• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis diberikan untuk kebaikkan dan kemajuan KPKNL(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Medan :

a. Menurut penulis pelaksanaan penghapusan Barang Milik Negara yang berada diKementerian/Lembaga KPKNL Medan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, khususnya pada pasal 53 yang menjelaskan mengenai alasan mengapa BMN perlu dilakukan tindakan penghapusan. Barang-barang yang diusulkan untuk dilakukan penghapusan memang merupakan barang-barang yang sudah tidak bermanfaat atau tidak layak untuk digunakan, baik karena barang tersebut rusak maupun barang

tersebut sudah produktif atau dalam kata lain sudah tidak canggih lagi. Pelaksanaan dari proses penghapusan barang tersebut sudah cukup baik dan sesuai dengan aturan yang ada, namun yang perlu menjadi catatan untuk lebih efektif dalam pelaksanaan penghapusan barang tersebut yakni perlu diadakannya sosialisasi terhadap pentingnya penghapusan BMN, mengingat penghapusan barang tersebut sangat penting untuk meminimalis biaya perawatan khususnya terhadap barang-barang yang sudah tidak layak digunakan. Para staf juga harus lebih memerhatikan barang-barang yang sudah dihanguskan atau di pemindahtangankan juga harus dihapuskan dari daftar inventaris BMN, agar tidak dikenakan biaya perawatan lagi.

b. Dalam praktek kadang kala rentang waktu antara terbitnya SK Penghapusan dengan terjualnya BMN yang dihapuskan bervariasi. Dalam satu situasi penjualan dapat dilakukan segera setelah terbitnya Surat Keputusan Penghapusan. Pada situasi lain rentang waktu terbitya SK Penghapusan dengan realisasi penjualan BMN tersebut panjang, sehingga timbul persoalan kapan BMN tersebut harus dikeluarkan dari daftar barang/pembukuan. Jika BMN sudah dikeluarkan dari daftar barang segera setelah menerima SK Penghapusan tapi BMN tersebut belum terjual, maka BMN tersebut sudah tidak tercatat dalam daftar tetapi fisik barangnya masih ada. Dengan sudah tidak tercatat dalam pembukuan maka BMN tersebut sudah tidak akan tersaji di laporan keuangan padahal fisik BMN tersebut masih ada. Penulis berpendapat bahwa penghapusan dari daftar barang lebih tepat jika dilakukan setelah BMN tersebut berhasil dijual.

10 BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 dimana kondisi perekonomian di Republik Indonesia belum stabil, pemerintah RI mengucurkan pinjaman dana untuk pengusaha kecil guna memperbaiki perekonomian pasca penjajahan. Pembuat kebijakan kala itu adalah Panitia Pemikir Siasat Ekonomi (yang didirikan oleh Muhammad Hatta pada tahun 1946).

Pembentukan P3N yang diganti dengan PUPN

Dana tersebut dalam perkembangannya menjadi kredit macet (tidak dapat dikembalikan pada waktunya) yang dapat membahayakan perekonomian negara kala itu. Diperparah dengan sistem penyelesaiaan perkara pada saat itu berdasarkan pasal 195 HIR tidak mampu melakukan fungsinya untuk menyelamatkan keuangan dan kekayaan negara maka berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kpts/Peperpu/0241/1958 tanggal 6 April 1958 dibentuk Panitia Penyelesaian Piutang Negara dengan cara Parate Eksekusi (wewenang mengeluarkan putusan dan produk hukum dalam hal P3N setara hakim, seperti surat paksa, sita, lelang, dan keputusan hukum lainnya tanpa harus meminta bantuan lembaga peradilan. Disebabkan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membatalkan peraturan dari Penguasa Perang, pada tanggal 14 Desember 1960 pemerintah menetapkan

11

Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) sebagai pengganti P3N.

Pembentukan BUPN

Tahun 1971 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 dibentuk Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) dengan tugas mengurus penyelesaian piutang negara, sedangkan PUPN yang merupakan panitia interdepartemental hanya menetapkan produk hukum dalam pengurusan piutang negara. Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 571/MK/IV/1976 tentang susunan organisasi dan tata kerja BUPN, dimana tugas pengurusan piutang negara dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas) BUPN.

Pembentukan BUPLN

Untuk mengatasi masalah kredit macet disertai agunan yang semakin banyak, diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991, Menteri Keuangan memutuskan bahwa tugas operasional pengurusan piutang negara dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N), sedangkan tugas operasional lelang dilakukan oleh Kantor Lelang Negara (KLN).

