• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6.2. Saran

Bagian ini akan dijelaskan tentang kelebihan dan kekurangan selama kegia-tan Kerja Praktik berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi tentang daftar referensi yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan Kerja Praktik, bisa berupa buku, koran, majalah, e-book dan lain-lain.

STIKOM

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Jenis Program Televisi

Morning Tea adalah salah satu program acara BBS TV Surabaya. Menurut Edwi Arief dalam situsnya, bahwa Morning Tea dapat dikatakan sebuah program acara televisi karena Morning Tea menampilkan suatu hal yang disiarkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audience (http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/DASBRO_10.pdf). Program televisi juga dapat digolongkan menjadi beberapa jenis program yang dapat mewakili karakter yang menunjukkan segmentasi dari program televisi tersebut.

Edwi mengungkapkan, program televisi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu program informasi dan program hiburan, masing-masing program televisi memiliki definisi yang berbeda. Program informasi adalah sebagai bentuk siaran yang memberikan informasi penting yang disiarkan dan bersifat mudah basi sehingga perlu disiarkan secepatnya. Sedangkan program hiburan adalah siaran yang memiliki tujuan untuk menghibur audience melalui berbagai bentuk dan tidak semua harus disiarkan secara langsung.

Dari pengertian di atas maka, Program Morning Tea tersebut masuk dalam jenis program hiburan karena menyambungkan konsep dari alur cerita dan talkshow pembawaan dari presenter dan nara sumber. Sedangkan program hiburanpun masih dibagi menjadi empat jenis, seperti:

STIKOM

1. Permainan: suatu program pertunjukan yang mengikutsertakan sejumlah orang secara individu maupun kelompok untuk bersaing mendapatkan sesuatu yang disediakan dari program teersebut.

2. Drama: suatu program pertunjukan yang menunjukkan cerita kehidupan atau karakter satu atau beberapa tokoh yang diperankan oleh artis yang melibatkan suatu konflik dan emosi sebagai bumbu cerita. Di dalam dramapun masih dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Sinetron dan film.

3. Pertunjukan: suatu program yang menampilkan kemampuan khusus dari seorang individu atau kelompok di suatu lokasi.

4. Musik: suatu program pertunjukan yang memperlihatkan kemampuan seorang individu atau kelompok pada suatu lokasi dalam bermusik yang dikemas secara apik sehingga menarik perhatian dari penontonnya.

Dari berbagai jenis penggolongan jenis program televisi yang telah dijelaskan tersebut, maka program Morning Tea termasuk dalam kategori pertunjukkan.

2.1.1 Teknik Produksi Studio

Dalam suatu produksi pada program televisi terdapat pola penyiaran yang berbeda tergantung pada tiap-tiap jenis dan konsep dari program televisi tersebut. Dalam buku yang berjudul Dasar-dasar Produksi Televisi dalam karya Andi Fachruddin menjelaskan dalam program televisi terdapat dua jenis teknik dalam produksinya, yaitu:

1. Live, yang biasa disebut on air sebagai program yang disiarkan secara langsung, merupakan tahapan akhir dari proses produksi penyiarannya.

STIKOM

10

Biasanya progam yang disiarkan secara langsung adalah program berita,

talkshow, upacara kenegaraan, olahraga dan lain-lain.

2. Taping, yang dapat juga disebut sebagai proses produksi yang berlangsung tanpa henti hingga di akhir program acara. Taping sama dengan teknik live, hanya saja sebelum ditayangkan akan melalui pasca produksi terlebih dahulu, yaitu editing dalam beberapa hal khusus (insert edit) dan akan ditayangkan sesegera mungkin di lain waktu (2012: 25).

