• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan peranan BPBD Kabupaten Karo dalam Mengkoordinasi upaya penanggulanganbencanaerupsigunungsinabung :

1. Meningkatkan sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai sehingga menambah pemahaman dan pengalaman. Menambah jumlah pegawai dengan melakukan perekrutan dengan tetap menjadikan kualitas sebagai hal yang utama.

2. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengetahuitugasdanfungsi BPBD yang telah ditetapkan. penggunaan teknologi yang baik akan

mebantu dalam menjalankan peran terkait upayapenanggulanganbencanaerupsigunungSinabung.

3. Mencari solusi-solusi terbaik dalam memecahkan masalah-masalah dalam penanggulangan bencana dengan memanfaatkan media informasi. 4. Mengoptimalkan SDM masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kesiapsiagaan Masyarakat terhadap bencana.

5. Memperbaiki koordinasi antar dinas terkait dalam upaya penanggulanagan bencana.

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo sebaiknya melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.

29

BAB II

METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan bagaimana keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada serta menganalisa agar bisa menarik kesimpulan.

B. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pengungsian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jalan Jamin Ginting No.17 Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara. Alasan memilih lokasi ini adalah lokasi yang bersangkutan adalah merupakan pusat titik pantau daripada aktivitas erupsi gunung sinabung dan tempat masuknya informasi terbaru.

C. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan adalah seseorang yang benar benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dan memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

Menurut Suyatno (2005:172) infoman penelitian meliputi beberapa macam yaitu :

1. Informan kunci merupakann mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu kepala kantor BPBD Kabanjahe Tanah karo.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu para karyawan BPBD dan relawan dan pengungsi yang terlibat didalamnya

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalm interksi sosial yang diteliti yaitu masyarkat daerah pengungsian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dipergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan melalui:

a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang bekenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian

responden, yaitu dengan pihak yang bersangkutan atau berhubungan dengan peneliti.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang diperlukan atau diperoleh melalui catatan catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

a. Penelitian Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan, dan karya ilmiah yang relevan dan memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil catatan tertulis, dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait dari kantor BPBD Kabanjahe Karo

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian menggunakan teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong (2006:247) teknik anlisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudia dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkan dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu pulau yang terpisah-pisah. Baik itu pulau-pulau besar ataupun pulau-pulau kecil. Di sekitar Indonesia itu sendiri terdiri dari berbagai lempengan yang melakukan aktifitas pada bumi Indonesia, seperti gempa bumi, aktifitas gunung berapi akibat pergeseran lempeng dan lain-lain. Beberapa gunung di Indonesia yang aktif dan melakukan aktifitasnya yang dapat merugikan manusia. Gunung-gunung itu tersebar merata di Bumi Indonesia dan tercatat setiap tahunnya aktif dan diwaspadai. Salah satunya yang akan di bahas oleh penulis yaitu gunung Sinabung.

Ketika kita melihat kejadian yang meresahkan masyarakat, tentu saja kita berdoa dan beerharap agar kejadian itu tidak terulang lagi. Tapi bukan hanya berdoa, kita juga harus menyalurkan bantuan untuk menolong mereka dalam mengatasi kejadian tersebut.kejadian tersebut dapat berupa musibah seperti bencana alam. Musibah yang penulis terangkan disini adalah musibah bencana gunung meletus. Bencana alam merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi akan kejadiannya dan tidak bisa di prediksi kapan akan berhentinya. Bencana alam terdiri dua kata pembentuk frasa, yaitu bencana dan alam.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan (KBBI, 2003: 31). Bencana alam terjadi karena satu penyebab (monocausal) atau banyak penyebab (multicausal), tetapi umumnya selalu mengakibatkan banyak dampak

manusia sebagai penyebabnya. Bencana seperti ini digolongkan sebagai bencana antropogen atau man initiated disaster.

