• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam setiap hidup, karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat kesejahteraan yang baik pula, demikian sebaliknya. Karena itu pendidikan sangat

penting demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di desa ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 TK 3

2 SD 4

3 SLTP -

4 SLTA -

5 Lembaga Pendidikan Agama 1 6 Perpustakaan Desa 1 Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.5.3 Sarana Olah Raga Desa Sambirejo

Sarana olahraga merupakan tempat kegiatan olah raga warga desa, pada umumnya kegiatan olahraga banyak dilakukan oleh pemuda desa, sarana yang dimiliki diantaranya adalah :

Tabel 4.1.5.5 Sarana Olah Raga di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 1 2 Lapangan Bulu Tangkis 2

3 Lapangan Tenis 1

4 Lapangan Voli 1

4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo

Sarana peribadatan di wilayah Desa Sambirejo memang tidak terlalu lengkap. Tercatat hanya terdapat sarana peribadatan bagi umat muslim di Desa Sambirejo ini. Sedangkan sarana peribadatan agama lain tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan jumlah pertumbuhan umat beragama selain Islam tidak terlalu berkembang.

Tabel 4.1.5.4 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah 1 Mesjid 4 2 Mushollah 7 3 Gereja Protestan - 4 Gereja Katolik - 5 Vihara -

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo

Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin kerja sama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti BPD, LPMD, Perangkat desa Kepala Dusun, RT, RW, Tokoh Pemuda, Tokoh masyarakat, tokoh agama baik bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun struktur organisasi pemerintah Desa Sambirejo, diuraikan sebagai berikut :

Bagan 4.1.6 Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Sambirejo

Sumber : Profil desa tahun 2010 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kepala Desa Sambirejo Sekretaris Desa KA. Urusan Pemerintahan KADUS I KA. Urusan Pembangunan

KA. Urusan Kesra

KADUS II KADUS V KADUS IV KADUS III KADUS VI KADUS VII KADUS VIII KADUS IX

Dan nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1.6 Nama-Nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo

No Jabatan Nama

1 Badan Permusyawaratan Desa BPD Emri Yulizal Ardi, S.Pd 2 Kepala Desa Sambirejo Kusnadi

3 Sekretaris Desa Siti Saodah 4 Ka. Urusan Pemerintahan Suparto 5 Ka. Urusan Pembangunan Mawardi

6 Ka. Kesra Susi Suprapti.S.Sos

7 Kadus I Rin Jemain

8 Kadus II Sumardi

9 Kadus III Binardi

10 Kadus IV Boimin

11 Kadus V M.Irsyad

12 Kadus VI Paimin

13 Kadus VII Supirin

14 Kadus VIII Sulardi

15 Kadus IX Herman

4.1.7 Profil Informan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah ditentukannya informan sebanyak 5 informan. Adapun uraian profil informan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

4.1.7.1 S

S yang berusia 39 tahun memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Tinggal di salah satu Dusun di Desa Sambirejo bersama dengan istri dan ketiga anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Anak sulungnya saat ini sedang duduk di kelas 3 SLTP, kemudian anaknya yang kedua sedang duduk di bangku kelas 3 SD, kemudian anak bungsunya masih berada di Taman Kanak-kanak (TK). Desa Sambirejo bukan daerah yang baru bagi S, karena desa itu merupakan tanah kelahirannya sehingga S merupakan putera daerah, dia di besarkan dan menikmati pendidikan sampai Sekolah Dasar di Desa tersebut, bahkan sampai menikah dan hingga saat ini tinggal bersama keluarganya tercinta, mempertahankan hidup dari hasil pekerjaan sebagai petani padi. Keluarga nya tinggal di rumah yang keseluruhan terbuat dari beton dan pada sebelah kanan dan belakang rumahnya berbatasan dengan rumah masyarakat yang lain kemudian sisi kiri dan depan rumahnya diapit oleh lahan-lahan persawahan yang luas dan hijau. S tinggal di Dusun VII yang berbatasan dengan dusun IV dan Dusun III. S memiliki sawah seluas 2 rante yang dimilikinya dengan cara menjaminkannya ke orang lain untuk dapat membayar angsurannya setiap bulannya. S tidak memiliki alat jetor (alat untuk membajak atau menggemburkan tanah) dan juga alat perontok padi, sehingga apabila musim tanam dan musim panen telah tiba ia menyewa alat milik orang lain dan membayar sewanya Rp.20.000 perante yang sudah termasuk sewa alat

