SUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA
PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI
1. Bagaimana proses pembentukan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karo?
2. Apa saja program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
3. Apa saja program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
4. Apa saja Program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian
Rehabilitasi & Rekonstruksi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
5. Apa acuan BPBD Kabupaten Karo dalam Membuat Program-Program
Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sianbung?
6. Bagaimana Koordinasi dari Program-program BPBD Kabupaten Karo,
baik itu program yang mencakup bagian tanggap darurat, bagian mitigasi
bencana, dan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana?
7. Bagaimana BPBD mengkoordinasikan pembentukan tempat-tempat
pengungsian?
8. Bagaimana BPBD mengkoordinasi penyaluran bantuan dari pihak swasta
ke tempat-tempat pengungsian yang terpisah-pisah?
9. Apakah ada kesulitan yang dialami oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dalam mengkoordinasi penanggulangan bencana erupsi Gunung
Sinabung?
11. Apa yang menyebabkan lamanya masa tanggap darurat?
PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN TAMBAHAN
1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pembentukan BPBD Kabupaten
Karo pada tahun 2013 padahal Erupsinya Gunung Sinabung sudah Di
mulai pada tahun 2010?
2. Apa saja program-program BPBD Kabupaten Karo yang bapak/Ibu
Ketahui?
3. Masalah-masalah umum yang dihadapi BPBD Kabupaten Karo dalam
upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
4. Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam melaksanakan upaya
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Mitigasi?
5. Bagaimana Peranan BPBD Kabupaten karo dalam Melaksanakan
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Tanggap Darurat?
6. Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam Melaksanakan
Penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Rehabilitasi dan
Rekonstruksi?
7. Bagaimana Tanggapan Bapak/Ibu Perihal lamanya Masa Tanggap
Darurat?
8. Adakah Saran Bapak/Ibu Kepada BPBD Kabupaten Karo dalam upaya
Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
9. Bagaimanakesiapsiagaan BPBD Kabupaten Karodalam Upaya
10.Apa yang
diinginkanMasyarakatTerdampakErupsiGunungSinabungdariKeberadaan
BPBD KabupatenKaro?
11.Apa saran Andakepada BPBD Kabupatenkaro agar dapat
MemaksimalkanperannyadalamPenanggulanganBencanaerupsiGunungSin
WAWANCARA
12. Bagaimana proses pembentukan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karo?
BPBD Kab. Karodibentukberdasarkanperaturandaerahkabupatenkaro
- nomor 01 tahun 2014
tentangperubahanatasperaturandaerahkabupatenkaronomor 19 tahun
2008Tentangorganisasidantatakerjalembagateknisdaerahkabupatenkaro
dan
- PeraturanBupatiNomor 04 Tahun
2014TentangperubahanatasperaturanBupatiKaroNomor 177 Tahun
2008 tentangtugaspokok, fungsidanuraiantugasLembagaTeknis Daerah
KabupatenKarodanAkademiKebidananKabanjahe.
13. Apa saja program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
Program terkaittanggapdaruratdanlogistik
yangdilakukanialahevakuasimasyarakatterdampak,
penampungansementara, tahappengkajiankerugian, kerusakan,
dankebutuhan,penanganankebutuhandasar, persiapanhuntara
(Huniansementara), penangananpsikososial –
ekonomijugaterdapattahapantransisidaritanggapdaruratkebagianrehabilitasi
yaitupenangananhuniantetapdanTahappascabencana:
pemulanganpengungsi, rehabilitasipemukiman, pemulihansosial-ekonomi,
perbaikansaranadanprasarana, pemulihanpsikososial,
danrehabilitasimanusia.
14.Apa saja Program BPBD Kabupaten Karo yang mencakup pada bagian
Program BPBD KabupatenKaro yang
mencakuppadabagianrehabilitasi&rekonstruksibencanaerupsigunungSinabung
adalahpembuatanhuniantetap.
- untuk tahap pertama yang sudah dilakukan 3 desa yang
direlokasikedaerahsiosardanfasilitasumumdilengkapi.Tempatperelokas
iandapatdijadikandesawisatasebagaipotensiuntukmeningkatkanperekon
omianmasyarakat. Adapun desa yang direlokasi ke Siosar adalah desa
Suka Meriah, Desa Simacem, dan desa Bekerah. Jumlah yaitu 370
Kepala Keluarga.
- Untuk tahap kedua disebut relokasi Mandiri. Maksudnya ialah warga
yang terkena dampak erupsi, diberikan modal untuk membangun lahan
dan rumahnya sediri. Hal ini disebabkan karena tidak keluarnya izin
untuk pembukaan lahan hutan. Dana alokasi yang diterima oleh
pengungsi adalah 110 juta per kepala keluarga. Dan terdiri atas
Rp.59,4 juta untuk penyediaan tanah dan pembangunan rumah dan Rp.
50,6 juta untuk lahan pertanian. Untuk relokasi tahap ini jumlah
Kepala keluarga adalah 1683 dan berasal dari 4 desa. Desa Guru
Kinayan, Berastepu, Durintonggal dan Gamber.
- Untuk tahap ketiga masih dalam perencanaan. Dan desa yang termasuk
untuk direlokasi adalah mardinding, Sukanalu, sigorong-gorong.
15.Apaacuan BPBD KabupatenKarodalamMembuat
Program-ProgramPenanggulanganBencanaErupsiGunungSianbung?
Dalam penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung ini BPBD mengacu
pada beberapa undan undang dan peraturan diantaranya:
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2008TentangPenyelenggaraan penanggulangan bencana
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No. 4
Tahun 2008 Tentang pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana dan
- Undang-undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
16.Bagaimana Koordinasi dari Program-program BPBD KabupatenKaro, baik itu
program yang mencakup bagian tanggap darurat, bagian mitigasi bencana, dan
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana? Dalam program-program ini BPBD
mengkoordinasi berbagai Hal, yaitu:
- Pra Bencana
- Saat terjadi Bencana
- Pasca Sarjana
17.Bagaimana BPBD mengkoordinasikan pembentukan tempat-tempat
pengungsian?
Untuk mengkoordinasi pembentukan tempat-tempat pengungsian, tim BPBD
bekerja sama dengan instansi lain seperti tim kesehatan, dinas sosial, dari
koordinator posko, dan lain lain. Dengan menetukan tugas-tugas penting yang
harus di kerjakan dan siaga di posko.
18.Bagaimana BPBD mengkoordinasi penyaluran bantuan dari pihak swasta ke
tempat-tempat pengungsian yang terpisah-pisah?
Satuan Tugas Koordinator Logistik yang memiliki gudang dengan memberi
sumbangan kepada Koordinator Posko. Lalu membuat berita acara serah
keperluan dan akan memberikan kepada pengungsi serta membuat berita
acara.
19.Apakah ada kesulitan yang dialami oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dalam mengkoordinasi penanggulangan bencana erupsi Gunung
Sinabung?
Ada beberapa kesulitan untuk mengkoordinasi penanggulangan bencana ini.
- Sulitnya memprediksi kapan gunung sinabung akan berhenti
mengeluarkan awan panas, lahar dan aktivitas letusan lainnya.
