• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II Kwala Madu dalam Meningkatkan Kemandirian Petani (Studi Deskriptif di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II Kwala Madu dalam Meningkatkan Kemandirian Petani (Studi Deskriptif di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat )"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development)

PTPN II Kwala Madu dalam Meningkatkan Kemandirian Petani

(Studi Deskriptif di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat )

S K R I P S I

DIAJUKAN OLEH: INDAH KARTIKA

060901014 Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial (dalam hal ini masyarakat dengan industri). Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, industri tidak lagi dituntut untuk hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang dapat bertanggungjawab akan memperhatikan corporate social responsibility semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community development) merupakan wujud social responsibility perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan community development (pengembangan masyarakat) PTPN II dalam meningkatkan kemandirian petani di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan, obeservasi, dokumentasi yang berupa artikel, serta jurnal yang masih berkaitan dengan penelitian. Data-data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan diinterpretasikan melalui teknik analisa data yang sesuai dengan jenis penelitian.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Perumusan Masalah...8

1.3 Tujuan Penelitian...8

1.4 Manfaat Penelitian...8

1.5 Definisi Konsep...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Masyarakat (Community Development)...12

2.2 Teori Perubahan Sosial...16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...22

3.2 Lokasi Penelitian...22

3.3 Unit Analisis dan Informan...23

3.4 Teknik Pegumpulan Data...23

3.5 Interpretasi Data...25

3.6 Jadwal Kegiatan...26

3.7 Keterbatasan Penelitian...26 BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

(4)

4.1.1 Sejarah Desa Sambirejo...28

4.1.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo...30

4.1.3 Pembagian Dusun Desa Sambirejo...31

4.1.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo...34

4.1.5 Sarana Umum Desa Sambirejo 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo...38

4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo...38

4.1.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo...39

4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo...40

4.1.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo...40

4.1.7 Profil Informan...43

4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II...53

4.2.2 Sosialisasi dan Implementasi Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II...55

4.2.3 Peranan Pengembangan Masyarakat (Community Development) PTPN II dalam meningkatkan Kemandirian Petani 4.2.3.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Petani...60

4.2.3.2 Jumlah Pendapatan dan Kemiskinan Petani...67

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...76

5.2 Saran...79 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan………...26

Tabel 4.1.1 Nama-nama Kepala Desa Sambirejo………29

Tabel 4.1.2 Tata Guna Tanah Desa Sambirejo………30

Tabel 4.1.4. 1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...34

Tabel 4.1.4. 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan…….…...….35

Tabel 4.1.4 3. Jumlah Penduduk Desa Sambirejo Berdasarkan Mata Pencaharian....36

Tabel 4.1.4. 4. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama………..37

Tabel 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo.………...38

Tabel 4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo..……….39

Tabel 4.1.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo...……….39

Tabel 4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo ...………40

Tabel 4.1.6 Nama-Nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo………42

Tabel 4.2.3.1 Nama-nama Kelompok Tani Desa Sambirejo…..……….65

(6)

DAFTAR BAGAN

(7)

ABSTRAK

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi sosial (dalam hal ini masyarakat dengan industri). Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Berkaitan dengan hal tersebut, industri tidak lagi dituntut untuk hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang dapat bertanggungjawab akan memperhatikan corporate social responsibility semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community development) merupakan wujud social responsibility perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan community development (pengembangan masyarakat) PTPN II dalam meningkatkan kemandirian petani di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan, obeservasi, dokumentasi yang berupa artikel, serta jurnal yang masih berkaitan dengan penelitian. Data-data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan diinterpretasikan melalui teknik analisa data yang sesuai dengan jenis penelitian.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern

dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada

sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara

berkembang, industri sangat essensial untuk memperluas landasan pembangunan dan

memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan umat

manusia yang hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor

industri (Bethan,2008).

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan

dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan merupakan kehendak masyarakat yang

terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Hal

mana yang kemudian disusun dalam suatu perecanaan yang selanjutnya dilaksanakan.

Pembangunan mungkin hanya menyangkut satu bidang kehidupan saja, namun juga

dilakukan secara simultan terhadap berbagai kehidupan yang berkaitan.

(Soekanto,2005:437-438)

Salah satu yang menjadi kegagalan pada pelaksanaan pembangunan pada

masa lalu adalah titik berat pembangunan pertumbuhan ekonomi yang tidak

diimbangi dengan pemerataan keadilan. Pertumbuhan ekonomi yang tidak diimbangi

(9)

kesenjangan yang amat lebar antara segelintir orang yang sangat kaya dibandingkan

dengan besarnya jumlah orang-orang yang kurang sejahtera, dan bahkan sebagian

tergolong ke dalam orang-orang yang sangat miskin. Besarnya jumlah masyarakat

miskin pada akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk permasalahan sosial yang

bermuara pada instabilitas politik dan keamanan. Agar keadaan tersebut tidak terjadi,

maka di perlukan pertimbangan yang matang untuk mencari alternatif solusinya. Dan

yang menjadi salah satu bentuk alternatif solusinya adalah dengan menetapkan

kebijakan dan regulasi yang lebih mendekatkan antara dunia usaha dengan

masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif, yang salah satunya adalah melalui

program community development (Supancana,dkk.2007:7).

Karena itu dalam suatu kegiatan industri, perusahaan biasanya memiliki

kegiatan atau program pengembangan masyarakat atau yang biasa disebut dengan

Community development. Pengembangan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan

community development adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan

utamanya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan

mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada

prinsip pasrtisipasi sosial, dalam hal ini partisipasi perusahaan terhadap masyarakat

(Suharto.2009:37).

Tujuan (objectify) pengembangan masyarakat adalah membantu masyarakat

menemukan cara atau jalan untuk mengorganisirkan diri dan juga mendampingi

masyarakat agar mampu membuat perencanaan (secara teknis dan aksi) agar

(10)

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan sebuah

konsep pembangunan yang menitik beratkan pada tingkat penumbuhan peran serta

masyarakat sekitar wilayah sekitar kegiatan dengan mengembangkan suasana kerja

sama yang saling menguntungkan. Perusahaan sebagai pihak yang memiliki investasi

dan kemampuan modal diharapkan mampu membangkitkan simpati dan

memperhatikan kepentingan mereka. Prinsip ini dapat diterapkan dengan pemerhatian

terhadap adat-istiadat dan tradisi yang berlaku setempat sehingga hadirnya kegiatan

tidak menimbulkan sense resistensi maupun penolakan masyarakat yang merasa

kemampanan budaya tradisi maupun pranata-pranata sosial mereka terusik. Di sisi

lain kepentingan sosial budaya dan juga kepentingan ekonomi mereka pun

diharapkan juga dapat diperhatikan (Dalimunthe.2005:V:23).