dan juga upah orang yang menjalankan alat jetor tersebut. Tak jauh beda dengan kegiatan-kegiatan selanjutnya yaitu penanaman bibit padi juga ia upah kan kepada orang lain dengan upah yang sama yaitu Rp.20.000 sampai dengan Rp.25.000 perante. Upah buruh tani antara laki-laki dan perempuan umumnya berbeda, upah pekerja untuk buruh tani laki-laki umumnya Rp.40.000 sampai Rp.50.000 perhari tergantung dengan pekerjaan yang mereka lakukan, sedangkan untuk buruh tani perempuan umumnya Rp. 20.000 sampai Rp 25.000. Untuk dan menurutnya ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi petani-petani di desa ini. Jadi ia turun kesawah lebih banyak untuk mengontrol dan hanya sesekali ikut turut membantu. Namun pada petani-petani yang lain, ada juga petani di desa ini yang bertani tetapi juga bekerja sebagai buruh tani. Biasanya itu dilakukan oleh petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan.

Selain petani, ia juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai pedagang kerupuk. Karena menurutnya di sawah tidak menyita banyak waktu baginya karena dapat di wakilkan oleh istrinya dan juga pekerjaan di sawah banyak yang sudah diupahkan keorang lain, maka di waktu yang senggang ia pergi mengantarkan kerupuk kewarung-warung langganannya. Menurutnya aktifitas sebagai petani lebih padat pada saat padi berumur 5 sampai dengan 35 hari, pada saat padi memasuki umur 2 atau 3 bulan mendekati panen ia hanya perlu sesekali mengontrolnya. Dengan begitu ia mempunyai 2 penghasilan sekaligus dari bertani dan juga dari berdagang. Sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, karena ia mengaku bahwa dalam sehari pengeluaran tak kurang dari 50 ribu bahkan lebih. Sehingga walaupun

saat ini jumlah pendapatan petani telah meningkat, ia tetap bekerja sambilan sebagai pedagang.

4.1.7.2 S. Spd

S adalah seorang petani dan juga seorang guru. Ia juga merupakan salah satu ketua kelompok tani di Desa Sambirejo ini. S berumur 54 tahun dan sebentar lagi akan memasuki masa pensiunan, ia telah 49 tahun menetap di Desa Sambirejo ini sejak ia berumur 5 tahun. Ia lahir sebagai anak tunggal di Purwokerto, dan kedua orang tuanya berasal dari pulau jawa. Saat ia berumur 5 tahun, orang tuanya mengajak ia untuk pindah ke pulau sumatera agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Terlahir sebagai anak tunggal membuat ia tidak pernah kekurangan kasih sayang, karena kasih sayang orang tuanya hanya tercurah untuk ia seorang. Selain itu orang tuanya termasuk orang yang cukup, sehingga ia tidak pernah merasa kekurangan tapi menurutnya tidak juga berlebihan untuk dipoya-poyakan karena ia terbiasa hidup sederhana. Orang tuanya adalah orang yang sangat giat bekerja dan keduanya adalah petani, dan dari hobinya yang suka membantu kedua orang tuanya bertani maka ia pun menjadi tertarik untuk menjadi petani seperti kedua orang tuanya. Namun orang tuanya tidak termasuk orang tua yang memperdulikan pendidikan bagi anaknya agar menjadi maju, Karena itu orang tuanya mendukung agar S melanjutkan sekolah sampai kejenjang yang tertinggi, namun pada saat itu S hanya sampai pendidikan D1 dan kemudian mendapatkan beasiswa dan melanjutkan ke jenjang DII. Tak puas sampai disitu akhirnya S pun melanjutkan pendidikan S1 sebagai Sarjana Pendidikan di IAIN Medan, namun ada sedikit penyesalan di hati S. Mengapa ia dulu

tidak langsung melanjutkan S1 pada saat masih muda, namun terlepas dari itu semua S sangat bersyukur kepada ALLAH SWT dengan apa yang telah diperolehnya saat ini.

Dulu ia adalah petani musiman, yaitu bertani hanya pada saat musim hujan karena persawahan di desa ini dulunya adalah sawah tadah hujan yang hanya dapat panen sekali dalam setahun. Karena itu S berusaha mencari pekerjaan lain yang dapat membantu perekonomian keluarganya dengan penghasilan tetap setiap bulannya. Saat itu ia sudah mulai mengajar sebagai guru honorer di salah satu sekolah swasta di Binjai, dan karena kegigihannya akhirnya kini ia menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil tepatnya sebagai guru agama. Namun saat ini kegiatannya sebagai guru dilakukannya pagi hari, kemudian sepulangnya bekerja barulah ia menjadi petani. Selain itu dirumahnya yang lumayan besar, ia menjalankan kilang padi yang dulunya dibangun dengan dana bantuan dari IMBIS pada tahun 2001. Namun didirikan diatas tanahnya dan sekarang kontraknya dengan IMBIS telah selesai. Jadi selain menjadi guru ia juga seorang petani padi, kemudian ia juga seorang pengelola kilang padi, juga seorang petani coklat dan juga menjabat sebagai ketua salah satu kelompok tani yang ada di Desa Sambirejo ini.

