggunakan skala likert. Adapun metode analisa data yang digunakan yaitu menggunakan teknik uji-t yang dibantu dengan program SPSS 12.0 for windows.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
INTISARI ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri ... 9
B. Pensiun ... 13
C. Penyesuaian diri paling baik terhadap pensiun ... 18
D. Pegawai negeri sipil ... 18
E. Perbedaan penyesuaian diri PNS pada tahun pertama pensiun ditinjau dari usia pensiun... 20
F. Kerangka pemikiran ... 25
G. Hipotesa ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 25
B. Variabel Penelitian ... 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
D. Jenis data dan Metode Pengumpulan Data ... 27
E. Prosedur Penelitian ... 31
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 33
B. Hasil Analisa Data ... 37
C. Pembahasan ... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Katagori Pemberian Skor... 27
Tabel 2. Blue Print Skala Penyesuaian Diri ... 28
Tabel 3. Item Valid Skala Penyesuaian Diri ... 30
Tabel 4. Analisis Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri ... 31
Tabel 5. Distribusi SD Pada Penyesuaian Diri Usia Pensiun 60 Tahun ... 33
Tabel 6. Distribusi SD Pada Penyesuaian Diri Usia Pensiun 56 Tahun ... 34
Tabel 7. Frekuensi Keseluruhan Pada Penyesuaian Diri ... 35
Tabel 8. Penyesuaian Diri Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 35
xi
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, M. C. (2008). Pensiun, Stres dan Bahagia. (http://all-about-stress.com/2008/03/22/pensiun-stres-dan-bahagia/). Diakses Tanggal 05- 10- 2011
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik .Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. 1997. Validitas Dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
______, 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
______, 2009. Dasar- dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
______, 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darma, H. M. 2010. Pensiun Bukan Akhir Segalanya. (http://solution-mind-development.blogspot.com/2010/12/pensiun-bukan-akhir-segalanya.html). DiaksesTanggal 05- 10- 2011
Djatmika, S., & Marsono. (1995). Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Elliot. Pensiun Bukan Akhir Segalanya. (http://baliglobalmarket.com/beberapa_ pertimbangan_sbl_berbisnis/pensiunbukan_akhir.htm). Diakses tanggal 05- 10- 2011
Gusmuj. Memulai Bisnis dimasa Pensiun. (http://bm99.in/?p=347). Diakses tanggal 05- 10- 2011
______, Peluang Bisnis dimasa Pensiun. (http://bm99.in/?p=347). Diakses tanggal 05- 10- 2011
Hadi, D. 2009. Tetap Sehat Setelah Pensiun Dengan Kerja. (http://jaga-sehat.blogspot.com/2009/10/tetap-sehat-setelah-pensiun-dengan.html). Diakses tanggal 05- 10- 2011
Iqbal, M. (2011). Agar Menjadi Pensiun yang Kaya dan Bermakna. Jakarta: Kompas Gramedia
Kesehatan Mental 1. Jogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)
Papalia, E., Olds , W., & Feldman, D. (2009). Human Development Perkembangan Manusia (Ed. Kesepuluh). Jakarta: Salemba Humanika
Partini, S. S. (2011). Psikologi usia lanjut. Jogyakarta: Gadjah Mada University Press
Samhuru, A., & Aning, F. (2005). Bugar dan sehat memasuki masa-masa pensiun. Jogyakarta: Jenigma Publishing
Santrock, W. J. (2002). Life-Span Development (Ed. Kelima). Jakarta: Erlangga
Saragih, I. J. (2006). Pola Penyesuaian Diri Pada Pensiunan. (http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan08/204312036/bab2.pdf). Diakses tanggal 29- 02- 2012
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta
Sulistyowati. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta. Cv. Buana Raya
Undang-undang kepegawaian. (1999). Jakarta: Sinar Grafika