- Sulitnya mencari lokasi yang akan di jadikan lahan relokasi bagi para
pengungsi yang belum di relokasi selanjutnya.
- Menyalurkan bantuan kepada seluruh korban erupsi secara merata .
dan lain lain.
20.Apa yang dibutuhkan BPBD Kabupaten Karo dalam Mengkoordinasi
Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
Yang dibutuhkan BPBD dalam mengkoordinasi penanggulangan bencana
- Perlunya penyusunan Perda tenda rencana Penanggulangan Bencana
- Perlunya SOP Komando Tanggap Darurat
- Perlunya Kantor dan Gudang Logistik yang representatif
21.Apa yang menyebabkan lamanya masa tanggap darurat?
Lamanya tanggap darurat akibat letusan gunung sinabung tidak dapat
PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN TAMBAHAN
1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pembentukan BPBD Kabupaten
Karo pada tahun 2014 padahal Erupsinya Gunung Sinabung sudah Di
mulai pada tahun 2010?
Pembentukan BPBD di Kabupaten Karo sangat terlambat sehingga
membuat penanganan bencana tidak maksimal
2. Apa saja program-program BPBD Kabupaten Karo yang bapak/Ibu
Ketahui?
Pemberian sewa rumah dan sewa lahan kepada pengungsi
Relokasi rumah dan lahan
Sosialisasi mitigasi bencana
Monitoring lapangan ke desa-desa terdampak erupsi Gunung Sinabung
Rehabilitasi Rumah Rusak akibat erupsi Gunung Sinabung
3. Masalah-masalah umum yang dihadapi BPBD Kabupaten Karo dalam
upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
Koordinasi dengan dinas-dinas terkait hingga sampai saat ini masih
menjadi masalah bagi BPBD Kab. Karo, membuat penanganan menjadi
lambat serta Birokrasi dan administrasi juga membuat penanganan
menjadi lambat
4. Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam melaksanakan upaya
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Mitigasi?
Membuat plank-plank tanda bahaya di daerah-daeraah rawan bencana,
anak), menjaga portal-portal daerah zona merah (bekerja sama dengan
TNI)
5. Bagaimana Peranan BPBD Kabupaten karo dalam Melaksanakan
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Tanggap Darurat?
Peranan BPBD adalah mencakup pemenuhan kebutuhan logistik
pengungsi, kebutuhan transportasi anak sekolah pengungsi, dll
6. Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam Melaksanakan
Penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Rehabilitasi dan
Rekonstruksi?
Peranan BPBD adalah mencakup perbaikan rumah rusak yang diakibatkan
erupsi Gunung Sinabung.
7. Bagaimana Tanggapan Bapak/Ibu Perihal lamanya Masa Tanggap
Darurat?
Sesuai yang telah diprediksi PVMBG bahwa Gunung Sinabung memang
akan lama penanganannya, dan masa tanggap darurat bergantung pada
status Gunung. Sehingga apabila Gunung Sinabung masih dalam status
Awas Level IV maka masa tanggap darurat akan terus berlanjut.
8. Adakah Saran Bapak/Ibu Kepada BPBD Kabupaten Karo dalam upaya
Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
Sarannya adalah agar BPBD dapat lebih meningkatkan ketanggapan
penanganan secara cepat
9. Bagaimanakesiapsiagaan BPBD Kabupaten Karodalam Upaya
BPBD telah melakukan sosialisasi ke posko-posko pengungsi dan
desa-desa terdampak eruspi Gunung Sinabung tentang perihal potensi bahaya
Gunung Sinabung, sehingga masyarakat dapat mengerti tanda-tanda
bahaya dan selalu waspada serta dapat hidup harmonis dengan bencana.
10.Apa yang
diinginkanMasyarakatTerdampakErupsiGunungSinabungdariKeberadaan
BPBD KabupatenKaro?
Agar BPBD dapat melakukan dan mencegah korban jiwa jika terjadi
bencana.
11.Apa kekurangan BPBD dalam mengkoodinasi Penanggulangan bencana di
tanah karo?
Masih kurangnya tenaga-tenaga ahli di bidang kebencanaan, sehingga
membuat fungsi koordinasi tidak maksimal
12.Apa saran Andakepada BPBD Kabupatenkaro agar dapat
MemaksimalkanperannyadalamPenanggulanganBencanaerupsiGunungSin
abung?
Menambahkan tenaga ahli di dalam penanganan bencana.
Rani Aurora Barus
PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN TAMBAHAN
12.Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pembentukan BPBD Kabupaten
Karo pada tahun 2014 padahal Erupsinya Gunung Sinabung sudah Di
mulai pada tahun 2010?
- Sejauh ini sudah cukup tanggap dalam menangani bencana di Karo.
Hanya saja pelatihan untuk kegiatan di lapangan perlu ditingkatkan
khusunya untuk Tim Reaksi Cepat (TRC)
13.Apa saja program-program BPBD Kabupaten Karo yang bapak/Ibu
Ketahui?
- Sudah terealisasinya kegiatan relokasi di Siosar (Desa Bekerah,
Simacem, dan Sukameriah)
- Akan dilaksanakan program Relokasi Mandiri
(Kutatonggal.Gurukinayan,Berastepu, Gamber)
14.Masalah-masalah umum yang dihadapi BPBD Kabupaten Karo dalam
upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
- Evakuasi warga apabila ada yang terkena dampak Sinabung
- Warga yang berdatangan ke kantor akibat apabila belum menerima
sewa lahan dan sewa rumah, dan menanyakan kapan terealisasi.
15.Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam melaksanakan upaya
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Mitigasi
(Pencegahan dan Kesiapsiagaan)?
- Mengadakan kegiatan seperti sosialisasi kepada masyarakat yang ada
- Membuat portal2 seperti rambu rambu peringatan agar tidak dekat ke
zona merah Gunung Sinabung
16.Bagaimana Peranan BPBD Kabupaten karo dalam Melaksanakan
penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian KeDarurat?
- Biasa memberikan logistik untuk masayarakat yang berada di
posko-posko pengungsian
17.Bagaimana peranan BPBD Kabupaten Karo dalam Melaksanakan
Penanggulangan Bencana yang mencakup pada bagian Rehabilitasi dan
Rekonstruksi?
- Sampai saat ini belum terealisasi akan adanya Relokasi Mandiri untuk
4 desa yang terdampak (Gurukinayan, Kutatonggal, Berastepu,
Gamber)
18.Bagaimana Tanggapan Bapak/Ibu Perihal lamanya Masa Tanggap
kedaruratan dan Logistik?
- Masih wajar karena status gunung saat ini masih berada dalam Level
IV (Awas) sehingga status dari tanggap belum juga berpindah.
19.Adakah Saran Bapak/Ibu Kepada BPBD Kabupaten Karo dalam upaya
Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
- Bantuan dari UNJP (United Nation Joint Programme) yang sangat
bermanfaat pada karo, kalau bisa perpanjang kontrak untuk bantuan di
Karo
20.Bagaimanakesiapsiagaan BPBD Kabupaten Karodalam Upaya
- Khusus untuk bidang ini biasa Tim Reaksi Cepat dari BPBD Karo
yang sangat berperan aktif apabila datangnya bencana, TRC akan
langsung ke lokasi untuk meninjau kejadian.
