BAB V PENUTUP
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan siaran dakwah Panji Isya di radio Wadi 99,7 FM Bogor, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan di antaranya:
1. Peneliti berharap kepada radio Wadi FM Bogor melalui siaran dakwah Panji Isya dalam pesan aqidah di sini lebih dominan, tapi harus tetap
mampu meningkatkan lagi pesan aqidah yang merupakan inti dari ajaran Islam, karena hal ini berkaitan dengan dengan keyakinan. Sehingga dapat memberikan kesadaran bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. 2. Untuk pesan syariah agar lebih diperinci lagi masalah-masalah yang
berkaitan dengan ibadah ritual baik yang dilakukan dengan perbuatan maupun dengan lisan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3. Dan untuk pesan akhlak supaya ditingkatkan lagi agar para pendengar lebih mengerti tentang akhlak. Karena akhlak merupakan bahan amalan bagi seorang muslim dan mu’min agar berperilaku sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Allah SWT. dan telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. yaitu harus mencontoh perangainya.
A. A. Hamid Al-Atsari. 2004. Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Niaga Swadaya.
Abdurrahman, Soejono. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rhineka Cipta. Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Anshari, Endang Syaefudin. 1993. Wawasan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ardani, Moh. 2006. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah. Jakarta: Mitra Cahaya Utama.
Ardhana, Sutirman Eka. 1995. Jurnalistik Dakwah. Jakarta: Pustaka Pelajar. Cet. Ke-1.
Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arifin, Tatang M. 1968. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Aziz, Moh. Abdul. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-2.
Badruttamam, Nurul. 2005. Dakwah Kolaboratif Tamizi Taher. Jakarta: Grafindo. Cet. Ke-1.
Bulaeng, Andi. 2004. Metodologi Penelitian Komunikasi Kontemporer.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Effendi, Onong Uchjana. 1996. Dasar-dasar Public Relations. Bandung; Alumni. ____________. 2005. Komunikasi dan Modernisasi. Bandung: CV. Mandar Maju. ____________. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditiya Bakti. Cet. Ke-3.
Ghazali, M. Bahri. 1997. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikatif Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya. Cet. Ke-1. Goug, Howard. 1999. Perencanaan Penyajian Produksi Program Radio. Jakarta:
Pengurus Pusat HPPI (Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia.
Hasanuddin, A.H. 1982. Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan.
Surabaya: Usaha Nasional. Cet. Ke-2.
Muslim Dengan Muslim. Purwokerto: Purwokerto Press. Kusnadi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rineka Cipta. Majid, M. Abdul. 1994. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus. Masduki. 2001. Jurnalistik Radio. Yogyakarta: LKiS. Cet. Ke-1.
Milles, Mattew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Muhiddin, Asep. 2002. Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Munir, M dan Illahi, Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-2.
Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Najamudin. 2008. Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Nasution, Zulkarnaen. 2001. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka. Cet. Ke-2
Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scrip Writer Dan Reporter Radio. Jakarta: Swadaya.
Rakhmat, Jalaludin Rakhmat. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Salim, Peter. T. th. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Cet ke-1.
Shihab, M Quraish. 1993. Membumikan Al-Qur’an.Bandung: Mizan. ____________. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati Volume 11. Sufarta, Munjir dan Hefni. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama. Cet.
Ke-1.
Ciputat: ceQDA (center for Quality Development and Assurance), 2007.
Umar, Toha Yahya. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Niaga Swadaya.
Wawancara Pribadi dengan Ali Ridho, Penanggung Jawab Program, Bogor, 16 Juli 2013.
Wawancara Pribadi dengan Anash Affandi, Bogor, 28 Januari 2013.
Wawancara Pribadi dengan Drs. Endang Muslihat Kamal, Narasumber Wadi, Bogor, 16 Juli 2013.
Wawancara Pribadi dengan M. Bagir Shahab, Penanggung Jawab Wadi, Bogor, 16 Juli 2013.
