• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data, maka demi peningkatan dan perbaikan dalam proses belajar agama, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi TPA/TPQ

TPA/TPQ hendaknya mengupayakan untuk memberikan dan memperbaiki sarana serta fasilitas yang lebih baik lagi dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman demi menunjang proses belajar mengajar khususnya tentang ilmu agama. Karena dengan adanya sarana serta fasilitas yang representatif maka akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dengan begitu prestasi belajar ilmu agama dapat terus meningkat.

2. Bagi Tenaga Pendidik

Kepada tenaga pendidik diharapkan untuk selalu memperhatikan perkembangan para peserta didiknya, sehingga tenaga pendidik dapat mengetahui seberapa penting motivasi belajar harus diberikan kepada peserta didiknya. Sebagai tenaga pendidik maka harus berupaya memahami tentang cara memberikan motivasi yang baik dan benar serta terarah sehingga motivasi yang diberikan kepada para peserta didik dapat diterima dengan baik, karena motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran agama khususnya di TPA/TPQ.

3. Orang Tua dan Peserta Didik

Bagi orang tua peserta didik hendaknya mereka dapat meningkatkan perhatian, memberikan bimbingan arahan dan motivasi serta memantau putra-putrinya dalam belajar. Lalu untuk para peserta didik untuk lebih meningkatkan konsentrasi dan motivasi pada saat proses belajar mengajar, karena materi yang di sampaikan oleh pengajar perlu dicerna dan dipahami khususnya dalam belajar agama, karena pendidikan agama merupakan bekal hidup yang sangat penting untuk kehidupan sekarang maupun pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar

Antropologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

FIP-UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Cet.Kedua. Bandung : Grasindo.

Geertz, Cliffort. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : Kanisius.

Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik

Belajar, Memilih Jurusan, dan Menentukan Cita-cita. Jakarta : Puspa

Swadaya Nusantara.

Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta : Ghalia Indonesia. Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi

Historis. Yogyakarta : Titian Illahi Press.

Kahmad, Dadang. 2002. Sosiologi Agama. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta : PPM.

Lisnawati, Nusa Putra dan Santi. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan

Agama Islam Cet.Kedua. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Logos.

Razak, Nasruddin. tt. Dienul Islam. Bandung : PT. Al-Ma’arif.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suparta, Hery Noer Aly dan Munzier. 2000. Watak Pendidikan Islam.

Jakarta : Friska Agung Insani.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. —. 2003.Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Widiyanta, Ari. 2002. Sikap Terhadap Lingkungan Alam: Tinjauan Islam Dalam

Menyelesaikan Masalah Lingkungan. Sumatera Utara : Fakultas

LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara dengan Narasumber

1. Wawancara dengan : Ustad Rohim (Narasumber Pertama)

Status : Pengajar di TPA/TPQ Ar-Rahim

Waktu Wawancara : Sabtu, 24.05.14

Saya : “Assalamu’alaikum pak ustad”.

UR : “waalaikum salam, de”

Saya : “sebelumnya saya minta maaf pak ustad karena mengganggu

proses belajar mengajarnya” dengan sedikit tertawa kecil pak

ustad pun menjawab

UR : “ya, engga apa-apa ko’ de, lagian kan ada ibu Neneng yang

menggantikan sebentar”

Saya : “kalau begitu, saya berterima kasih atas waktunya ya pak ustad,

mau membantu saya buat nyelesain tugas observasi ini”

UR : “ya sama-sama, kita kan harus saling bantu membantu, apalagi

kan ade tetangga saya juga, masa saya ga mau ngebantu”

dengan sedikit senyuman.

Saya : “Hehe, iya pak ustad kalau begitu bisa kita mulai wawancaranya?”

UR : “oke kalau begitu, silakan mau mulai dari mana dulu”

Saya : “kita mulai dari pertanyaan yang mendasar dulu pak ustad”

“sejak kapan mulai berdiri dan beroperasinya TPA/TPQ Ar-Rahim ini, dan mengapa nama Ar-Rahim yang di pilih sebagai nama dari

TPA/TPQ pak ustad?”

UR : “kalau ditanya sejak kapan berdiri dan beroperasinya TPA/TPQ

ini, ya semenjak saya pindah di lingkungan ini de ya kurang lebih 3 tahun yang lalu, tapi ya saya sudah mulai mengajarkan anak-anak sejak di tempat tinggal saya yang lama dulu. Dan kenapa

nama Ar-Rahim yang dipilih” dengan sedikit tersenyum ia

berhubung nama saya Rohim, tetapi juga ada makna yang terkandung dari nama salah satu Asmaul Husna yang artinya Maha Penyayang ini. Bisa diartikan bahwa Allah akan menyayangi siapa pun yang ingin belajar ilmu pengetahuan terlebih dalam hal

agama” pangkasnya.