21.Apa yang
diinginkanMasyarakatTerdampakErupsiGunungSinabungdariKeberadaan
BPBD KabupatenKaro?
- Uang
22.Apa kekurangan BPBD dalam mengkoodinasi Penanggulangan bencana di
tanah karo?
- Kesibukan BPBD Karo yang tidak menentu baik di kantor maupun di
lapangangan, banyak kegiatan BPBD yang ingin dilakukan tapi
waktunya bertabrakan sehingga kegiatan tidak terkooordinir.
23.Apa saran Andakepada BPBD Kabupatenkaro agar dapat
MemaksimalkanperannyadalamPenanggulanganBencanaerupsiGunungSin
abung?
- Pandai menempatkan situasi akan setiap datangnya bencana
- Siapa siaga 24 jam
- Bekerja sesuai bidang masing-masing
Nama : Meily Nita SM P.Si
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, Dkk, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Handayaningrat, Soewarno, 2002 Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Haji Masagung
Handoko, T. Hani, 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapan Belas. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta
Hasibuan, Malayu, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Moleong, Lexy J, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ndraha, Taliziduhu, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Rivai, Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Singarimbun, Marsi, 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, 2005 . Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suyatno, Bagong, 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Altrnatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media
Peraturan Presiden No.08 tahun 2008, tentang badan nasional penanggulangan
bencana, Pasal 1
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 3 tahun 2008
tentang pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana daerah.
Sumber-sumber lain
akses 20 April 2016 pukul 22.13 WIB
32
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Karo 1. Kondisi Geografis
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan bukit barisan dan
merupakan daerah hulu sungai. luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25
km2 atau 212.725 ha atau 2,97 persen dari luas propinsi daerah tingkat I Sumatera
Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ lintang utara dan
97°55’–98°38’ bujur timur.
Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah :
-Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
-Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir
-Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun
-Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi
Nangroe Aceh Darusalam).
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400 meter
diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut :
-Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 meter diatas permukaan laut
seluas 9.550 Ha (4.49 %).
-Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut
-Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut
seluas 79.215 Ha (37,24%).
-Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut
seluas 112.587 Ha (52,92%)
Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km
sebelah selatan kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara. Sejak zaman
Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan.setelah
kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan
wisata di Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo
adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan
kebudayaan Karo yang unik.
Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil buah-buahan,
sayur-mayur dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah
usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan
cukup luas yaitu mencapai 129.749 ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten
Karo. Kabupaten Karo merupakan daerah hulu sungai (DHS) dan daerah aliran
sungai (DAS) wampu/ular, sub daerah aliran sungai laubiang.
2. Iklim
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C,
dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen,
tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo seperti
daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan januari dan
terbagi dua arah/gerak yaitu angin yang berhembus: dari arah barat kira-kira bulan
oktober sampai dengan bulan maret dan dari arah timur dan tenggara antara bulan
april sampai dengan bulan september.
3. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Karo termasuk jenis penduduk yang heterogen karena
terdiri dari berbagai macam suku yaitu suku Karo sebagai suku mayoritas, suku
Toba, Padang, Tionghoa, Jawa dan lain-lain.Hasil sensus penduduk tahun 2010
penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960pada tahun 2013.
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Karo, tiga kecamatan yang paling banyak
jumlah penduduknya tahun 2013 adalah Kecamatan tiga panah sebanyak 30.388
jiwa, Kecamatan Berastagi sebanyak 44.091 jiwa, dan kecamatan terpadat yaitu
Kecamatan Kabanjahe sebanyak 65.635 jiwa atau 1469 orang per kilo meter
persegi. adapun kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling
rendah ialah kecamatan kutabuluh yaitu sebanyak 56 orang per kilo meter persegi.
Data jumlah penduduk Kabupaten Karo tahun 2013 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 1
Luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan 2013
Kecamatan Luas Wilayah
(���) Penduduk
Kepadatan Penduduk Tiap
���
01 Mardingding 267,11 17 684 66,20
02 Laubaleng 252,60 18 359 72,68
03 Tigabinanga 160,38 20 626 128,61
04 Juhar 218,56 13 726 62,80
07 Payung 47,24 11 232 237,76
08 Tiganderket 86,76 13 659 157,43
09 Simpang Empat 93,48 19 707 210,82
10 Naman Teran 87,82 13 263 151,02
11 Merdeka 44,17 13 794 312,29
12 Kabanjahe 44,65 65 635 1 429,99
13 Berastagi 30,50 44 091 1 445,61
14 Tigapanah 186,84 30 388 162,64
15 Dolat Rakyat 32,25 8 599 266,64
16 Merek 125,51 18 712 149,09
17 Barus jahe 128,04 22 904 178,88
Pada table diatas dapat dilihat terdapat 17 Kecamatan yang ada di
Kabupaten karo. pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 354.242
jiwa, pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak 358.823 jiwa, dan
pada tahun 2013 memiliki jumlah penduduk sebanyak 363.755 jiwa. Jika dilihat
secara seksama maka setiap tahunnya jumlah penduduk selalu mengalami
peningkatan sedangkan luas wilayah menetap pada 2.127,25 dari tahun ke tahun.
Menurut proyeksi penduduk Kabupaten Karo adalah sebesar 363.755 yang
mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km2 sehingga kepadatan penduduk
Tabel 2
Perkembangan jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2000,2010, 2012, 2013
Kecamatan
Tahun
2000 2010 2012 2013
01 Mardingding 13 488 17 062 17 445 17 648
02 Laubaleng 14 268 17 713 18 110 18 359
03 Tigabinanga 16 795 19 900 20 346 20 626
04 Juhar 13 242 13 244 13 540 13 726
05 Munte 18 461 19 686 20 127 20 404
06 Kutabuluh 9 496 10 586 10 823 10 972
07 Payung 9 181 10 837 11 079 11 232
08 Tiganderket 12 059 13 178 13 474 13 659
09 Simpang Empat 16 981 19 015 19 440 19 707
10 Naman Teran 9 198 12 796 13 083 13 263
11 Merdeka 9 330 13 310 13 607 13 794
12 Kabanjahe 46 785 63 326 64 746 65 635
13 Berastagi 30 575 42 541 43 494 44 091
14 Tigapanah 22 319 29 319 29 976 30 388
15 Dolat Rakyat 6 637 8 296 8 482 8 599
16
Merek 14 521 18 054 18 458 18 712
17 Barusjahe 20 337 22 097 22 593 22 904
Jumlah 283 377 350 960 358 823 363 755
Pada tabel diatas dapat dilihat perkembangan jumlah penduduk menurut
kecamatan dari tahun 2000, 2010, 2012 dan 2013 yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2000 berjumlah 283.377 jiwa, pada
tahun 2010 berjumlah 350.960 jiwa, pada tahun 2012 berjumlah 358.823 jiwa dan
Tabel 3
Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Tahun 1990-2000, 2000-2010, 2010-2013
Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%)
1990-2000 2000-2010 2010-2013
01 Mardingding -0,68 2,38 1,17
02 Laubaleng -0,69 2,19 1,17
03 Tigabinanga -0,10 1,71 1,17
04 Juhar 0,26 0,00 1,17
05 Munte 1,14 0,64 1,17
06 Kutabuluh -0,40 1,09 1,17
07 Payung 0,65 1,67 1,17
08 Tiganderket -0,19 0,89 1,17
09 Simpang Empat 0,93 1,14 1,17
10 Naman Teran 1,68 3,36 1,17
11 Merdeka 1,73 3,62 1,17
12 Kabanjahe 1,32 3,07 1,17
13 Berastagi 1,62 3,36 1,17
14 Tigapanah 1,10 2,77 1,17
15 Dolat Rakyat 1,48 2,26 1,17
16 Merek 3,07 2,20 1,17
17 Barusjahe 2,16 0,81 1,17
Rata-rata 0,96 2,15 1,17
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk
perkecamatan pada tahun 1990-2000 dengan rata-rata 0,96 % laju
pertumbuhannya, pada tahun 2000-2010 dengan rata-rata 2,15 % , dan pada tahun
2010-2013 dengan rata-rata 1,17 % laju pertumbuhan penduduknya pertahun.