Pembentukan DJPLN

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tanggal 3 Januari 2001, BUPLN ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN).

Untuk menyesuaikan tugas dan fungsi pada kantor operasional, maka Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara (KP3N) dan Kantor Lelang Negara (KLN) dilebur menjadi satu dengan nama Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). penyatuan ini dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.01/2002 tanggal 2 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara dan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara.

Pembentukan DJKN

Pada tahun 2006 terjadi penataan organisasi di lingkungan Departemen Keuangan dimana fungsi Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang digabung dengan fungsi Pengelolaan Kekayaan Negara Direktorat Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara (PBM/KN) DJPb, sehingga Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia.

Dengan adanya perubahan organisasi tersebut, maka KP2LN berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan

tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Hal ini merupakan salah satu hasil Reformasi Birokrasi yaitu penyatuan fungsi-fungsi yang sejenis ke dalam satu unit Eselon I. Unit kerja Kantor Pusat DJKN terdiri dari 8 unit eselon II, yaitu: Sekretariat, Direktorat Barang Miliki Negara, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain, Direktorat Penilaian, Direktorat Kekayaan Negara dan Sistem Informasi, Direktorat Lelang, dan Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, DJKN juga mempunyai unit kerja vertikal yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 17 Kantor Wilayah dan 70 KPKNL (dari rencana 85 KPKNL).

Visi dan Misi KPKNL MEDAN 1. Visi

Menjadi lembaga pemerintah terbaik dalam melakukan pengurusan piutang dan lelang negara yang profesional, bertanggung jawab dan dibanggakan oleh masyarakat.

2. Misi a. Fiskal

b. Sosial Budaya

Meningkatkan kepatuhan/kesadaran para pengguna jasa Dirjen Piutang dan Lelang Negara.

c. Kelembagaan

Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa Dirjen Piutang dan Lelang Negara

Dengan tersusunnya laporan akuntabilitas KPKNL Medan diharapkan para pelaksana tugas KPKNL Medan dapat semakin terdorong dan termotivasi untuk meningkatkan kerja dengan demikian sasaran dan tujuan sebagaimana digariskan dalam visi dan misi dapat tercapai. Selain itu, diharapkan pula berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan akan dapat dievaluasi. Sehingga untuk pelaksanaan selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan mempunyai daerah wewenang sebagai berikut :

a. Medan

b. Binjai (saat ini belum dibuka) c. Pematang Siantar

d. Kisaran

e. Padang Sidempuan

KPKNL Medan adalah instansivertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah II DJKN Medan.

B. Struktur Organisasi KPKNL

Gambar 2.1Sumber : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan.

C. Susunan Organisasi KPKNL

Susunan organisasi pada KPKNL sebagaimana diatur dalam Pasal 32 PMK.102/PMK.01/2008 adalah sebagai berikut :

KEPALA KPKNL KEPALA SUBBAGIAN UMUM STAFF KEPALA SEKSI PKN KEPALA SEKSI PP KEPALA SEKSI PN KEPALA SEKSI PL KEPALA SEKSI HI

1. Kepala KPKNL

Setiap pemimpin suatu organisasi wajib mengawasi bawahannya apabila terjadi penyimpangan, maka diambil langkah-langkah yang diperlukan.Setiap pimpinan suatu organisasi dilingkungan KPKNL bertanggung jawab untuk memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing, memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.Pimpinan satuan organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta tanggung jawab kepada atasannya masing-masing dan menyampaikan laporan tepat pada waktunya.

Laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan memberikan petunjuk kepada bawahannya.

Pimpinan organisasi wajib menyerahkan laporan kepada kantor wilayah, dan Kepala Subbagian Tatausaha menampung laporan tersebut serta menyusun laporan berkala kantor wilayah.

2. Sub Bagian Umum

Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional, penyiapan bahan penyusunan rencana strategik dan laporan akuntabilitas, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan KPKNL.

3. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara (PKN)

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, bimbingan teknis, pengawasan dan pengendalian, penatausahaan dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara.

4. Seksi Pelayanan Penilaian (PP)

Mempunyai tugas melakukan penilaian yang meliputi identifikasi permasalahan, survei pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan metode penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan laporan penilaian untuk kepentingan penilaian kekayaan negar, sumber daya alam, real properti khusus dan usaha serta penilaian atas permintaan badan hukum pemerintah dan penilaian terhadap obyek-obyek penilaian yang diamanatkan oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.