Dalam pemahaman yang umum tampaknya telah disadari urgensi penjalinan

hubungan serasi antara pengembangan industri dengan pengembangan masyarakat,

khususnya masyarakat lokal tempat pusat atau kegiatan industri berada. Namun

demikian, sampai saat ini hubungan seperti itu belum terwujud seperti yang

diharapkan. Banyak faktor penyebab, yang salah satunya adalah belum banyak

digunakannya konsep-konsep dan model-model tindakan dari sebuah disiplin

keahlian yang disebut pengembangan masyarakat.

Pengembangan industri pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat

bagi kesejahteraan masyarakat baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan,

mendatangkan devisa negara, maupun peningkatan pendidikan. Namun demikian,

semua hal memiliki harga beli yang harus dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Salah

(11)

yang tidak jarang menimbulkan social cost yang dapat lebih mahal daripada manfaat

ekonomi yang diperoleh; berupa munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat

baik yang berskala lokal maupun nasional.

Sebagai salah satu aktor institusional dalam masyarakat yang dibentuk dengan

tujuan mendukung kesejahteraan masyarakat, maka industri memiliki fungsi sosial

baik secara internal maupun eksternal. Kondisi kehidupan masyarakat yang semakin

baik akan memberikan dampak yang cukup berarti terhadap keberlangsungan industri

itu sendiri. Kegiatan pengembangan masyarakat yang diselenggarakan oleh industri

menunjukkan adanya kepedulian industri terhadap masyarakat di sekitarnya. Hal ini

akan memunculkan adanya kepedulian masyarakat terhadap industri dan memandang

industri sebagai pihak yang harus didukung dan dijaga oleh masyarakat. Dengan

demikian, kegiatan pengembangan masyarakat tidak hanya akan meberikan manfaat

untuk masyarakat, namun juga akan memberikan keuntungan sangat besar bagi

industri dengan adanya pandangan positif dari masyarakat.

Selain memberikan manfaat pada tingkat makro dan tidak langsung, industri juga

harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal tempat industri itu berada.

Selama ini mungkin sudah dilakukan partisipasi industri melalui bantuan dana, yang

biasanya diserahkan kepada pemerintah lokal baik untuk kegiatan pembangunan

maupun aktivitas kemasyarakatan. Namun demikian dalam banyak kasus, warga

masyarakat tidak mengetahuinya, sehingga menganggap keberadaan industri hanya

mengganggu kehidupan masyarakat sekitar. Keadaan tersebut diperburuk dengan

adanya pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan mendapatkan keuntungan

(12)

yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, melainkan juga program bimbingan sosial

yang berkelanjutan, yang melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh

Karena itu pengembangan masyarakat (community development) dilakukan

secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat

guna mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas yang lebih baik apabila

dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Pada masa pembangunan

seperti sekarang ini, pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di

pedesaan sudah semestinya diperhatikan. Kenyataannya kehidupan para petani di

pedesaan dan tingkat kesejahteraannya masih rendah, sehingga produksi yang mereka

lakukan hasilnya juga kurang maksimal. Petani di desa sangat menginginkan

perubahan. Para petani di desa tidak dapat melakukan perubahan karena terbentur

pada keadaan mereka sendiri, mereka kurang menguasai ilmu-ilmu yang dapat

memajukan hasil tani mereka. Karena itu di harapkan adannya program yang dapat

mengembangkan kemampuan masyarakat petani yang nantinya dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka. Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, seharusnya

pemerintah sangat memperhatikan pendidikan dan kesejahteraan bagi mereka.

Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah pendidikan non formal yang praktis,

mudah diterapkan dalam usaha-usaha produksi produk pertanian. Pengembangan

masyarakat sangat erat hubungannya dengan empowerment. Titik berat pendekatan

pengembangan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang

mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan

(13)

individu, bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang

ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum. Dengan kata

lain, pengembangan masyarakat juga memerlukan fasilitator. Peranan fasilitator

antara lain adalah sebagai orang yang mampu membantu masyarakat agar masyarakat

mau berpartisipasi dalam kegiatan bertani, orang yang mampu mendengar dan

memahami aspirasi masyarakat, mampu memberikan dukungan, serta dapat

memberikan fasilitas kepada masyarakat

(http:www.fashihullisantugaspenyuluhan.blogspot.com).

Sedikitnya ada dua alasan mengapa pembangunan masyarakat desa masih

relevan untuk di bahas. Pertama, kendati dalam dua dasawarsa terakhir

perkembangan kota maju dengan sangat pesat, secara umum wilayah negara kita

masih didominasi oleh daerah pedesaan. Hal ini diperkirakan masih akan berlangsung

relatif lama. Benar bahwa di beberapa daerah ciri pedesaan itu susut perlahan

bersamaan dengan proses industrialisasi dan urbanisasi, akan tetapi itu tidak berarti

hilang sama sekali. Ciri pedesaan tersebut bahkan masih akan bertahan sedemikian

rupa sehingga mempengaruhi arah dan sifat perkembangan kota. Kedua, kendati sejak

awal tahun 1970-an pemerintah Orde Baru telah mencanangkan berbagai macam

kebijaksanaan dan program pembangunan pedesaan yang ditandai dengan inovasi

teknologi modern, secara umum kondisi sosial ekonomi masih memprihatinkan. Oleh

karena itu, kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk merubah kehidupan mereka

untuk menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya

berisi usaha untuk memberdayakan mereka sehingga mereka mempunyai akses-akses

(14)

menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin

kompleks, pembangunan pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata

terbata pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak

hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteaan sosial melalui

distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah

sebuah upaya dengan sepektrum kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai

macam kebutuhan sehingga setiap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri,

tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup

sengsara (Usman,2004:29-32)

Karena itu melalui program pengembangan masyarakat (community

development) diharapkan tercipta suatu sinergi yang saling menguntungkan antara

dunia usaha dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat menjadi masyarakat yang

mandiri dan berkembang sehingga dapat meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi

mereka. Hubungan sinergis dan harmonis akan memberikan kontribusi secara positif

terhadap kelangsungan kegiatan usaha dan juga kemandirian dan kesejahteraan

masyarakat disekitar perusahaan. Dalam hal ini Pihak PTPN II dengan masyarakat di

Desa Sambirejo. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang peranan

pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana peranan pengembangan

masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan

kemandirian petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana peranan

pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam

meningkatkan kemandirian petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti sendiri,

orang lain dan juga ilmu pengetahuan. Maka yang menjadi manfaat penelitian ini

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta

pengetahuan mengenai peranan pengembangan masyarakat (community

development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.

Sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan akademis

terutama ilmu sosiologi. Dan penelitian ini diharapkan dapat membuka

(16)

lainnya mengenai Peranan pengembangan masyarakat (community

development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani.

2. Manfaat Praktis

Yakni meningkatkan pengetahuan serta dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai rujukan atau referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya.

3. Manfaat bagi penulis

Yakni sebagai pembelajaran untuk semakin meningkatkan kemampuan

penulis serta memperluas wawasan penulis mengenai peranan pengembangan

masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu dalam

meningkatkan kemandirian petani.