Selain profesinya sebagai guru, ia juga dapat dikatakan sebagai petani yang berhasil. Selain itu ia juga termasuk orang tua yang berhasil dalam mendidik anak-anaknya, saat ini ketiga anaknya telah bekerja dan hanya tinggal satu lagi saja yang masih bersekolah dan dua diantaranya telah berumah tangga. Anak pertamanya S.M saat tinggal di Kalimantan dan bekerja di sana, kemudian putranya yang kedua yang benama K.M bekerja di Medan sebagai Angkatan Udara (AU), dan kemudian

anaknya yang ketiga S.Mr saat ini baru saja diterima Pegawai Negeri Sipil sebagai seorang guru agama seperti dirinya, dan ia bangga dengan hasil didikannya. Walaupun anak-anaknya tidak ada yang suka membantunya bertani atau turun ke sawah tapi ia memang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menjadi petani, yang terpenting baginya adalah pendidikan bagi anak-anaknya. Saat ini ia mendiami rumah miliknya sendiri yang memiliki perkarangan yang luas, yang sebagian tanah perkarangannya telah dibangun kilang, selain itu ia juga memiliki sebuah mobil dan juga sepeda motor.

4.1.7.3 M. I

M.I adalah seorang petani tulen, ia yang saat ini berumur 57 tahun telah mulai menetap di Desa Sambirejo ini dari tahun 1976. Ia lahir di Banyumas 57tahun tahun yang lalu. M.I awalnya hanya berniat untuk merantau ke pulau Sumatera agar mendapatkan penghidupan yang lebih baik lagi seperti kebanyakan orang, saat itu ia masih bermur 23 tahun. Sebelum merantau ke Sumatera ini dulunya ia juga merupakan anak dari seorang petani dan juga sering membantu kedua orang tuanya dan bertani, setelah sampai di desa ini awalnya ia bingung ingin bekerja sebagai apa dan awalnya ia hanya bekerja mengikuti temannnya. Namun setelah ia melihat bahwa kondisi di desa ini mayoritasnya sebagai petani dan ia juga memiliki kemampuan dalam bertani, kemudian ia mulai terjun lagi dalam bidang pertanian. Tak setelah itu ia berkenalan S.H dan akhirnya menikah dan kemudian menetap di desa ini. Sejak saat itu ia bekerja sebagai petani dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan yang

lain, namun sama seperti S. Spd ia juga menjabat sebagai salah satu kepala dusun dan juga menjabat sebagai ketua kelompok tani.

Dari pernikahannya dengan S.H memiliki 4 orang anak dan tiga dari keempat anaknya telah berumah tangga, jadi saat ini tanggungan M.I hanya tinggal 1 orang saja yaitu anaknya yang paling kecil yang baru saja menamatkan pendidikan di Sekolah Teknik Menengah dan saat ini sedang mencoba mencari-cari pekerjaan. Menurut M.I penghasilan sebagai seorang petani bisa tidak cukup untuk menghidupi keluarganya dulu, apalagi dulu petani-petani di desa ini hanya dapat panen sekali dalam setahun karena sawah mereka adalah sawah tada hujan, namun ia beruntung karena istrinya juga bekerja. Istrinya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar di Binjai. Karena itu istrinya juga menopang perekonomian keluarganya. Saat ini M.I memiliki 5 rante sawah dan ini ia kerjakan sendiri dan tidak ada yang disewakan ke orang lain. Dalam pengerjaannya seperti petani yang lain, ia juga mengupahkanya kepada buruh tani yaitu dalam pekerjaan menggemburkan tanah dan penanaman bibit. tetapi dalam hal pemupukan dan juga pemanennya tetap dilakukankanya sendiri. Jika tinggal menunggu panen seperti beberapa saat yang lalu, ia lebih banyak dirumah dan hanya sebentar saja memeriksa sawahnya dalam sehari. Karena itu apabila ada rapat dari kepala desa atau pertemuan-pertemuan bagi petani ia hampir selalu dapat menghadirinya. Karena ia tidak mempunyai pekerjaan sampingan yang lain.