4. Tingkat Resiko Bencana
Bencana alam merupakan fenomena alam yang terjadi diluat kehendak
manusia.terjadinya bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap
kehidupan manusia, baik kerugian harta benda, maupun korban jiwa.hal ini
mendorong masyarakat yang tinggal di lokasi daerah kawasan rawan bencana
alam diperlukan juga pemerintah yang tanggap akan bencana. Kabupaten karo
yang terletak di kawasan dataran Tinggi Sumatera utara yang memiliki potensi
bencana alam yang cukup tinggi. Kabupaten karo memiliki 2 (dua) gunung aktif
yaitu gunung Sinabung dan gunung Sibayak. hal ini yang menyebabkan
Kabupaten Karo memiliki tingkat resiko bencana yang tinggi yaitu erupsinya
gunung.
5. Peta Rawan Bencana Kabupaten Karo
Gambar 1 peta rawan bencana Kabupaten karo
Peta rawan bencana Kabupaten Karo menggambarkan klsifikasi tingkat
bahaya dari letusan gunung sinabung. Yang berwarna merah merupakan zona
bahaya dari gunung sinabung karena masuk pada radius tiga km dari gunung
sinabung. Desa yang berada pada radius tiga km yaitu dusun lau kawar, desa
sigarang-garang, desa simacem, desa bakerah, dusun sibintun, desa mardinding,
dan desa suka meriah. Zona bahaya bergantung pada jenis erupsi yang terjadi dan
yang masuk pada radius lima km dari gunung sinabung yang beberapa desa
langsung berdampak aliran lahar dari gunung sinabung.
B. BPBD Kabupaten karo
1. Sejarah BPBD Kabupaten Karo
Awal mula berdirinya BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
diawali dengan berdirinya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
sebagai induk dari BPBD. Sejarah lembaga Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan
bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi
dahsyat di samudera hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan
bencana. Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi
kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia
untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam
menghadapi bencana.
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia.
Wilayah yang juga terletak di antara benua Asia dan Australia dan Lautan Hindia
dan Pasifik ini memiliki 17.508 pulau. meskipun tersimpan kekayaan alam dan
keindahan pulau-pulau yang luar biasa, bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa
wilayah nusantara ini memiliki 129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of
fire (zona cincin api), serta terletak berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. berada di
pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi
wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu terjadinya bencana alam lainnya,
seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Tidak hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi juga bencana non alam sering
melanda tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun
kegagalan teknologi. Menghadapi ancaman bencana tersebut, pemerintah
Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di
tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang
telah berproses dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan
dideklarasikan pada tahun 1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara
penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode waktu berikut :
a. Tahun 1945 – 1966
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP). Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada kondisi
situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia.Badan ini bertugas untuk menolong
para korban perang dan keluarga korban semasa perang kemerdekaan.
b. Tahun 1966 – 1967
Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana
Alam Pusat (BP2BAP) melalui keputusan presiden nomor 256 tahun 1966.
Penanggung jawab untuk lembaga ini adalah Menteri Sosial.aktivitas BP2BAP
berperan pada penanggulangan tanggap darurat dan bantuan korban bencana.
Melalui keputusan ini, paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak
c. Tahun 1967 – 1979
Frekuensi kejadian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana
secara serius dan terkoordinasi sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pada tahun
1967 presidium kabinet mengeluarkan keputusan nomor 14/U/KEP/I/1967 yang
bertujuan untuk membentuk tim koordinasi nasional penanggulangan bencana
alam (TKP2BA).
d. Tahun 1979 – 1990
Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam
(TKP2BA) ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana Alam (Bakornas PBA) yang diketuai oleh menkokesra dan dibentuk
dengan keputusan presiden nomor 28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana
mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. sebagai
penjabaran operasional dari keputusan presiden tersebut, menteri dalam negeri
dengan instruksi nomor 27 tahun 1979 membentuk Satuan Koordinasi
Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PBA) untuk setiap
provinsi.
e. Tahun 1990 – 2000
Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi juga non alam serta
sosial.Bencana non alam seperti kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan
konflik sosial mewarnai pemikiran penanggulangan bencana pada periode ini. Hal
tersebut yang melatarbelakangi penyempurnaan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Alam menjadi Badan Koordinasi
NasionalPenanggulangan Bencana (Bakornas PB). Melalui keputusan presiden
berfokus pada bencana alam tetapi juga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan
kembali dengan keputusan presiden nomor 106 tahun 1999. Penanggulangan
bencana memerlukan penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin
yang terkoordinasi.
f. Tahun 2001 – 2005
Indonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini. Bencana
sosial yang terjadi di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan
baru. Permasalahan tersebut membutuhkan penanganan khusus karena terkait
dengan pengungsian. Oleh karena itu, Bakornas PB kemudian dikembangkan
menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan
Pengungsi (Bakornas PBP).Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 3 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui dengan keputusan
presiden nomor 111 tahun 2001.
g. Tahun 2005 – 2008
Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada
tahun 2004 telah mendorong perhatian serius pemerintah Indonesia dan dunia
internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi
saat iu, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan presiden nomor 83 tahun
2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB).