Al-Hafizh, Mushlihin. 2013. Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah,
artikel ini diakses pada tanggal 26 Juni 2013 dari
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-dakwah-menurut-bahasa-dan-istilah.html
Nama : Anash Affandi Tempat, tanggal lahir :
Alamat : Bogor
No. telp : 085883746505
Jabatan : Programe Directure, Produksi, Penanggungjawab siaran, penyiar
1. Bagaimana sejarah radio Wadi, mulai dari pendirinya?
Jawab: pendiri atau pemiliknya adalah Husein Al Hamid. Kita berdiri sekitar 7 tahun yang lalu dan kita ambil milad Wadi itu bulan Hijriah bukan bulan Masehi, tepat tanggal 1 Muharram (tahun baru Islam). Karena nuansa Islami radio dakwah yang menyungsung Ahlussunnah Wal Jama’ah, jadi secara otomatis kita mengambil tahun Hijriah sebagai permulaan awal berdirinya Wadi.
Sejarah awal berdirinya Wadi yang pertama, kekhawatiran kita terhadap media-media yang saat ini banyak dikuasai oleh orang-orang sekuler. Jadi penyeimbang yang saat ini masyarakat banyak dimasuki informasi-informasi yang tidak balance tentang keislaman. Sehingga terkesan “Islam itu angker” di media. Contohnya: Wah, FPI rusuh, wah Ormas Islam ngamuk dan sebagainya. Itu informasi-informasi yang sebetulnya tidak seimbang. Kami di sini mencoba mengimbangi informasi-informasi (dari segi informasi) yang tidak Islami, kita imbangi dengan informasi Islami. Kedua,
banyaknya faham-faham Islam sampai faham liberal yang pada akhirnya akan memecah belah umat. Sehingga kita hadir dengan format Ahlussunnah Wal Jama’ah yang memang betul-betul bermanhaz aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dari Imam Hasyim Al Asy’ari. Sehingga sebagai penyeimbang dari aliran-aliran Islam yang merusak. Itu pada kenyataannya, sehingga kami muncul, berdiri radio Wadi ini didirikan oleh pemilik yaitu Husein Al-Hamid dan juga para keluarga beliau.
2. Jadi radio ini milik keluarga?
Jawab: iya, karena ini yang punya individu belum ada keterikatan pihak swasta sampai saat ini. Beliau sangat content terhadap dakwah. Sehingga beliau mendirikan radio Wadi dan Alhamdulillah kini kita memiliki 4 cabang. Kalau jabedetabek, ini
lebih masuk daerah kabupaten Sukabumi dekat Pelabuhan Ratu, kemudian di Cibebeur-Cianjur, Purwakarta dan Kuningan.
3. Bagaimana struktur perusahaan Wadi itu sendiri?
Jawab: Kalau struktur sebetulnya tidak jauh berbeda dengan manajemen perusahaan yang lain. Karena untuk mendirikan sebuah radio kita harus berbentuk PT terlebih dahulu. Kemudian bisa kita ajukan ke KPID untuk mendirikan radio. Jadi, jika belum jadi PT, otomatis kita tidak bisa. Seperti halnya PT sama saja, ada pemilik, direktur utama, penanggung jawab, sampai ke bagian bawah. Seperti saya sendiri, programe directure, kepala penyiaran, bagian produksi, dan jadi seorang penyiar juga, lengkap sudah penderitaan saya di sini. Tentunya bukan penderitaan tapi tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Merangkap dan Alhamdulillah saya kerjakan dengan baik. Kemudian ada seksi bagian dakwah, humas, karena kita tidak hanya bermain di radio tetapi banyak kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Ada juga bagian keorganisasian, karena ada organisasi kita namanya Majlis Al-Anwar dan organisasi pendengar yang kita bawahi. Karena secara struktur tidak jauh berbeda dengan struktural yang biasanya sebuah perusahaan.
4. Akang di sini bertugas secara all in one, berapa jumlah staff di radio ini?
Jawab: Kita memang sangat kekurangan, dengan jumlah crew yang ada hanya 4 di penyiar termasuk saya, kemudian 1 teknisi untuk kelistrikan dan pemancar, dan 1 teknisi untuk computer. Jadi, memang sangat kekurangan saat ini, dan kita sedang butuh tenaga. Sehingga otomatis pekerjaan yang seharusnya tidak dicover, untuk sementara dicover.