Gunung Sinabung merupakan gunung tertinggi di daerah sumatera utara yang ketinggiannya memiliki 2.460 meter. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600,tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini. Desa-desa yang berada di kaki Gunung Sinabung pun menjadi korban. Dan dampak daripada letusan ini di rasakan oleh masyarakat Tanah Karo hingga kecamatan Langkat dan Deli Serdang. Masalah-masalah yang di hadapi oleh korban letusan Gunung Sinabung sebagai berikut :

1. Hilangnya Mata Pencarian

Mata pencarian para korban gunung sinabung pada umumnya adalah bertani. Lahan pertanian yang terkena dampak abu vulkanik menjadi hangus terbakar dan tidak dapat di fungsikan seperti sebelumnya, sehingga menghilangkan mata pencaharian penduduk untuk sementara hingga lahan tersebut dapat difungsikan kembali.

2. Keterbatasan Makanan

Makanan adalah hal yang paling pokok dalam kehidupan sehari-hari. Bahan pangan yang di tanam untuk mata pencarian yang akan di jualkan ke pasarpun mengalami gagal panen dan tidak dapat di jual. Maka bahan makanan pun tidak dapat di beli atau di hasilkan.

3. Kerugian

Kerugian para korban sudah sangat jelas, dari kerusakan rumah, kerusakan ladang yang hendak dipanen, serta sampai kehilangan harta lainnya.

4. Anak-anak ketinggalan pendidikan.

Para korban erupsi Gunung Sinabung terutama anak-anak mengalami kesulitan dalam bersekolah. Hal tersebut disebabkan karena para korban erupsi gunung sinabung membawa anak-anaknya pergi untuk mengungsi kekediaman sanak saudaranya yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung sehingga anak-anak mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan untuk sementara waktu hingga keadaan benar-benar dinyatakan aman.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa para korban bencana alam terutama korban erupsi Gunung Sinabung sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah maupun masyarakat setempat. Bantuan yang mereka perlukan sangat beragam. Mulai dari tempat pengungsian, makanaan atau dapur umum, selimut untuk tidur, dan lain lain. Dalam hal ini pemerintah tentu tidak tinggal diam. Pemerintah melakukan tindak penyelamatan dan membetuk sebuah badan terkait penganggulangan bencana bencana erupsi Gunung Sinabung. Untuk Tanah Karo sendiri dibentuk Bandan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang sebelumnya dibentuk oleh Pemerintah yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk bencana alam Indonesia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan Lembaga khusus yang menangani bencana di daerah, baik ditingkat propinsi maupun Kabupaten/Kota. Di tingkat Nasional terdapat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB dan BPBD dibentuk berdasarkan amanat undang-undang no.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

daerah dan juga melalui peraturan kepala badan Nasional penanggulangan bencana nomor 3 tahun 2008 tentang pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana daerah. BNPB dibentuk oleh pemerintah pusat yang kedudukannya merupakan lembaga non-departemen setingkat menteri, sementara itu BPBD dibentuk oleh pemerintah daerah di tingkat propinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat dibawah Gubernur dan ditingkat Kabupaten/Kota BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat dibawah Bupati/Walikota.

BPBD Kabupaten Karo dibentuk pada tahun 2014 sementara erupsi Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo sudah terjadi sejak Tahun 2010. Pembentukan BPBD dilakukan sesuai dengan kriteria pembentukannya yang mengacu pada tingkat resiko bencana di daerah. Bagi Kabupaten/Kota yang mempunyai tingkat resiko bencana tinggi maka wajib membentuk BPBD Kab/ Kota. Dalam upaya penanggulangan bencana sebelum terbentuknya BPBD Kabupaten Karo dilakukan oleh BNPB bersama dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) beserta organisasi-organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi keagamaan. dengan segala keterbatasan pengetahuan yang berkaitan dengan penanganan dan penanggulangan bencana alam.