4.1.7.4 St

St adalah seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai petani dan buruh tani sekaligus. Ia baru 6 tahun tinggal di Desa Sambirejo ini, dan sebelumnya

ia tinggal di tanah merah tidak jauh dari desa tersebut. Suami St berinisial Sm saat ini berumur 42 tahun dan ia juga seorang petani. Dari pernikahannya bersama Sm ia memiliki 4 orang anak. Dimana anak pertamanya adalah perempuan dan ia hanya memiliki satu anak perempuan, dan saat ini sudah berkeluarga dan ikut suaminya menetap di Kota Binjai. Sedangkan anak keduanya Sm saat ini berumur 21 tahun dan ia tamatan Sekolah Teknik Menengah, kemudian anaknya yang ketiga berinisial A saat ini sudah berumur 18 tahun dan hanya tamatan Sekolah Dasar karena pada waktu itu anaknya tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, kemudian anaknya yang terakhir berinisial Ar saat ini masih berumur 10 tahun dan duduk dibangku kelas 2 sekolah Dasar.

St dan suaminya sendiri sama-sama tamatan Sekolah Menengah Pertama. Dulunya mereka berdua juga adalah anak dari seorang petani, dan itu juga yang menjadi pekerjaan mereka saat ini. Jadi dapat dikatakan bahwa mereka adalah petani turunan, dimana kemampuan bertani mereka didapat dari kedua orang tua mereka dan juga pengalaman mereka dari membantu kedua orang tuanya. Tak jauh beda dari hal tersebut, saat ini kedua anak lelaki mereka Sm dan A juga membantu mereka turun ke sawah dan bertani baik itu tani sawah seperti padi maupun kacang kedelai, jagung, kacang panjang, cabai atau sayuran lainnya. Selain itu anak-anaknya juga bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain seperti kedua orang tua mereka.

Karena St dan suaminya tidak memiliki keahlian lain selain bertani, jadi mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan yang lain. Jadi hidup mereka benar-benar mereka habiskan untuk bertani. Mereka memiliki 2 jenis lahan, yaitu lahan darat dan lahan basah yaitu sawah. Lahan darat mereka gunakan untuk menanam

kacang kedelai, jagung, kacang panjang, cabai dan sayuran lainnya yang juga dapat mereka konsumsi sehari. Jadi mereka bertani berdasarkan musim, musim tertentu untuk tanaman tertentu yang akan mereka tanam. Karena menurutnya walaupun mungkin menurut orang penghasilan dari bertani tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun jika untuk makan dan keperluan dapur dapat mereka ambil dari hasil bertani mereka setidaknya mereka tidak pernah kekurangan makanan. Walaupun itu tidak berarti mereka hidup berlebihan.

Pagi hari ia dan seluruh keluarganya pergi ke sawah dari pukul 8 pagi dan berada di di ladang sampai pukul 12:00 wib. Kemudian istirahat dan kembali lagi bekerja dari pukul 14:00 wib sampai pukul 16:30 wib. Rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, dan mencuci di selesaikannya pada sore hari setelah pulang dari bertani, pagi hari ia hanya memasak dan menyiapkan anaknya yang akan sekolah. Dan bila ia bekerja di lahan orang lain maka ia dan keluarganya akan membawa bekal dari rumah untuk makan di ladang agar dapat menghemat waktu dan tidak bolak-balik, tetapi bila ia dan keluarganya bertani untuk lahan mereka, maka ia tidak perlu membawa bekal karena lahannya berada di samping dan di belakang rumah yang mereka tempati. Saat ini ia belum memiliki lahan sendiri, tapi ia mengerjakan sawah miliki orang lain seluas 12 rante, dan rumah sederhana yang ia dan keluarganya tempati saat ini juga milik orang yang sama, yaitu pemilik lahan yang ia kerjakan sawahnya. Ia hanya disuruh menempatinya tanpa harus membayar sewa. Rumahnya sendiri masih ada di Tanah Merah daerah tempat tinggalnya yang dahulu dan saat ini ia sewakan kepada orang lain, dan menurutnya itu lumayan untuk menambah pendapatannya. Menurutnya saat ini ia cukup bisa

menghemat pengeluarannya sehari-hari, karena untuk nasi dan sayur ia bisa mengambil langsung dari ladang apalagi anaknya yang bersekolah hanya tinggal satu orang saja sedangkan yang lainnya sudah mempunyai penghasilan sendiri walaupun tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya ia membelinya di warung-warung kecil di dekat rumahnya.