5. Saya melihat ada beberapa siswa SMA, apa yang mereka lakukan di sini?
Jawab: Mereka praktering atau sedang magang, karena kita sudah menjalin kerjasama yang baik dengan sekolah-sekolah SMK di daerah Bogor dan sekitarnya. Jadi, hampir setiap tahun sudah menjadi agenda dari sekolah-sekolah untuk praktering di tempat kita. Dan kebanyakan memang jurusan multimedia, kita coba bantu mereka. Alhamdulillah berjalan dengan baik, karena kerjasamanya sudah lama.
Jawab: Disebutnya audience call, kita menyebutnya “insan Allah”. Kemudian kalau untuk mereka menyebut ke kami biasanya “akang/teteh”. Itu sapaan yang sangat akrab, sapaan yang memang kedengarannya sunda bener. Karena basis kita adanya di Bogor dan ada ranah Parahyangan, sehingga local kita munculkan. Sekalupun radio kita Jabodetabek dan sampai ke Lampung juga siaran kita. Cuma hanya beberapa tempat saja plus sekarang kita juga bermain di radio streaming. Selama masih ada internet, di mana saja bisa didengar. Karena itu juga selain awal dari pemikiran, khususnya saya ingin memperluas area dakwah kita, akhirnya kita memaksimalkan untuk radio streaming. Kalau dalam bentuk tulisan masih agak sedikit kurang, kita belum ada, jadi masih dakwah bil lisan. Masih dalam format siaran, jadi format tulisan kita belum mengeluarkan. Dan insyaallah saya juga lagi bikin buku, belum jauh baru proses awal. Berawal dulu saya menyusun skripsi, jadi semacam inspirasi saya untuk meneruskan perjuangan dakwah lewat ulisan di Wadi, itu masih bertema tentang Wadi Juga.
7. Bagaimana persaingan bisnis dengan radio-radio lain?
Jawab: Kalau persaingan bisnis 50%, artinya radio muslim, saya pernah melakukan penelitian. Radio Islam itu hanya di titik 50%, tidak naik maupun turun. Titiknya 50% saja, secara bisnis karena memang saingannya berat. Di sisi lain, produk lebih memilih radio hiburan daripada radio Islam. Padahal secara pasar, besar umat Islam yang mendengarkan. Persaingan bisnis agak kurang menguntungkan tapi insyaallah kita tetap mengelola, karena Rasulullah juga berbisnis secara Islam. Kenapa kita tidak meneruskan saja sebenernya, insyaallah tidak sulit.
8. Bagaimana caranya mengetahui minat pendengar suatu program acara banyak atau tidak?
Jawab: Caranya sederhana, suatu acara berhasil atau tidak itu kita lihat saja dari pendengar yang bergabung via telepon dan pesan singkat. Makin banyak makin sukses, rating kita naik di acara tersebut. Tapi makin tidak ada yang gabung orang makin hilang, berarti kita gagal bikin produksi acara tersebut. Otomatis walaupun masih nominator, dan itu keberhasilan kita, ketika kita ikut lomba atau semacam
besar, kita sisihkan semuanya. Alhamdulillah..
Bogor, 28 Januari 2013 Responden
Nama : M. Bagir Shahab Tempat, tanggal lahir :
Alamat : Jl. Veteran III Loji Ds. Cileungsi, Ciawi-Bogor No. telp : 08174881120
Jabatan : Penanggung Jawab Radio Wadi
1. Bagaimana sejarah berdirinya radio Wadi?
Jawab: Wadi berdiri sejak 7 tahun yang lalu, awal Muharram. Kalau Masehi tepat tanggal 4 Juli 2006, dapat izin dari KPID Penerangan. Asal usulnya dapat radio ini dari Habib Umar dari Yaman datang ke sini dan menyuruh membuat radio. Alhamdulillah Habib Husein siap untuk membuat radio dan member nama Wadi. Wadi itu berasal dari bahasa Arab yang artinya lembah, tapi pengertian Wadi itu sendiri singakatan dari Wadah Dakwah Islam.
2. Bagaimana cara Wadi mengemas dan memasarkan produk Wadi?
Jawab: Pertama membuat program dahulu, jadwal tersusun dimulai dari jam 04.00-00.00 WIB.