Tugas utama dari BPBD kabupaten karo adalah penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung yang hingga kini masih menyisakan masyarakat pengungsi dan masih membutuhkan penanganan jangka panjang. Sesuai dengan fungsi BPBD adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien serta melakukan pengorganisasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana serta terencana, terpadu dan menyeluruh sesuai dengan pasal 20 undang-undang no.24 tahun 2007.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti peranan BPBD Kabupaten Karo yang mengarah pada fungsi dan tugas BPBD dalam upaya penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung. sehingga dari permasalahan diatas penulis menetapkan judul penelitian yaitu : “PERANAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN KARO DALAM MENGKOORDINASIKAN UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI GUNUNG SINABUNG”

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka penulis memberikan batasan masalah pada penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Pelayanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dalam mengkoordinasikan usaha Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung sesuai dengan fungsi BPBD?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya memiliki tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peranan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam mengkoordinasikan usaha penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung. D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri, pembaca, dan instansi terkait. Manfaat-manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemapuan berfikir melalui karya ilmiah serta melatih penulis menerangkan teori-teori yang telah didapat di perkuliahan.

b. Memperkaya referansi di bidang sosial.

c. Bagi pihak fakultas diharapkan menjadi masukan pelengkap referensi ataupun bahan pembanding bagi mahasiswa lainnya.

d. Bagi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo sebagai sebagai masukan khususnya tentang penanggulangan bencana daerah Kabupaten Karo.

E. Kerangka Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan atau dasar berpikir dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah dimana teori dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi atau pendukung. teori merupakan sebuah system konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep yang membantu kita dalam memahami sebuah fenomena. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melalukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.

Kerlinger mengatakan bahwa teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu phenomena sosial

secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (singarimbun,1989:37). Sementara itu dalam bidang administrasi Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono,2008:43) mengemukakan: “Theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations”. (Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan prilaku dalam berbagai organisasi).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variable pokok, sub variable atau pokok masalah yang ada dalam peneliitian (Arikunto,1999:92). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Sugiyono (2005:55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba.

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian.adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi

a. Pengertian Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap

diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tecapai.

Koordinasi berasal dari kata coordination,co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order,of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu (Ndraha, 2003:290)

Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja (Ndraha, 2003:290).

Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa: “Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi”.

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Handoko 2003:195).

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and Practice of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:54), koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:55) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi:

1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif 2. Waktu yang tepat dari usaha usaha tersebut

3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut

Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki syarat-syarat yakni:

1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat

perbagian.

2. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar

bagian, agar saling berlomba

3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.

Selanjutnya koordinasi memiliki sifat-sifat sebagian berikut: 1. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa koordinasi adalah tindakan seorang pimpinan untuk mengusahakan terjadinya keselarasan, antara tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan koordinasi ini diartikan sebagai suatu usaha ke arah keselarasan kerja antara anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpang siuran, timpang tindih. Hal ini berarti pekerjaan akan dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dan aktivitas di dalam suatu perusahaan atau organisasi agar mempunyai keselarasan didalam mencapai tujuan yang ditetapkan, pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki organisasi tersebut. Kekuatan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan.

b. Tipe-tipe Koordinasi

Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa tipe koordinasi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal. Kedua tipe ini biasanya ada

dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:

1) Koordinasi vertikal (Vertical Coordination) adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.

2) Koordinasi horizontal (Horizontal Coordination) adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatandalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan

interrelated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka

mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. Sedangkan Interrelated adalah koordinasi antar badan (instansi) beserta unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena Koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat.

Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi koodinasi sebagai berikut:

1) Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari pada usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

2) Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. “Perkataan komunikasi berasal dari perkataan communicare, yaitu yang bahasa latin mempunyai arti berprestasi ataupun memberitahukan”. Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi partisipasi anggota akan semakin tinggi

dan pimpinan memberitahukan tugas kepada karyawan yang harus dengan komunikasi. Den gan demikian komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi.

Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sehingga dari uraian tersebut terlihat fungsi komunikasi sebagai berikut:

a) Mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkaran.

b) Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai lingkungan.

c) Kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain.

Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain melalui informasi atau pendapat pesan atau ide yang disampaikannya kepada orang tersebut. 3) Pembagian Kerja

atau lebih orang yang bekerja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada dilakukan

Dokumen terkait