1.5 Definisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti,

penggunaan konsep sangat penting. Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan dimana kelompok atau individu

yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989 : 33). Melalui konsep, peneliti

diharapkan dapat menyederhanakan dan membatasi pembahasan. Maka beberapa

konsep yang dibatasi dengan mendefinisikannya secara operasional dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan:

Merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang

atau suatu organisasi melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

(17)

tingkah laku atau aktifitas yang diharapkan dari orang atau organisasi yang

memiliki kedudukan atau status (Soekanto, 2001:)

2. Pengembangan Masyarakat (Commuity Development):

Salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya adalah untuk

memperbaiki kualitas hidup masyarakat dengan mendayagunakan

sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip pasrtisipasi

sosial, dalam hal ini partisipasi perusahaan terhadap masyarakat

(Suharto.2009:37).

3. PTPN II

Sebua

perkebunan. Badan usaha ini dibentuk berdasarkan

Nomor 7 Tahun 1996 tanggal 14 Februari

4. Kemandirian

Menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain,

keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri

kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi

(http:www.damandiri.or.id).

5. Petani:

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidan

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

(18)

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di

gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan masyarakat (community development)

Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility (CSR).

Corporate social responsibility (CSR) sendiri memiliki nama yang berbeda pada

setiap perusahaan, pada perusahaan BUMN seperti pada PTPN sendiri, corporate

social responsibility (CSR) di sebut sebagai Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL). Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan

kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik untuk modal usaha maupun

pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan

mandiri. Sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan

kondisi sosial masyarakat untuk tujuan memberikan manfaat kepada masyarakat di

wilayah perusahaan. Dan kegiatan yang lazimnya dilakukan oleh perusahaan dalam

mengimplementasikannya adalah dengan menyelenggarakan program pengembangan

masyarakat atau yang lebih dikenal dengan community development

(Wibisono,2007:83).

Secara umum pengembangan masyarakat (community development) dapat

didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan bagi masyarakat yang berada disekitar

perusahaan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai

kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan

(20)

diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang

lebih baik. Program pengembangan masyarakat (community development) memiliki

tiga karakter utama yaitu:

a. Berbasis masyarakat (community based)

b. Berbasis sumber daya setempat (local resource based)

c. Berkelanjutan (sustainable).

Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu sasaran kapasitas masyarakat dan

sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai agar

anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam

proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian,

keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation),

kesemuanya berjalan secara simultan. Sektor Industri di Indonesia sampai dengan

saat ini masih memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan

nasional. Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini tidak hanya dalam bentuk

sumbangan devisa terhadap negara, tetapi juga dapat dilihat dari multiplier efect

yang telah diciptakan oleh industri-industri baik itu di daerah-daerah ataupun tidak.

Salah satu multiplier efect yang disumbangkan oleh industri adalah melalui

program-program pengembangan masyarakat (community development). Program-program-program

pengembangan masyarakat (community development) yang dilaksanakan oleh industri

tersebut selain merupakan bagian dari corporate social responsibility (CSR), juga

dalam rangka mempersiapkan life after mining/operation (kehidupan setelah adanya

pembangunan) bagi daerah maupun masyarakat sekitarnya

(21)

Berbicara tentang masalah pengembangan masyarakat (community

development) tersebut, makan dapat dilihat bahwa berbagai industri dan dunia usaha

di Indonesia dan juga di seluruh dunia telah memiliki arah yang sama untuk

mengembangkan hubungan yang lebih harmonis dengan komunitas lokal. Hal ini

sebenarnya merupakan komitmen bersama banyak pihak sebagai implementasi

paradigma pembangunan berkelanjutan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa

perusahaan melakukan kegiatan pengembangan masyarakat (community

development), antara lain adalah:

a. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam mengembangkan hubungan

dengan masyarakat lokal.

b. Mengetahui sosial budaya masyarakat lokal.

c. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program pengembangan

masyarakat (community development). Reputasi hubungan baik antara

perusahaan dengan masyarakat lokal dan pengembangan masyarakat

(community development) dapat menciptakan kesempatan usaha yang

bar

Dan yang yang menjadi tujuan dari pengembangan masyarakat (community

development) adalah:

a. Agar masyarakat sekitar perusahaan dapat membangun dirinya sendiri.

b. Membantu meningkatkan kemandirian baik secara material maupun spritual.

Pelaksanaan pengembangan masyarakat (community development) yang

dilakukan oleh perusahaan umumnya menggunakan skema yang digunakan untuk

(22)

a. Kontribusi perusahaan pada program pengembangan masyarakat

b. Pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal

c. Partisipasi masyarakat dalam bisnis

d. Tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan

Umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam penerapannya

menggunakan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dimana pada tahap ini dilakukan daperencanaan dan pengonsepan awal

terhadap program pengembangan masyarakat (community development)yang

dilakukan.

b. Tahap Implementasi

Tahap menjalankan perencanaan dengan sosialisasi, pelaksanaan, dan

internalisasi.

c. Tahap Evaluasi

Tahap yang perlu di lakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk

mengukur sejauh mana efektifitas penerapan program.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk

keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan

(23)

Untuk peran sosial BUMN sendiri seperti PTPN II antara lain dituangkan

melalui keputusan Nomor : Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh

Menteri Negara BUMN pada 17 Juni 2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN

untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Kemudian seiring dengan berjalannya waktu dan menimbang bahwa Keputusan

Menteri BUMN tersebut dipandang belum cukup memberikan landasan operasional

bagi peningkatan pelaksanaan program PKBL ini, maka pemerintah menetapkan

peraturan baru tentang tata cara pelaksanaan PKBL yang mengacu kepada peraturan

Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, industri tidak lagi dituntut untuk

hanya mewujudkan citranya melalui kampanye yang baik namun juga harus mampu

menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Perusahaan yang baik

dapat bertanggung jawab dan akan memperhatikan corporate social responsibility

semaksimal mungkin, yang didukung oleh good corporate governance. Disinilah

dapat dilihat bahwa program pengembangan masyarakat (community

development)sebagai wujud social responsibility perusahaan

2.2 Perubahan Sosial

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai essensial, norma-norma sosial, pola

(24)

masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya

(Soekanto,2005:301).

Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto,2005:304) perubahan-perubahan sosial

sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan

geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena

adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain itu, secara

singkat Samuel Kroenig (Soekanto,2005:305) mengatakan bahwa perubahan sosial

menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan

manusia. Dimana modifikasi-modifikasi terjadi karena sebab-sebab intern maupun

sebab-sebab ekstern.