2.2 Sistem EFP

2.2.1 Pengertian Sistem EFP

Teknik produksi pada suatu program acara khususnya program TV Morning Tea di BBS TV Surabaya, menggunakan teknik pengambilan gambar sistem EFP, sistem EFP ini termasuk dalam teknik multi camera. Multi camera

adalah perekaman suatu gambar atau adegan yang terdapat di dalam suatu cerita dengan menggunakan lebih dari satu kamera, dan digunakan secara bersamaan dimana semuanya terhubung dalam satu sistem atau pusat kontrol, yaitu sistem EFP (Electronic Field Production) (al-Firdaus, 2010: 75).

Penggunaan teknik multi camera pada program Morning Tea dikarenakan jumlah pemain lebih dari satu dan adegan serta percakapan yang ada di dalamnya tidaklah diatur untuk sesuai secara akurat pada script yang telah diberikan, melainkan murni berasal dari ekspresi dan improvisasi pemain dalam pengembangan serta pendalaman dari script yang didapatkan oleh masing-masing pemain. Oleh karena itu menurut Naratama Rukmananda proses pengambilan

STIKOM

gambar menggunakan teknik multi camera agar gambar yang dihasilkan tersebut merupakan pengambilan dari berbagai sudut pandang kamera yang bervariasi dan menarik sehingga pesan tersampaikan pada audience dengan baik.

Teknik produksi dengan multi camera ini dibagi menjadi dua sistem yaitu sistem ENG (Electronic News Gathering) dan EFP (Electronic Field Pro-duction), menurut Fajar Setiawan. Sistem EFP (Electronic Field Production) adalah sebuah sistem berupa gabungan dari beberapa alat seperti, Video Tape Recorder, Mixer Video, Communicator, dan lain-lain menjadi satu alat yang memiliki fungsi sebagai switcher atau pemilih gambar dari berbagai sudut pandang kamera pada sebuah produksi suatu program. Dalam sistem produksinya Morning Tea menggunakan kamera jenis ENG (Electronic News Gathering) untuk media pengambilan gambarnya yang kemudian ditransfer ke dalam EFP melalui VTR (Video Tape Recorder) karena program yang diproduksi adalah program studio atau indoor.

2.2.2 Kamera

Sebagai media dalam pengambilan gambar pada program Morning Tea memiliki penempatan posisi kamera yang berbeda. Dalam Program acara Morning Teaa menggunakan Tiga kamera sebagai media dan teknik dari pengambilan gambar yang akan dihubungkan pada sistem EFP dengan posisi kamera sebagai berikut:

1. Kamera 1: digunakan untuk mengambil insert atau posisi dari presenter atau narasumber yang berada pada sisi kanan frame.

STIKOM

12

2. Kamera 2 / kamera promter: digunakan sebagai master untuk mengambil keseluruhan gambar atau full shot, selain itu kamera pronter ini digunakan untuk presenter membaca lintas berita pagi sebelum memasuki segment talkshow.

3. Kamera 3: digunakan untuk mengambil presenter atau narasumber yang berada pada sisi kiri frame.

Agar lebih jelas mengenai posisi kamera pada program Morning Tea saat menggunakan multiple camera, maka akan dijelaskan melalui gambar 2.1 ini:

Gambar 2.1 Posisi Kamera Pada Program Acara Morning Tea

Dalam posisi kamera seperti di atas kamera 1 dan kamera 3 ini sering kali disebut dengan istilah cross shot, yaitu pengambilan gamabar dengan cara penyilangan lokasi gambar dari posisi kamera yang berseberangan. Sedangkan insert yang dimaksudkan dalam pengambilan gambar adalah mengenai tipe shot

yang berbeda, ekspresi, situasi inframe, out of frame, properti yang digunakan, dan lain-lain.

Sebagai pendukung penempatan posisi kamera, dalam produksi juga harus memperhatikan beberapa teknik dalam pengambilan gambar:

Presenter nar asu mer 1 2 3

STIKOM

SURABAYA

1. Shot Size (Ukuran Gambar)

Dalam setiap pengambilan gambar perlu memperhatikan shot size. Agar gambar terasa lebih dinamis dan menarik untuk dilihat masyarakat, sehingga memerlukan variasi shot size dari berbagai angle.