3. Adakah perubahan jadwal hari-hari biasa dengan bulan Ramadhan?
Jawab: Berubah, kalau puasa mulai pukul 01.00 atau 02.00-23.00 WIB. Karena ada acara khusus, yaitu acara sahur dan juga kuis. Itu paket Ramadhan, jika bulan Ramadhan telah usai kembali lagi ke jadwal semula.
4. Apakah Panji Isya tetap mengudara selama bulan Ramadhan?
Jawab: Tidak, Panji Isya ditiadakan karena waktu siar Panji Isya untuk tarawih. Tidak mungkin ustadnya mau mengisi, kan orang-orang pada tarawih. Jadi, hanya rekaman-rekaman saja sudah dipaket.
5. Menurut bapak, apakah radio Wadi ini sudah memberikan kontribusi dakwah se Jabodetabek secara baik atau belum?
Jawab: Alhamdulillah. Mungkin 90%, untuk 100% kita belum. 6. Apakah setiap program ada produsernya maisng-masing?
Jawab: Ali Ridho.
8. Apakah radio Wadi bekerja sama dengan radio lain?
Jawab: Tidak, hanya saja kita ada persatuan atau perkumpulan untuk saling sharing bersama.
9. Apa harapan bapak yang digantungkan kepada para pendengar?
Jawab: Saya mengharapkan ikut mendukung bagaimana Wadi itu bisa sukses, jadi apa dakwah yang kurang ini harap pemasukan kritik untuk membangun dakwah. Karena masih lemah dan masih kurang sempurna. Mungkin dari narasumbernya, cara penyampaiannya kurang bagus, penyiarnya, ada kesalahan apa mohon dikritik. Karena sosok pendengar itu untuk membangun agar Wadi bisa lebih baik lagi.
Bogor, 16 Juli 2013 Responden
Nama : Drs. H. Endang Muslihat Kamal, M. Pd.I Tempat/Tanggal Lahir: Bogor, 28 Oktober 1964
Alamat : Jl. Raya Pertanian Rt. 02/04 Ciawi-Bogor No. Telp : 081511219814
Jabatan : Narasumber Wadi
Pekerjaan : Dosen UNIDA Bogor, STAI Pelabuhan Ratu, STKIP Sukabumi
1. Sejak kapan bapak menjadi narasumber di Wadi?
Jawab: Di Wadi kira-kira sudah 2 tahun, sekitar bulan Juli 2011. 2. Apa yang membuat bapak tertarik untuk mengisi rubrik Panji Isya?
Jawab: Ya Panji Isya dan Panji Shubuh. Jadi yang pertama, bahwa suatu kewajiban bagi siapa pun ةيٰاولو ينع اوغلب“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Kedua, Allah berfirman “Dan dari sebab di atas, hal itu melakukan sebuah amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran.” Oleh karena itu, setiap orang memiliki kewajiban untuk melaksanakan dakwah. Sedangka yang ketiga, tidak lain dan tidak bukan masih banyak masyarakat kitayang belum begitu paham tentang masalah keagamaan wa bil khusus agama mereka sendiri. Barangkali dalam cara beribadah, beraqidah, dan bermuamallah, dan itu kita share semacam pencerahan terhadap mereka serta pengetahuan agama sebagian besar umat Islam. Dengan kita dakwah di radio, yang mendengar atau yang menjadi mustaminya bukan hanya satu majlis tapi bias jadi ratusan atau mungkin jutaan telinga yang mendengar. Jadi, sangat efektif kalau berdakwah di sebuah media massa.
3. Sebelum siaran, apakah ada persiapan materi khusus yang bapak siapkan?
Jawab: Oke, yang saya garap sebagai referensinya adalah kitab. Kita mempersiapkan rujukan 2 kitab. Di antaranya kitab Tanbihul Ghafilin dan Dhurotun Nasihin, dan itu 2 kitab yang menjadi rujukan saya untuk secara rutin, setiap malam selasa dan senin untuk Panji Shubuhnya jam 06.00-07.00.
mereka yang mengikuti Panji Isya khususnya, setelah selesai sesi pertama yaitu materi penguraian, maka terjadi sesi Tanya jawab melalui telepon. Kadang-kadang telepon kita batasi, karena ada pertimbangan waktu dan juga pesan singkat. Jadi, sampai berpuluh-puluh yang masuk ke media (radio) sehingga di antara beberapa pertanyaan itu tidak bisa dijawab, karena memang waktunya terbatas. Itu mungkin salah satu indikasi ambimo masyarakat yang begitu hebat terhadap problem.