5. Seksi Piutang Negara (PN)

Seksi Piutang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau jaminan hutang dan eksekusi barang jaminan, pertimbangan dan pemberian keringan hutang, pengusulan pencegahan, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, penyiapan bahan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan piutang negara serta penggalian potensi piutang negara.

6. Seksi Pelayanan Lelang (PL)

Mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen obyek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, pembuatan salinan, petikan dan grosse eisalah lelang, pelaksanaan superintendesi Pejabat Lelang serta pengawasan Balai Lelang dan pengawasan lelang pada Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero).

7. Seksi Hukum dan Informasi (HI)

Mempunyai tugas melakukan registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang negara, pencatatan surat permohonan lelang, penyajian informasi, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang, serta verifikasi penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang.

D. Kinerja Terkini

Kinerja terkini Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan yaitu sebagai pelayanan di bidang kekayangan negara dan penilaian sesuai peraturan Kementerian Keuangan. Dalam perkembangannya Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan mempunyai tugas dan fungsi yang ditetapkan dalam keputusan Menteri Keuangan No.445/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2003 adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan dan penetapan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau penjamin hutang serta kekayaan lain milik penanggung hutang. 3. Penyiapan bahan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan

piutang negara.

4. Pengusulan pencegahan, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, serta penyiapan bahan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan piutang negara.

5. Pelaksanaan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen objek lelang.

6. Penyiapan dan pelaksanaan lelang dan penyusunan verifikasi meminta risalah lelang.

7. Pelaksanaan penggalian potensi piutang dan lelang negara.

8. Pelaksanaan super intendensi kepada pejabat lelang swasta serta pengawasan balai lelang dan pengawasan pelaksanaan lelang oleh perum pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero). 9. Inventarisasi, registrasi, pengamanan, pendayagunaan, dan pemasaran

barang jaminan.

10. Pelaksanaan registrasi dan penata usahaan berkas kasus piutang negara, pencatatan surat permohonan lelang, dan penyajian informasi piutang negara dan lelang.

11. Pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan piutang negara dan lelang.

12. Verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang.

13. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan DJKN.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada suatu organisasi, baik organisasi swasta (private sector) maupun organisasi publik (public sector) memiliki aset yang merupakan aspek yang sangat penting untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan. Aset yang baik dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian tujuan organisasi demikian juga sebaliknya, aset yang kurang baik dapat berpengaruh negatif terhapat pencapaian tujuan organisasi.

Aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu yang memiliki nilai. Oleh karena itu pembahasan penulisan ini terkait dengan aset pada organisasi publik (public sector) yaitu pemerintah. Fungsi pemerintah disuatu negara sangatlah penting untuk kelangsungan kemajuan negara dengan didukungnya kejujuran dan adil untuk mensejahterakan masyarakatnya. Fungsi pemerintah yang diutarakan oleh (Salam:2002:33) pemerintah dibagi menjadi empat fungsi, yaitu :1) Fungsi besstur atau pemerintahan dalam arti sempit; 2) Fungsi preventive rechtszorg (pencegahan timbulnya pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib hukum dalam usahanya untuk memelihara tata tertib masyarakat); 3) Fungsi peradilan yaitu kekuasaan untuk menjalin keadilan di dalam negara; dan 4) Fungsi regeling yaitu kekuasaan untuk membuat peraturan-peraturan umum dalam negara.

Sesuai pendapat tersebut pada dasarnya fungsi pemerintah bertujuan terwujudnya kesejahteraan masyarakat yaitu jika ketertiban, keadilan dan

2

keamanan dimasyarakat bisa benar-benar terjadi. Maka pendefenisian pun perlu merujuk pada peraturan yang berlaku. Peraturan UU 1945 Amandemen ke IV, fungsi pemerintah yaitu mewujudkan cita-cita nagara yang termaktub dalam pembukaan alinea ke III, yaitu: melindungi seluruh bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintah di negera kita telah menetapkan definisi yang tegas tentang aset, yaitu sebagai berikut :

“Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam suatu uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya”.

Aset memiliki berbagai macam bentuk. Dalam akuntansi, aset dibedakan menjadi aset lancar (current assets) dan aset nonlancar (noncurrent assets). Adapun klasifikasi aset secara lebih detail dapat dilihat di Standar Akuntansi Pemerintah. Kerangka konseptual Akuntansi Pemerintah paragraf 62-67 telah secara ringkas menegaskan tentang klasifikasi aset sebagai berikut :

“Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar (current assets) dan aset nonlancar (noncurrent assets). Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12(dua belas) bulan sejak tanggal perolehan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kiteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar” (hppts.//biargaterkenalaja.files.wordpress.com/2014/10/manajemen-asset-bahan-depkeu).

Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang. Dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya dan kontruksi dalam pengerjaan.Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).

Organisasipublik wajib untuk bisa mengelola aset yang dimilikinya, tujuannya dari pengelolaan aset adalah untuk mengoptimalkan potensi pengadaan pelayanan dari aset yang bersangkutan, meminimalisasi resiko dan biaya, dan meningkatkan nilai positif modal alami dan sosial dalam siklus kehidupan suatu aset.

Dalam malaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara sudah diatur dalam Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.02/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara, tugas pokok Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) adalah melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang. Untuk itu penulis melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jl. P.Diponegoro Nomor 30 A Medan.

Pada pemerintahan, aset adalah barang yang di beli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah disebut Barang Milik Negara (BMN). Seperti yang diutarakan oleh (Halim:2014:23) Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi pemerintah untuk mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

Pengelolaan Aset Daerah mencakup lingkup perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Untuk berjalannya pengelolaan Barang Milik Negara perlu adanya manajemen gunanya untuk mengawasi pekerjaan yang sudah dimandatkan masyarakat kepada pemimpin negara. Manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerja orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif( Robbins And Coulter:2010:7).

Salah satu pengelolaan Aset daerah adalah penghapusan dan pemindahtanganan. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal Pemerintah. Untuk aset yang sudah lama dan tidak dapat digunakan secara optimal lagi oleh pemerintah daerah, aset tersebut dapat dilakukan penghapusan, selain itu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang diperoleh.

Jika Barang Milik Negara (BMN) tidak memiliki nilai ekonomis, rusak berat, atau hilang dapat dilakukan dengan tindakan penghapusan dari daftar aset daerah, untuk kriteria penghapusannya berdasarkan keputusan Kepala Daerah. Penghapusan BMN adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang berada dalam penguasaannya.

Barang Milik Negara merupakan aset, yang dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat akan dilaporkan dineraca. BMN berupa Persediaan merupakan aset yang dilaporkan sebagai kelompok Aset Lancar. Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan serta Aset Tetap Lainnya

Merupakan aset yang diklasifikasikan sebagai Aset Tetap. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Sementara itu Aset Tak Berwujud dan Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan akan dilaporkan sebagai Aset Lainnya dalam neraca.

Nilai Aset Tetap yang dilaporkan dineraca merupakan nilai historis/perolehan. Bagi pengguna informasi akuntansi, nila Aset Tetap ini akan digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan pemerintah. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan baik oleh pemerintah itu sendiri maupun oleh fihak-fihak yang berkepentingan. Jika BMN yang sudah rusak dan tidak digunakan lagi atau BMN yang sudah hilang tidak dihapuskan sehingga masih tetap dilaporkan dineraca, maka pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut tentu tidak tepat. Disamping itu BMN yang sudah rusak sebelum dihapuskan juga tetap harus diamankan baik secara fisik, administrasi maupun hukum, sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehubungan dengan itu, maka menghapus BMN yang sudah memenuhi persyaratan tertentu merupakan tindakan yang tetap.

BMN yang status penggunaannya berada pada suatu Pengguna Barang dapat dialihstatuskan ke Pengguna Barang Lainnya dengan mengikuti Prosedur yang diatur dalam Lampiran I PMK Nomor:96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. BMN ini harus dihapuskan dari Daftar Barang Kuasa Pengguna dan Daftar Barang Pengguna yang menatausahakan BMN (yang

mengalihstatuskan), karena BMN ini nantinya akan dicatat di Daftar Barang Kuasa Pengguna dan Daftar Barang Pengguna (Kementerian/Lembaga) yang menerima BMN tersebut.

Pemindahtanganan BMN merupakan pengalihan kepemilikan BMN sebagai tindak lanjut dari penghapusan BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal pemerintah. Jika suatu BMN dijual, maka BMN tersebut akan diserahkan kepada pembeli BMN setelah pembeli menyetorkan harga BMN yang bersangkutan tersebut ke Kas Negara. Penjualan BMN ini umumnya dilakukan secara lelang.

BMN yang tidak digunakan wajib menyerahkan BMN pada Kementerian/Lemabaga yang bersangkutan kepada pengelola barang, seperti yang sudah diatur dalam PMK 250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BMN yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi

Dokumen terkait