Dalam mempelajari mekanisme tersebut, kita harus menerangkan

kekuatan-kekuatan yang dapat dimodifikasi. Adanya perubahan tidak disangkal dan pentingnya

perubahan tidak diremehkan, namun perubahan hanya dapat dipahami melalui

pemahaman mengenai struktur terlebih dahulu. Perubahan sosial terjadi pada

masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan

sosial yang disengaja (indeed change) dan tidak di sengaja (unintended change) atau

dengan istilah lain contact change dan immanen change. Intended change atau

contact change merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat

baik yang disengaja melalui agen of change (orang-orang yang terlibat dalam

perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasi oleh pihak-pihak dari luar

masyarakat (Soekanto 2005:315-316)

Soerjono Soekanto (2005:306) berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial

(25)

teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang

mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan

menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

Perubahan-perubahan di suatu bidang secara langsung atau tidak langsung

akan mengakibatkan perubahan bidang lain. Seperti halnya perubahan dalam

meningkatkan taraf hidup (pembangunan), maka akan dapat pula mempengaruhi dan

mengubah sikap, nilai-nilai yang selama ini dianut. Nilai-nilai yang selama ini

menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh

nilai dari luar. Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain:

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya. Karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara

cepat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti

dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi

yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.

d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang

spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal-balik

yang sangat kuat (Soekanto, 2005:310)

Lebih lanjut apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan

(26)

memuaskan. Morris Ginsberg (Soekanto, 1983) menganalisis faktor-faktor penyebab

terjadinya perubahan adalah sebagai berikut:

a. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan secara pribadi

b. Sikap-tindak pribadi yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang berubah.

c. Perubahan struktural dan halangan struktural

d. Pengaruh-pengaruh eksternal

e. Pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang menonjol

f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu

g. Peristiwa-peristiwa tertentu

h. Munculnya tujuan bersama

Selain itu pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab terjadinya

perubahan ada yang sumbernya terletak di dalam masyarakat dan ada yang letaknya

di luar masyarakat itu sendiri. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu

sendiri, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

Terjadinya pertambahan dan berkurangnya penduduk yang sangat amat cepat

akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam

lembaga kemasyarakatan.

b. Penemuan-penemuan baru

Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan

dalam pengertian Discovery dan Invention. Discovery adalah penemuan unsur

(27)

seorang individu atau serangkaian cipataan para individu. Discovery akan menjadi

Invention, jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan

penemuan baru tersebut.

c. Pertentangan (conflict) masyarakat

Pertentangan ini bisa terjadi antar individu dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan di

dalam masyarakat.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi

Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya

segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya.

Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang

berbeda.

Sedangkan perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri

antara lain:

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia

Sebab yang bersumber pada lingkungan fisik, kadang disebabkan oleh

tindakan para waraga itu sendiri. Adanya bencana alam pada suatu

masyarakat, akan dapat berakibat masyarakat tersebut dengan sangat terpaksa

pindah ketempat yang lain. Adanya perpindahan ketempat yang baru,

membuat masyarakat itu berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang baru

(28)

b. Peperangan

Terjadinya perang antar suku atau antar negara akan berakibat munculnya

perubahan-perubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umumnya

mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa

dilakukan oleh masyarakatnya, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada

suku atau negara yang mengalami kekalahan.

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Adanya pengaruh kebudayaan asing ini akan dapat mempengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan pada masyarakat yang terkena pengaruhnya.

Terdapatnya hubungan secara fisik antar kebudayaan dan dua masyarakat

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dan

memecahkan masalah. Pada hakikatnya, penelitian adalah untuk memecahkan

masalah, oleh karena itu langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan

masalah (Nawawi,1990:63)

Dalam penelitian ini menggunakan jenis studi deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Dimana studi deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau

melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat (Mantra,2004:38).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya yang secara holistik dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alami

dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2005:6).

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai,

Kabupaten Langkat. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut adalah karena diantara

beberapa desa yang berada di sekitar Perusahaan, Desa Sambirejo merupakan salah

satu desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Dan desa ini berada di

(30)

langsung dari program pengembangan masyarakat (community development) yang

dilakukan oleh PTPN II Kwala Madu, dan dilakukan di Desa Sambirejo ini.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Arikunto,2002:121). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya

adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Sambirejo.

3.3.2 Informan

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani bertempat tinggal

di desa Sambirejo, perangkat desa serta pihak perusahaan yang bertugas menangani

program pengembangan masyarakat (community development). Pencarian informan

menggunakan teknik snow ball. Teknik ini merupakan teknik penentuan informan

penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari informan sebelumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

pengumpulan data primer dan data sekunder.

Data Primer

a. Observasi langsung, yaitu pengamatan secara langsung yang dilakukan

peneliti terhadap objek penelitian. Data yang diharapkan juga akan diperoleh

melalui observasi atau pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti.

(31)

kemudian memberikan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Beberapa

pengamatan yang akan dilakukan penulis adalah mengamati aktifitas sosial

baik interaksi dengan keluarga ataupun dengan sesama petani dan juga

perusahaan serta aktifitas ekonomi informan baik dalam bertani atau

pekerjaan sampingan lainnya. Obervasi juga melihat gejala yang terjadi di

lokasi penelitian. Hal ini berguna untuk mengamati bagaimana peranan

pengembangan masyarakat (community development) PTPN II Kwala Madu

dalam meningkatkan kemandirian petani.

b. Wawancara mendalam (depth interview), yaitu pertemuan dua orang atau

lebih untuk bertukar informasi dan ide-ide melalui proses tanya jawab

terhadap informan di lokasi penelitian dilakukan. Wawancara yang

dimaksudkan adalah wawancara yang bersifat luwes, terbuka dan tidak baku.

Intinya adalah, penulis akan melakukan pertemuan berulang kali secara

langsung dengan informan, dan dengan harapan informan dapat

mengungkapkan informasi dengan bahasanya sendiri. Wawancara yang akan

dilakukan adalah Tanya jawab, yaitu tentang bagaimana keberlangsungan

hidup sehari-hari informan atau keluarga tersebut yang akan mencakup

gambaran kehidupan sosial ekonomi komunitas petani. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana peranan pengembangan masyarakat (community

development) PTPN II Kwala Madu dalam meningkatkan kemandirian petani

yang mereka rasakan sampai dengan saat ini. Kemudian peneliti akan

melakukan proses tanya jawab kepada orang-orang yang dianggap sebagai

(32)

namun itu hanya sebatas instrument pembantu bagi peneliti yang sifatnya

tidak monoton.

Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain

yang dianggap untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat berupa hasil

penelitian, sepert tabel, gambar dan laing din-lain. Data sekunder ini di peroleh dari

studi kepustakaan dengan mengutip berbagai referensi, seperti buku-buku, jurnal

ataupun diperoleh dari internet yang dianggap relevan serta berkaitan dengan

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Data yang diperoleh dalam catatan hasil wawancara dengan bantuan catatan

lapangan, hasil observasi langsung, dan hasil kajian pustaka akan dibaca dan ditelaah

kembali. Kemudian selanjutnya, data-data yang sudah terkumpul akan dilakukan

analisa data. Data-data yang diperoleh tersebut akan dikelompokkan berdasarkan

permasalahan yang telah ditetapkan, lalu dipisahkan secara kategorial dan di cari

hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu

analisis yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang

dilakukan. Sedangkan hasil observasi yang diuraikan untuk memperkaya hasil

wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan

(33)

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan proposal √ √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi Proposal √ √ √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √

7 Pengumpulan Data dan

Analisis Data

√ √

8 Bimbingan Skripsi √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian sejatinya sering mengalami hambatan baik dari faktor

internal (dalam) maupun faktor eksternal (luar). Adapun keterbatasan yang penulis

(34)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam. Kendala-kendala

tersebut meliputi keterbatasan waktu dan juga jarak lokasi penelitian yang

lumayan jauh sehingga memakan waktu yang lama dalam pengambilan data.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan kendala-kendala yang muncul dari luar, yakni

adanya kendala waktu oleh para informan-informan, mengingat sebagian dari

informan telah mempunyai pekerjaan atau usaha sendiri, sehingga intensitas

waktu yang penulis dapatkan terbilang terbatas. Serta tingkat pendidikan

beberapa informan yang beberapa diantaranya tergolong rendah,

menyebabkan penulis kurang lancar dalam mendapatkan informasi atau data

yang diperlukan, karena tidak jarang terjadi perbedaan pemahaman dalam

mengartikan atau menemukan suatu maksud yang terkandung dalam panduan

wawancara. Kemudian, pada dasarnya melakukan pendekatan memerlukan

kesabaran, karena sifat dan sikap setiap informan yang penulis teliti beraneka

ragam. Disisi lain, ada informan sangat terbuka terhadap setiap pertanyaan

yang diajukan. Namun, ada pula beberapa informan sangat tertutup dan takut

untuk diwawancarai. Hal inilah yang membutuhkan pendekatan khusus seperti

menjelaskan, serta memberikan pengertian lebih terhadap mereka tentang apa

yang sebenarnya penulis teliti. Hal ini dikarenakan penulis bukan berasal dari

desa tersebut dan awalnya dianggap sebagai orang luar, Sehingga harus

berusaha lebih keras dalam menumbuhkan rasa kepercayaan informan kepada

(35)

BAB IV

DESKRIPTIF WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Sejarah Desa Sambirejo

Desa Sambirejo merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1081 Ha. Desa ini berjarak + 1,7 Km dari

ibukota Kabupaten Langkat.

Asal kata nama Sambirejo berasal dari 2 kata yaitu Sambi yang berarti sambil

atau nyambi dan rejo yang berarti sukses. Jadi Sambirejo memiliki arti “kerja

sambilan menuju sukses”. Diberi nama Sambirejo karena penduduk asli desa ini

berasal dari Dusun Limau Manis yang sekarang merupakan Dusun IX di Desa ini.

Pada awalnya penduduk Limau Manis ini bekerja pada areal perkebunan Belanda,

namun setelah Belanda kalah perang maka mereka terpaksa kehilangan pekerjaan

untuk menghidupi keluarga mereka mengolah lahan sendiri di Desa Limau Manis.

Untuk mencapai pendapatan tambahan penduduk dari Dusun Limau Manis ini

melakukan kerja sambilan dengan menggarap lahan yang sebelumnya adalah milik

Belanda yang sudah tidak aktif lagi. Akhirnya satu persatu penduduk Limau Manis

membawa pindah keluarganya kelahan baru yang dahulunya adalah tanah perkebunan

milik Belanda, hingga akhirnya terus berkembang dan terbentuklah sebuah desa,

yaitu Desa Sambirejo. Mengenai tahun berdirinya Desa Sambirejo tidak diketahui

dengan pasti dikarenakan data-data tersebut telah musnah pada saat pergolakan

(36)

Hingga sekarang pemerintah Desa Sambirejo sedang berusaha untuk mencari

data-data tentang tahun berapa berdirinya Desa Sambirejo yang mengalami langsung

setiap perkembangan Desa Sambirejo sebagai juru kunci memperoleh informasi yang

sebenarnya. Berikut nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa

Sambirejo sejak tahun 1951 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:

4.1.1 Tabel Nama-Nama Kepala Desa Sambirejo

No Nama Pejabat Desa Sambirejo Tahun

1 Sasta Rebo Sebelum s/d 1951

2 Amat Saru 1951 s/d 1954

3 Sumirat 1954 s/d 1965

4 Pardi Pawiro 1965 s/d 1966

5 Mudjiman 1966 s/d 1985

6 Bani Sutrisno 1988 s/d 1993

7 Kusno 1993 s/d 1994

8 Drs.Zulkifli (Pelaksana) 1994 s/d 1995

9 Satiman 1995 s/d 2003

10 Suparto (Pelaksana) 2003 s/d 2004

11 Satiman, S.Sos 2004 s/d 2009

12 Kusnadi 2010 s/d sekarang

(37)

4.1.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo

Desa Sambirejo memiliki luas areal sekitar 1.181 Ha yang sebagian besar

terdiri dari areal persawahan perkebunana penduduk. Tanah yang dimanfaatkan

berupa tegalan, kebun dan ladang seluas + 626 Ha. Areal perkebunan seluas 70 Ha

dan selebihnya 485 Ha digunakan sebagai areal pemukiman penduduk.

Tata guna tanah telah dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan luasnya

areal untuk tanaman konsumsi dan produktif yang diatanami dengan padi, kacang

kedelai, kacang panjang, mentimun dan jagung.

Perkarangan penduduk umumnya dimanfaat kan dengan mananam tanaman

apotik hidup, buah-buahan seperti rambutan, serta bunga-bungaan yang dapat di jual.

Mengenai tata guna tanah di desa ini secara lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo

No Tata Guna Tanah Luas (Ha)

1 Bangunan dan halaman 458

2 Sawah tadah hujan 521

3 Tagalan, kebun dan huma 175

Total 1.081 Ha

(38)

Luas wilayah Desa Sambirejo + 1.801 Ha. Dengan batas-batas sebagai

berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Perkebunan PTPN II Kwala Madu

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Tanjung Jati

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Kwala Begumit

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sendang Rejo

4.1.3 Pembagian Dusun Desa Sambirejo

Desa Sambirejo di bagi menjadi 9 Dusun yaitu:

1. Dusun ini terletak di sepanjang jalan utama. Pekerjaan penduduk Dusun I

pada umumnya adalah bertani, tukang, juga karyawan pada perusahaan swasta

yang bergerak di bidang pengelolaan kayu, jenis pertanian yang diterapkan

adalah padi sawah dan padi ladang, untuk mengaliri areal persawahan

penduduk masih mengandalkan curah hujan hanya sebagian menggunakan

sistem irigasi. Industri rumah tangga di Dusun I ini merupakan pembuatan

kerupuk opak yang terbuat dari ubi kayu, dan pembuatan batu bata. Selain itu

terdapat juga usaha penggalian pasir dari sungai Bingai yang meruapakan

usaha milik perorangan.