5. Lalu bagaimana untuk pesan singkat yang belum atau tidak terjawab?
Jawab: Ini yang sedang kita pikirkan, kenapa? Karena misalnya ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab kemarin, ketika kita menjawab semakin banyak pertanyaan yang baru dengan tema yang baru pula. Kita sering mendapati pendengar bertanya ulang dengan pertanyaan yang kemarin.
6. Materi apa saja yang sudah bapak sampaikan?
Jawab: Karena rujukannya adalah kitab Tanbihul Ghafilin, yang pertama adalah tentang masalah akhlak dengan dua dimensi yaitu akhlak secara hablum minallah dan hablum minannas secara vertical dan horizontal. Kemudian yang kedua, tentang fadhilah atau keutamaan. Kebetulan kita sedang berada di bulan suci Ramadhan, maka kitab Tanbihul Ghafilin dan Dhuratun Nasihin memasarkan fi fadhilati syari ramadhan tentang keutamaan-keutamaan bulan suci ramadhan. Jadi, ini sebetulnya kalau sudah berbicara tentang materi ini menyangkut aqidah, fiqih, dan akhlak juga secara vertical dan horizontal.
7. Jadi, bapak menyampaikan materi sesuai 2 kitab itu dan adakah pihak Wadi menentukan materi yang harus bapak siapkan atau memang dari bapak sendiri? Jawab: Ya, kebetulan kita melihat narasumber lain. Ada yang mengkaji kitab Tafsir Jalalain, hadits-hadits, dan ada juga yang menggarap kitab Riyadus Shalihin. Saya lihat ini bab Fiqihnya sudah ada, diambil dari Fathul Mu’in atau Kaefatussaja. Maka akhirnya kita mengambil 2 kitab itu. Jadi, pertimbangannya adalah harus ada yang belum digarap tentang masalah ini.
8. Jadi apa saja referensi untuk mengisi materi dalam rubrik Panji Isya?
Jawab: Kitab Tanbihul Ghafilin karya Syekh Al Faqih Abu Laist Assamarkandi, Kitab Nashaihul Ibaad karya Syekh Imam Muhammad Nawawi, Kitab Durrotun
pegangan saya hanya 3, kalau ustad lain banyak, antara lain Kitab Riyadussolihin karya Syekh Zaenuddin bin Abdul Aziz, Kitab Tafsir Jalalain karya Syekh Jalaluddin Almahali dan Jalaluddin Assuyuti, Kitab Tanqihul Qoul, Kitab Fathul Qorib, dan Kaefatussaja/Safinatunnaja.
9. Apa isi kandungan seluruh kitab-kitab tersebut?
Jawab: Kandungan secara global adalah pertama, hubungan dengan akhlaq/tasawuf. Kedua, hubungan dengan fiqih/hukum-hukum ibadah. Ketiga, hubungan dengan tauhid/aqidah. Keempat, hubungan dengan tarekh. Kelima, hubungan dengan tafsir Al-Qur’an dengan kaidah hukum tajwid. Keenam, hubungan dengan muamalah. Ketujuh, dengan tata bahasa arab.
10.Adakah hambatan ketika bapak menyampaikan materi?
Jawab: Oke, hambatan yang pertama adalah keterbatasan waktu, karena durasimya 1 jam. Kemudian mungkin ditambah dengan iklan, sehingga penyampaian materinya sangat minim. Kemudian pendengar yang ingin menyampaikan atau ingin bertanya melalui telepon atau pesan singkat tidak tercover atau tidak terjawab. Kedua, harusnya awal pelaksanaan itu tepat waktu, tapi malah ngaret sampai 15 menit bahkan 20 menit, mungkin ada pertimbangan hostnya. Kemudian ketiga, kadang-kadang ada hambatan dalam komunikasi telepon, sehingga para pendengar yang mau bertelepon agak susah masuk atau karena rebutan.
11.Apakah ada rasa suka duka bapak selama menjadi narasumber?