Badan ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian
sebagai unsur pelaksana penanggulangan bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan
h. Tahun 2008 – 2014
Sesuai dengan cover undang undang no 24tahun 2007 dan peraturan
presiden No 8. dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu,
pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun
budgeting. Setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan presiden
nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur
pelaksana penanggulangan bencana.BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian
pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan
menyeluruh. Sehingga keluarlah peraturan menteri dalam negeri nomor 46 tahun
2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dan keluarlah peraturan kepala Badan Nasional penanggulangan Bencana
nomor 3 Tahun 2008 tentang pedoman pembentukan badan penanggulangan
bencana daerah yang mengacu pada tingkat resiko bencana di daerah. Sesuai
dengan peraturan daerah Kabupaten Karo Nomor 19 tahun 2008 Tentang
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten karo, ditetapkan bahwa
fungsi penanganan bencana dan pengungsi diwadahi dalam fungsi Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan perlindungan masyarakat hingga tahun 2014.
i. Tahun 2014
Kabupaten Karo yang merupakan daerah dataran tinggi pegunungan yang
salah satu gunung didaerah tersebut sudah tidak aktif selama ratusan tahun
sehingga pada tahun 2010 aktif kembali yang menghancurkan beberapa desa yang
kabupaten karo masih mengacu pada peraturan daerah kabupaten karo nomor 19
tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kabupaten
karo, ditetapkannya bahwa fungsi penanganan bencana dan pengungsi diwadahi
dalam fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat.
Agar penanganan Bencana dapat terlaksana secara sistematis, terpadu dan
terkoordinasi maka sesuai pasal 25 undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana daerah maka fungsi penanganan bencana dan pengungsi
perlu dipisahkan dari badan kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat
dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Secara tersendiri.
Maka dibuatlah peraturan daerah kabupaten Karo nomor 01 tahun 2014 tentang
perubahan atas peraturan daerah kabupaten karo nomor 19 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kabupaten karo.
2. Visi BPBD Kabupaten Karo
Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo adalah
“Mewujudkan ketangguhan dan kesiapsiagaan Kabupaten Karo dalam
menghadapi bencana”
Adapun hakekat yang terkandung dalam visi adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya adalah rencana kegiatan yang menjadi kenyataan.
2. Tanggung dan Siaga dalam menghadapi bencana adalah mekanisme untuk
mendekatkan pelayanan dasar kesiapan menghadapi bencana dengan
3. Misi BPBD Kabupaten Karo
Misi adalah kegiatan spesifik yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan
visi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang
dilaksanakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo adalah :
1. Mempercepat jangkauan pelaksanaan penanggulangan bencana.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana.
3. Meningkatkan profesionalitas aparatur dan masyarakat terlatih dalam
penanggulangan bencana.
4. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
mengantisipasi bencana.
5. Menyelenggarakan teknis penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Fungsi Dan Tugas BPBD Kabupaten Karo
Fungsi BPBD adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan
Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan
tepat, efektif dan efisien; serta melakukan pengoordinasian pelaksanaan kegiatan
Penanggulangan Bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh sesuai
dengan Pasal 20 UU 24 tahun 2007).
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 1 Tahun 2014
tentang pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo
mempunyai tugas antara lain :
2. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan merata.
3. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
4. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
5. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelengaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6. Melaksanakan, mengendalikan pengumpulan dan penyaluran bantuan
uang dan barang.
7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah, anggaran pendapatan dan belanja
negara dan sumbangan pihak lain yang sah serta tidak mengikat.
8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan/ peraturan
perundang-undangan.
9. Melaporkan penyelenggaraan, penanggulangan bencana kepada bupati
setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
5. Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Karo Gambar 2 struktur organisasi BPBD
BADAN PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH KABUPATEN KARO
KEPALA
KEPALA PELAKSANA BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA DAERAH UNSUR PELAKSANA UNSUR PENGARAH BADAN
Adapun susunan organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Karo adalah sebagai berikut :
1. Kepala
2. Kepala pelaksana
3. Sekretariat
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum
Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten karo,
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh 3 bidang, yaitu :
1) Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan
a) Seksi pencegahan Bencana
b) Seksi kesiapsiagaan bencana
2) Bidang Kedaruratan dan Logistik
a) Seksi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana
b) Seksi Logistik Penanggulangan Bencana
3) Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
a) Seksi Rehabilitasi Pasca Bencana
b)Seksi Rekonstruksi Pasca Bencana
Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo,
dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya dibantu oleh :
6. Profil Kepegawaian BPBD Kabupaten Karo
Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten karo :
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 30 orang, yang terdiri dari :
a. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karo : 1 orang
b. Sekretariat : 1 orang
c. Kepala Sub Bagian Umum : 1 orang
d. Kepala Sub Bagian Perencanaan : 1 orang
e. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistic : 1 orang
f. Kepala Seksi Kedaruratan : 1 orang
g. Kepala seksi Logistic : 1 orang
h. Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi : 1 orang
i. Kepala Seksi Rekonstruksi : 1 orang
j. Kepala Seksi Rehabilitasi : 1 orang
k. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan : 1 orang
l. Kepala Seksi Kesiapsiagaan : 1 orang
m. Kepala Seksi Pencegahan : 1 orang
n. pegawai : 17 orang
Pegawai Harian Lepas sebanyak 26 orang, yang terdiri dari :
a. Operator Komputer : 8 orang
b. Operator Aplikasi Manajemen Pengungsi : 2 orang
c. Petugas Kebersihan dan jaga gudang : 2 orang
d. Supir : 5 orang
Table 4 Data Kepegawaian BPBD Kabupaten Karo
No Uraian Jumlah orang
1 Jumah Pegawai Negeri Sipil 30 orang 2 Pangkat/Golongan Pegawai Negeri Sipil
Golongan I -
Golongan II 8 orang
Golongan III 18 orang
Golongan IV 4 orang
3 Jumlah Pegawai Harian Lepas 26 orang
Sumber : Badan penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo.
Dari Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil
di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo sebanyak 30 orang,
dengan spesifikasi golongan IV sebanyak 4 orang, III sebanyak 18 orang,
golongan II sebanyak 8 orang dan golongan I tidak ada. Sedangkan jumlah
pegawai harian lepas sebanyak 26 orang.
Keadaan ini dapat diinterpretasikan bahwa kualitas SDM aparatur Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo sudah cukup memadai hanya
saja masih terbatasnya SDM yang memiliki kemampuan khusus pada bidang
51
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini akan disajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo. Dalam bab ini
dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer dan data sekunder yang
diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian skripsi.
data primer yang ada diperoleh melalui hasil wawancara dengan
informan-informan terkait dan hasil observasi, sedangkan data sekunder diperoleh peneliti
melalui studi kepustakaan dan studi dokumentasi berupa dokumen maupun
gambar yang diperoleh selama proses penelitian.
Dalampenyajiandata,terdapattigaaspekutamayakni:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan dan penanganan
pengungsi.
2. Program-program BPBD Kabupaten Karo dalam upaya penanggulangan
bencana erupsi gunung Sinabung.
3. Koordinasi BPBD Kabupaten Karo dalam UpayaPenanggulangan Bencana.
Ketigahaltersebutmerupakanpokokyangakandijelaskanpadapenyajiandataya
A. Perumusan dan Penentapan Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara
yang berpotensi sebagai daerah Pertanian dan Pariwisata. Terletak di dataran
tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada di ketinggian 400-1600 m diatas
permukaan laut. Lokasinya berjarak 75 km dari Kota Medan, ibukota Propinsi
Sumatera Utara. Berkenaan dengan tugas dan fungsi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Karo yang memiliki tugas dan peran sentral dalam
manajemen penanggulangan bencana di Kabupaten Karo yang salah satu
fungsinya ialah merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana
dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
Dari hasil penelitian yang mewawancarai salah Sub Bagian Program Bapak
Benny Lamhot Sitanggang, beliau mengatakan :
BPBD Kab.