2. Dusun II Jl. Setia utama

Dusun ini terletak + 500 M dari jalan utama yang dilintasi oleh rel kereta api.

Seperti halnya dusun I, Penduduk Dusun II ini juga mayoritas bertani yang

bergabung dalam kelompok tani “Karya Tani” dengan panen tiga kali dalam

(39)

penduduknya ber etnis Jawa. Industri Rumah tangga di dusun ini adalah

kerajinan tangan yaitu pembuatan bunga hiasan, tas dari manik-manik dan jug

terdapat kilang batu permata.

3. Dusun III Jl. Bakti

Dusun ini berjarak + 300 m dari jalan utama, dan mayoritas bekerja sebagai

petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Disini juga terdapat industri

rumah tangga yang mengelola kacang kedele manjadi tempe dan keripik

tempe.

4. Dusun IV Jl.T.A.Hamzah

Dusun ini juga terletak disepanjang jalan utama. Kantor Kepala Desa, Balai

Desa , Peskesmas, Pos PPKBD, SD Inpres serta Pos Kelompok Tani Dewi Sri

Pemenang Insus Kedelai Tingkat I Sumatera Utara terdapat di Dusun ini.

Pekerjaan utama penduduk dusun ini adalah petani. Karyawan perusahaan,

industri rumah tangga di dusun ini antara lain adalah kerajinan smock jepang,

membuat tas dari tali kur, sulam bordir, membuat gorden, membuat tikar,

membuat tahu, tempe, dan kerupuk emping.

5. Dusun V Jl. Bumi Ayu

Dusun ini terletak +300 m dari jalan utama, seperti halnya pada Dusun II dan

Dusun III penduduk Dusun ini mayoritas petani dengan pola tanam padi –

palawija –padi. Selain pertanian terdapat juga usaha perternakan domaba yang

(40)

6. Dusun VI Jl.Yogya

Dusun ini berjarak + 2km dari jalan utama, disebut dengan Dusun Yogya di

karenakan penduduk di dusun ini mayoritas pendatang dari provinsi

yogyakarta, mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan

untuk usaha sampingan banyak juga yang bekerja sebagai buruh di PTPN II

Kwala Madu.

7. Dusun VII Jl. Tempel

Dusun ini berjarak + 275 km dari jalan utama, disebut Dusun Tempel

dikarenakan lokasi dusun ini bersebelahan atau menempel disamping rel

kereta api. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah.

8. Dusun VIII Jl.Waru-waru

Dusun ini berjarak + 2 km dari jalan utama. Berbatasan dengan Desa Sendang

Rejo dan pabrik PTPN II Kwala Madu, mata pencaharian utama penduduknya

adalah bertani sawah dan menjadi buruh di PTPN II Kwala Madu.

9. Dusun IX Limau Manis

Dusun ini dipisahkan oleh sungai Bingai dengan dusun-dusun lainnnya. Dan

berjarak 5 km dari jalan utama. Mata pencaharian penduduk adalah bertani

(41)

4.1.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo 1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk desa berdasarkan pendataan adalah 6515 jiwa yang terdiri

dari 3328 jiwa pria dan 3187 jiwa wanita dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

1674 kepala keluarga.

4.1.4.1. Tabel Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis kelamin

No Dusun Pria Perempuan Jumlah

1 Dusun I 658 604 1.262

2 Dusun II 518 520 1.025

3 Dusun III 205 218 424

4 Dusun IV 807 808 1.619

5 Dusun V 430 399 833

6 Dusun VI 159 160 313

7 Dusun VII 259 238 494

8 Dusun VIII 138 113 261

9 Dusun IX 157 127 284

Total 3328 3187 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Umumnya penduduk desa sambirejo berpendidikan tamatan SLTP meskipun

(42)

dan program wajib belajar 9 tahun mulai terlaksana. Komposisi penduduk

berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

4.1.4. 2. Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat Sekolah 1167

2 Tidak Tamat SD 469

3 Tamat SD 1267

4 Tamat SLTP 1249

5 Tamat SLTA 2156

6 Tamat Perguruan Tinggi 207

Total 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

3. Berdasarkan Sosial Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Desa Sambirejo umumnya adalah sebagai

petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk

meningkatkan hasil produksi tanaman hampir disetiap dusun telah dibentuk kelompok

tani dan secara berkala diadakan penyuluhan oleh PPL sehingga petani terlepas dari

sepekulan tengkulak. Selain itu ada juga pasar desa yang diadakan setiap minggu

yaitu setiap jum’at pagi. Namun pelaksanaannnya tidaklah begitu saja berhasil

meskipun tempat penjualannya atau kiosnya sudah berupa bangunan semi permanen.

(43)

karena transportasi kendaraan umum sudah lancar. Keadaan penduduk Desa

Sambirejo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1.4 3. Jumlah Penduduk Desa Sambirejo Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis Mata Pencaharian Jumlah

Bertani 2463

Buruh Tani 724

Pedagang 754

Pegawai Negeri / TNI / Polri 77

Karyawan Swasta 194

Lain-lain 2303

Jumlah 6515

Sumber : Profil desa tahun 2009

4. Sosial Budaya dan Agama

Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo menganut agama islam, sarana

untuk melaksanakan kegiatan peribadatan di Desa Sambirejo ini antara lain terdapat

Mesjid dan Mushollah sebanyak 12 buah, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup

baik ditandai dengan adanya majlis Ta’lim dan Remaja Mesjid. Selain agama Islam

ada juga penduduk yang memeluk agama Kristen dan Budha, yang hidup

(44)

Adat istiadat dan tradisi di Desa ini yang mayoritas suku Jawa masih

terpelihara dengan baik sebagai norma kehidupan bermasyarakat, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya kegiatan budaya yang dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti

perayaan hari kemerdekaan RI, hari besar agama Islam, Pesta-pesta rakyat dan

lainnya. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.4. 4.Keadaan Penduduk Desa Sambirejo menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 6495

2 Kristen Protetan 16

3 Kristen Katolik -

4 Budha 4

5 Hindhu -

Total 6515

Sumber : Profil Desa tahun 2009

4.1.5 Sarana Umum Desa Sambirejo

Untuk sarana umum di desa Sambirejo ini memang tidak terlalu lengkap dan

kurang berkembang dengan pesat, ini dikarenakan jarak Desa Sambirejo dengan

ibukota kecamatan yang lumayan dekat, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk

mencapai kota Binjai dengan kendaraan. Karena itu jika ada warga yang

(45)

akan pergi langsung ke kota Binjai. Hal ini juga didukung dengan sarana transportasi

umum menuju ke kota Binjai juga sangat mudah dicari dan lancar.

4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo

Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Sambirejo memang tidak begitu

lengkapDan sarana-sarana kesehatan yang ada di Desa Sambirejo adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Rumah sakit -

2 Puskesmas 1

3 Posyandu 9

4 Balai Pengobatan Masyarakat 1

5 Toko Obat 1

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam setiap hidup,

karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi.