Jawab: Ya yang pertama bahwa dakwah pekerjaan yang palng menyenangkan. Tentunya dalam menjalankan dakwah pasti ada hambatan dan tantangan. Banyak sekali tantangan kita dalam berdakwah, mungkin karena faktor kesibukan, sehingga dakwah terhenti, apalagi ada panggilan-panggilan keluar. Sehingga kita tidak bisa secara maksimal untuk berdakwah di Wadi. Kadang-kadang hanya rekaman karena kesibukan kita dalam berdakwah di luar.
12.Upaya apa yang dilakukan agar Panji Isya itu menarik dan tetap diminati atau dinikmati oleh pendengarnya?
Jawab: Ya yang pertama, mungkin lebih variatif jangan terlalu monoton. Karena sekarang itu mustami audiens, kita ini barangkali belum ada juga ilmu yang
dalam menyampaikan dakwah perlu ada entertaintnya, hiburan seperti ledekannya atau ada lucunya. Sehingga mereka tidak bosen, kita berbicara 1 jam terasa cepat. Kemudian supaya kita tidak bosen selain kitab yang dijadikan rujukan, kita mengambil referensi-referensi lain. Jadi, tidak teksbook atau tekstual. Mereka merasakan artinya kepuasan, mulai merasa kekurangan. Mereka mengatakan kekurangan waktunya, durasinya hanya 1 jam. Kalau siar dari jam 20.00-21.00, jadi penyampaian uraian dakwah paling efektif hanya 15 menit. Sesi pertama kemudian iklan, jadi katakanlah 30 menit tanya jawab dan sesi pemaparan, iklannya 30 menit. Jadi, sangat minim, demikian.
Bogor, 16 Juli 2013 Responden
Nama : Ali Ridho (Aldo)
Tempat, Tanggal Lahir: Bogor, 22 Feberuari 1990 Alamat : Babakan, Cisarua-Bogor No. Telp : 085779922978
Jabatan : Berawal dari IT (teknisi) menjadi penyiar
1. Bagaimana awal mula Panji Isya?
Jawab: Pertamanya bukan panji isya, awalnya pengajian-pengajian biasa cuma akhirnya karena pengajiannya kita pengen tiap siang ada, sore ada, akhirnya kita bikin yang namanya panji. Biar ada namanya panji, panji isya, panji shubuh dan panji ashar. Ada tiga kan, udah gitu lama-kelamaan nambah lagi seperti panji dhuha. Kalau untuk pertama sih panji isya.
2. Sudah berapa lama panji isya mengudara? Jawab: Itu sejak tahun 2009
3. Apa perbedaan dari ketiga panji tersebut?
Jawab: Perbedaannya kajian yang dibawainnya, ustadnya berbeda, kajiannya Fiqih, auhid Aswaja, Tajwid. Jadi yang ngebedain itu bukan cuma dari ustadnya, tapi dari kajiannya. Kalau panji isya itu bagian tauhid aswaja bersama ust. Endang dan ust. Ridwan. Panji dhuha itu tajwid.
4. Siapa saja yang terlibat dalam panji isya?
Jawab: Yang panji isya sekarang ini adalah Drs. H. Endang dan ust. Ridwan. 5. Berapa jumlah narasumber di panji isya?
Jawab: Itu ada tiga sebenarnya, tapi ust. Muhammad hanya satu bulan se kali, karena jadwalnya padat. Jadi beliau spesial bagian akhir bulan.
6. Siapakah yang menentukan topik atau materi yang akan disampaikan? Jawab: Itu ustad sendiri yang nentuin, tidak dari wadi
7. Apa hambatan dalam menyiarkan program panji isya?
Jawab: Hambatannya kita suka bingung, misalnya apalagi kalau yang menelepon. Hambatannya itu suka kadang pertanyaan yang sudah dijawab kemarin, kan kalau da pertanyaan wajib dijawab. Kita kalau mau jawab, kan kemarin sudah. Mungkin karena tidak mendengarkan akhirnya menjadi hambatan untuk kita dan ustadnya juga. Jadi penyiar dn ustadnya juga bingung karena kemarin sudah dijawab. Itu yang sering jadi hambatan setiap siaran.
semua pertanyaan itu terjawab?
Jawab: Tidak, yang belum terjawab kit tampung. Biasanya yang tidak