Karodibentukberdasarkanperaturandaerahkabupatenkaronomor 01 tahun
2014 tentangperubahanatasperaturandaerahkabupatenkaronomor 19
tahun
2008Tentangorganisasidantatakerjalembagateknisdaerahkabupatenkaro,
PeraturanBupatiNomor 04 Tahun
2014TentangperubahanatasperaturanBupatiKaro dan, Nomor 177 Tahun
2008 tentangtugaspokok, fungsidanuraiantugasLembagaTeknis Daerah
Penjelasan atas Peraturan Daerah Kabupaten Karo no 01 tahun 2014 tentang
perubahan atas peraturan daerah Kabupaten Karo no 19 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten Karo.
Wilayah kabupaten karo memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis
dan potensi gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan serta factor alam lainnya maka sangat diperlukan suatu lembaga perangkat
daerah yang menangani urusan dibidang penanggulangan bencana. Dalam pasal
18 ayat satu undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana ditegaskan bahwa pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan penanggulangan bencana.
Selama ini dalam Peraturan Daerah Kabupaten karo nomor 19 tahun 2008
tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten Karo,
ditetapkan bahwa fungsi penanganan bencana dan pengungsi diwadahi dalam
fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat. Hal ini
sesuai dengan pasal 36 peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 46 tahun 2008
tentang pedoman organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
Agar penanganan bencana dapat terlaksana secara sistematis, terpadu dan
terkoordinasi maka sesuai pasal 25 undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana dan pasal 2 peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 46
tahun 2008 tentang pedoman organisasi dan tata kerja badan penanggulangan
bencana daerah maka fungsi penanganan bencana dan pengungsi perlu dipisahkan
dari badan kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat dengan
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dipandang perlu melakukan
penyesuaian dan penyerasian dengan melakukan perubahan atas peraturan daerah
Kabupaten Karo tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah
Kabupaten Karo dengan membentuk lembaga badan penanggulangan bencana
daerah dan melakukan penyerasian urusan pemerintahan yang penetapannya
dengan peraturan daerah.
Dalam peraturan daerah ini diatur mengenai kedudukan, organisasi dan tata
kerja. Sedangkan uraian tugas unsur pelaksana badan penanggulangan bencana
daerah akan diatur dan ditetapkan dengan peraturan bupati. adapun pembentukan
organisasi dan uraian tugas unsur pengarah badan penanggulangan bencana
daerah akan diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan bupati sesuai peraturan
perundang-undangan.
Peraturan Bupati nomor 04 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan
bupati Karo nomor 177 tahun 2008 tentang tugas pokok, fungsi dan uraian tugas
lembaga teknis daerah Kabupaten Karo dan akademi kebidanan Kabanjahe
mengatur tentang kedudukan organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah, namun, terdapat keprihatinan dari masyarakat terkait
pembentukan BPBD yang dilakukan pada tahun 2014 sedangkan erupsi gunung
sinabung sudah mulai terjadi sejak tahun 2010.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa Informan, Rani
Aurora Barus sebagai operator Kantor BPBD Karo yang mengatakan :
Pembentukan BPBD di Kabupaten Karo sangat terlambat sehingga
Dan Meily Nita SM P.Si sebagai staff bidang rehab rekon BPBD Karo
mengatakan:
Sejauh ini sudah cukup tanggap dalam menangani bencana di Karo. Hanya
saja pelatihan untuk kegiatan di lapangan perlu ditingkatkan khusunya
B. Program-Program BPBD Kabupaten Karo dalam Upaya Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh 3 Bidang, yaitu:
1. Program Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
2. Program Bidang Kedaruratan dan Logistik
3. Program Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
1. Program Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan yang dipimpin oleh Seorang Kepala
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok memimpin,
membina dan mengendalikan tugas-tugas dibidang pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan penaggulangan bencana yang meliputi
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, penanganan bencana secara adil dan
setara sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
Dalam Peraturan Bupati Karo No.4 Tahun 2014 Tentang perubahan atas
peraturan Bupati Karo nomor 117 tahun 2008 tetang tugas pokok, fungsi dan
uraian tugas lembaga teknis daerah Kabupaten Karo dan Akademi Kebidanan
Kabanjahe (2014), Rencana Kerja (RENJA) Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (2015), Perubahan Rencana Kerja BPBD Kabupaten Karo (2015),
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (2015), RENJA
a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
b. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas dan bidang pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
c. Perumusan sasaran pelaksanaan tugas dibidang pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
d. Pembinaan dan pengarahan pelaksanaan tugas dibidang
pengkoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
e. Penetapan rumusan kebijakan dan panduan pengetahuan dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
f. Penetapan rumusan kebijakan system peringatan bencana dan rencana
untuk keadaan darurat bencana.
g. Penetapan rumusan kebijakan pemberdayaan masyarakat, kemampuan
mobilisasi sumber daya, pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan
personil
h. Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan pelaksanaan tugas
pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
j. Pelaksanaan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit kerja
/intansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pencegahan dan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
Dalam wawancara bersama Meili Nita salah satu bagian Rehab Rekon
BPBD mengatakan salah satu program mitigasi “Mengadakan kegiatan seperti
sosialisasi kepada masyarakat yang ada di posko-posko dan membuat
portal-portal seperti rambu rambu peringatan agar tidak dekat ke zona merah Gunung
Sinabung.
Menurut data yang Penulis dapatkan dari Badan penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Karo Program Pencegahan Dini,penanggulangan korban
bencana dan kesiapsiagaan yaitu :
a. Kegiatan pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana
alam dengan realisasi target 8 Kecamatan.
b. Kegiatan sosialisasi mitigasi penanggulangan bencana.
c. Kegiatan peningkatan keterampilan Taruna Siaga Bencana.
d. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana.
e. Kegiatan sosialisasi mitigasi kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana.
f. Kegiatan koordinasi dan operasionalisasi penanganan keadaan darurat
bencana..
g. Pembangunan gudang logistik dan obat-obatan.
h. Penyusunan system peringatan dini penanggulangan bahaya bencana.
j. Pengadaan media permanen informasi pengurangan resiko bencana.
k. Pengaduan tempat penampungan sementara dan evakuasi penduduk
dari ancaman /korban bencana alam.
l. Evakuasi Pengadaan sarana dan prasarana, evakuasi penduduk dari
ancaman /korban becana alam.
m. Kegiatan pembinaan kesiapan masyarakat (Simulasi) dalam
menghadapi bencana alam.
n. Pengelolaan aplikasi system informasi manajemen pengungsi.
o. Kegiatan koordinasi dan operasionalisasi penanggulangan bencana.
p. Program operasionalisasi satuan pelaksana search and rescue (SAR)
q. Program pembentukan lembaga/forum pengurangan resiko bencana.
r. Pengadaan system informasi bencana alam.
s. Kegiatan pengadaan media permanen informasi pengurangan resiko
bencana.
t. Program pembinaan desa tangguh siaga bencana.
u. Program penyusuan SOP (Standart Operasional Prosedur)
penanggulangan bencana.
v. Pendataan dan penyusunanpotensi peralatan dan logistic
penanggulangan bencana.
w. Pengadan rambu-rambu di daerah rawan bencana dan jalur evakuasi.
x. Pembangunan/peningkatan jalur evakuasi.