Ukuran shot size: a. Long Shot

Gambar 2.2 Long Shot

Keterangan: Long Shot adalah memperlihatkan kepala hingga kaki obyek.

b. Medium Shot

Gambar 2.3 Medium Close Up

Keterangan: Medium Shot adalah gambar yang memperlihatkan kepala hingga perut dari obyek.

STIKOM

14

c. Two Shot

Gambar 2.4 Two Shot

Keterangan: Two Shot adalah pengambilan gambar untuk dua obyek dalam satu frame.

2. Komposisi Gambar

Susunan obyek visual secara keseluruhan pada bidang gambar, agar gambar dapat berbicara dengan sendirinya melalui gambar yang diambil merupakan satu-kesatuan dari komposisi gambar. Ada beberapa untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya Looking space dan Walking space, Head Room, out dan in of, potongan gambar, Rule of Thirds, Aturan Sepertiga.

Walking Space dan Looking Space merupakan saat pengambilan obyek pada visual yang sedang berjalan, maka perlu juga memperhatikan ruang dimana obyek tersebut menghadap. Head Room adalah komposisi pada bagian atas kepala dari obyek, hal ini perlu diperhatikan agar mendapatkan sisi estetika yang pas dan enak unttuk dilihat. In dan Out of adalah komposisi yang menunjukkan jika obyek

STIKOM

tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera. Potongan gambar perlu juga diperhatikan sehingga tidak memotong gambar pada persendian atau bagian yang penting, agar gambar tidak seakan dipenggal. Rule of Thirds merupakan acuan dalam membuat komposisi, komposisinya dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga bagian adalah teknik dalam penempatan objek menjadi fokus, berada diantara salah satu dari 3 bagian yang ada.

3. Pergerakan Kamera

Dalam pengambilan gambar, pergerakan dari kamera juga penting sebagi penunjang penampilan gambarnya. Beberapa pergerakan kamera yang banyak dikenal antara lain: Tilting (gerakan dari atas kebawah atau sebaliknya), Panning

(pergerakan dari kiri ke kanan), Tracking (pergerakan maju dan mundur yang diikuti oleh badan kamera), Zooming (memperbesar atau memperkecil ukuran gambar tetapi background tetap statis),.

2.2.3 Tujuan Penggunaan Sistem EFP

Pengambilan gambar melalui sistem EFP pada program acara Morning Tea dikarenakan memiliki tujuan, sebagai berikut:

1. Memudahkan PD dan proses editing di pasca produksi. 2. Sebagai sarana editing di tempat.

3. Mempercepat proes editing.

4. Agar gambar yang dihasilkan lebih dinamis.

STIKOM

16

2.2.4 Teknis Pengambilan Gambar

Menurut Fajar Setiawan, teknik yang perlu diperhatikan saat pengambilan gambar menggunakan sistem EFP pada program Morning Tea tidak jauh berbeda dengan program acara lainnya, seperti:

1. Berdasar siapa yang sedang melakukan ekspresi atau dialog.

2. Berdasar moment yang dipilih untuk melakukan pergantian shot satu dengan lainnya.

3. Dalam pergantian frame juga harus memperhatikan proses cutting frame pada

switcher, yaitu dari master-insert-insert-insert-master untuk menghasilkan gambar yang dinamis dan enak dilihat.

2.3 Produksi Program Televisi

Menurut Wibowo dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi mempunyai pengertian bahwa dalam memproduksi program televisi seorang produser dihadapkan pada 5 hal yang memerlukan pemikiran mendalam yakni sarana produksi, materi produksi, biaya produksi (Financial), Organisasi pelaksana produksi dan tahapan pelaksanaan produksi.

1. Sarana Produksi

Sarana menjadikan penunjang terwujudnya sebuah ide untuk menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Hasil produksi yang bagus memerperlukan kualitas alat standar yang dapat menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Ada tiga perlengkapan yang diperlukan saat atau sebagai alat produksi, yaitu perekam gambar, peralatan perekam suara, dan pencahayaan.