Saya : “wah berarti sudah cukup lama ya pak ustad, dan juga ternyata

nama yang di ambil untuk TPA/TPQ ini mempunyai makna yang

dalam jika kita bisa memaknainya.”

“lanjut kepertanyaan selanjutnya pak ustad”

“mengapa pak ustad mendirikan TPA/TPQ ini, apa tujuannya?”

UR : “ya mungkin karena panggilan hati ya de, terlebih anak-anak di jaman sekarang ini bila saya perhatikan lebih tertarik kepada teknologi yang mempunyai dampak negatif bila di salah gunakan walaupun dampak positifnya juga ada untuk menambah wawasan mereka, tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk membangun akhlak yang baik dan terpuji sejak usia dini dan juga agar menjadi benteng yang kokoh bagi kepribadian anak agar dapat menyaring semua hal-hal baru yang mereka ketahui, baik dan buruknya jadi tidak asal pilih saja. Apalagi pendidikan agama itu sangat penting

bagi umat muslim bila ditanamkan sejak usia dini.”

Saya : “lalu materi apa yang biasanya pak ustad ajarkan?”

UR : “kalau materi yang saya berikan biasanya hal-hal yang bersangkutan dengan akhlak-akhlak yang baik, mengenal

hukum-hukum tajwid dan bacaan Al-Qur’an, ya terkadang tentang sejarah

Islam, intinya si materi yang mudah di cerna dan di pahami oleh anak-anak usia dini, soalnya kalau di kasih materi yang terlalu dalam, malah mereka bingung tapi ya sedikit di senggol lah

istilahnya untuk materi-materi yang seperti itu.”

Saya : “terus mengenai media yang biasanya di gunakan apa saja pak?”

UR : “ya seperti yang ade lihat, sederhana sekali media yang saya

beberapa buku panduan yang mendukung dan kitab suci

Al-Qur’an yang saya jadikan pedoman.”

Saya : “kalau metode pembelajaran yang biasa di terapkan biasanya

seperti apa pak?”

UR : “yang paling sering si menggunakan metode ceramah dan tanya

jawab, terkadang kita buat permainan, seperti kuis yang dapat

menyemangatkan anak-anak dalam belajar.”

Saya : “lalu evaluasi apa yang pak ustad terapkan untuk lebih

meningkatkan kemampuan anak didik pak ustad?”

UR : “evaluasi yang biasanya saya terapkan ya seperti yang ade lihat

sekarang, saya memberikan tugas menghafal surat-surat pendek atau PR tertulis, dari situ saya bisa lihat apakah ada peningkatan

belajar dari anak didik saya atau tidak.”

Saya : “lalu pak, mengenai tenaga pendidik di sini bagaimana?”

UR : “ya saya salah satu tenaga pendidik di sini bersama dengan istri

saya, kita saling bantu aja.”

Saya : “dan untuk jadwal pembelajarannya bagaimana pak?”

UR : “untuk jadwal sih, saya menerapkan 2 jam pembelajaran pagi dan

sore, kalau pagi itu biasanya hanya istri saya saja yang mengajar karena saya kerja paling untuk hari-hari tertentu saya bisa mengajar pagi juga, dan untuk kelas yang sore saya dan istri saya yang mengajar walaupun hanya 2 jam pembelajaran setiap harinya, saya kira cukup membantu untuk anak-anak dalam

belajar agama.”

Saya : “dan untuk pertanyaan yang terakhir pak, bagaimana suasana

belajar di sini?”

UR : “ya seperti inilah suasananya, kadang suka sedikit berisk, maklum

lah namanya juga anak-anak. Tapi sebisa mungkin saya dan istri saya membangun suasana yang nyaman untuk mereka biar ga

ada unsur pemaksaan dan keterpaksaan.”

Saya : “baiklah kalau begitu pak, saya kira cukup wawancara kita hari ini,

pak ustad yang mau meluangkannya untuk saya walaupun proses

pembelajaran sedikit terganggu”

“ya jika di perkenankan untuk beberapa hari ke depan saya akan

datang lagi kemari untuk pengamatan lebih lanjut di TPA/TPQ

Ar-Rahim ini.”

UR : “ya sama-sama de, terima kasih juga ade mau menjadikan

TPA/TPQ ini sebagai bahan observasinya.”