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan memberi tingkat

(46)

penting demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Adapun sarana-sarana

pendidikan yang ada di desa ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 TK 3

2 SD 4

3 SLTP -

4 SLTA -

5 Lembaga Pendidikan Agama 1

6 Perpustakaan Desa 1

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.5.3 Sarana Olah Raga Desa Sambirejo

Sarana olahraga merupakan tempat kegiatan olah raga warga desa, pada

umumnya kegiatan olahraga banyak dilakukan oleh pemuda desa, sarana yang

dimiliki diantaranya adalah :

Tabel 4.1.5.5 Sarana Olah Raga di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 1 2 Lapangan Bulu Tangkis 2

3 Lapangan Tenis 1

4 Lapangan Voli 1

(47)

4.1.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo

Sarana peribadatan di wilayah Desa Sambirejo memang tidak terlalu lengkap.

Tercatat hanya terdapat sarana peribadatan bagi umat muslim di Desa Sambirejo ini.

Sedangkan sarana peribadatan agama lain tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan

jumlah pertumbuhan umat beragama selain Islam tidak terlalu berkembang.

Tabel 4.1.5.4 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Mesjid 4

2 Mushollah 7

3 Gereja Protestan -

4 Gereja Katolik -

5 Vihara -

Sumber : Profil desa tahun 2009

4.1.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo

Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin

kerja sama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga pemerintahan

dan lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti BPD, LPMD, Perangkat desa Kepala

Dusun, RT, RW, Tokoh Pemuda, Tokoh masyarakat, tokoh agama baik bidang

pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun struktur organisasi pemerintah Desa

(48)

Bagan 4.1.6 Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Sambirejo

(49)

Dan nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 4.1.6 Nama-Nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo

No Jabatan Nama

1 Badan Permusyawaratan Desa BPD Emri Yulizal Ardi, S.Pd

2 Kepala Desa Sambirejo Kusnadi

3 Sekretaris Desa Siti Saodah

4 Ka. Urusan Pemerintahan Suparto

5 Ka. Urusan Pembangunan Mawardi

6 Ka. Kesra Susi Suprapti.S.Sos

7 Kadus I Rin Jemain

8 Kadus II Sumardi

9 Kadus III Binardi

10 Kadus IV Boimin

11 Kadus V M.Irsyad

12 Kadus VI Paimin

13 Kadus VII Supirin

14 Kadus VIII Sulardi

15 Kadus IX Herman

(50)

4.1.7 Profil Informan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah ditentukannya informan

sebanyak 5 informan. Adapun uraian profil informan yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

4.1.7.1 S

S yang berusia 39 tahun memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Tinggal di

salah satu Dusun di Desa Sambirejo bersama dengan istri dan ketiga anaknya yang

berjenis kelamin laki-laki. Anak sulungnya saat ini sedang duduk di kelas 3 SLTP,

kemudian anaknya yang kedua sedang duduk di bangku kelas 3 SD, kemudian anak

bungsunya masih berada di Taman Kanak-kanak (TK). Desa Sambirejo bukan daerah

yang baru bagi S, karena desa itu merupakan tanah kelahirannya sehingga S

merupakan putera daerah, dia di besarkan dan menikmati pendidikan sampai Sekolah

Dasar di Desa tersebut, bahkan sampai menikah dan hingga saat ini tinggal bersama

keluarganya tercinta, mempertahankan hidup dari hasil pekerjaan sebagai petani padi.

Keluarga nya tinggal di rumah yang keseluruhan terbuat dari beton dan pada sebelah

kanan dan belakang rumahnya berbatasan dengan rumah masyarakat yang lain

kemudian sisi kiri dan depan rumahnya diapit oleh lahan-lahan persawahan yang luas

dan hijau. S tinggal di Dusun VII yang berbatasan dengan dusun IV dan Dusun III.

S memiliki sawah seluas 2 rante yang dimilikinya dengan cara menjaminkannya ke

orang lain untuk dapat membayar angsurannya setiap bulannya. S tidak memiliki alat

jetor (alat untuk membajak atau menggemburkan tanah) dan juga alat perontok padi,

sehingga apabila musim tanam dan musim panen telah tiba ia menyewa alat milik

(51)

dan juga upah orang yang menjalankan alat jetor tersebut. Tak jauh beda dengan

kegiatan-kegiatan selanjutnya yaitu penanaman bibit padi juga ia upah kan kepada

orang lain dengan upah yang sama yaitu Rp.20.000 sampai dengan Rp.25.000

perante. Upah buruh tani antara laki-laki dan perempuan umumnya berbeda, upah

pekerja untuk buruh tani laki-laki umumnya Rp.40.000 sampai Rp.50.000 perhari

tergantung dengan pekerjaan yang mereka lakukan, sedangkan untuk buruh tani

perempuan umumnya Rp. 20.000 sampai Rp 25.000. Untuk dan menurutnya ini sudah

menjadi hal yang lumrah bagi petani-petani di desa ini. Jadi ia turun kesawah lebih

banyak untuk mengontrol dan hanya sesekali ikut turut membantu. Namun pada

petani-petani yang lain, ada juga petani di desa ini yang bertani tetapi juga bekerja

sebagai buruh tani. Biasanya itu dilakukan oleh petani yang tidak memiliki pekerjaan

sampingan.

Selain petani, ia juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai pedagang kerupuk.

Karena menurutnya di sawah tidak menyita banyak waktu baginya karena dapat di

wakilkan oleh istrinya dan juga pekerjaan di sawah banyak yang sudah diupahkan

keorang lain, maka di waktu yang senggang ia pergi mengantarkan kerupuk

kewarung-warung langganannya. Menurutnya aktifitas sebagai petani lebih padat

pada saat padi berumur 5 sampai dengan 35 hari, pada saat padi memasuki umur 2

atau 3 bulan mendekati panen ia hanya perlu sesekali mengontrolnya. Dengan begitu

ia mempunyai 2 penghasilan sekaligus dari bertani dan juga dari berdagang.

Sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, karena ia mengaku bahwa

(52)

saat ini jumlah pendapatan petani telah meningkat, ia tetap bekerja sambilan sebagai

pedagang.

4.1.7.2 S. Spd

S adalah seorang petani dan juga seorang guru. Ia juga merupakan salah satu

ketua kelompok tani di Desa Sambirejo ini. S berumur 54 tahun dan sebentar lagi

akan memasuki masa pensiunan, ia telah 49 tahun menetap di Desa Sambirejo ini

sejak ia berumur 5 tahun. Ia lahir sebagai anak tunggal di Purwokerto, dan kedua

orang tuanya berasal dari pulau jawa. Saat ia berumur 5 tahun, orang tuanya

mengajak ia untuk pindah ke pulau sumatera agar mendapatkan kehidupan yang lebih

baik. Terlahir sebagai anak tunggal membuat ia tidak pernah kekurangan kasih

sayang, karena kasih sayang orang tuanya hanya tercurah untuk ia seorang. Selain itu

orang tuanya termasuk orang yang cukup, sehingga ia tidak pernah merasa

kekurangan tapi menurutnya tidak juga berlebihan untuk dipoya-poyakan karena ia

terbiasa hidup sederhana. Orang tuanya adalah orang yang sangat giat bekerja dan

keduanya adalah petani, dan dari hobinya yang suka membantu kedua orang tuanya

bertani maka ia pun menjadi tertarik untuk menjadi petani seperti kedua orang tuanya.