STIKOM

2. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Seorang produser profesional dapat dengan cepat mengetahui tentang apakah materi atau bahan yang akan digunakannya akan menjadi materi yang baik atau tidak. Seorang produser saat berhadapan dengan suatu karya cipta seperti musik, atau lukisan, gagasannya mulai tergerak. Berawal dari hal-hal seperti itulah mulai muncul ide atau tema yang kemudian diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu treatment pada setiap program berbeda-beda. Dari treatment akan diciptakan sebuah naskah atau script dan langsung dilaksanakan produksi program. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang berkualitas atau baik.

3. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi melibatkan banyak orang misalnya crew, artis, dan fungsionaris. Polisi aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksa-nakan dan pejabat bersangkut paut dengan masalah perijinan. Sehingga memerlukan suatu organisasi pelaksanaan produksi yang tersusun rapi. Dalam hal ini produser dibantu oleh production manager, ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi. Produser pelaksana membawahi bendahara yang mengatur keuangan. Lalu ada sekretaris yang bertugas dan berhubungan dengan surat menyurat, kontrak dan perijinan. Tanggung jawab pelaksanaan dari organisasi yang bersifat dilapangan dipikul oleh bagian yang disebut unit

STIKOM

18

manager. Bidang yang langsung dibawah oleh unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi dan akomodasi. Properti, kostum dan make-up.

4. Biaya Produksi

Dalam sebuah produksi program tentunya diperlukan perencanaan biaya untuk menunjang jalannya sebuah produksi. Oleh karena itu, biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan yaitu financial oriented dan quality oriented. a. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi budget semacam ini biasanya prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun finansial. b. Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntunan tuntunan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi, missal tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, konsumsi yang tidak terlalu mewah, dsb.

STIKOM

19 BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

3.1 Metode Penelitian

Multimedia memiliki cakupan sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, sehinggadiharapkan dapat menjadi dasar dan sumber dalam penyusunan laporan.

Diharapkan dengan menggunakan metode kualitatif penelitian ini dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif, seperti hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman video, gambar, dan lain-lainnya.

Metode penelitan kualitatif ini memerlukan kedekatan dengan orang-orang yang ahli dalam bidangnya, agar mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai keadaan dan kenyataan di lapangan.

Beberapa teknik pengambilan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah:

1. Observasi

Metode observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yaitu sistem EFP (Electronic Field

Production) dan teknik pengolahan videonya dalam periode dua bulan dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang cara pengambilan gambarnya dan hal-hal penting yang yang berkaitan dengan sistem EFP

STIKOM

20

(Electronic Field Production) dan teknik pengolahan video pada periode tersebut.

2. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah suatu metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada beberapa seorang responden mengenai topik yang akan dibahas dengan bercakap-cakap secara tatap muka, karena itu metode ini memerlukan kedekatan kepada narasumber agar mendapatkan hasil sesuai dengan seperti yang diharapkan.

Metode wawancara ini dilakukan oleh penulis guna mencari informasi mengenai dunia pertelevisian, pengoperasian alat-alat di studio dan alat apa saja yang diperlukan untuk sebuah penyiaran dari beberapa narasumber: 1. Bapak Firman, beliau adalah salah satu pemegang Master Control Room

yang membantu menjelaskan masing-masing Control Panel, seperti

Mixer, Switcher, dan lain-lainnya sebelum program acara disiarkan di televisi.

2. Bapak Reza, beliau merupakan producer dan PD (Program Director)

dalam program acara Morning Tea yang banyak membantu tentang bagaimana pemindahan posisi kamera yang benar juga membimbing bagaimana mengoperasikan CG (character generator).

3. Bapak Setiawan, merupakan salah editor pada divisi produksi BBS Tv Surabaya. Beliau banyak menjelaskan bagaimana mengedit program acara lintas berita maupun acara talkshow yang masing-masing memiliki

STIKOM

perbedaan pada segi editingnya, selain itu karena tidak semua gambar layak untuk ditayangkan.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari referensi, literatur atau bahan-bahan teori yang diperlukan dari berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan penyusunan laporan.