Saya : “silakan pak di lanjut lagi proses mengajarnya”

16.45 : Saya dan ustad Rohim pun mengakhiri proses wawancara di hari

pertama, dan ustad Rohim pun kembali meneruskan proses pembelajaran di mana hafalan yang tadi di lakukan anak-anak didiknya sudah selesai. Dan untuk selanjutnya ustad Rohim pun menjelaskan kandungan makna dari surat Al-Insyirah.

2. Wawancara dengan : Fachri Zulfikar (Narasumber Kedua) Status : Peserta Didik di TPA/TPQ Ar-Rahim Waktu Wawancara : Minggu, 25.05.14

Saya : “de, udah ngumpulin tugasnya belum?” tanya saya seraya

memulai percakapan.

Fachri : “udah atuh a’” jawabnya dengan pasti.

Saya : “emangnya PR apaan si?”

Fachri : “disuruh menuliskan nama-nama Asmaul Husna, 20 nama”

Saya : “gimana, susah ga PRnya?”

Fachri : “engga si, kan udah dipelajari kemarin-kemarin”

Saya : “nah, kalo gitu aa’ mau tanya nih”

“gimana si rasanya belajar di TPA/TPQ ini de?”

Fachri : “ya enak a’ banyak temennya, gurunya juga baik lagi sering cerita

-cerita gitu”

Saya : “oh begitu ya, terus semenjak belajar agama di sini ade bisa apa

aja nih?”

Saya : “ya bagus dong biarpun masih Iqra, tapi udah kenal huruf-huruf

hijaiyahnya kan?”

Fachri : “ya udah, tapi kadang suka lupa juga”

Saya : “kenapa bisa begitu?”

Fachri : “abis hurufnya banyak yang mirip, apalagi yang ada titik-titiknya,

terus kalo hurufnya di sambung, suka salah bacanya”

Saya : “ya nanti juga terbiasa, aa’ waktu kecil juga begitu suka salah

bacanya, karna belum terbiasa”

“nah terus, kalo belajar di sini apa si kesusahannya/hambatannya de?”

Fachri : “ya itu tadi, masih suka salah-salah baca huruf hijaiyahnya, sama

kadang kalo lagi males, belajarnya engga bisa masuk ke otak,

entar suka lupa lagi a’”

Saya : “terus apalagi?”

Fachri : “ya kadang suka becanda pas belajarnya, nanti pas ditanya g atau

deh mau jawab apa”

Saya : “makanya jangan suka becanda kalo lagi belajar”

“nah, kalo gurunya disini gimana de?”

Fachri : “ya baik-baik a’ apalagi bu Neneng yang ga pernah marah kalo

ngajarnya, tapi suka nasehatin aja kalo ada yang ngobrol a’”

Saya : “oh begitu, tapi enak ya belajar disini suasananya?”

Fachri : “iya atuh a’ enak kan banyak temennya”

Saya : “ya sudah kalo gitu, terusin belajarnya lagi bu Neneng udahan

meriksa tugasnya tuh”

3. Wawancara dengan : Ibu/Teh Mia (Narasumber Ketiga)

Status : Orang Tua Peserta Didik di TPA/TPQ Ar-Rahim Waktu Wawancara : Minggu, 25.05.14

Saya : “eh teh Mia, lagi nungguin Farel ya?” Farel adalah anaknya.

TM : “iya za, Reza lagi ngapain?”

Saya : “biasa, ceritanya mah lagi pengamatan ini buat tugas kuliah teh”

Saya : “Hehe, ya begitulah sekali-sekali di kunjungin mahasiswa”

“gin ini teh, saya mau tanya-tanya sedikit, istilahnya wawancara

lah buat jadi bahan penelitian”

TM : “udah kaya artis aja di wawancara, oke dah silakan aja mau tanya apaan nih?”

Saya : “kalo gitu biar mempersingkat waktu, kita langsung mulai aja ya

wawancaranya teh”

“sejak kapan teteh memasukkan anaknya ke TPA/TPQ ini?”

TM : “ya kurang lebih setahunan lah, belum lama juga si”

Saya : “apa alasan teteh memasukkan anaknya ke TPA/TPQ ini, apakah

untuk memperdalam ilmu agama anak teteh sejak usia dini?”

TM : “bener itu, kan belajar agama itu penting apalagi diajarkannya

sejak usia dini, kan bisa jadi modal buat kedepannya”

Saya : “emangnya kenapa si teh anak harus belajar agama sejak usia

dini?”