Sumber : Perubahan rencana kerja SKPD Tahun (2014) sampai dengan triwulan II
tahun berjalan (2015) dan rencana kerja tahun (2016) Rancangan Rencana Kerja
(2017).
Dalam Wawancara bersama Meili Nita mengatakan, “Sejauh ini sudah
cukup tanggap dalam menangani bencana di Karo. Hanya saja pelatihan untuk
kegiatan di lapangan perlu ditingkatkan khusunya untuk Tim Reaksi Cepat
(TRC)”.
2. Program Bidang Kedaruratan dan Logistik
Bidang Kedaruratan dan Logistik dipimpin oleh Kepala Bidang dan
mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengndalikan tugas-tugas
dibidang pengkoordinasian, pengkomandoan, dan pelaksanaan penanggulangan
bencana yang meliputi penangan kedaruratan, pengumpulan dan penyaluran uang
atau barang secar adil dan setara sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Dalam SKPD yang mencantum tugas pokok Badan Penanggulangan
Bencana Daerah, fungsi daripada Bidang Kedaruratan dan Logistik sebagai
berikut:
a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan penanganan darurat, pengumpulan dan
penyaluran uang atau barang.
b. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas di bidang pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan penanganan darurat, pengumpulan dan
c. Perumusan sasaran pelaksanaan tugas di bidang Pengkordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan penanganan darurat, pengumpulan dan
penyaluran uang atau barang.
d. Pembinanan dan Pengarahan Pelaksanaan tugas di bidang
Pengkoordinasian, Pengkomandoan dan pelaksanaan penanganan
darurat, pengumpulan uang atau barang.
e. Penetapan rumusan kebijakan tanggap darurat dan panduan pengetahuan
dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
f. Penetapan rumusan kebijakan sistem peringatan belogistik yang
meluputi penyelenggaraan dapur umum, pendirian tenda-tenda
penampungan untuk pengungsian, darat dan air pencarian, penyelamatan
dan pengungsian korban serta harta benda, penyiapan air bersih,
percepatan akselerasi bantuan darurat dan pendirian tenda posko
komando serta penyediaan tempat bermain, olahraga, hiburan dan sarana
informasi.
g. Pelaksanaan tugas dinas lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
h. Pelaksanaan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang logistik
penaggulangan bencana.
Dari hasil Wawancara dengan bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang, ST
sebagai kepala sub bagian perencanaan badan penanggulangan bencana daerah
kabupaten karo mengatakan:
“Program terkaittanggapdaruratdanlogistik
penampungansementara, tahappengkajiankerugian, kerusakan,
dankebutuhan,penanganankebutuhandasar, persiapanhuniansementara,
penangananpsikososial-
ekonomijugaterdapattahapantransisidaritanggapdaruratkebagianrehabilita
siyaitupenangananhuniantetapdanTahappascabencana:
pemulanganpengungsi, rehabilitasipemukiman, pemulihansosial-ekonomi,
perbaikansaranadanprasarana, pemulihanpsikososial,
danrehabilitasimanusia”.
Menurut data yang penulis dapatkan dari badan penanggulangan bencana
daerah Kabupaten karoprogram bidang kedaruratan dan logistic badan
penanggulangan bencana daerah kabupaten karo :
1. Kegiatan pengadaan dan pengaduan tempat penampungan sementara dan
evakuasi penduduk dari ancaman/korban bencana
2. Pengadaan logistic dan obat-obatan bagi penduduk di tempat
penampungan sementara.
3. Evakuasi Pengadaan sarana dan prasarana evakuasi penduduk dari
ancaman /korban becana alam.
4. Penyusunan dan pengadaan aplikasi system informasi manajamen
pengungsi
5. Rehabilitasi jalan dalam kondisi tanggap darurat
6. Rehabilitasi jembatan dalam kondisi tanggap darurat
Sumber : Perubahan rencana kerja SKPD Tahun (2014) sampai dengan triwulan II
tahun berjalan (2015) dan rencana kerja tahun (2016) Rancangan Rencana Kerja
(2017).
Dari hasil Wawancara kepada Bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang ST.
mengenai mengapa lamanya masa tanggap darurat gunung sinabung?
“Lamanya tanggap darurat akibat letusan gunung sinabung tidak dapat
diprediksi”
Memang Gunung Sinabung tidak dapat diprediksi aktivitasnya Penyebab
lamanya masa teanggap darurat di sebabkan oleh tingkatan keadaan gunung ada 4
yaitu normal, waspada, siaga, awas keadaan itu di rekomendasikan oleh PVMBG
(Pusat Vulkanologi, meteorology dan badan Geologi) dan di umumkan oleh
BPBD.
Ibu Rani Aurora Barus juga mengutarakan pendapatnya “Sesuai yang telah
diprediksi PVMBG bahwa Gunung Sinabung memang akan lama penanganannya,
dan masa tanggap darurat bergantung pada status Gunung. Sehingga apabila
Gunung Sinabung masih dalam status Awas Level IV maka masa tanggap darurat
akan terus berlanjut.”.
3. Program Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi
Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang mempunyai tugas pokok memimpin, membina dan mengendalikan tugas
tugas di bidang pengkoordinasian, pengkomandoan dan pelaksanaan
penanggulangan bencana yang meliputi rehabilitasi dan rekontruksi pemerintah
daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Bidang rehabilitasi dan
untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas
sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian dan program
jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi
untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih
baik dari sebelumnya. dari hasil wawancara dengan bapak Benni Lamhot Putra
Sitanggang, ST sebagai kepala sub bagian perencanaan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah kabupaten karo menguraikan perihal relokasi pengungsi di Siosar
sebagai berikut:
“Untuk tahap pertama yang sudah dilakukan 3 desa yang direlokasi ke
daerah siosar dan fasilitas umum dilengkapi. Tempat perelokasian dapat
dijadikan desa wisata sebagai potensi untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Adapun desa yang direlokasi ke Siosar adalah desa Suka Meriah,
Desa Simacem, dan desa Bekerah. Jumlah yaitu 370 Kepala Keluarga.
Untuk tahap kedua disebut relokasi Mandiri. Maksudnya ialah warga yang
terkena dampak erupsi, diberikan modal untuk membangun lahan dan rumahnya
sediri. Hal ini disebabkan karena tidak keluarnya izin untuk pembukaan lahan
hutan. Dana alokasi yang diterima oleh pengungsi adalah 110 juta per kepala
keluarga. Dan terdiri atas Rp.59,4 juta untuk penyediaan tanah dan
pembangunan rumah dan Rp. 50,6 juta untuk lahan pertanian. Untuk relokasi
tahap ini jumlah Kepala keluarga adalah 1683 dan berasal dari 4 desa. Desa
Guru Kinayan, Berastepu, Durintonggal dan Gamber.