Studi pustaka dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui internet, mencari buku-buku yang membahas penyiaran televisi, serta buku-buku tentang kamera.

3.2 Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan membaca beberapa sumber (hasil-hasil metode penelitian) yang masih bersifat acak, kemudian dipelajari, dan dipahami secara signifikan. Langkah selanjutnya adalah mengurutkan, mengukur, mengkategorikan, dan mengumpulkannya menjadi satu sekumpulan informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dari hasil wawancara dan dokumentasi. Setelah ditarik kesimpulan, hasil wawan cara dan dokumentasi akan dianalisis ulang agar dapat mudah dipahami, dan dilanjutkan dengan pencatatan, pengertian serta penyutingan yang kemudian dikelompokkan kedalam ciri-ciri yang sama lalu dibuatlah satu kesimpulan. Jika masih terdapat data penting dan belum dimasukkan, maka prosesnya diulang kembali mulai dari pengumpulan

STIKOM

22

data, pemeriksaan data, dan seterusnya. Hal ini merupakan proses yang bersamaan dari satu tahap ke tahap lainnya.

3.3 Metode Peracancangan Karya

Program Morning Tea yang akan ditayangkan merupakan program hiburan yang memadukan antara acara talkshow dan lintas berita yang telah me-lalui berbagai proses produksi sehingga dianggap layak untuk disiarkan atau dipu-blikasikan oleh stasiun televisi dan dinikmati oleh masyarakat.

Salah satu proses produksi yang paling penting adalah pada saat pengam-bilan gambar atau video dengan menggunakan sistem EFP (Electronic Field Production) atau editing video ditempat untuk memilih gambar-gambar mana saja yang bagus untuk diambil dan disiarkan agar terjadi kesinambungan antar adegan dan dapat menjadi sumber informasi dan edukasi yang menghibur masyarakat sebagai penonton atau pemirsa serta dapat memudahkan proses editing selan-jutnya yang masuk pada tahap pasca produksi. Tahapan-tahapan dalam perancangan program Morning Tea dapat digambarkan, seperti pada gambar 3.1.

STIKOM

Gambar 3.1 Skema Tahapan Kerja Proses Produksi Program Morning Tea Dari skema tahapan proses produksi program Morning Tea di atas, penulis akan membahas mengenai pengambilan gambar dengan menggunakan sistem EFP

Produksi

Pasca Produksi

Pembuatan konsep, alur, dan script

(Producer dan PD)

Production Meeting & List Properties

Penjadwalan & Budgeting (Producer dan PD) Eksekusi

PD (Program Director)

Producer

Supervisi penataan setlokasidan peralatan yang digunakan

Cameraman

Pengoperasian kamera dengan komando dari PD

Soundman

Pengoperasian mixer audio& kontrol audio Time Keeper

Menjaga waktu tiap segmen dan koordinasi PD & FD FD (Floor Director)

Koordinasi dengan PD & Time Keeper, memandu produksi, dan mengarahkan talent

Editing insert

Pengambilan Gambar dengan Sistem EFP

Memberi komando pada cameraman untuk pengambilan gambar melalui kamera

STIKOM

24

(Electronic Field Production) yang memiliki tanda warna merah dalam skema tersebut.

1.3 Teknik Pengambilan Gambar dengan Sistem EFP

Gambar 3.2 Switcher Sistem EFP (Electronic Field Production)

Switcher adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindah-mindahkan pemilihan gambar dari kamera yang digunakan sebagai media pengambilannya. Setiap kamera memiliki tombol tersendiri untuk proses pemilihan gambar secara cepat untuk mengejar adegan yang dilakukan pemain.