Namun orang tuanya tidak termasuk orang tua yang memperdulikan pendidikan bagi

anaknya agar menjadi maju, Karena itu orang tuanya mendukung agar S melanjutkan

sekolah sampai kejenjang yang tertinggi, namun pada saat itu S hanya sampai

pendidikan D1 dan kemudian mendapatkan beasiswa dan melanjutkan ke jenjang DII.

Tak puas sampai disitu akhirnya S pun melanjutkan pendidikan S1 sebagai Sarjana

(53)

tidak langsung melanjutkan S1 pada saat masih muda, namun terlepas dari itu semua

S sangat bersyukur kepada ALLAH SWT dengan apa yang telah diperolehnya saat

ini.

Dulu ia adalah petani musiman, yaitu bertani hanya pada saat musim hujan

karena persawahan di desa ini dulunya adalah sawah tadah hujan yang hanya dapat

panen sekali dalam setahun. Karena itu S berusaha mencari pekerjaan lain yang dapat

membantu perekonomian keluarganya dengan penghasilan tetap setiap bulannya. Saat

itu ia sudah mulai mengajar sebagai guru honorer di salah satu sekolah swasta di

Binjai, dan karena kegigihannya akhirnya kini ia menjadi seorang Pegawai Negeri

Sipil tepatnya sebagai guru agama. Namun saat ini kegiatannya sebagai guru

dilakukannya pagi hari, kemudian sepulangnya bekerja barulah ia menjadi petani.

Selain itu dirumahnya yang lumayan besar, ia menjalankan kilang padi yang dulunya

dibangun dengan dana bantuan dari IMBIS pada tahun 2001. Namun didirikan diatas

tanahnya dan sekarang kontraknya dengan IMBIS telah selesai. Jadi selain menjadi

guru ia juga seorang petani padi, kemudian ia juga seorang pengelola kilang padi,

juga seorang petani coklat dan juga menjabat sebagai ketua salah satu kelompok tani

yang ada di Desa Sambirejo ini.

Selain profesinya sebagai guru, ia juga dapat dikatakan sebagai petani yang

berhasil. Selain itu ia juga termasuk orang tua yang berhasil dalam mendidik

anak-anaknya, saat ini ketiga anaknya telah bekerja dan hanya tinggal satu lagi saja yang

masih bersekolah dan dua diantaranya telah berumah tangga. Anak pertamanya S.M

saat tinggal di Kalimantan dan bekerja di sana, kemudian putranya yang kedua yang

(54)

anaknya yang ketiga S.Mr saat ini baru saja diterima Pegawai Negeri Sipil sebagai

seorang guru agama seperti dirinya, dan ia bangga dengan hasil didikannya.

Walaupun anak-anaknya tidak ada yang suka membantunya bertani atau turun ke

sawah tapi ia memang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk menjadi petani,

yang terpenting baginya adalah pendidikan bagi anak-anaknya. Saat ini ia mendiami

rumah miliknya sendiri yang memiliki perkarangan yang luas, yang sebagian tanah

perkarangannya telah dibangun kilang, selain itu ia juga memiliki sebuah mobil dan

juga sepeda motor.

4.1.7.3 M. I

M.I adalah seorang petani tulen, ia yang saat ini berumur 57 tahun telah mulai

menetap di Desa Sambirejo ini dari tahun 1976. Ia lahir di Banyumas 57tahun tahun

yang lalu. M.I awalnya hanya berniat untuk merantau ke pulau Sumatera agar

mendapatkan penghidupan yang lebih baik lagi seperti kebanyakan orang, saat itu ia

masih bermur 23 tahun. Sebelum merantau ke Sumatera ini dulunya ia juga

merupakan anak dari seorang petani dan juga sering membantu kedua orang tuanya

dan bertani, setelah sampai di desa ini awalnya ia bingung ingin bekerja sebagai apa

dan awalnya ia hanya bekerja mengikuti temannnya. Namun setelah ia melihat bahwa

kondisi di desa ini mayoritasnya sebagai petani dan ia juga memiliki kemampuan

dalam bertani, kemudian ia mulai terjun lagi dalam bidang pertanian. Tak setelah itu

ia berkenalan S.H dan akhirnya menikah dan kemudian menetap di desa ini. Sejak

(55)

lain, namun sama seperti S. Spd ia juga menjabat sebagai salah satu kepala dusun dan

juga menjabat sebagai ketua kelompok tani.

Dari pernikahannya dengan S.H memiliki 4 orang anak dan tiga dari keempat

anaknya telah berumah tangga, jadi saat ini tanggungan M.I hanya tinggal 1 orang

saja yaitu anaknya yang paling kecil yang baru saja menamatkan pendidikan di

Sekolah Teknik Menengah dan saat ini sedang mencoba mencari-cari pekerjaan.

Menurut M.I penghasilan sebagai seorang petani bisa tidak cukup untuk menghidupi

keluarganya dulu, apalagi dulu petani-petani di desa ini hanya dapat panen sekali

dalam setahun karena sawah mereka adalah sawah tada hujan, namun ia beruntung

karena istrinya juga bekerja. Istrinya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar

di Binjai. Karena itu istrinya juga menopang perekonomian keluarganya. Saat ini M.I

memiliki 5 rante sawah dan ini ia kerjakan sendiri dan tidak ada yang disewakan ke

orang lain. Dalam pengerjaannya seperti petani yang lain, ia juga mengupahkanya

kepada buruh tani yaitu dalam pekerjaan menggemburkan tanah dan penanaman bibit.

tetapi dalam hal pemupukan dan juga pemanennya tetap dilakukankanya sendiri. Jika

tinggal menunggu panen seperti beberapa saat yang lalu, ia lebih banyak dirumah dan

hanya sebentar saja memeriksa sawahnya dalam sehari. Karena itu apabila ada rapat

dari kepala desa atau pertemuan-pertemuan bagi petani ia hampir selalu dapat

menghadirinya. Karena ia tidak mempunyai pekerjaan sampingan yang lain.

4.1.7.4 St

St adalah seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai petani dan

Gambar

Tabel 4.1.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo
Tabel 4.1.4  3. Jumlah Penduduk Desa Sambirejo Berdasarkan Mata
Tabel 4.1.4. 4.Keadaan Penduduk Desa Sambirejo menurut Agama
Tabel 4.1.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo
+6

Referensi

Dokumen terkait