4.1.7.5 Sr

Sr adalah penduduk asli desa ini, ia lahir dan di besarkan di desa ini. Saat ini ia sudah berumur 55 tahun dan istrinya T saat ini juga berumur 55 tahun dan ia juga bekerja sebagai petani sekaligus ibu rumah tangga. Ia memiliki 3 orang anak dan saat ini ketiganya telah berumah tangga sehingga ia dan istrinya sudah tidak memilki tanggungan lagi. Sr tinggal di Dusun III, dan kedua anaknya juga tinggal di dusun ini tidak jauh dari rumahnya. Sedangkan anaknya yang paling kecil yang berinisial Sw serta suami dan juga anak Sw saat ini juga ikut tinggal bersamanya. Tapi Sw juga tidak bergantung kepadanya, bahkan Sw dan suaminya memenuhi kebutuhan keluarga mereka sendiri dan kadang-kadang juga keperluan Sr dan istrinya juga. Menurut Sr dalam sebulan pengeluaran ia dan istrinya untuk keperluan mereka berdua kira-kira hanya Rp. 700.000, tapi jika dijumlahkan dengan pengeluaran Sw dan keluarganya yang tinggal bersamanya kira-kira bisa mencapai Rp. 2.000.000 untuk keperluan perbulan mereka atau bahkan lebih.

Di dusun III ini hampir semuanya masih mempunyai ikatan saudara, jadi bisa dibilang dusun III Sambirejo adalah Dusun Keluarga. Sama seperti informan yang lain, Sr juga beretnis jawa dan memang menurut data yang diperoleh dilapangan

bahwa mayoritas penduduk di Desa Sambirejo ini beretnis Jawa. Walaupun ia sudah tidak memiliki tanggungan, tapi ia masih tetap bekerja. Karena ia beranggapan selagi masih bisa mencari nafkah sendiri ia tidak ingin hanya diam dirumah saja tanpa aktifitas, karena menurutnya badannya sakit bila ia tidak bekerja. Selain itu anak-anaknya juga mengikuti jejaknya sebagai petani. Untuk membajak sawahnya ia menyuruh anak laki-lakinya untuk membajak sawah dengan alat yang dimilikinya. Sr memang memiliki alat untuk bajak sawah sendiri, selain itu ia juga memiliki alat perontok padi, sehingga ia hanya membayar buruh tani untuk menanam bibit tani saja dan itu dapat menghemat jumlah pengeluaran untuk proses produksi. Selebihnya ia kerjakan dengan dibantu istri dan anak-anaknya jika anaknya, namun walaupun begitu anak-anaknya juga mempunyai lahan sendiri sehingga tidak mengganggu hasilnya panennya hanya membantunya saja dalam mengurusnya. Selain itu alat-alat yang ia miliki juga ia sewakan kepada orang lain jika ada yang ingin menyewanya, dan anak laki-lakinya lah yang menjalankannya.

Saat ini Sr mengolah 12 rante sawah 3 rante lahan darat yang berada di belakang rumahnya sehingga ia hanya perlu berjalan kaki untuk mencapai sawahnya. Karena ia memiliki pekarangan rumah yang luas, maka untuk lahan darat sebagian di tanam di perkarangan rumahnya yang luasnya kira-kira 3 rante. Maka ketika kita memasuki rumah Sr kita dapat melihat cabai merah di perkarangan depan rumahnya. Kemudian di perkarangan samping rumahnya juga ada pohon karet disini juga biasanya para ibu-ibu bergotong-royong untuk mengisi tanah kedalam plastik kecil polibek untuk bibit cabai, biasanya ia memberi upah pengisian tanah Rp. 1500 perseratus buah plastik polibek yang sudah diisi tanah. Tidak hanya para ibu yang

mengerjakannya, bahkan ada juga anak-anak atau remaja tanggung yang ikut mengerjakannya. Kerena saat ini Sr dan istrinya tidak mempunyai tanggungan lagi, maka menurutnya penghasilannya sebagai petani sudah lebih dari cukup.

4.2 Interpretasi Data

4.2.1. Program Pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Lokasi industri pabrik Gula PTPN II Kwala Madu berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat, yang diapit oleh beberapa desa. Yaitu desa Kwala Begumit, Desa Sido Mulyo dan Desa Sendang Rejo, dan Desa Sambirejo. Dimana sebagian besar penduduknya mayoritas pekerjaanya adalah sebagai petani. Sebagai perusahaan yang beroperasi di tengah-tengah masyarakat, maka PTPNII memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitar perusahaan. Dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan program pengembangan masyarakat (community development).

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, PTPN II telah melakukan berbagai macam kegiatan pengembangan masyarakat (community development) untuk masyarakat sekitar perusahaan. Adapun kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat

Dokumen terkait