STIKOM

Gambar 3.3 VTR (Video Tape Recorder)

VTR adalah alat yang digunakan untuk merekam (rcord), menyimpan hasil produksi atau rekaman (video), dan memutar (playback) dari program acara yang diproduksi di dalam Studio. Sebelum memulai proses tayang, VTR harus disiapkan. Sebelum memulai produksi PD (Program Director) harus mengecek terlebih dahulu berapa giga sisa dari VTR (Video Tape Recorder) agar tidak mengganggu proses produksi. Setelah proses produksi program acara selesai data video yang telah diproduksi akan dicopy untuk proses editing insert.

STIKOM

26

Gambar 3.4 Sistem EFP (Electronic Field Production)

Seperti yang dijelas sebelumnya, merupakan satu-kesatuan dari sistem EFP. EFP (Electronic Field Production) adalah sebuah sistem yang merupakan gabungan dari beberapa alat seperti, VTR (Video Tape Recorder), Comunicator, Mixer Video, dan lain-lain menjadi satu kesatuan alat yang kemudian berfungsi sebagai switcher atau pemilih gambar dari berbagai sudut pandang kamera pada sebuah produksi suatu program.

STIKOM

27 4.1 Sekilas Sejarah dan Profil BBS TV Surabaya

PT. Bama Berita Sarana Televisi atau yang biasa dikenal sebagai BBS TV adalah sebuah stasiun televisi swasta lokal yang memperoleh ijin mengudara secara lokal di Surabaya dan memulai siaran resmi pada tanggal 1 September 2008. Usahanya dibawah kepemilikan BBS GRUP. Kemudian BBS TV telah

mendapatkan Izin Penyelenggara Penyiaran pada bulan oktober 2009, berdasarkan keputusan Mentri Komunikasi dan Informatika R.I Nomor :

371/KEP/M.KOMINFO/10/2009.

BBS TV akan selalu berusaha memberikan sarana informasi kepada masya-rakat Surabaya dan sekitarnya untuk dapat mengkonsumsi informasi yang bermu-tu dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, agama dan hiburan yang sifatnya informatif, komunikatif, edukatif dan tetap menjadi sebuah produk kreatif yang mampu menghibur khalayaknya pada media pertelevisian.

BBS TV dapat dinikmati pada channel 46 UHF dengan coverage area wilayah Surabaya dan sekitarnya. Selain Surabaya ada beberapa kota lainnya yang dapat dijangkau oleh BBS TV yakni kota Gerbang Kertasusila, antara lain: Gre-sik, Bangkalan, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, dan Lamongan. Meskipun terlihat baru, BBS TV serius menggarap bisnis televisi local yang dapat dilihat dari bebe-rapa program acara yang merupakan program unggulan BBS TV yakni, Morning

STIKOM

28

Tea, Dari Hati Yukem, In Fokus, CANTIK , Fashion Icons, Bincang-bincang San-tai, Ramadhan Dress Up, Karomah, Kiki Kaka dan masih banyak yang lainnya.

Logo BBS TV mempunyai bentuk lingkaran elipse yang berarti keseimban-gan antara kehidupan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia seba-gai simbol panutan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Jalur Rotasi disebelah kanan menandakan jalur-jalur yang akan ditempuh berlandaskan pada kebenaran dan agama. Huruf dari BBS TV merupakan jenis myriad pro yang mencerminkan karakter abadi, sederhana, klasik, namun akrab dan mudah dikenal. BBS TV menggunakan 2 (dua) warna dalam logonya yaitu biru dan putih. Warna biru melambangkan sebuah stabilitas, kepercayaan, cerdas, damai dan spiritual. Warna putih melambangkan sebuah awal baru, kesucian dan ketepatan.

4.2 Visi dan Misi BBS TV 1. Visi

Menjadikan BBS TV sebagai saluran televisi lokal terdepan yang menyaji-kan berita, pendidimenyaji-kan, informasi dan hiburan, secara professional, bertanggung jawab dan bermutu serta mendidik kepada masyarakat dengan tidak meninggalkan budaya daerah dan aturan yang berlaku.

2. Misi

Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan menjadikannya

Dokumen terkait