TM : “ya harus atuh, soalnya jaman kan semakin canggih dan modern,

terus pergaulan semakin bebas aja dilihat dari anak remaja kebanyakan sekarang. Makanya buat menghadapi jaman yang semakin modern ini, anak harus kita bekali dengan pengetahuan

tentang agama agar ga ke lewat batas”

Saya : “ya emang si itu penting banget, apalagi belajar agama sejak usia

dini juga kan perintah Rasul ya teh”

TM : “nah itu tau, Rasul aja nyuruh, masa teteh sebagai orang tua engga nyuruhin anaknya belajar agama si”

Saya : “betul-betul, terus teh biasanya hambatan apa si yang teteh alami

kalo nyuruh anaknya buat belajar agama?”

TM : “ya paling kalo si Farelnya lagi males, kan kaya sekarang nih dia

masuk pagi belajarnya, kadang susah dibangunin, kalo engga di rayu mah suka susah di suruh masuk ngajinya. Terusnya lagi kalo ada PR gitu, kalo ga ditanya ada PR apa engga dia mah suka

Saya : “tapi setelah belajar di TPA/TPQ ini ada peningkatan kan dalam hal belajar agamanya teh?”

TM : “kalo peningkatan maha ada lah pastinya”

Saya : “misalnya kaya gimana tuh?”

TM : “ya kaya udah bisa ngaji, biar kadang suka terbata-bata bacanya,

seperti bisa wudhu dengan benar dan lainnya”

Saya : “berarti belajar agama di sini bermanfaat juga ya teh buat

anaknya”

“kalo begitu saya kira cukup teh wawancaranya, udah ada sedikit

tambahan informasi dari teteh selaku orang tua murid”

TM : “eh kirain masih banyak kali yang di tanya, ya sama-sama deh

kalo gitu ya, semoga bermanfaat wawancara sama teteh”

Saya : “ya insya allah teh, kalo gitu saya ke dalam lagi mau nerusin

pengamatannya.”

4. Wawancara dengan : Hadamar Badruttamam (Narasumber Keempat) Status : Peserta Didik di TPA/TPQ Ar-Rahim

Waktu Wawancara : Minggu, 25.05.14

Saya : “Damar, jangan pulang dulu, aa’ mau tanya-tanya sedikit”

Damar : “mau tanya apaan emganya a’?”

Saya : “inibuat tugas kuliah”

“langsung aja ya di wawancaranya, pengena cepet pulang kan?”

Damar : “iya iya, jangan lama-lama tapinya”

Saya : “oke deh”

“Damar mulai kapan belajar agama di TPA/TPQ ini?”

Damar : “udah lama juga si, tapi lupa pokonya pas kelas 4 SDlah”

Saya : “berarti udah hampir 2 tahunan ya?” saat itu Damar sudah

menginjak kelas 6 sekolah dasar.

Damar : “ya segitu lah a’”

Saya : “sekarang Damar udah ngaji apa, masih Iqra atau Al-Qur’an?”

Damar : “udah Al-Qur’an a’ belum lama habis selesai Juz Amma”

Damar : “ya lumayan lah, tapi masih suka macet-macet gitu ngajinya”

Saya : “nanti juga terbiasa, kalo di baca setiap hari pasti lancar deh

ngajinya”

“oiya, tadi gimana belajarnya tentang Asmaul Husna?”

Damar : “asik si tadi belajarnya jadi tau sedikit-sedikit nama Asmaul Husna

a’, tapi belum semuanya tau sih, Hehe”

Saya : “bagus deh kalo asik berarti seneng ya belajar agama di sini?”

Damar : “seneng atuh, kan banyak temennya, gurunya baik terus deket lagi

dari rumah”

Saya : “tapi dari tadi aa’ perhatiin Damar suka bercanda ya pas bu

Neneng lagi nerangin?”

Damar : “emng aa’ ngeliat ya damar bercanda, ya abis temen sebelah

Damar yang ngajakin bercanda”

Saya : “ngerti kaga tuh apa yang dijelasi sama bu Neneng pas tadi Dmar

bercanda?”

Damar : “Hehe, engga si, jadi ketinggalan deh pelajarannya”

Saya : “makanya jangan suka bercanda kalo bu Neneng lagi nerangin ya”

Damar : “iya a’, kalo bisa ya, haha”

Saya : “biasanyaDamar paling susah belajar disini kalau gimana si?”

Damar : “paling kalo lagi males, kalo engga pas temen sebelah ngajakin

bercanda, jadi ga bisa ngerti deh apa yang dijelasi bu Neneng”

Saya : “terus kalo cara guru disini ngajarnya gimana?”