Untuk tahap ketiga masih dalam perencanaan. Dan desa yang termasuk
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Bidang Rehabilitasi dan
Rekontruksi menyelenggarakan fungsi:
a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana.
b. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas dibidang pengkoordinasian,
pengkomandoan dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana.
c. Perumusan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengkoordinasian,
pengkomandoan, dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana
d. Pembinaan dan pengarahan pelaksanaan tugas di bidang
pengkoordinasian, pengkomandoan, dan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana.
e. Penetapan rumusan kebijakan perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik.
f. Penetapan rumusan kebijakan normalisasi aspek pemerintah dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
g. Penetapan rumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana serta
kelembagaan pada wilayah rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
h. Penetapan rumusan kebijakan pertumbuhan perekonomian,social dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban.
i. Penetapan rumusan kebijakan peningkatan peran serta masyarakat dalam
j. Penetapan rumusan kebijakan penguatan komunitas yang terkena bencana.
k. Penetapan rumusan kebijakan pemberdayaan social ekonomi yang
terintegrasi dalam program pembangunan daerah.
l. Pelaksanaan tugas dinas lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
Menurut data yang penulis dapatkan dari Badan penanggulanganBencana
Daerah Kabupaten karo programbidang rehabilitasi dan rekonstruksi Badan
Penanggulangan bencana Daerah kabupaten karo yaitu :
1. Penyusunan SOP (Standart Operasional Prosedur) untuk komando tanggap
darurat
2. Pendataan dan penyusunan potensi dan peralatan dan logistic
penanggulangan bencana di kabupaten karo
3. Survey investigasi dini rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
4. Penyusunan system informasi dini rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana
5. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
6. Pendataan dan penyusunan potensi peralatan dan logistic penanggulangan
bencana di Kabupaten Karo
7. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
8. Pembangunan sarana, prasarana dan hunian tetap serta pemulihan ekonomi
korban bencana
9. Fasilitas dan stimulasi rehabilitas rumah akibat bencana alam
11.Penanganan rehabilitasi dan rekontruksi
Sumber : Perubahan rencana kerja SKPD Tahun (2014) sampai dengan
triwulan II tahun berjalan (2015) dan rencana kerja tahun (2016) Rancangan
Rencana Kerja (2017).
Dalam menjalankan program-program Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Karo, tentu saja BPBD memiliki kendala-kendala yang di
hadapi dalam menanggulangi bencana erupsi Gunung Sinabung. Dari wawancara
yang penulis ambil dari Bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang ST Sub Bagian
Program Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengatakan:
“Sulitnya memprediksi kapan gunung sinabung akan berhenti mengeluarkan
awan panas, lahar dan aktivitas letusan lainnya. Sulitnya mencari lokasi yang
akan di jadikan lahan relokasi bagi para pengungsi yang belum di relokasi
selanjutnya. Menyalurkan bantuan kepada seluruh korban erupsi secara merata
dan lain sebagainya”
Memang sampai saat ini Status Gunung Sinabung menjadi awas dan para
pengungsi di larang untuk mendekati zona merah, belum ada tanda-tanda Gunung
Sinabung berhenti melakukan aktivitas vulkaniknya yang setiap hari
mengeluarkan awan panas. Sehingga BPBD terus menerus melakukan
penanggulangan bencana erupsi Sinabung. Kemudian lahan untuk relokasi
selanjutnya masih sulit untuk di temukan sehingga menjadikan penundaan
relokasi pengungsi.
Sedangkan Ibu Meyli Nieta Staff bidang Rehab Recon BPBD Karo
mengatakan dalam wawancaranya perihal “Sampai saat ini belum terealisasi akan
Kutatonggal, Berastepu, Gamber)“ Dapat terlihat bahwa ternyata masih
banyaknya kendala yang dihadapi BPBD Kabupaten karo dalam upaya
penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung.
Program-program Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo
juga memiliki acuan agar terkoordinir dan dapat diimplementasikan dengan baik.
Dari wawancara yang dikemukakan oleh Bapak Benni Lamhot Putra Sitanggang
ST Sub Bagian Program BPBD mengatakan :
“Dalam koordinasi penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung ini
BPBD mengacu pada beberapa undang-undang dan peraturan diantaranya:
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan penanggulangan bencana
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008
Tentang Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No. 4
Tahun 2008 Tentang pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana dan
- Undang-undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.”
Pada hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa BPBD Kabupaten karo
perlu mengimplementasikan secara menyeluruh program-program yang sudah
C. Koordinasi BPBD Kabupaten Karo dalam UpayaPenanggulangan Bencana.
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan
kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.
Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat,
dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap
individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang
diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan maka
tujuan perusahaan tidak akan tecapai.
BPBD sebagai instansi non-departemen dalam menjalankan ugas-tugasnya
mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif, dan efisien.
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk
menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan
kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan
tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk
mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja
(Ndraha, 2003:290).
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan
efektif (Handoko 2003:195).
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa
koordinasi adalah suatu usaha yang singkron dan teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Dari ulasan sebelumnya Atas wawancara dengan bapak Benni Lamhot Putra
Sitanggang ST Sub Bagian Program BPBD mengatakan :
“Dalam koordinasi penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung ini
BPBD mengacu pada beberapa undang-undang dan peraturan diantaranya:
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan penanggulangan bencana
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008
Tentang Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No. 4
Tahun 2008 Tentang pedoman penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana dan
- Undang-undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.”
Undang-undang di atas mengacu dalam mengkoordinasikan peran BPBD
dalam menanggulangi bencana. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan apenanggulangan Bencana
cermin persatuan yang dapat dijadikan modal dasarpembangunan bagi tumbuh
dan kembangnya bangsa Indonesiadalam menghadapi berbagai tantangan,
hambatan, dan ancamankehidupan yang semakin komplek.Persatuan yang terjalin
selama ini harus selalu dijaga keutuhan dankelestariannya oleh seluruh komponen
warga negara Indonesia. Halini berarti bahwa setiap tantangan, hambatan, dan
ancamanterhadap salah satu wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesiamerupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan wilayah
NegaraKesatuan Republik Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari wilayahkepulauan
yang terletak diantara benua Asia dan Australia disampingmemiliki posisi
strategis dalam jalur lalu lintas perdagangan duniajuga memiliki kerawanan
terhadap terjadinya bencana denganfrekuensi yang cukup tinggi, sehingga
diperlukan penanggulanganbencana yang sistematis, terpadu dan
terkoordinasi.Dalam upaya penanganan bencana yang sistematis, terpadu,
danterkoordinasi, Pemerintah telah mengesahkan dan mengundangkanUndang–
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana. Undang-undang
tersebut dimaksudkan untuk memberi landasan hukum yang kuat bagi
penyelenggaraan penanggulanganbencana, baik bencana tingkat kabupaten/kota,
provinsi, maupuntingkat nasional. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentangPenanggulangan Bencana, sebagaimana tercantum dalam Pasal 4,bertujuan
untuk antara lain :
1. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007memberikan
keseimbangan perhatian dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana dari
semula cenderung pada pertolongandan p