Damar : “enak si ngajarnya, suka cerita-cerita sejarah Islam gitu a’, nah

yang paling seru kalo bu Neneng ngadain kuis di jam pelajaran. Terunya lagi kalo pas ngaji juga kalo salah bacanya ga di omelin,

malah di bantuin a’”

Saya : “okedeh kalo gitu, makasih ya Damar udah mau aa’ wawancarai”

Damar : “sama-sama a’”

5. Wawancara dengan : Bu Neneng (Narasumber Kelima)

Status : Pengajar di TPA/TPQ Ar-Rahim

Saya : “permisi bu Neneng, bisa minta waktunya sebentar?”

BN : “oh iya, bisa, bisa”

Saya : “ini bu mau mewawancarai ibu, selaku tenaga pendidik di

TPA/TPQ Ar-Rahim ini, ibu lagi ga repot kan?”

BN : “iya silakan, kebetulan saya lagi ga repot de”

Saya : “saya kira bisa langsung di mulai ya bu wawancaranya?”

BN : “baik, bisa dimulai sekarang”

Saya : “iya langsung ke pertanyaannya bu”

“sejak kapan ibu mulai mengajar di TPA/TPQ ini?”

BN : “sejak ibu sama suami ibu mendirikan TPA/TPQ ini pastinya, kurang lebih 3 tahun lalu”

Saya : “kenapa ibu mau menyempatkan waktu untuk mengajar di sini?”

“bukankan ibu juga punya kesibukan lain?”

BN : “ya, memang sudah tuntutan hati de, ditambah sekalian bantu suami kalau dia sedang tidak bisa mengajar”

“kalau kesibukan lain, ya seperti ibu rumah tangga lainnya, mengurus anak dan mengurus suami”

Saya : “lalu apa tujuan ibu menjadi pengajar di sini?”

BN : “selain ingin bantu suami, ibu juga punya misi khusus yaitu ingin

sekali memberikan ilmu pengetahuan khususnya agama kepada

orang-orang di sekitar saya de”

Saya : “sangat mulia sekali ya bu”

“nah bu, selama ibu mengajar di TPA/TPQ ini biasanya hambatan atau masalah apa si yang ibu temukan dalam proses

pembelajaran di sini?”

BN : “kalau masalahnya si paling dari sarana yang ada di sini masih

sangat sederhana, jadi kadang ibu suka bingung harus mengajar dengan metode apa agar anak-anak lebih termotivasi lagi dalam proses pembelajaran, dan ya dari anak-anaknya sendiri kalau lagi

ga semangat belajar kadang susah sekali di aturnya”

Saya : “lalu mengenai tantangan yang ibu temui dalam proses

BN : “kalau tantangan ya di sini kan kebanyakan usia murid-muridnya masih di bawah 10 tahun hanya beberapa yang di atas 10 tahun, jadi jiwa bermain mereka tuh masih sangat tinggi, di sini lah tantangan yang harus saya jawab, yaitu bagaimana mengarahkan mereka dengan proses pembelajaran yang santai agar mereka

tidak merasa tegang”

Saya : “terus bu, adakah perubahan perilaku dari anak-anak murid ibu

setelah mengikuti proses pembelajaran di sini?”

BN : “kalau perubahan perilaku pastinya ada ya de, misalkan saya

membiasakan mereka agar selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain, dan di sini mereka menerapkannya

bagaimana menjadi anak yang sopan dan berakhlak baik”

Saya : “untuk pertanyaan yang terakhir bu, apa manfaat yang di rasakan

anak-anak yang belajar di TPA/TPQ ini?”

BN : “manfaat yang saya lihat dari anak-anak murid di sini pastinya pengetahuan mereka tentang ilmu agama bertambah ya de, yang dulunya belum tahu cara berwudhu yang benar sekarang sudah bisa melakukannya dengan benar, yang dulunya tidak bisa mengaji, sekarang sedikit demi sedikit mereka bisa mengaji

walaupun kadang masih terbata-bata”

Saya : “oh begitu ya bu, jadi intinya belajar agama itu sangat penting ya”

“kalau begitu kita akhiri wawancara ini”

“sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih atas informasi dan saya diperkenankan untuk melakukan pengamatan di TPA/TPQ Ar-Rahim ini, dan juga tolong sampaikan kepada ustad

Rohim, saya mengucapkan terima kasih bu”

BN : “oh iya de, sama-sama ibu juga mengucapkan banyak terima kasih kepada ade karena sudah mau menyempatkan waktunya

untuk main dan bersilaturahmi di TPA/TPQ yang sederhana ini”

Saya : “kalau begitu saya pamit pulang dulu bu”

“assalamu’alaikum”

Dalam dokumen PROSES BELAJAR AGAMA DI TPA TPQ PROGRAM (Halaman 43-54)

Dokumen terkait